Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 75. Posisi untuk Cassandra

Share

75. Posisi untuk Cassandra

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-06-08 19:44:25
Cassandra malah semakin curiga pada sang suami tetapi dia menahan diri untuk bertanya. Dengan sigap wanita cantik itu bahkan menyodorkan segelas air minum kepada sang suami.

"Terima kasih, Cassie!" ucap Bill dengan cepat.

Dia buru-buru menenggak air minum itu hingga habis dan ketika dia meletakkan gelas itu di atas meja, dia masih melihat sang istri sedang menatapnya tanpa berkedip.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Bill setelah menyeka mulutnya menggunakan tisu.

Cassandra membuat gerakan seolah dia tidak berpikir apapun dan tidak juga memaksa sang suami untuk berbicara.

Bill malah semakin bingung dan berpikir mungkin saja istrinya itu telah mengetahui jika dirinya memiliki perusahaan yang jumlahnya tidak hanya satu.

Akan tetapi, saat dia melihat tatapan istrinya yang tersimpan sebuah tanda tanya itu, dia segera membuang pikiran itu dari dalam kepalanya.

"Aku ... belum berpikiran untuk membangun sebuah perusahaan tapi jika kau menginginkan hal itu, aku bisa membangunnya untukmu," u
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    76. Pekerjaan Bill

    Bill masih berusaha bersabar, "Ah, guci itu. Kalau kau tak sengaja tentu saja tidak masalah, tapi kalau kau sengaja ya tentu saja aku akan menuntut ganti rugi."Mendengar jawaban Bill yang dikatakan dengan sangat tenang itu pun membuat Shirley kesal, "Kau mau menuntut adik iparmu sendiri?""Shirley!" ucap Cassandra yang diabaikan sepenuhnya oleh adik kandungnya itu.Bill mengangkat bahu, "Aku tidak peduli apakah itu adik iparku atau bukan tapi jika seseorang mencoba mengganggu milikku maka aku tidak akan tinggal diam."Shirley hanya membuang napas kasar dan kemudian ia melihat saudara laki-lakinya serta sang kakek dan juga suaminya yang terlihat begitu antusias memasuki rumah itu pun menuju ke sana.Cassandra dengan segera menyapa keluarganya, "Kakek, George, Peter. Selamat datang di rumah kami."Christopher Wood mengernyit mendengar kalimat itu, "Rumah kalian? Bukankah itu sangat berlebihan ketika kalian menyebut sebuah properti sewaan menjadi milik kalian?"Cassandra seketika melemp

    Last Updated : 2023-06-09
  • Sang Dewa Perang Terkuat    77. Dugaan Cassandra

    "Kurang lebih seperti itu," ungkap Bill.Ketiga anggota keluarga Cassandra membeku di tempat mereka masing-masing, sementara dengan begitu tenang Peter berkata, "Ah, pantas saja kau bisa mendapatkan piringan emas itu. Luar biasa, Kakak Ipar!"Peter tidak menutupi kekagumannya pada Bill dan kini dia sedang merasa sikap dirinya yang begitu buruk di masa lalu kepada Bill.Tetapi, Peter bukanlah seseorang yang begitu mudahnya mengucap kata maaf sehingga dia tidak mengatakan ucapan itu sepatah kata pun.Bill menoleh kepada istrinya yang hanya diam saja dan ini membuat dirinya begitu tidak tenang."Kek, George, Shirley dan Peter, silakan ke ruang makan karena pelayan kamu sudah menyiapkan makanan untuk kalian," ucap Bill.Peter membalas, "Ah, aku jadi penasaran apa yang disajikan oleh pelayan dari rumah semewah ini."Peter kemudian memaksa istrinya untuk berjalan bersamanya menuju ke ruang makan, meninggalkan George dan Christopher di belakang mereka tanpa kata.Namun, tidak lama kemudian d

    Last Updated : 2023-06-10
  • Sang Dewa Perang Terkuat    78. Dengan Cara Apa?

    Dengan bersusah payah Bill akhirnya membalas, "Iya, Cassie. Aku berjanji tidak akan melakukan hal yang melenceng."Cassandra pun mengangguk kecil. Wanita itu memang sudah mengenal suaminya selama lebih dari 3 tahun lamanya tetapi dia masih belum mengetahui segala hal tentang sang suami selain apa yang diperlihatkan suaminya itu.Selama ini dia sama sekali tidak pernah bertanya ataupun mengorek informasi tentang sang suami kepada suaminya langsung. Mungkin hal ini juga karena dirinya yang selalu merasa kecewa dan kesal terhadap Bill yang tidak pernah bisa dia andalkan.Baginya, Bill yang dulu hanyalah seorang suami yang tidak berguna dan hanya bisa menyusahkan dirinya saja. Semua pengeluaran dialah yang menanggung dan uang yang dihasilkan Bill dari menjaga toko buah hanya cukup untuk memberi beberapa macam barang mereka.Akan tetapi, siapa yang menyangka bila nyatanya saat ini pria itu justru berubah begitu drastis. Selain pergi dari rumah dan kembali dengan membawa sejumlah kejutan ya

    Last Updated : 2023-06-11
  • Sang Dewa Perang Terkuat    79. Kau Tertawa?

    Peter yang saat itu mendengar rencana Christopher hanya mencibir tetapi tidak menanggapi dengan perkataan apapun. Sementara itu, istrinya, Shirley tampak begitu puas mendengar sang kakek akan melakukan sesuatu terhadap kakak iparnya yang begitu sombong itu."Kakek, aku yakin pasti belum memiliki musuh yang sangat banyak di sana," kata Shirley.Christopher menanggapi, "Dan itu tugas kakakmu untuk menemukan siapa saja yang bermusuhan dengan Bill sehingga bisa kita manfaatkan."Ah, Shirley sungguh menyukai rencana sang kakek. Dia sudah benar-benar sangat muak terhadap kakak iparnya yang telah menghancurkan pernikahannya itu. Jika saja saat itu bila tidak memberikan hadiah berupa piringan emas yang begitu disukai oleh Peter, maka kehidupan pernikahannya dengan Peter pasti masih berlangsung dengan begitu harmonis.Namun, Bill telah menghancurkan segalanya sehingga saat ini pernikahannya telah diambang kehancuran. Bisa dikatakan Peter sama sekali tidak pernah peduli kepadanya dan hanya me

    Last Updated : 2023-06-12
  • Sang Dewa Perang Terkuat    80. Biarkan Dia Pergi!

    "Mau kami tentu saja menjauhkan Cassandra dari Bill. Menikahkan dia dengan orang yang jauh lebih baik," jawab Christopher dengan begitu tenangnya.Peter tak habis pikir dengan jawaban itu. "Ah, tentu saja. Bill emang sudah kayak tadi dia tidak bisa kau kontrol. Maka dari itu, kau sama sekali tidak menyukai dia. Kau mencari seseorang yang bisa kau kontrol. Benar begitu kan, Kek?"Christopher tidak mau memberi tanggapan ucapan Peter. Seketika pria itu pun merasa tidak bisa lagi berada di dalam keluarga busuk itu.Secara kebetulan mobil itu sedang berhenti di lalu lintas karena lampu merah. Atas kesempatan itu, Peter pun berkata, "Shirley, maaf aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita. Aku akan melayangkan gugatan cerai kepadamu dan jangan khawatir, aku pasti akan memberi tunjangan untukmu."Shirley Wood membelalakkan mata dan langsung berkata, "Apa maksudmu? Kau mau bercerai denganku?"George dan Christopher sungguh begitu terkejut mendengar ucapan Peter yang tak pernah mereka duga it

    Last Updated : 2023-06-12
  • Sang Dewa Perang Terkuat    81. Menantu Hebat?

    "Bantuanku?" tanya Bryan dengan penuh tanda tanya."Iya. Ini soal adik iparku," jawab George.Bryan semakin bingung, "Hei, apa ini masalah rumah tangga? Aku tak bisa membantumu. Kenapa kau tidak menghubungi konsultan pernikahan saja?"George segera menggeleng tegas, "Oh, tidak. Kau salah paham. Ini bukan soal rumah tangga seperti yang kau maksud.""Lantas apa?" Alis kanan Bryan terangkat sebelah, terlihat agak heran.Percakapan mereka pun terhenti sejenak setelah sang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka. Bryan tersenyum senang, "Ah, kau masih ingat makanan dan minuman favoritku.""Tentu saja, Bryan. Kita berteman tidak sebentar, aku masih ingat."Bryan mengangguk senang dan ketika sang pelayan meninggalkan area mereka, George pun dengan cepat melanjutkan percakapan mereka. "Kau ingat tentang apa yang pernah aku tanyakan saat pernikahan adikku saat itu? Tentang piringan emas milik Jenderal Mackenzie yang agung?"Bryan menyesap capucino miliknya beberapa kali sebelum menjawab,

    Last Updated : 2023-06-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    82. Kejutan Lain

    George tersenyum misterius menanggapi ucapan temannya itu. "Kemarilah! Aku punya rencana bagus."Bryan mendekat ke arah George lalu pria bertubuh tinggi tegap dan berparas tampan itu pun membisikkan sesuatu kepada Bryan.Begitu selesai mendengar rencana George, Bryan terpekur. Tapi sejurus kemudian dia ikut tersenyum lalu mengangkat gelasnya dan seakan mengajak temannya itu untuk bersulang. "Untuk keberhasilan kita.""Tentu saja, kita pasti akan berhasil," sahut George dengan begitu yakin.Di sisi lain, Bill sudah berniat untuk segera kembali ke istana dan kini sedang membereskan beberapa barang-barangnya. Cassandra yang hanya mengawasi itu pun bertanya, "Kapan kau akan pulang lagi ke sini?""Tidak akan lama," jawab Bill."Berapa hari yang dimiliki oleh staff istana untuk berlibur?"Bill segera menghentikan kegiatannya lalu menoleh kepada sang istri, "Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku bisa mengajukan libur jika aku menyelesaikan satu tugasku."Cassandra mengangkat alis kanannya, "Ja

    Last Updated : 2023-06-14
  • Sang Dewa Perang Terkuat    83. Curiga Tentang Apa?

    Pria yang sedang ditanyai oleh Bill itu malah semakin mengumbar tawa hingga membuat Bill tidak bisa menahan diri. Bill kembali memukul orang itu tapi kini dengan tenaga penuh. Giginya sampai rontok dan Bill tidak peduli, dia kembali menarik lehernya meski mulut pria itu penuh dengan darah."Kalau sampai bom itu meledak dan menewaskan orang-orang yang tidak bersalah, aku bersumpah akan mencarimu meski ke liang lahat!" kata Bill dan dia menyempatkan diri menendang perut orang itu tanpa ampun.Bill memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. "Tenangkan dirimu, Bill! Ayo berpikir!"Dia mengetukkan jarinya di kaca mobil. "Ayo pikir sekali lagi! Di mana kira-kira musuhmu meletakkan bom itu."Dia melirik ke arlojinya dan sadar waktunya sudah berkurang banyak. Waktu yang dia miliki hanya tinggal dua menit lebih tiga puluh enam detik. Dia melirik ke tubuh Andrew Reece yang sedang jatuh pingsan dan jelas membangunkan pengawal kepercayaan itu hanya akan membuang waktu percuma."Ayo, BIll! Pikir!

    Last Updated : 2023-06-15

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    41. Saudaranya?

    James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti

  • Sang Dewa Perang Terkuat    40. Tidak Tahu Apapun?

    James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    39. Pemakaman

    Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard

  • Sang Dewa Perang Terkuat    38. Tekanan

    “Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem

  • Sang Dewa Perang Terkuat    37. Keanehan Xylan

    “Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la

  • Sang Dewa Perang Terkuat    36. Bantuan Seperti Apa?

    Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status