Share

Bab 2

Penulis: Alisa Salim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 18:41:09
Ekspresi Simon yang masam seketika menjadi lembut. Dia langsung menjawab, "Baiklah!"

Seusai berbicara, dia berbalik tanpa ragu-ragu dan pergi dengan cepat.

Dia lagi-lagi memilih putrinya dengan Michelle dan meninggalkan Sierra.

Tiffany berdiri di tempat sambil memeluk guci abu putrinya dengan sedih. Dia menepuk-nepuk guci itu dengan lembut, seperti sedang menghibur putrinya dalam diam.

Sejak Michelle pulang dari luar negeri dengan putrinya ....

Simon menjadi pilih kasih pada mereka.

Asalkan mereka menghubunginya, selarut apa pun itu, tidak peduli apa pun yang sedang dia lakukan, dia tetap akan langsung pergi ke mereka.

Tiffany tidak keberatan jika dia diabaikan, tetapi dia mengasihani Sierra.

Sierra jelas-jelas sangat patuh dan pengertian!

Namun, dia malah berulang kali disakiti oleh ayahnya!

Untung saja, ini sudah terakhir kalinya.

Ke depannya, hal seperti itu tidak akan terjadi lagi!

...

Di sebuah ruang rawat khusus di Rumah Sakit Carmen.

Simon berjalan masuk dengan membawa hawa dingin bersamanya.

Melihat kedatangannya, Michelle yang sedang membujuk Aurora bertanya dengan terkejut, "Simon, kenapa kamu datang ke sini? Bukannya kamu sudah bilang kalau kamu akan merayakan ulang tahun Sierra?"

Seusai berbicara, dia langsung menyadari sesuatu. Dia menatap putrinya yang berada di atas ranjang sambil bertanya dengan serius, "Rora, kamu diam-diam menghubungi Ayah lagi, ya?"

"Ayah ...."

Aurora melemparkan dirinya ke pelukan Simon. Dia mengangkat kepalanya dalam pelukan Simon dan menatap Simon dengan matanya yang merah. Sambil terisak tangis, dia berkata dengan lembut, "Kalau nggak ada Ayah, Rora takut."

Simon memeluk gadis kecil itu dengan lembut dan menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan sambil berkata pada Michelle, "Rora baru berusia lima tahun, jadi wajar saja kalau dia takut saat dia masuk rumah sakit. Hari ini, aku nggak akan pergi ke mana-mana, aku akan menemaninya di sini. Kalau soal Sierra ... masih ada lain kali."

Ucapannya membuat Michelle teringat akan penyakit putrinya, sehingga Michelle tidak tega untuk memarahi putrinya lagi.

Dia mengelus wajah putrinya dengan sedih, lalu menatap Simon dan berkata dengan rasa terima kasih, "Simon, terima kasih, ya. Berkat kamu, Rora bisa mendapatkan donor ginjal yang cocok. Tanpamu, Rora sepertinya ...."

Sambil mengucapkan kata-kata ini, Michelle berlinang air mata.

"Selama ada aku di sini, Rora nggak akan kenapa-kenapa," kata Simon.

Simon berjanji dengan nada bicara yang lembut.

"Simon, aku senang sekali ada kamu di sini."

Michelle terisak tangis sambil bersandar di bahu Simon.

Simon menepuk-nepuk punggung Michelle. Saat tangan Michelle melingkari pinggangnya, dia berdiri dan berkata, "Biar aku pergi bahas tentang kondisi Rora dengan tim ahli dulu. Kamu bisa bawa Rora ke bawah. Nanti, aku akan pergi mencari kalian."

"Ayah, yang cepat, ya," kata Aurora.

Sambil mendengar suara Aurora yang manis, Simon meninggalkan ruang rawat ini dan masuk ke dalam lift.

Baru saja pintu lift tertutup, pintu lift lainnya terbuka dan Tiffany berjalan cepat ke luar.

Dia langsung berjalan ke ruangan dokter yang mengobati Sierra.

"Nona Tiffany, kamu nggak boleh masuk."

Tiffany mengabaikan halangan seorang perawat dan menerjang ke dalam ruangan.

Dia berjalan cepat ke hadapan dokter itu. Dengan sepasang matanya yang merah, dia bertanya dengan nada memelas, "Pak Fabian, tolong beri tahu aku, siapa yang sebenarnya mencuri donor ginjal untuk Sierra?"

Jika bukan karena donor ginjalnya Sierra tiba-tiba diambil orang, Sierra tidak akan meninggal.

"Pak Fabian, kumohon."

Karena Fabian tidak juga menjawab pertanyaannya, Tiffany langsung berlutut di lantai.

Dia bersedia untuk melakukan apa pun asalkan dia bisa mendapatkan jawaban untuk pertanyaannya.

Fabian bergegas berdiri dan memapah Tiffany sambil menjawab, "Nona Tiffany, jangan bertindak seperti ini, aku benar-benar nggak tahu."

Melihat Tiffany yang menjadi jauh lebih kurus dalam waktu sesingkat beberapa hari, dia membuang napas dengan cemas.

Seorang dokter mengkhawatirkan pasiennya layaknya orang tua yang mengkhawatirkan anaknya.

Dia sangat mengasihani wanita ini.

Putri wanita ini mendapatkan donor ginjal yang cocok dengan susah payah, tetapi malah dicuri sebelum operasinya dijalankan, sehingga putrinya akhirnya meninggal.

Seorang gadis kecil yang begitu imut dan patuh pun meninggal begitu saja.

Sebagai seorang ibu, Tiffany tentu saja tidak bisa menerima kenyataan ini.

Namun, Fabian benar-benar tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan itu.

Dia hanya mendengar bahwa donor ginjal itu secara kebetulan juga cocok dengan putri seorang tokoh besar ....

Namun, Fabian juga tidak berani mengungkapkan hal ini.

Karena tidak mendapatkan jawaban apa pun, Tiffany hanya bisa meninggalkan ruangan dengan berat hati.

Saat dia berjalan melewati lantai bawah instalasi rawat inap, sebuah sosok kecil tiba-tiba menerjang ke arahnya dengan sangat cepat.

Secara refleks, Tiffany mengulurkan tangannya untuk menangkap tubuh itu.

Sebelum dia bisa menyentuh anak itu, tangannya dipukul dengan sangat kuat, lalu terdengar suara seorang wanita yang familier. "Jangan lukai putriku!"

Suara itu suaranya Michelle.

Tiffany menarik kembali tangannya dan menoleh dengan ekspresi tenang.

Tiffany pun melihat Michelle melindungi Aurora dalam pelukannya sambil menatap Tiffany seakan-akan dia sedang menghadapi musuh. Kemudian, Michelle seperti berusaha untuk menahan emosinya sambil berkata, "Tiffany, kalau kamu nggak senang, kamu bisa melampiaskan amarahmu padaku. Rora masih kecil, jangan sentuh dia."

Michelle lagi-lagi bersandiwara.

Seulas senyuman sinis tersungging di bibir Tiffany. Tanpa mencari pun dia tahu bahwa Simon pasti berada di sekitar.

Seperti yang dia duga ....

Begitu Michelle mengucapkan kata-kata ini, terdengar suara teguran pria yang tidak senang itu dari belakang. "Tiffany, kamu ngapain lagi?!"

Simon berjalan cepat menghampiri mereka dan melindungi Michelle dan putrinya di belakangnya sambil menatap Tiffany dengan tatapan penuh kedinginan dan peringatan.

Perlindungan Simon yang tidak berdasar terhadap Michelle dan putrinya tetap membuat Tiffany merasa sakit hati. Dia mengepalkan kedua tangannya erat-erat.

Karena Tiffany masih mengkhawatirkan penyebab kematian putrinya, dia tidak ingin terlalu banyak perhitungan dengan orang-orang ini. Namun, saat dia berbalik dan hendak pergi, dia melihat Aurora tiba-tiba memeluk kaki Simon dan mengangkat kepalanya sambil berkata dengan sedih, "Kemarin, Ayah merayakan ulang tahunku dan nggak menemani Sierra, jadi Sierra nggak senang, sehingga Bibi Tiffany marah pada Rora, ya? Semuanya salah Rora ...."

Ekspresi Tiffany sontak menjadi dingin.

Adegan ini mengingatkannya akan pertemuan pertama antara Sierra dengan Aurora.

Aurora jatuh ke kolam renang dan diselamatkan oleh Simon yang bergegas datang ke tempat itu.

Pada saat itu, Aurora juga meminta maaf pada Sierra sambil menangis seperti ini. "Sierra, apakah aku membuatmu marah? Sierra, maaf, semuanya salah Rora."

Dia meminta maaf seperti ini untuk mengisyaratkan bahwa Sierra sengaja mendorongnya.

Simon seketika marah besar. Tanpa mendengarkan penjelasan Sierra, dia langsung memarahi dan menghukum Sierra untuk berdiri dan introspeksi diri di luar.

Sierra harus berdiri selama beberapa jam, sedangkan Simon sama sekali tidak memedulikannya.

Saat Sierra pulang, dia langsung jatuh sakit dan demam parah selama tiga hari.

Saat gadis kecil itu bangun, dia menangis dengan sedih sambil berkata, "Ibu, percayalah pada Sierra, Sierra nggak mendorong Kak Rora. Kak Rora-lah yang mendorongku dan jatuh sendiri ke kolam renang. Bukan Sierra, benar-benar bukan Sierra."

"Sayang, jangan menangis. Ibu percaya padamu!"

Tiffany memeluk putrinya sambil terus menghibur putrinya dengan sedih. Namun, Sierra masih terus menangis sambil bertanya, "Kenapa Ayah nggak percaya pada Sierra?"

Sierra merasa paling sedih karena ayahnya yang dia cintai tidak memercayainya.

Ingatan ini membuat tatapan Tiffany terhadap Aurora makin dingin.

Aurora merasa ketakutan hingga dia langsung menangis tersedu-sedu.

Michelle merasa sangat sedih. Dia langsung menerjang ke hadapan Tiffany untuk menghalangi pandangan Tiffany sambil berkata, "Tiffany, sudah kubilang, kalau kamu nggak senang, kamu bisa melampiaskan amarahmu padaku ...."

"Plak!"

"Plak!"

"Plak!"

Tiffany pun mewujudkan keinginan Michelle.

Dia mengangkat tangannya dan menampar Michelle berkali-kali dengan kuat.

"Tiffany, kamu benar-benar sudah gila, ya?!"

Bab terkait

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 3

    Saat Simon bereaksi, dia langsung berseru dengan suara yang sangat dingin.Dia mengulurkan tangannya dan mencengkeram tangan Tiffany yang masih terus diayunkan sambil menatap Tiffany dengan tatapan tajam.Demi orang yang dia sukai, pria yang selalu bersikap mulia dan dingin ini seketika berubah menjadi orang lain.Mata Tiffany pun memerah.Melihat pria yang sudah dia cintai selama 10 tahun ini, rasa masam meluap dalam hatinya."Iya, dari awal, aku seharusnya sudah menggila."Dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menampar Simon dengan kuat."Simon, kita putus."Sejak kematian putrinya, dia sudah ingin mengucapkan kata-kata ini pada Simon.Hubungan mereka berakhir di sini!Tiffany menarik kembali tangannya. Telapak tangannya mati rasa karena dia menampar pria itu dengan sekuat tenaganya.Pipi kiri Simon jelas-jelas memerah. Ini pertama kalinya dia ditampar oleh seorang wanita.Dia menatap Tiffany dengan ekspresi gelap dan menakutkan, dengan tatapan penuh kebencian, sambil tertawa dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 4

    Seusai berbicara, dia mengakhiri panggilan ini.Sebelum Simon pergi, dia berkata dengan nada dingin, "Tiffany, kalau kamu berani, ke depannya, jangan biarkan Sierra menghubungiku lagi."Kemudian, dia langsung pergi tanpa ragu-ragu.Baru saja Simon berjalan keluar ....Terdengar suara benturan keras dari belakang.Dia pun menoleh dan melihat Tiffany, yang tadinya masih baik-baik saja, terjatuh di lantai dalam posisi membelakanginya."Tiffany, biar aku peringatkan, jangan macam-macam di hadapanku," kata Simon.Tiffany jatuh terbaring di lantai yang dingin, kesadarannya masih belum sepenuhnya menghilang.Mendengar ucapan Simon, dia hanya merasakan aliran dingin dalam tubuhnya.Jelas-jelas, Simon mengira bahwa Tiffany pura-pura jatuh pingsan supaya Simon tidak pergi.Bagi Simon, Tiffany adalah seorang wanita kejam yang bisa melakukan apa pun demi dirinya.Lima tahun yang lalu, untuk merusak hubungan Simon dan Michelle, di hari perayaan hubungan mereka, Tiffany sengaja naik ke ranjang Simon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 5

    Suasana di dalam kamar mulai memanas, aliran panas pun berkumpul di bagian bawah perutnya Simon.Simon membalikkan badannya dan menindih tubuh Tiffany di bawah tubuhnya.Tiffany terbangun dari mimpi buruknya dan membuka matanya secara perlahan.Saat dia melihat langit-langit kamar, dia tercengang sejenak.Mimpinya terlalu menyedihkan, sehingga untuk sejenak, dia tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.Pada saat ini, dia tiba-tiba merasa kedinginan.Dia pun seketika tersadar.Dia baru menyadari bahwa dia sedang berbaring di atas ranjang dalam keadaan berantakan, sedangkan Simon sedang melepaskan pakaiannya.Ekspresi Tiffany menjadi dingin, darah dalam sekujur tubuhnya juga seperti mengalir balik arah.Tanpa ragu-ragu, dia mendorong pria itu sambil berkata, "Simon, lepaskan aku."Simon sudah terbawa suasana, sehingga dia bukan hanya tidak menghentikan gerakannya, melainkan malah makin menjadi-jadi.Meskipun Simon tidak mencintai Tiffany, harus diakui bahwa Simon menyukai tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 6

    Ucapan ini sangat ambigu, terlebih lagi pakaian di dalam kantong belanja itu.Di dalam kantongan itu, terdapat satu set pakaian pria, dengan celana dalam pria sengaja diletakkan di paling atas.Michelle jelas-jelas sedang memamerkan pada Tiffany bahwa semalam, Simon bermalaman di rumahnya.Tatapan Tiffany tertuju pada celana dalam itu selama beberapa detik sebelum berpindah ke Michelle.Dia melihat Michelle sengaja menyibakkan rambutnya yang panjang dengan santai dan menunjukkan bekas-bekas merah di lehernya.Siapa pun bisa melihat bahwa itu bekas ciuman.Semalam, Simon pasti sudah tidur dengan Michelle.Simon tidak bisa melampiaskan hasratnya dengan Tiffany, jadi dia langsung pergi mencari Michelle.Selain itu, hubungan mereka pasti sangat berapi-api.Tiffany merasakan rasa sakit dalam hatinya.Michelle sengaja ingin menyiksa Tiffany.Sambil memikirkan putrinya yang baru meninggal tidak lama, ekspresi Tiffany menjadi dingin.Dia berdiri secara perlahan dan menatap Michelle dengan tata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 7

    Tiffany sudah mencintai Simon selama sepuluh tahun.Oleh karena itu, dia sudah mengenali hawa Simon.Saat Simon menciumnya, dia langsung mengetahui bahwa itu Simon.Kepanikan dan ketakutan yang dia rasakan seketika menghilang, menyisakan kedinginan dalam hatinya.Dengan ekspresi dingin, Tiffany memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman Simon.Penolakannya membuat tatapan Simon menggelap. Simon menarik kembali wajah Tiffany secara paksa dan mencium Tiffany lagi.Simon memancarkan aura yang sangat mencekam, bercampur dengan amarah.Apakah Simon datang untuk melampiaskan amarah Michelle karena Tiffany menganiaya wanita yang Simon cintai di kafe itu?Dalam hatinya, Tiffany terus melawan.Namun, kekuatan yang menahannya sangat kuat, sehingga Tiffany tidak bisa menghindar. Dia hanya bisa menggertakkan giginya untuk mencegah napas pria itu masuk ke mulutnya.Secara bersamaan, tubuhnya juga meronta dengan makin kuat. Dia mengangkat tangannya dan mendorong pria itu.Namun, karena perbedaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 8

    Tiffany merasa sangat malu dan marah.Dengan dorongan amarahnya, dia melawan dengan sekuat tenaga.Saat perhatian Simon sedang tertuju pada Michelle, Tiffany langsung menendang selangkangan Simon dengan lututnya."Ahh ...."Simon pun mengerang dengan pelan.Dia merasa kesakitan, sehingga dia melepaskan pegangannya pada Tiffany.Tiffany langsung membalikkan badannya dan melarikan diri.Dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil.Dia membungkus tubuhnya yang berlapis pakaian yang berantakan dengan jaketnya dan berjalan cepat ke mobilnya.Saat dia naik mobil dan mengunci pintu mobil, ketegangannya baru mereda.Di dalam mobilnya Simon.Simon bersandar di kursi sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya dan menyalakannya.Tatapannya terus mengikuti gerakan Tiffany. Penampilan Tiffany berbaring di bawah tubuhnya tadi muncul lagi dalam benaknya.Rambut Tiffany yang panjang berantakan, kulitnya seputih salju.Bekas yang Simon tinggalkan di tubuhnya pun terlihat sangat jelas.Sungguh me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 9

    Langkah Tiffany seketika terhenti.Dia berbalik dan menatap Simon yang sedang menggendong Aurora dengan tatapan dingin. Dia tersenyum sinis dan berkata, "Simon, sejak Sierra lahir, kamu nggak pernah menjaganya sehari saja. Berani sekali kamu mengataiku di sini?!"Simon terdiam sejenak.Namun, Michelle berkata, "Tiffany, kenapa kamu mengatai Simon seperti ini? Dia nggak sepertimu, yang nggak melakukan apa pun di rumah. Pekerjaannya sangat sibuk, jadi wajar saja kalau dia agak mengabaikan Sierra. Kamu seharusnya memahami kondisinya, bukan mengkritik dirinya!""Selain itu, Simon sangat menyukai anak kecil, mana mungkin dia mengabaikan Sierra? Kenapa kamu nggak introspeksi diri?"Michelle membela Simon bukan hanya untuk menyanjung Simon, tetapi juga untuk diam-diam mengisyaratkan bahwa Tiffany membuat Sierra nakal, sehingga dibenci oleh Simon.Tiffany menatap Michelle dengan tatapan tajam dan memberinya peringatan dengan nada bicara yang kasar. "Michelle, kamu nggak berhak untuk ikut campu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 10

    Bagaimana mungkin seorang anak baik akan berbohong?Siapa?Siapa yang tidak pernah mendengar ucapan Sierra dan terus menuduh bahwa Sierra berbohong?Siapa yang memarahi Sierra tidak jujur, menyalahkan Sierra kecil-kecil sudah berbohong dan mengatai Sierra anak nakal?Sungguh tidak adil!Sierra hanya pernah berbohong sekali, demi menanti kedatangan ayahnya yang tidak menepati janji, sehingga Sierra harus membayar dengan nyawanya.Namun, di mata Simon, Sierra tetap sangat nakal.Mata Tiffany seketika memerah. Dia menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian dan bertanya dengan dingin, "Simon, Aurora adalah anak kecil, tapi Sierra bukan, ya?""Mana mungkin Sierra bisa dibandingkan dengan Rora?!"Ucapan Simon membuat tatapan Tiffany menjadi sangat dingin.Inilah isi hati Simon.Bagi Simon, putri yang dilahirkan wanita yang dia cintai sangat baik.Seperti Michelle, anak itu sempurna.Sedangkan Sierra sangat nakal, seperti ibunya.Tiffany merasa sangat sedih, seakan-akan hatinya dicabik-cabi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 50

    Simon langsung mengernyit.Artinya, mulai sekarang, dia tidak bisa menyebut nama Sierra lagi di hadapan Isabella.Dia menoleh dan menatap Tiffany yang berada di sampingnya.Tiffany jelas-jelas membuang napas dengan lega.Tatapan Simon pun menggelap.Dia berpikir, 'Sampai kapan dia mau menyembunyikan Sierra?'"Kalau kamu memelototi Tiffany lagi, aku akan mencungkil matamu!"Saat Isabella berjalan keluar, dia melihat Simon yang sedang menatap Tiffany dengan tatapan dingin.Dia langsung naik darah.Dia pun mengangkat tangannya dan memukul punggung Simon dengan kuat."Ahh ...."Simon seketika merasa kesakitan."Kualat!" seru Isabella, tetapi tatapannya penuh akan kekhawatiran.Dia sudah melupakan bahwa dia baru menghukum Simon.Simon pun terdiam....Tiffany memasak beberapa makanan yang disukai Isabella. Isabella merasa sangat senang dan menambah nasi setengah mangkuk.Setelah makan, Isabella membawa Tiffany ke taman bunga dengannya.Tiba-tiba, cuacanya berubah.Hujan tiba-tiba turun deng

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 49

    Mendengar Simon menyebut nama Sierra, tubuh Tiffany seketika menjadi kaku.Karena Tiffany tidak menjawabnya, Simon memberinya peringatan dengan suara rendah, "Tiffany, jangan menggila lagi."Tiffany tahu bahwa Simon sedang memberinya peringatan, agar dia tidak mengatakan bahwa Sierra sudah meninggal.Tatapan Tiffany menggelap. Dia sama sekali tidak berniat untuk mengungkit tentang Sierra lagi di hadapan Simon.Dia hanya mengkhawatirkan Isabella.Sebelum Isabella mengalami koma, dia sangat menyayangi Sierra. Sekarang, setelah dia bangun dengan susahnya, bisakah dia menerima kenyataan bahwa Sierra sudah meninggal?Tiffany tidak berani bertaruh.Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi pada saat ini, terdengar suara seorang wanita tua dari arah tangga."Apa yang sedang kalian bicarakan? Mau jemput siapa untuk makan denganku?" tanya Isabella.Tiffany seketika merasa panik.Dia menahan kesedihan dalam hatinya dan memaksakan seulas senyuman sambil berjalan maju. "Nenek, nggak .

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 48

    Tiffany tidak mengalihkan topik pembicaraan ini hanya karena amarah Simon, melainkan berkata lagi, "Aku mau bilang, kalau ada kamera pemantau di kolam renang rumahnya Michelle, apakah kebenaran hari itu juga akan seperti hari ini?""Tiffany!"Emosi Simon bergejolak, sehingga kekuatannya jelas-jelas meningkat.Suasana lembut antara kedua orang ini seketika menghilang."Ahh!"Tiffany tidak bisa menahan diri dari berseru kesakitan.Simon baru mengurangi kekuatannya, tetapi dia jelas-jelas marah.Dia berdiri dan menatap Tiffany yang berada di sofa dengan tatapan dominan. "Tiffany, hari ini, kamu memang nggak mendorong Rora, tapi nggak berarti Sierra nggak mendorong Rora," katanya dengan dingin.Seusai berbicara, Simon langsung pergi.Tiffany baru bangkit dari sofa secara perlahan, lalu mengenakan pakaiannya. Tatapannya sangat dingin.Awalnya, dia mengira bahwa setelah kejadian hari ini, meskipun Simon tidak memercayainya, hati Simon mungkin akan goyah.Namun, dia ternyata sudah terlalu mer

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 47

    Simon merangkul pinggang Tiffany yang ramping dengan tangannya yang besar, sehingga tubuh mereka bertempelan.Dia membuka mulutnya dan menggigit bibir Tiffany dengan kuat, seakan-akan dia sedang menghukum Tiffany.Napasnya sangat panas. Saat ujung jarinya mengelus bagian pinggang Tiffany yang paling sensitif, dia merasakan Tiffany bergetar dalam pelukannya. Dia pun bertanya dengan suara serak, "Kamu sengaja mau menyiksaku, ya?"Tiffany diselimuti oleh hormon maskulin yang kuat. Kedua tangannya diletakkan di dada Simon dengan lemah, untuk menjaga jarak antara tubuh mereka. "Nggak," jawabnya.Dia menarik tangan yang menyentuh pinggangnya sambil meronta untuk melepaskan diri dari pria ini.Namun, begitu dia bergerak, dia langsung ditarik untuk duduk oleh Simon.Kali ini, dia langsung duduk di perut bagian bawah pria ini.Tiffany menyadari bahwa telinganya sangat panas, entah karena napas pria ini atau karena alasan lainnya."Nggak?"Tatapan Simon menggelap. Dia melihat telinga Tiffany yan

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 46

    Bagaimanapun, Hannah adalah cucunya Isabella.Isabella juga tidak lagi mengulur masalah ini, dia masih ada urusan lainnya, jadi dia berkata dengan nada dingin, "Keluar."Wanda langsung memapah Hannah dan meninggalkan kuil leluhur.Setelah pintu ruangan ditutup dari luar, Isabella menatap Simon sambil berkata, "Simon, berlututlah!"Simon langsung berlutut."Kamu sudah berjanji padaku kalau kamu akan menjaga Tiffany dengan baik. Apakah ini caranya?" kata Isabella.Simon bukan hanya tidak menjaga Tiffany dengan baik, tetapi juga bersekongkol dengan Michelle untuk menindas Tiffany.Dasar orang-orang kejam!Simon lebih kejam!"Nyonya ...."Harry yang disuruh untuk pergi mengambil cambuk ingin membujuk Isabella.Namun, dia langsung terdiam karena melihat tatapan Isabella. Dengan ekspresi dingin, Isabella berkata dengan suara rendah, "Nggak ada yang bisa membelanya."Tiffany tahu bahwa ucapan Isabella ditujukan pada dirinya.Isabella takut Tiffany tidak tega melihat Simon menderita dan memint

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 45

    Isabella tidak langsung mengusir Michelle, tetapi ucapan yang keluar dari mulutnya malah seperti tamparan di wajah Michelle, membuat Michelle merasa sangat dipermalukan.Hari ini, harga diri yang didapatkan Wanda dan Hannah untuk Michelle di Keluarga Frank pun menghilang.Michelle menatap Simon, tetapi Simon tidak mengucapkan apa pun.Michelle tahu bahwa Isabella adalah keluarga terdekat Simon. Lima tahun yang lalu, Simon tidak memberi Michelle status yang jelas karena Isabella, begitu pula dengan sekarang.Michelle menatap Wanda.Ekspresi Wanda dingin, dia bahkan tidak melihat ke arah Michelle.Michelle mengepalkan tangannya erat-erat sambil berdiri secara perlahan. Dia sudah tidak bisa mengendalikan senyuman di wajahnya. "Nyonya Isabella, maaf sudah mengganggu," katanya dengan terpaksa."Biar aku antarkan kamu dan Rora pulang," kata Simon sambil ikut berdiri."Berhenti," seru Isabella dengan tegas.Kemudian, dia langsung batuk-batuk.Ekspresi Simon sontak berubah. Dia melangkah ke si

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 44

    Isabella jelas-jelas tercengang sejenak.Saat dia menoleh dan menatap Tiffany, dia tidak bisa menahan rasa senang dalam hatinya.Setelah tidak bertemu selama beberapa tahun, gadis ini akhirnya tidak lagi menahan semua ketidakadilan yang dia derita, melainkan sudah bisa mengadu.Bagus sekali.Saat Isabella mengangkat kepalanya, kesenangan di tatapannya seketika berubah. Tatapannya yang tajam menyapu ke arah Michelle.Michelle memang sudah takut pada Isabella. Melihat Tiffany sengaja menaruh perhatian Isabella pada dirinya, Michelle merasa sangat benci, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun.Dia hanya bisa diam-diam menarik ujung baju Simon sambil memanggil pria ini dengan suara rendah. "Simon."Dia ingin meminta bantuan Simon.Namun, dia tidak mendapat reaksi apa pun dari pria ini.Dia diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat tatapan Simon yang dingin.Michelle seketika merasa ketakutan.Dia langsung menurunkan tatapannya, pikirannya juga melayang-layang.Saat dia mengangkat kepalan

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 43

    Isabella mengambil ponsel Tiffany dan melihatnya sejenak. Ekspresinya sontak menggelap. Dia langsung berseru dengan penuh amarah, "Cepat berlutut!"Mendengar bahwa Tiffany memiliki barang bukti, Hannah menundukkan kepalanya dengan ketakutan. Dia pun berencana untuk mengakui kesalahannya. Namun, melihat Isabella tiba-tiba marah besar, matanya pun berkilau.Dia sudah menduga bahwa Tiffany tidak mungkin memiliki barang bukti.Saat Aurora pergi mencari Tiffany, Hannah berdiri di seberang danau dan menyaksikan adegan itu dengan sangat jelas.Selain Tiffany dan Aurora, hanya ada dia di tempat itu.Asalkan dia bersikeras, Tiffany tidak akan bisa membela diri.Bukti?Dia hampir memercayai omong kosong wanita itu.Sambil memikirkan hal ini, Hannah langsung menegakkan tubuhnya dan mengangkat kepalanya.Melihat Tiffany yang masih berani berdiri di sampingnya, dia langsung berseru dengan ekspresi dingin, "Tiffany, kamu nggak dengar Nenek menyuruhmu untuk berlutut? Cepat berlutut!"Sambil menegur T

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 42

    Tiffany menggeleng.Saat dia melihat Isabella, matanya memerah."Nenek, kapan Nenek bangun? Kenapa Nenek pulang sendiri? Apakah Nenek baik-baik saja?" tanya Tiffany."Nggak apa-apa, Nenek sangat kuat!" jawab Isabella.Isabella menarik tangan Tiffany dan menepuk-nepuk tangan Tiffany....Di kamar Simon di lantai tiga.Aurora menangis hingga dia ketiduran.Sedangkan Michelle menyeka air matanya dengan sedih di satu sisi.Pada saat ini, seorang pembantu mengetuk pintu kamar dan berkata, "Tuan Simon, Nyonya Isabella menyuruh Tuan dan Nona Michelle untuk turun ke lantai bawah."Mendengar pembantu itu menyebut "Nyonya Isabella", Simon langsung berdiri dan bertanya, "Nenek sudah pulang?"Dia tampak terkejut. Dia pun menurunkan Aurora dan turun ke lantai bawah.Sedangkan Michelle menunjukkan reaksi yang berbeda.Mendengar bahwa Isabella sudah pulang, dia merasa seakan-akan dia disiram dengan air dingin.Dia berpikir, 'Kenapa si tua bangka itu pulang?''Bukannya dia nggak sadarkan diri, ya?''K

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status