Eland Cleve menjawab dengan santai, "Aku baru bicara dengannya dan beliau mengatakan jika kau adalah salah satu orang yang mengetahui wajah asli beliau."Andrew Reece ternganga, matanya pun melebar dengan sempurna. Gelas yang tengah ia bawa pun hampir saja terlepas dari tangannya kalau ia tidak hati-hati.Ia seketika melirik ke kanan dan kiri, meneliti dengan was-was, takut jika ada orang yang mungkin akan mendengarkan percakapan mereka.Ia bersusah payah meneguk ludah dalam-dalam, membuat dirinya tenang dan mencoba kembali bersikap normal. Eland Cleve mengamati dengan seksama dan dengan mudah mengetahui jika Andrew Reece sedang terkejut sekaligus gugup."Beliau mengatakannya pada Anda, Jenderal?" tanya Andrew pada akhirnya.Ia bahkan kesulitan menutup mulutnya kembali dan mulai berpikir lebih luas. Seketika ia kini memahami, alasan mengapa Eland Cleve terlihat langsung akrab dengan sang jenderal besar. Orang itu rupanya sudah mengenal jenderalnya.Tapi bagaimana bisa? Apakah William
"Apa alasan Anda memilih berdamai?" tanya Jody Gardner tanpa berusaha berniat melontarkan kalimat basa basi. Ia hanya ingin mengutarakan dengan cepat untuk menghemat waktu.Eland Cleve seketika merasa bila pertanyaan itu terdengar sedikit aneh. Gelagat itu juga dilihat dari sikap Jody Gardner yang terlihat tidak tenang.Akan tetapi, sang jenderal muda itu pun menjawab dengan santai, "Perang tidak akan membawa dampak yang begitu baik untuk dua kerajaan, Jenderal Gardner."Jody tersenyum samar, senang pancingannya itu berhasil. Dia pun berkata kembali, "Semua peperangan yang terjadi tentu saja membawa dampak yang berbeda-beda. Bukankah Anda juga pasti sudah menyadarinya begitu Anda mulai memberi isntruksi menyerang kerajaan kami?"Jody bersikap santai tapi jelas sekali mengharapkan jawaban yang jujur dari Eland Cleve, meskipun ia sayang yakin Eland Cleve bukanlah orang yang mudah dihadapi. Dan justru karena hal itu, Jody begitu ingin tahu cara apa yang telah digunakan oleh penasihat per
Ah, sekarang Eland segera memahaminya. Jody Gardner jelas-jelas tidak menyukai dewa penyelamatnya itu. Hal itu begitu terlihat dengan jelas ketika ia melihat ekspresi tak suka yang terpancar di mata Jody Gardner ketika mereka membahas masalah Bill. "Dia memang hebat. Dan, kehebatan itu terkadang tidak bergantung pada lama atau tidaknya seseorang bergelut di bidang itu. Aku yakin, kau pasti setuju dengan hal itu, Jenderal Gardner," ucap Eland sambil menambahkan senyum ramah di akhir kalimatnya.Jody Gardner pun setelahnya tidak lagi mempermasalahkan hal itu lagi dan memilih meredam emosinya. Dia pun pulang dengan benak dipenuhi kekesalan yang teramat sangat karena lagi-lagi dia telah kehilangan muka. Kali ini, tak tanggung-tanggung, namanya tak disebut-sebut di Kerajaan Ans De Lou kala mereka kembali. Hanya Bill lah yang diagung-agungkan oleh semua orang, termasuk rajanya hingga akhirnya dia tak ikut dalam perayaan besar di istana.Akan tetapi, di saat pesta perayaan itu baru dua ja
"Cassie, dengar. Kau ... bisa cerita apa saja kepadaku!" ucap Bill, berusaha membuat istrinya mau mengungkapkan apa yang dialami.Awalnya Cassandra terlihat begitu enggan dan tampak tidak nyaman. Namun, setelah Bill dengan begitu sabar menunggunya dan mencoba menenangkan dirinya, Cassandra akhirnya mulai mencoba perlahan terbuka pada sang suami."Aku ... dipecat, Bill. Bayangkan! Kau tahu kan pekerjaan itu sangat kucintai," ucap Cassandra kembali terisak pelan."Apa alasannya?" Kening Bill mengerut, setahunya Cassandra adalah seorang pekerja yang begitu disiplin, rasanya tak mungkin istrinya melakukan sebuah kesalahan."Aku tak mau membahas. Rasanya percuma," ucap Cassandra, terlihat begitu malas.Bill menghela napas panjang. Dia tahu betul bagaimana Cassandra Wood begiti mencintai pekerjaannya dan selalu membanggakannya tanpa henti. Kehilangan sesuatu yang begitu disukainya tentu sangat berat bagi Cassandra."Sekarang aku pengangguran, Bill.""Itu tak masalah," jawab Bill tenang."Ba
"Katakan saja apa yang kau mau katakan!" kata Cassandra, sudah tak sabar. Bill menggenggam tangan istrinya lalu berkata, "Sebelum aku bertemu denganmu, aku adalah tentara, Cassie. Aku bekerja di istana, tapi ...." "Tapi apa?" tanya Cassandra dengan napas tertahan. "Aku mengundurkan diri lebih dari 3 tahun yang lalu dan di perjalanan pulang aku diserang sampai aku hampir mati," kata Bill. Cassandra menatap kaget, "Diserang gimana, Bill? Siapa yang menyerangmu?" Bibir wanita cantik itu terlihat bergetar saat mengucapkannya dan hal itu membuat Bill menjadi lebih hati-hati. "Aku tidak tahu, Cassie. Di saat itulah aku diselamatkan oleh Nenek Minerva dan akhirnya menikahimu," jelas Bill. Cassandra masih sedikit agak bingung, "Bagaimana dia bisa menyelamatkanmu?" Bill tidak mungkin berkata dia dibuang di pinggiran kota karena itu akan lebih memeperumit semuanya. Maka, dia memilih berkata, "Nenek menemukanku yang sedang sekarat di jalan. Dia yang menyembuhkan aku." Cassandra terdiam s
Cassandra malah semakin curiga pada sang suami tetapi dia menahan diri untuk bertanya. Dengan sigap wanita cantik itu bahkan menyodorkan segelas air minum kepada sang suami. "Terima kasih, Cassie!" ucap Bill dengan cepat. Dia buru-buru menenggak air minum itu hingga habis dan ketika dia meletakkan gelas itu di atas meja, dia masih melihat sang istri sedang menatapnya tanpa berkedip. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Bill setelah menyeka mulutnya menggunakan tisu. Cassandra membuat gerakan seolah dia tidak berpikir apapun dan tidak juga memaksa sang suami untuk berbicara. Bill malah semakin bingung dan berpikir mungkin saja istrinya itu telah mengetahui jika dirinya memiliki perusahaan yang jumlahnya tidak hanya satu. Akan tetapi, saat dia melihat tatapan istrinya yang tersimpan sebuah tanda tanya itu, dia segera membuang pikiran itu dari dalam kepalanya. "Aku ... belum berpikiran untuk membangun sebuah perusahaan tapi jika kau menginginkan hal itu, aku bisa membangunnya untukmu," u
Bill masih berusaha bersabar, "Ah, guci itu. Kalau kau tak sengaja tentu saja tidak masalah, tapi kalau kau sengaja ya tentu saja aku akan menuntut ganti rugi."Mendengar jawaban Bill yang dikatakan dengan sangat tenang itu pun membuat Shirley kesal, "Kau mau menuntut adik iparmu sendiri?""Shirley!" ucap Cassandra yang diabaikan sepenuhnya oleh adik kandungnya itu.Bill mengangkat bahu, "Aku tidak peduli apakah itu adik iparku atau bukan tapi jika seseorang mencoba mengganggu milikku maka aku tidak akan tinggal diam."Shirley hanya membuang napas kasar dan kemudian ia melihat saudara laki-lakinya serta sang kakek dan juga suaminya yang terlihat begitu antusias memasuki rumah itu pun menuju ke sana.Cassandra dengan segera menyapa keluarganya, "Kakek, George, Peter. Selamat datang di rumah kami."Christopher Wood mengernyit mendengar kalimat itu, "Rumah kalian? Bukankah itu sangat berlebihan ketika kalian menyebut sebuah properti sewaan menjadi milik kalian?"Cassandra seketika melemp
"Kurang lebih seperti itu," ungkap Bill.Ketiga anggota keluarga Cassandra membeku di tempat mereka masing-masing, sementara dengan begitu tenang Peter berkata, "Ah, pantas saja kau bisa mendapatkan piringan emas itu. Luar biasa, Kakak Ipar!"Peter tidak menutupi kekagumannya pada Bill dan kini dia sedang merasa sikap dirinya yang begitu buruk di masa lalu kepada Bill.Tetapi, Peter bukanlah seseorang yang begitu mudahnya mengucap kata maaf sehingga dia tidak mengatakan ucapan itu sepatah kata pun.Bill menoleh kepada istrinya yang hanya diam saja dan ini membuat dirinya begitu tidak tenang."Kek, George, Shirley dan Peter, silakan ke ruang makan karena pelayan kamu sudah menyiapkan makanan untuk kalian," ucap Bill.Peter membalas, "Ah, aku jadi penasaran apa yang disajikan oleh pelayan dari rumah semewah ini."Peter kemudian memaksa istrinya untuk berjalan bersamanya menuju ke ruang makan, meninggalkan George dan Christopher di belakang mereka tanpa kata.Namun, tidak lama kemudian d
James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti
James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam
Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard
“Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem
“Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la
Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi
“Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per
Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m
“Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba