Share

Bab 0002

last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-03 08:42:24

Angin menderu lebih kencang dari biasanya, tapi udara dingin yang terpancar dari tubuh Andrew jauh lebih menggentarkan seorang Tom Abellard.

‘Dia sudah mulai tak waras rupanya!’ batin Tom sambil melangkah masuk menemui Dylan yang sudah menunggunya.

“Di mana Celline?” tanya Tim mendadak mencemaskan putrinya.

“Dia di kamarnya, bersama empat kurcaci menyebalkannya itu,” jawab Mathia.

Sementara Dylan, tersenyum penuh kemenangan menikmati semua ini. Dalam benaknya, pernikahan dengan Celline yang sudah di depan mata akan menjadi jalan pintasnya mendapatkan semua aset Abellard yang masih terpendam di dalam tanah.

Andrew yang baru saja keluar dari halaman rumah sang mertua. Ketika sebuah Buggati Noire menepi dan segera membawanya pergi.

Bob yang turun langsung menyimbutkan jubah kebesaran bertahtakan berlian merah di pundaknya Andrew.

"Siapa dia?" gumam Dylan yang sekilas melihat sebuah mobil mewah itu menepi lalu kembali pergi.

Pria itu mengintip dari balik celah jendela dengan rasa heran yang menggunung setelahnya.

"Pasti hanya settingan demi mendapatkan kesan! Sudah kere masih juga banyak gaya!" batin Dylan menghina.

***

“Tuan, kita mau kemana?” tanya Bob tanpa berani menatap Andrew sedikit pun. Terlihat kemarahan pada wajah tampan Andrew saat ini yang membuat Bob harus berhati-hati.

Tidak ada jawaban.

Andrew sangat kalut kali ini. Bahkan konsentrasinya benar-benar terpecah karena sebuah undangan yang masih digenggamnya.

‘Celline, siapa lelaki itu?’ batin Andrew kembali mengingat wajah sang bidadari yang tadi berada sangat dekat di hadapannya tapi entah kenapa mendadak terasa sangat jauh untuk bisa digapainya.

Kehampaan membuat keruh hatinya, Andrew terlihat seperti dewa kematian yang siap membinasakan siapapun yang mencuilnya kali ini. Hal itu bisa dirasakan dengan sangat langsung oleh Bob, yang memilih bungkam sedari tadi.

“Ayo kita pulang,” ucap Andrew kemudian.

Bob tak membantah sedikit pun, dia segera mengarahkan mobil yang dikemudikannya ini ke arah Hotel.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya Andrew hingga mereka sampai di dalam ruangan pribadi Andrew yang merupakan sebuah griya tawang megah di lantai paling atas gedung hotel bintang tujuh ini.

“Aku akan menemui Maghda malam ini,” ucap Andrew sambil melepaskan jubahnya.

Dengan sigap Bob meraih jubah tersebut lalu menggantungnya pada tempat yang telah di desain khusus yang berada di sudut ruangan ini.

“Anda baru mengambil peluru ke-5 dua hari yang lalu, apakah Anda yakin akan melakukannya lagi?” tanya Bob dengan raut wajah yang menyiratkan kecemasan.

“Iya, aku ingin segera membebaskan semua peluru ini dari tubuhku,” jawab Andrew sambil melangkah ke balkon dan menikmati sisa derasnya hujan yang kembali mengguyur kota Muloz ini dengan ditemani secangkir kopi hitam di mejanya.

Bob tak menjawab lagi, asistennya itu segera menghubungi wanita bernama Maghda untuk menyiapkan proses pencabutan peluru di dalam tubuh Andrew malam nanti.

Bagaimana tidak, dua puluh sembilan butir peluru hingga detik ini masih bersarang di tubuhnya Andrew. Jika seorang manusia biasa, saat ini dia pasti sudah menjerit meminta kematian menjemputnya. Tapi Andrew, dia sedikit pun tidak terlihat kesakitan.

Malam pun beranjak naik.

Andrew turun dari dalam mobilnya, dia masuk ke dalam sebuah gedung tua bekas pabrik dengan berjalan kaki.

“Tuan,” sambut seorang dokter wanita yang sudah berusia senja itu kepadanya.

“Halo Maghda, senang masih bisa menemuimu,” ucap Andrew seraya melangkah masuk ke dalam ruangan khusus yang sudah sangat dikenalnya ini.

Berada di area industri ibukota Muloz, keberadaan tempat praktek Maghda tidak banyak diketahui khalayak mengingat dia bukanlah dokter bedah biasa.

“Anda yakin akan melakukannya sekarang, Tuan?” tanya Maghda sambil mengenakan sarung tangannya.

Sementara Andrew, dia sudah duduk tegap di sebuah kursi yang menghadap ke arah jendela dimana pemandangan Kota Muloz terlihat sangat jelas dari tempat yang berada di lantai empat bangunan pabrik suku cadang mobil ini.

“Bob, temukan data semua penghuni rumah itu,” ucapnya.

“Baik Tuan,” jawab Bob sambil beranjak pergi setelahnya.

Dia menghubungi seseorang menggunakan teleponnya.

Andrew kemudian melepaskan kaos oblongnya.

Maghda tak berani lagi bicara, melihat Andrew sudah duduk saja, itu adalah sebuah perintah untuknya. Dia mulai membuat sobekan dengan menggunakan pisau bedahnya, mengiris lapisan epidermis di punggung kiri Andrew. Sesuai dengan tingkat kesulitannya, Andrew ternyata sangat mengingat jelas urutan peluru mana saja yang harus dikeluarkan terlebih dahulu.

Tanpa obat bius, Maghda mulai menyeset kulit Andrew.

Mulut Sang Dewa Perang, disumpal menggunakan handuk yang telah disterilkan sebelumnya.

Bukan tidak mau, Andrew menjalani operasi pengangkatan peluru di Rumah Sakit legal yang jelas akan sesuai dengan prosedur dan juga memenuhi standar lainnya.

Andrew lebih memilih Maghda menjadi dokternya, demi menjaga kerahasiaan dirinya.

Heningnya malam, yang masih diguyur hujan membenamkan Andrew dalam rasa sakit tak terkira saat setiap serat di punggungnya mulai tersentuh ujung pisau bedah Maghda.

Hanya butuh dua jam, dua butir peluru telah berhasil dikeluarkan Maghda.

Keringat dingin kini memenuhi sekujur tubuh Andrew, lelaki itu tak menjerit kesakitan sedikitpun meski semua mengetahui jika rasa sakitnya sangat luar biasa.

“Ayo Bob, kita akan menemui seseorang di klub Mountana, aku yakin dia ada di sana,” ucap Andrew sambil mengenakan kembali kaosnya setelah Maghda selesai membalutkan perban pada dua luka di punggungnya.

“Tuan, apa tidak sebaiknya Anda beristirahat?” Bob mencoba mengingatkan.

“Aku bisa melakukannya nanti, tidak sekarang,” ucap Andrew sambil mengelap wajahnya yang dipenuhi peluh menggunakan handuk lain yang diberikan Maghda kepadanya.

“Peluru berikutnya, sebaiknya setelah semua luka Anda mengering, Tuan,” ucap Maghda sambil menunduk di depan Andrew.

“Baiklah Maghda, terima kasih atas kerja kerasmu dan beristirahatlah. Jangan lupa, jus seledrinya harus tetap kau minum ya,” ucap Andrew seraya menepuk pundak dokter tersebut lalu melangang pergi setelahnya.

“Tentu Tuan,” jawab Maghda dengan sangat bangga.

Kini Bob kembali melajukan mobilnya di jalanan kota Muloz yang tetap ramai meski sudah sangat larut malam.

“Kau sudah mendapatkan data yang aku minta?” tanya Andrew kepada sang asisten.

“Kita akan segera mendapatkanya Tuan,” ucap Bob sambil terus mengemudi.

Tak berselang lama, Bob menepikan mobilnya. Lalu seorang pengendara motor berhenti di belakang mobil mereka.

Dari motor itu, turun seorang pria dengan codet di kiri wajahnya.

“Bullock?” ucap Andrew sambil terus mengawasi.

Bob kemudian mengambil sebuah dokumen dari Bullock dan menyerahkannya kepada Andrew.

Dia segera membuka dan membacanya.

Foto tiga anak perempuan yang memiliki wajahnya, dengan seorang anak lelaki yang sangat mirip dengan Celline memiliki usia yang sepertinya sebaya itu membuat tangan Andrew gemetaran.

Jantungnya mendadak berdegup dengan sangat kencang, nafasnya tersengal menyadari kenyataan jika Celline benar-benar telah memiliki anak.

“Apakah Celine mengkhianatiku?”

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0003

    Andrew terus memandangi dengan sangat lekat, gambar wajah empat anak kecil itu. Bola matanya menyipit seketika saat melihat kalung yang menjuntai di leher Celline adalah kalung yang sangat dikenalnya. Udara dingin kota Muloz malam ini, nyatanya tak jauh lebih dingin dari jiwa Andrew yang tengah m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-05
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0004

    “Heyy sampah! Masih bernyali juga dirimu berada di sini ya?” ucap Dylan sengaja dilantangkan. Andrew tak menggubrisnya, dia terus saja melangkah diikuti Jhon. “Tak perlu mengantarku Jhon, kembalilah ke dalam dan urus penguntit itu sebelum aku kesal,” ucap Andrew sambil melanjutkan langkahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-05
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0005

    "A-ku? A-ku hanya seorang penggemarmu, aku melihatmu tadi.Sangat keren!" ucap Andrew dengan sedikit terbata-bata mengatakannya. Andrew kemudian berjongkok di depan anak kecil yang tengah menatapnya intens tersebut. "Siapa namamu?" tanya Andrew sambil memandangi wajah Celline yang tergariskan begit

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0006

    Keheningan membungkam situasi di kediaman Abellard, kharisma sang Dewa Perang seolah menjadi sebuah daya sihir magis yang membuat semua orang tunduk dan patuh. Tidak ada yang berani lagi bicara kali ini, semua diam menyaksikan bagaimana Anderson dengan sepuluh stafnya tengah mengeluarkan uang tunai

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0007

    "Maafkan aku Tuan Craig, tapi sepertinya aku sangat sibuk untuk undangan Anda, terima kasih atas tawarannya,” ucap Celine sambil melepaskan kain tule yang masih menghiasi rambutnya. Dengan gaun pengantin yang masih dikenakannya, Celline kinibisa bernafas lega karena dia berhasil lolos dari pernikaha

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0008

    Suara Bariton Andrew yang sangat khas terdengar seperti sebuah cemeti yang mencambuk punggung para prajurit negara Muloz. Semua merunduk dan membungkuk dengan sangat takjim menyambut kedatangan sang dewa perang. Salju yang sangat dingin nyatanya tidak mampu membekukan langkah Andrew yang terus saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-11
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0009

    Di Utara Muloz. Kondisi di Utara semakin mendebarkan. Andrew, yang dikenal kejam dan sangat tak mengampuni sebagai Dewa Perang, telah berhasil menemukan Zuka setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Pasukan Phoenix yang dipimpinnya dengan gagah berani berhasil melintasi bukit Quadz, menghadapi r

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0010

    Andrew baru saja turun dari pesawatnya. Saat kabar mengenai Celline dan Allicia didengarnya. Di malam yang mulai mengelam. “Mommy, Adrian sejak tadi tidak menyentuh makan malamnya,” ucap Abella kepada Celline. Celline yang tengah duduk lesu di pinggir ranjang kemudian melangkah menghampiri sang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0157

    Allicia, dengan semangatnya yang berani dan tekad untuk mengikuti impian, menjadi seorang wirausaha sukses. Dia mendirikan perusahaan teknologi yang inovatif dan berkontribusi pada kemajuan teknologi di dunia. Keberaniannya dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian membuatnya menjadi panutan bag

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0156

    Pada suatu pagi yang cerah di Negara Muloz, Adrian, Abella, Audrey, dan Allicia, yang dikenal sebagai quadruplet yang sangat istimewa, berkumpul di ruang keluarga. Mereka duduk bersama di sekitar meja makan yang besar, dengan senyum bahagia di wajah mereka. Hari itu adalah hari yang sangat spesial,

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0155

    Andrew dan Odez juga membangun hubungan diplomatik yang kuat antara kedua negara, dengan harapan dapat menghindari konflik dan bekerja sama dalam menjawab tantangan global. Mereka mengundang pemimpin-pemimpin negara lain untuk berpartisipasi dalam dialog dan inisiatif bersama yang bertujuan untuk pe

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0154

    Setelah bertahun-tahun konflik yang sengit dan berdarah, Andrew dan Odez, dua pemimpin negara yang pernah berseteru, akhirnya duduk bersama untuk mencari jalan keluar dari situasi tersebut. Mereka telah melihat terlalu banyak penderitaan, terlalu banyak nyawa yang hilang, dan terlalu banyak puing-pu

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0153

    Andrew memulai percakapan dengan hati-hati, "Odez, saya tahu kita punya perbedaan yang dalam, tapi saat ini kita harus bersatu. Wabah ini mengancam kedua negara kita, dan kita harus mengambil alih kendali untuk mengatasi masalah ini."Odez mengangguk setuju, ekspresinya serius. "Saya juga merasa beg

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0152

    Matahari terbenam dengan gemilang, menyisakan langit senja yang memancarkan warna oranye dan ungu di balik pepohonan yang menghiasi kota Muloz. Andrew duduk di bangku taman yang sepi, merenung dalam-dalam. Hatinya berdebar-debar karena kejutan tak terduga yang baru saja terjadi. Dia, yang selama ini

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0151

    Andrew mendengarkan dengan serius dan kemudian berkata, "Saya menghargai perhatian dan keprihatinan Anda semua. Ini adalah keputusan sulit bagi saya juga. Namun, kita harus ingat bahwa Phoenix selalu berpegang pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Ini adalah yang membedakan kita dari musuh kita

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0150

    Ruangan Sang Dewa Perang (Andrew) terasa tegang, seolah-olah udara di dalamnya telah terkompresi oleh ketegangan yang begitu kuat. Para prajurit Phoenix yang setia telah menjaga ruangan ini dengan ketat, senjata-senjata mereka siap sedia dalam genggaman mereka. Markas utama Phoenix di ibukota Muloz

  • Sang Dewa Perang, Ayah Tampan Quadruplets   Bab 0149

    Andrew memutuskan untuk pulang. Dia merasa bahwa semua kejanggalan di Kabhie harus segera dihentikan, meskipun dia tahu bahwa option terakhir yang dimiliki bisa menghanguskan seluruh isi kota."Dokter Sarah, aku tidak tahan lagi dengan semua yang terjadi di Kabhie. Semua kejanggalan itu harus berakh

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status