Melihat mobil yang menjauh itu, sudut bibir Michelle terangkat...."Maaf, Pak Martin. Kencan buta ini bukan keinginanku. Aku sudah menghabiskan waktumu. Kamu bisa menurunkanku di stasiun kereta bawah tanah," kata Tiffany sambil menatap Martin dengan tatapan penuh perasaan bersalah."Kebetulan, aku juga hanya menyelesaikan tugas dari keluargaku. Ayo makan bareng, anggap saja sebagai penjelasan untuk para tetua keluarga kita?" kata Martin sambil tertawa."Baiklah," jawab Tiffany.Mendengar ucapan Martin, Tiffany merasa jauh lebih santai, jadi dia mengangguk dan menyetujui usul Martin.Martin membawa Tiffany ke sebuah restoran.Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang wajar di antara mereka dan masuk ke sebuah ruangan pribadi yang sudah dipesan terlebih dahulu. Kemudian, Martin menarikkan kursi untuk Tiffany."Nona Tiffany suka minum anggur apa?" tanya Martin dengan sopan."Maaf, aku nggak minum," jawab Tiffany.Tiffany memiliki toleransi yang rendah terhadap alkohol, jadi dia hany
"Sekeras apa pun kamu berteriak, nggak akan ada yang mendengarmu," kata Martin.Dia sengaja memilih restoran ini karena tempat ini sangat menghargai privasi tamu.Oleh karena itu, ruang pribadi di restoran ini sangat kedap suara.Martin menunduk dan melihat luka di lengannya. Dia mulai menggila.Dia tidak menyangka bahwa Tiffany yang terlihat lemah lembut bisa berbuat seliar ini.Dia menyukai wanita yang liar.Makin liar, makin seru.Martin melangkah maju.Seorang pria dewasa dan seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan.Baru saja Tiffany tiba di depan pintu ruangan, sebelum dia bisa membuka pintu itu, rambutnya dijambak oleh Martin dari belakang, sehingga dia tertarik menjauh dari pintu itu.Pintu ruangan yang baru sedikit terbuka pun kembali tertutup."Pergi sana!"Tiffany mengayunkan pisau itu lagi untuk mengusir Martin.Namun, kali ini, Martin sudah memiliki persiapan.Martin meraih pergelangan tangan Tiffany yang diayunkan dengan gila-gilaan, lalu mem
Tiffany berpikir, 'Apakah dia nggak pernah berpikir, bagaimana kalau aku benar-benar kenapa-kenapa?''Atau jangan-jangan dia sama sekali nggak peduli?'Karena efek obat itu, Tiffany kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa menyembunyikan pikirannya. Dia langsung bertanya dengan suara pecah, "Simon, karena aku nggak menaati ucapanmu dan datang untuk kencan buta, kamu membiarkannya memberiku obat bius, supaya dia menindasku? Hanya karena aku melanggar ucapanmu, kamu mau mendidikku dengan cara seperti ini?"Simon tidak membantah.Artinya, dia mengiakan pertanyaan Tiffany.Tiffany hanya merasakan kedinginan yang menjalar dari ujung kakinya ke seluruh tubuhnya. Dia pun mendorong Simon dengan sekuat tenaganya.Simon yang tangannya menyentuh dinding baru saja ingin menarik Tiffany ke dalam pelukannya untuk membawa Tiffany pergi.Pada saat ini, pintu lift terbuka lagi.Seseorang dengan sosok tinggi dan tampan pun muncul di koridor ini.Orang itu adalah Ivan.Pria yang tinggi itu melangkah mengh
Tiffany Scott menghadiri proses kremasi jenazah putrinya sendirian.Dia mengenakan jaket hitam yang tebal, tetapi sosoknya yang kurus tetap saja tidak bisa disembunyikan.Dia sudah menangis hingga matanya merah dan bengkak, tatapannya penuh akan ketidakrelaan.Dia mengeluarkan sepasang jepit rambut dari sakunya, mencondongkan badannya ke depan dan memasangkan jepit rambut itu di kepala putrinya dengan lembut.Jepit rambut itu adalah hadiah ulang tahun yang dia buat sendiri untuk putri kesayangannya."Selamat ulang tahun, Sayang. Ibu mencintaimu selamanya."Tiffany menundukkan kepalanya dan mencium kening putrinya dengan lembut.Rasa dingin itu membuat air matanya kembali mengalir.Waktunya sudah hampir tiba.Seorang petugas pria menghampirinya dan bertanya, "Permisi, apakah ayah dari anak ini belum datang?"Berdasarkan informasi anak ini, dia memiliki seorang ayah kandung."Dia nggak akan datang!" jawab Tiffany.Tatapannya sangat dingin."Nggak ditunggu lagi?" tanya petugas itu.Dia ju
Ekspresi Simon yang masam seketika menjadi lembut. Dia langsung menjawab, "Baiklah!"Seusai berbicara, dia berbalik tanpa ragu-ragu dan pergi dengan cepat.Dia lagi-lagi memilih putrinya dengan Michelle dan meninggalkan Sierra.Tiffany berdiri di tempat sambil memeluk guci abu putrinya dengan sedih. Dia menepuk-nepuk guci itu dengan lembut, seperti sedang menghibur putrinya dalam diam.Sejak Michelle pulang dari luar negeri dengan putrinya ....Simon menjadi pilih kasih pada mereka.Asalkan mereka menghubunginya, selarut apa pun itu, tidak peduli apa pun yang sedang dia lakukan, dia tetap akan langsung pergi ke mereka.Tiffany tidak keberatan jika dia diabaikan, tetapi dia mengasihani Sierra.Sierra jelas-jelas sangat patuh dan pengertian!Namun, dia malah berulang kali disakiti oleh ayahnya!Untung saja, ini sudah terakhir kalinya.Ke depannya, hal seperti itu tidak akan terjadi lagi!...Di sebuah ruang rawat khusus di Rumah Sakit Carmen.Simon berjalan masuk dengan membawa hawa ding
Saat Simon bereaksi, dia langsung berseru dengan suara yang sangat dingin.Dia mengulurkan tangannya dan mencengkeram tangan Tiffany yang masih terus diayunkan sambil menatap Tiffany dengan tatapan tajam.Demi orang yang dia sukai, pria yang selalu bersikap mulia dan dingin ini seketika berubah menjadi orang lain.Mata Tiffany pun memerah.Melihat pria yang sudah dia cintai selama 10 tahun ini, rasa masam meluap dalam hatinya."Iya, dari awal, aku seharusnya sudah menggila."Dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menampar Simon dengan kuat."Simon, kita putus."Sejak kematian putrinya, dia sudah ingin mengucapkan kata-kata ini pada Simon.Hubungan mereka berakhir di sini!Tiffany menarik kembali tangannya. Telapak tangannya mati rasa karena dia menampar pria itu dengan sekuat tenaganya.Pipi kiri Simon jelas-jelas memerah. Ini pertama kalinya dia ditampar oleh seorang wanita.Dia menatap Tiffany dengan ekspresi gelap dan menakutkan, dengan tatapan penuh kebencian, sambil tertawa dengan
Seusai berbicara, dia mengakhiri panggilan ini.Sebelum Simon pergi, dia berkata dengan nada dingin, "Tiffany, kalau kamu berani, ke depannya, jangan biarkan Sierra menghubungiku lagi."Kemudian, dia langsung pergi tanpa ragu-ragu.Baru saja Simon berjalan keluar ....Terdengar suara benturan keras dari belakang.Dia pun menoleh dan melihat Tiffany, yang tadinya masih baik-baik saja, terjatuh di lantai dalam posisi membelakanginya."Tiffany, biar aku peringatkan, jangan macam-macam di hadapanku," kata Simon.Tiffany jatuh terbaring di lantai yang dingin, kesadarannya masih belum sepenuhnya menghilang.Mendengar ucapan Simon, dia hanya merasakan aliran dingin dalam tubuhnya.Jelas-jelas, Simon mengira bahwa Tiffany pura-pura jatuh pingsan supaya Simon tidak pergi.Bagi Simon, Tiffany adalah seorang wanita kejam yang bisa melakukan apa pun demi dirinya.Lima tahun yang lalu, untuk merusak hubungan Simon dan Michelle, di hari perayaan hubungan mereka, Tiffany sengaja naik ke ranjang Simon
Suasana di dalam kamar mulai memanas, aliran panas pun berkumpul di bagian bawah perutnya Simon.Simon membalikkan badannya dan menindih tubuh Tiffany di bawah tubuhnya.Tiffany terbangun dari mimpi buruknya dan membuka matanya secara perlahan.Saat dia melihat langit-langit kamar, dia tercengang sejenak.Mimpinya terlalu menyedihkan, sehingga untuk sejenak, dia tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.Pada saat ini, dia tiba-tiba merasa kedinginan.Dia pun seketika tersadar.Dia baru menyadari bahwa dia sedang berbaring di atas ranjang dalam keadaan berantakan, sedangkan Simon sedang melepaskan pakaiannya.Ekspresi Tiffany menjadi dingin, darah dalam sekujur tubuhnya juga seperti mengalir balik arah.Tanpa ragu-ragu, dia mendorong pria itu sambil berkata, "Simon, lepaskan aku."Simon sudah terbawa suasana, sehingga dia bukan hanya tidak menghentikan gerakannya, melainkan malah makin menjadi-jadi.Meskipun Simon tidak mencintai Tiffany, harus diakui bahwa Simon menyukai tubuh
Tiffany berpikir, 'Apakah dia nggak pernah berpikir, bagaimana kalau aku benar-benar kenapa-kenapa?''Atau jangan-jangan dia sama sekali nggak peduli?'Karena efek obat itu, Tiffany kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa menyembunyikan pikirannya. Dia langsung bertanya dengan suara pecah, "Simon, karena aku nggak menaati ucapanmu dan datang untuk kencan buta, kamu membiarkannya memberiku obat bius, supaya dia menindasku? Hanya karena aku melanggar ucapanmu, kamu mau mendidikku dengan cara seperti ini?"Simon tidak membantah.Artinya, dia mengiakan pertanyaan Tiffany.Tiffany hanya merasakan kedinginan yang menjalar dari ujung kakinya ke seluruh tubuhnya. Dia pun mendorong Simon dengan sekuat tenaganya.Simon yang tangannya menyentuh dinding baru saja ingin menarik Tiffany ke dalam pelukannya untuk membawa Tiffany pergi.Pada saat ini, pintu lift terbuka lagi.Seseorang dengan sosok tinggi dan tampan pun muncul di koridor ini.Orang itu adalah Ivan.Pria yang tinggi itu melangkah mengh
"Sekeras apa pun kamu berteriak, nggak akan ada yang mendengarmu," kata Martin.Dia sengaja memilih restoran ini karena tempat ini sangat menghargai privasi tamu.Oleh karena itu, ruang pribadi di restoran ini sangat kedap suara.Martin menunduk dan melihat luka di lengannya. Dia mulai menggila.Dia tidak menyangka bahwa Tiffany yang terlihat lemah lembut bisa berbuat seliar ini.Dia menyukai wanita yang liar.Makin liar, makin seru.Martin melangkah maju.Seorang pria dewasa dan seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan.Baru saja Tiffany tiba di depan pintu ruangan, sebelum dia bisa membuka pintu itu, rambutnya dijambak oleh Martin dari belakang, sehingga dia tertarik menjauh dari pintu itu.Pintu ruangan yang baru sedikit terbuka pun kembali tertutup."Pergi sana!"Tiffany mengayunkan pisau itu lagi untuk mengusir Martin.Namun, kali ini, Martin sudah memiliki persiapan.Martin meraih pergelangan tangan Tiffany yang diayunkan dengan gila-gilaan, lalu mem
Melihat mobil yang menjauh itu, sudut bibir Michelle terangkat...."Maaf, Pak Martin. Kencan buta ini bukan keinginanku. Aku sudah menghabiskan waktumu. Kamu bisa menurunkanku di stasiun kereta bawah tanah," kata Tiffany sambil menatap Martin dengan tatapan penuh perasaan bersalah."Kebetulan, aku juga hanya menyelesaikan tugas dari keluargaku. Ayo makan bareng, anggap saja sebagai penjelasan untuk para tetua keluarga kita?" kata Martin sambil tertawa."Baiklah," jawab Tiffany.Mendengar ucapan Martin, Tiffany merasa jauh lebih santai, jadi dia mengangguk dan menyetujui usul Martin.Martin membawa Tiffany ke sebuah restoran.Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang wajar di antara mereka dan masuk ke sebuah ruangan pribadi yang sudah dipesan terlebih dahulu. Kemudian, Martin menarikkan kursi untuk Tiffany."Nona Tiffany suka minum anggur apa?" tanya Martin dengan sopan."Maaf, aku nggak minum," jawab Tiffany.Tiffany memiliki toleransi yang rendah terhadap alkohol, jadi dia hany
Isabella menunggu jam Tiffany pulang kerja untuk mengawasi progres kencan buta itu.Tiffany berpikir sejenak sebelum menyadari maksud ucapan Isabella, yaitu pasangan kencan butanya."Dia menunggu di bawah perusahaan?" tanya Tiffany."Iya, awalnya mau mengajak untuk bertemu di restoran, tapi katanya, dia kebetulan sejalan, jadi dia akan pergi menjemputmu di perusahaan. Tiffany, jangan membuatnya menunggu lama. Cepat turun," kata Isabella.Isabella sangat bersemangat. Bisa dilihat bahwa dia sangat puas dengan pasangan kencan buta yang dia pilih ini."Baiklah, aku akan ke bawah sekarang juga," kata Tiffany.Tiffany juga tidak ingin membuat orang lain menunggu lama, jadi setelah membereskan barangnya, dia langsung turun ke lantai bawah.Baru saja dia keluar dari perusahaan, dia melihat sebuah mobil Rolls-Royce Ghost berwarna hitam.Mobil itu mobilnya Simon.Pria itu duduk di dalam mobil dan tidak turun dari mobil.Jendela mobil diturunkan sedikit, sehingga saat Tiffany melihat ke arah mobi
Saat Simon melihat telinga Tiffany yang sangat merah, tatapannya menggelap.Tatapannya bergerak ke bawah.Dia pun melihat bagian belakang leher Tiffany yang juga sudah memerah.Napas Simon menjadi makin berat. Dia membalikkan wajah Tiffany dan meraih dagu Tiffany sambil menunduk untuk mencium Tiffany."Upp!"Tiffany terus meronta.Dia terus menggoyangkan kepalanya untuk menghindari ciuman ini.Namun, Simon mendekatinya secara perlahan, sehingga Tiffany sama sekali tidak bisa menghindar.Simon mencium Tiffany hingga Tiffany kesusahan bernapas, sebelum Simon melepaskan bibirnya.Tiffany benar-benar marah besar.Begitu bibirnya dibebaskan, dia menunduk, membuka mulutnya dan menggigit bagian antara jari jempol dan jari telunjuknya Simon.Dia juga menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian.Simon membiarkan Tiffany menggigitnya, seakan-akan dia tidak merasakan rasa sakit.Dia hanya makin kejam.Mobil ini sudah meninggalkan jalan pribadi Keluarga Frank. Saat ini sedang jam sibuk, jadi arus
Tiffany berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Begitu dia keluar, dia langsung melihat sebuah mobil Maybach hitam yang terparkir di depan pintu.Mobil ini diaturkan Isabella untuk mengantarkan Tiffany ke perusahaan.Tiffany bergegas menghampiri mobil itu dan membuka pintu mobil untuk naik mobil.Begitu dia masuk ke dalam mobil, dia melihat seseorang di jok belakang mobil.Tiffany langsung menoleh. Di dalam mobil yang gelap ini, dia bisa melihat sosok seorang pria tinggi yang sedang bersandar di kursinya, dengan sebagian besar wajahnya tersembunyi di bayangan.Orang itu adalah Simon.Dia memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan di tangan kirinya yang ujungnya sudah berubah bentuk karena kekuatan tangannya.Dia menatap Tiffany dengan tatapan yang sangat berbahaya.Dengan ekspresi dingin, gerakan Tiffany naik mobil seketika terhenti.Kemudian, Tiffany bergegas mundur ke belakang.Dia tidak ingin naik mobil yang sama dengan Simon.Reaksi Tiffany sudah sangat cepat, tetapi dia tetap saja
"Aku terbawa emosi, makanya aku melepaskan beberapa ekor tikus ke dalam ruangan untuk melampiaskan amarahku demi Rora.""Simon, aku hanya melakukannya karena aku terlalu mencintai Rora."Aurora adalah keuntungan Michelle.Simon sangat menyayangi Aurora.Asalkan Michelle mengatakan bahwa dia hanya melakukan hal itu demi Aurora, Simon tidak akan perhitungan dengannya.Karena Simon diam saja, Michelle berkata lagi dengan nada lembut dan manis, "Simon, sekarang, aku sama sekali nggak berani tidur. Setiap aku memejamkan mataku, aku bisa melihat ular itu menjerat diriku. Bisakah kamu menemaniku di rumah sakit?"Namun, Simon malah berkata dengan suara rendah, "Sudah malam, cepat tidur."Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan ini.Saat Michelle mengatakan bahwa dia terus melihat ular menjerat dirinya setiap dia memejamkan matanya, Simon malah mengingat bahwa Tiffany sangat takut pada tikus, tetapi malah dikurung selama itu, jadi malam ini, Tiffany pasti susah tidur....Setelah Simon kelu
Michelle menangis dengan pelan sambil terus mengeluh tentang penyiksaan yang dia derita di ruang bawah tanah itu.Setiap kata yang dia ucapkan sedang memancing amarah Simon.Dia sudah mengatakan bahwa saat dia keluar, dia tidak akan melepaskan Tiffany.Seiring dengan tangisannya, dia jelas-jelas merasakan aura dingin yang Simon pancarkan.Michelle membenamkan dirinya dalam pelukan Simon sambil tersenyum dengan bangga....Di rumah lama Keluarga Frank.Pada malam hari, Tiffany tidak tidur di rumahnya Simon, melainkan pergi ke rumahnya Isabella dan tidur di kamarnya sendiri.Karena Tiffany sudah merasakan ketakutan yang berlebihan, Isabella menyuruh pembantu untuk memasakkan sup hangat untuk Tiffany dan menyalakan dupa aroma terapi di kamarnya.Tiffany mengira bahwa hal-hal ini akan membantunya terlelap, tetapi setiap dia memejamkan matanya, adegan di ruang bawah tanah itu akan muncul dalam benaknya.Dia tidak bisa tidur.Tiffany pun berdiri dan mengeluarkan obat dari tasnya.Dia meminum
Jika Simon tidak bisa melihat kebaikan Tiffany, Isabella akan mencarikan orang yang bisa menghargai dan mencintai Tiffany.Dia menggenggam tangan Tiffany dan berkata, "Tiffany, Nenek pasti akan memilihkan pasangan yang baik untukmu.""Nenek, aku nggak mau kencan buta."Tiffany langsung menolak.Ucapan Simon memang benar, Tiffany tidak akan kencan buta, bukan karena dia terlalu mencintai Simon, melainkan karena dia belum membalaskan dendam Sierra, jadi dia tidak ingin memikirkan hal-hal ini.Isabella berkata dengan sungguh-sungguh, "Tiffany, Nenek mau mencarikan orang yang bisa melindungimu."Sebelumnya, dia ingin menjodohkan Tiffany dengan Simon.Dia memang egois karena Simon adalah cucu yang paling dia sayangi dan Tiffany sangat mencintai Simon, jadi Tiffany pasti akan memperlakukan Simon dengan baik. Oleh karena itu, Isabella merasa tenang.Namun, secara bersamaan, dia menginginkan agar Simon bisa melindungi Tiffany dan tidak membiarkan Tiffany ditindas.Akan tetapi, sekarang, Isabel