Bill masih berusaha bersabar, "Ah, guci itu. Kalau kau tak sengaja tentu saja tidak masalah, tapi kalau kau sengaja ya tentu saja aku akan menuntut ganti rugi."Mendengar jawaban Bill yang dikatakan dengan sangat tenang itu pun membuat Shirley kesal, "Kau mau menuntut adik iparmu sendiri?""Shirley!" ucap Cassandra yang diabaikan sepenuhnya oleh adik kandungnya itu.Bill mengangkat bahu, "Aku tidak peduli apakah itu adik iparku atau bukan tapi jika seseorang mencoba mengganggu milikku maka aku tidak akan tinggal diam."Shirley hanya membuang napas kasar dan kemudian ia melihat saudara laki-lakinya serta sang kakek dan juga suaminya yang terlihat begitu antusias memasuki rumah itu pun menuju ke sana.Cassandra dengan segera menyapa keluarganya, "Kakek, George, Peter. Selamat datang di rumah kami."Christopher Wood mengernyit mendengar kalimat itu, "Rumah kalian? Bukankah itu sangat berlebihan ketika kalian menyebut sebuah properti sewaan menjadi milik kalian?"Cassandra seketika melemp
"Kurang lebih seperti itu," ungkap Bill.Ketiga anggota keluarga Cassandra membeku di tempat mereka masing-masing, sementara dengan begitu tenang Peter berkata, "Ah, pantas saja kau bisa mendapatkan piringan emas itu. Luar biasa, Kakak Ipar!"Peter tidak menutupi kekagumannya pada Bill dan kini dia sedang merasa sikap dirinya yang begitu buruk di masa lalu kepada Bill.Tetapi, Peter bukanlah seseorang yang begitu mudahnya mengucap kata maaf sehingga dia tidak mengatakan ucapan itu sepatah kata pun.Bill menoleh kepada istrinya yang hanya diam saja dan ini membuat dirinya begitu tidak tenang."Kek, George, Shirley dan Peter, silakan ke ruang makan karena pelayan kamu sudah menyiapkan makanan untuk kalian," ucap Bill.Peter membalas, "Ah, aku jadi penasaran apa yang disajikan oleh pelayan dari rumah semewah ini."Peter kemudian memaksa istrinya untuk berjalan bersamanya menuju ke ruang makan, meninggalkan George dan Christopher di belakang mereka tanpa kata.Namun, tidak lama kemudian d
Dengan bersusah payah Bill akhirnya membalas, "Iya, Cassie. Aku berjanji tidak akan melakukan hal yang melenceng."Cassandra pun mengangguk kecil. Wanita itu memang sudah mengenal suaminya selama lebih dari 3 tahun lamanya tetapi dia masih belum mengetahui segala hal tentang sang suami selain apa yang diperlihatkan suaminya itu.Selama ini dia sama sekali tidak pernah bertanya ataupun mengorek informasi tentang sang suami kepada suaminya langsung. Mungkin hal ini juga karena dirinya yang selalu merasa kecewa dan kesal terhadap Bill yang tidak pernah bisa dia andalkan.Baginya, Bill yang dulu hanyalah seorang suami yang tidak berguna dan hanya bisa menyusahkan dirinya saja. Semua pengeluaran dialah yang menanggung dan uang yang dihasilkan Bill dari menjaga toko buah hanya cukup untuk memberi beberapa macam barang mereka.Akan tetapi, siapa yang menyangka bila nyatanya saat ini pria itu justru berubah begitu drastis. Selain pergi dari rumah dan kembali dengan membawa sejumlah kejutan ya
Peter yang saat itu mendengar rencana Christopher hanya mencibir tetapi tidak menanggapi dengan perkataan apapun. Sementara itu, istrinya, Shirley tampak begitu puas mendengar sang kakek akan melakukan sesuatu terhadap kakak iparnya yang begitu sombong itu."Kakek, aku yakin pasti belum memiliki musuh yang sangat banyak di sana," kata Shirley.Christopher menanggapi, "Dan itu tugas kakakmu untuk menemukan siapa saja yang bermusuhan dengan Bill sehingga bisa kita manfaatkan."Ah, Shirley sungguh menyukai rencana sang kakek. Dia sudah benar-benar sangat muak terhadap kakak iparnya yang telah menghancurkan pernikahannya itu. Jika saja saat itu bila tidak memberikan hadiah berupa piringan emas yang begitu disukai oleh Peter, maka kehidupan pernikahannya dengan Peter pasti masih berlangsung dengan begitu harmonis.Namun, Bill telah menghancurkan segalanya sehingga saat ini pernikahannya telah diambang kehancuran. Bisa dikatakan Peter sama sekali tidak pernah peduli kepadanya dan hanya me
"Mau kami tentu saja menjauhkan Cassandra dari Bill. Menikahkan dia dengan orang yang jauh lebih baik," jawab Christopher dengan begitu tenangnya.Peter tak habis pikir dengan jawaban itu. "Ah, tentu saja. Bill emang sudah kayak tadi dia tidak bisa kau kontrol. Maka dari itu, kau sama sekali tidak menyukai dia. Kau mencari seseorang yang bisa kau kontrol. Benar begitu kan, Kek?"Christopher tidak mau memberi tanggapan ucapan Peter. Seketika pria itu pun merasa tidak bisa lagi berada di dalam keluarga busuk itu.Secara kebetulan mobil itu sedang berhenti di lalu lintas karena lampu merah. Atas kesempatan itu, Peter pun berkata, "Shirley, maaf aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita. Aku akan melayangkan gugatan cerai kepadamu dan jangan khawatir, aku pasti akan memberi tunjangan untukmu."Shirley Wood membelalakkan mata dan langsung berkata, "Apa maksudmu? Kau mau bercerai denganku?"George dan Christopher sungguh begitu terkejut mendengar ucapan Peter yang tak pernah mereka duga it
"Bantuanku?" tanya Bryan dengan penuh tanda tanya."Iya. Ini soal adik iparku," jawab George.Bryan semakin bingung, "Hei, apa ini masalah rumah tangga? Aku tak bisa membantumu. Kenapa kau tidak menghubungi konsultan pernikahan saja?"George segera menggeleng tegas, "Oh, tidak. Kau salah paham. Ini bukan soal rumah tangga seperti yang kau maksud.""Lantas apa?" Alis kanan Bryan terangkat sebelah, terlihat agak heran.Percakapan mereka pun terhenti sejenak setelah sang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka. Bryan tersenyum senang, "Ah, kau masih ingat makanan dan minuman favoritku.""Tentu saja, Bryan. Kita berteman tidak sebentar, aku masih ingat."Bryan mengangguk senang dan ketika sang pelayan meninggalkan area mereka, George pun dengan cepat melanjutkan percakapan mereka. "Kau ingat tentang apa yang pernah aku tanyakan saat pernikahan adikku saat itu? Tentang piringan emas milik Jenderal Mackenzie yang agung?"Bryan menyesap capucino miliknya beberapa kali sebelum menjawab,
George tersenyum misterius menanggapi ucapan temannya itu. "Kemarilah! Aku punya rencana bagus."Bryan mendekat ke arah George lalu pria bertubuh tinggi tegap dan berparas tampan itu pun membisikkan sesuatu kepada Bryan.Begitu selesai mendengar rencana George, Bryan terpekur. Tapi sejurus kemudian dia ikut tersenyum lalu mengangkat gelasnya dan seakan mengajak temannya itu untuk bersulang. "Untuk keberhasilan kita.""Tentu saja, kita pasti akan berhasil," sahut George dengan begitu yakin.Di sisi lain, Bill sudah berniat untuk segera kembali ke istana dan kini sedang membereskan beberapa barang-barangnya. Cassandra yang hanya mengawasi itu pun bertanya, "Kapan kau akan pulang lagi ke sini?""Tidak akan lama," jawab Bill."Berapa hari yang dimiliki oleh staff istana untuk berlibur?"Bill segera menghentikan kegiatannya lalu menoleh kepada sang istri, "Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku bisa mengajukan libur jika aku menyelesaikan satu tugasku."Cassandra mengangkat alis kanannya, "Ja
Pria yang sedang ditanyai oleh Bill itu malah semakin mengumbar tawa hingga membuat Bill tidak bisa menahan diri. Bill kembali memukul orang itu tapi kini dengan tenaga penuh. Giginya sampai rontok dan Bill tidak peduli, dia kembali menarik lehernya meski mulut pria itu penuh dengan darah."Kalau sampai bom itu meledak dan menewaskan orang-orang yang tidak bersalah, aku bersumpah akan mencarimu meski ke liang lahat!" kata Bill dan dia menyempatkan diri menendang perut orang itu tanpa ampun.Bill memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. "Tenangkan dirimu, Bill! Ayo berpikir!"Dia mengetukkan jarinya di kaca mobil. "Ayo pikir sekali lagi! Di mana kira-kira musuhmu meletakkan bom itu."Dia melirik ke arlojinya dan sadar waktunya sudah berkurang banyak. Waktu yang dia miliki hanya tinggal dua menit lebih tiga puluh enam detik. Dia melirik ke tubuh Andrew Reece yang sedang jatuh pingsan dan jelas membangunkan pengawal kepercayaan itu hanya akan membuang waktu percuma."Ayo, BIll! Pikir!
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.