Share

Bab 5

Penulis: Alisa Salim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 18:41:09
Suasana di dalam kamar mulai memanas, aliran panas pun berkumpul di bagian bawah perutnya Simon.

Simon membalikkan badannya dan menindih tubuh Tiffany di bawah tubuhnya.

Tiffany terbangun dari mimpi buruknya dan membuka matanya secara perlahan.

Saat dia melihat langit-langit kamar, dia tercengang sejenak.

Mimpinya terlalu menyedihkan, sehingga untuk sejenak, dia tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.

Pada saat ini, dia tiba-tiba merasa kedinginan.

Dia pun seketika tersadar.

Dia baru menyadari bahwa dia sedang berbaring di atas ranjang dalam keadaan berantakan, sedangkan Simon sedang melepaskan pakaiannya.

Ekspresi Tiffany menjadi dingin, darah dalam sekujur tubuhnya juga seperti mengalir balik arah.

Tanpa ragu-ragu, dia mendorong pria itu sambil berkata, "Simon, lepaskan aku."

Simon sudah terbawa suasana, sehingga dia bukan hanya tidak menghentikan gerakannya, melainkan malah makin menjadi-jadi.

Meskipun Simon tidak mencintai Tiffany, harus diakui bahwa Simon menyukai tubuh wanita ini.

Begitu dia menyentuh wanita ini, dia tidak bisa berhenti.

Ekspresi Tiffany menjadi makin masam.

Selama lima tahun terakhir, setiap Simon ingin menyiksa dirinya, Simon akan menahan tubuhnya di atas ranjang dan melakukan apa pun yang Simon inginkan.

Simon tidak pernah memedulikan perasaannya.

Sebelumnya, dia terlalu mencintai pria ini, dia juga ingin memberikan Sierra keluarga yang utuh, sehingga dia selalu menunduk pada pria ini.

Sekarang, Sierra sudah meninggal, Tiffany juga sudah berpisah dengan Simon. Atas dasar apa Simon menyentuhnya tanpa memedulikan perasaannya?!

"Simon, kubilang, lepaskan aku!"

Tiffany meronta dengan makin kuat.

Saat Simon menciumnya lagi, dia menggigit bibir pria itu dengan kuat, hingga darah segar mengalir dari bibir pria itu.

Rasa darah ini membuat Simon tercengang sejenak. Tiffany pun memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong pria ini dengan sekuat tenaga.

Dia membalikkan badannya dan melepaskan dirinya dari pegangan Simon.

Setelah tidak makan untuk jangka waktu panjang, beberapa gerakan sederhana ini membuat napasnya terengah-engah, pandangannya juga menggelap.

Namun, dia tidak menurunkan kewaspadaannya. Dia membungkus tubuhnya dengan selimut sambil menatap Simon dengan tatapan waspada.

Dia terlihat seakan-akan dia akan menyerang pria ini jika pria ini berani menyentuhnya lagi.

Melihat Tiffany setegas ini, Simon kehilangan ketertarikannya.

Dia menyukai Tiffany jika wanita ini aktif di atas ranjang.

Saat Simon turun dari ranjang dan berpakaian, ponselnya jatuh dari kantongnya ke atas ranjang.

Layarnya menyala.

Dia pun melihat belasan panggilan tidak terjawab dari Aurora.

Simon baru mengingat bahwa tadi pagi, dia sudah berjanji bahwa dia akan pergi menemani Aurora.

Dia bergegas mengenakan pakaiannya.

Dia berpakaian rapi dan terlihat mulia.

Tanpa melihat Tiffany lagi, Simon langsung pergi.

Saat Simon menutup pintu, tubuh Tiffany baru menjadi lemas, sehingga dia jatuh ke atas ranjang.

Dia merapikan pakaiannya dan turun dari ranjang dengan terhuyung-huyung.

Dia membuka pintu kamar tidur kedua.

Kemudian, sambil memeluk guci abu putrinya, matanya memerah.

...

Di sisi lainnya, Simon mengemudi ke Rosie Garden, tempat Michelle tinggal dengan Aurora.

Mendengar suara mesin mobil, Aurora langsung berlari kecil untuk menyambut Simon.

Melihat Simon turun dari mobil, Aurora malah memalingkan wajahnya dan mendengus dengan kuat.

"Tuan Putri lagi marah, ya?"

Simon menghampiri Aurora dan menggendong anak kecil ini.

Aurora memeluk leher Simon dan mengangkat dagunya sambil berkata dengan sombong, "Ayah, coba Ayah cium aku, supaya aku memaafkan Ayah."

Kedinginan yang Simon pancarkan menghilang. Dengan sudut bibirnya yang terangkat, dia pun mencium pipi Aurora.

Aurora langsung tersenyum lebar dan membenamkan wajahnya di leher Simon sambil bertindak imut.

Simon menatap gadis kecil yang mudah dibujuk dalam pelukannya dengan tatapan penuh kasih sayang.

Inilah sikap seorang putri yang dia bayangkan.

Jujur dan imut.

Anak ini agak kekanak-kanakan, tetapi sangat mudah untuk dibujuk.

Michelle membesarkan Aurora dengan sangat baik.

Tidak seperti Sierra yang kecil-kecil sudah menjadi nakal karena pengajaran Tiffany.

Simon hanya mengingkar janji sekali, tetapi anak itu langsung mematuhi ucapan ibunya, merajuk dan bersembunyi darinya.

Michelle melepaskan celemeknya dan berjalan ke depan pintu sambil berkata dengan lembut, "Makanan sudah siap, ayo makan."

Saat Simon berjalan menghampirinya, dia tersenyum dengan tidak berdaya dan berkata, "Tadi, gadis kecil ini mendengarku menghubungimu, jadi dia terus menantikan kedatanganmu. Akhirnya, kamu malah nggak datang, makanya dia terus menghubungimu, aku bahkan nggak bisa menghentikannya. Simon, aku nggak mengganggumu, 'kan?"

"Nggak, aku hanya tertunda karena ada sedikit urusan," jawab Simon dengan cuek sambil menggendong Aurora ke dalam rumah.

Di bawah cahaya lampu, Michelle yang tatapannya terus tertuju ke arah Simon menyadari bahwa bibir Simon pecah.

Jelas-jelas bibirnya digigit seseorang.

Senyuman di wajah Michelle seketika menjadi kaku.

Apakah urusan yang Simon maksud merujuk pada Tiffany?

...

Setiap malam, Aurora tidur pada pukul 8.30.

Michelle memandikan anak itu dan menggendongnya ke atas ranjang.

Simon mengambil buku cerita dan duduk di samping ranjang untuk menidurkan Aurora.

Gadis kecil itu memeluk Simon sambil berkata dengan pelan, "Ayah, malam ini, jangan pergi, ya. Temani Rora dan Ibu di sini, ya?"

Mendengar ucapan Aurora, Michelle yang berjalan keluar dari kamar mandi langsung mengernyit dan menegur putrinya. "Rora, jangan berulah."

Aurora merasa sangat sedih karena dia ditegur ibunya.

Matanya langsung berkaca-kaca. Dia menatap Michelle dengan matanya yang merah sambil berkata, "Rora nggak berulah, Rora hanya mau tidur dengan Ayah dan Ibu."

Sambil mengucapkan kata-kata ini, air matanya terus mengalir.

Dia merasa sangat sedih.

Dia menangis sambil bertanya, "Anak-anak lainnya bisa tidur dengan ayah dan ibu mereka, kenapa Rora nggak bisa?"

Melihat putrinya menangis seperti ini, Michelle juga merasa sedih.

Dia mengenakan pakaian basah yang dia kenakan saat dia memandikan Aurora tadi. Dia berjalan cepat ke samping ranjang dan membungkukkan badannya untuk menghibur putrinya.

Begitu Simon menunduk, dia bisa melihat tubuh Michelle.

Michelle memiliki bentuk tubuh yang bagus, yang membuat pria tidak bisa menahan diri.

Lekuk tubuhnya juga sempurna.

Sedangkan Michelle sama sekali tidak menyadari hal ini karena perhatiannya tertuju ke putrinya yang sedang menangis.

Melihat wajah Aurora yang penuh akan kesedihan, dia membujuk putrinya yang menangis tanpa henti dengan nada bicara yang sangat lembut. "Rora, yang patuh, ya. Jangan menangis lagi. Kemarin, Pak Dokter baru berpesan kalau kamu nggak boleh terlalu emosional. Sudah lupa, ya?"

Namun, Aurora tidak mendengar ucapan ibunya. Dia terus menggoyangkan kepalanya sambil bersikeras agar Simon menemaninya.

Dia menarik lengan baju Simon dengan tangannya yang kecil dan menggoyangkan lengan Simon sambil memelas dengan sedih. "Ayah, boleh, ya?"

Namun, untuk pertama kalinya, Simon yang selalu menyetujui permintaan Aurora tidak menjawab.

Melihat kejadian ini, tatapan Michelle menggelap.

Dia tiba-tiba memeluk Aurora secara paksa dan memaksakan seulas senyuman pada Simon sambil berkata, "Simon, jangan hiraukan dia. Dia hanya perlu menangis sebentar. Hari sudah malam, cepat pulang."

Aurora yang dilepaskan dari pelukan Simon pun menangis dengan makin keras.

Dia menatap Simon sambil menangis dengan makin menyedihkan. Seperti anak yang ditelantarkan, dia menangis sambil memelas. "Ayah, satu malam saja, ya? Rora mohon!"

Gadis kecil ini menangis tersedu-sedu, membuatnya terlihat sangat menyedihkan.

Kondisi kesehatannya baru menjadi lebih stabil, jadi dia harus beristirahat dengan baik dan tidak boleh terlalu emosional.

Akhirnya, Simon menganggukkan kepalanya dan menyetujui permintaan Aurora.

...

Pagi-pagi sekali, Tiffany menerima panggilan dari Michelle yang mengajaknya untuk bertemu di sebuah kafe.

Dia tidak menolak.

Dia pun pergi ke kafe itu pada waktunya.

Begitu dia berjalan memasuki kafe itu, Michelle tersenyum sambil mengangkat tangannya dan menyapa Tiffany dengan sangat natural. "Tiffany, di sini."

Michelle bertingkah seakan-akan dia bukan orang yang beberapa hari yang lalu ditampar beberapa kali oleh Tiffany di rumah sakit.

Dia memang sudah terbiasa berpura-pura.

Tiffany berjalan menghampirinya dengan tenang.

Baru saja Tiffany duduk, Michelle langsung berkata, "Tiffany, aku memesan segelas kopi susu untukmu. Kupikir, kamu seharusnya memerlukan minuman manis. Bagaimanapun, hidupmu sangat susah ...."

"Katakan saja keperluanmu," kata Tiffany.

Tiffany langsung memotong ucapan Michelle dengan dingin.

Dia bukan datang untuk mendengar omong kosong Michelle.

Michelle juga tidak kesal. Dia tersenyum kecil dan mengeluarkan sebuah kantong belanja dari sampingnya.

Dia membuka kantongan itu dan meletakkan benda itu di hadapan Tiffany sambil tersenyum. "Ini pakaian yang ditinggalkan Simon di tempatku semalam, jadi aku membawakannya untukmu."

Bab terkait

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 6

    Ucapan ini sangat ambigu, terlebih lagi pakaian di dalam kantong belanja itu.Di dalam kantongan itu, terdapat satu set pakaian pria, dengan celana dalam pria sengaja diletakkan di paling atas.Michelle jelas-jelas sedang memamerkan pada Tiffany bahwa semalam, Simon bermalaman di rumahnya.Tatapan Tiffany tertuju pada celana dalam itu selama beberapa detik sebelum berpindah ke Michelle.Dia melihat Michelle sengaja menyibakkan rambutnya yang panjang dengan santai dan menunjukkan bekas-bekas merah di lehernya.Siapa pun bisa melihat bahwa itu bekas ciuman.Semalam, Simon pasti sudah tidur dengan Michelle.Simon tidak bisa melampiaskan hasratnya dengan Tiffany, jadi dia langsung pergi mencari Michelle.Selain itu, hubungan mereka pasti sangat berapi-api.Tiffany merasakan rasa sakit dalam hatinya.Michelle sengaja ingin menyiksa Tiffany.Sambil memikirkan putrinya yang baru meninggal tidak lama, ekspresi Tiffany menjadi dingin.Dia berdiri secara perlahan dan menatap Michelle dengan tata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 7

    Tiffany sudah mencintai Simon selama sepuluh tahun.Oleh karena itu, dia sudah mengenali hawa Simon.Saat Simon menciumnya, dia langsung mengetahui bahwa itu Simon.Kepanikan dan ketakutan yang dia rasakan seketika menghilang, menyisakan kedinginan dalam hatinya.Dengan ekspresi dingin, Tiffany memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman Simon.Penolakannya membuat tatapan Simon menggelap. Simon menarik kembali wajah Tiffany secara paksa dan mencium Tiffany lagi.Simon memancarkan aura yang sangat mencekam, bercampur dengan amarah.Apakah Simon datang untuk melampiaskan amarah Michelle karena Tiffany menganiaya wanita yang Simon cintai di kafe itu?Dalam hatinya, Tiffany terus melawan.Namun, kekuatan yang menahannya sangat kuat, sehingga Tiffany tidak bisa menghindar. Dia hanya bisa menggertakkan giginya untuk mencegah napas pria itu masuk ke mulutnya.Secara bersamaan, tubuhnya juga meronta dengan makin kuat. Dia mengangkat tangannya dan mendorong pria itu.Namun, karena perbedaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 8

    Tiffany merasa sangat malu dan marah.Dengan dorongan amarahnya, dia melawan dengan sekuat tenaga.Saat perhatian Simon sedang tertuju pada Michelle, Tiffany langsung menendang selangkangan Simon dengan lututnya."Ahh ...."Simon pun mengerang dengan pelan.Dia merasa kesakitan, sehingga dia melepaskan pegangannya pada Tiffany.Tiffany langsung membalikkan badannya dan melarikan diri.Dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil.Dia membungkus tubuhnya yang berlapis pakaian yang berantakan dengan jaketnya dan berjalan cepat ke mobilnya.Saat dia naik mobil dan mengunci pintu mobil, ketegangannya baru mereda.Di dalam mobilnya Simon.Simon bersandar di kursi sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya dan menyalakannya.Tatapannya terus mengikuti gerakan Tiffany. Penampilan Tiffany berbaring di bawah tubuhnya tadi muncul lagi dalam benaknya.Rambut Tiffany yang panjang berantakan, kulitnya seputih salju.Bekas yang Simon tinggalkan di tubuhnya pun terlihat sangat jelas.Sungguh me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 9

    Langkah Tiffany seketika terhenti.Dia berbalik dan menatap Simon yang sedang menggendong Aurora dengan tatapan dingin. Dia tersenyum sinis dan berkata, "Simon, sejak Sierra lahir, kamu nggak pernah menjaganya sehari saja. Berani sekali kamu mengataiku di sini?!"Simon terdiam sejenak.Namun, Michelle berkata, "Tiffany, kenapa kamu mengatai Simon seperti ini? Dia nggak sepertimu, yang nggak melakukan apa pun di rumah. Pekerjaannya sangat sibuk, jadi wajar saja kalau dia agak mengabaikan Sierra. Kamu seharusnya memahami kondisinya, bukan mengkritik dirinya!""Selain itu, Simon sangat menyukai anak kecil, mana mungkin dia mengabaikan Sierra? Kenapa kamu nggak introspeksi diri?"Michelle membela Simon bukan hanya untuk menyanjung Simon, tetapi juga untuk diam-diam mengisyaratkan bahwa Tiffany membuat Sierra nakal, sehingga dibenci oleh Simon.Tiffany menatap Michelle dengan tatapan tajam dan memberinya peringatan dengan nada bicara yang kasar. "Michelle, kamu nggak berhak untuk ikut campu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 10

    Bagaimana mungkin seorang anak baik akan berbohong?Siapa?Siapa yang tidak pernah mendengar ucapan Sierra dan terus menuduh bahwa Sierra berbohong?Siapa yang memarahi Sierra tidak jujur, menyalahkan Sierra kecil-kecil sudah berbohong dan mengatai Sierra anak nakal?Sungguh tidak adil!Sierra hanya pernah berbohong sekali, demi menanti kedatangan ayahnya yang tidak menepati janji, sehingga Sierra harus membayar dengan nyawanya.Namun, di mata Simon, Sierra tetap sangat nakal.Mata Tiffany seketika memerah. Dia menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian dan bertanya dengan dingin, "Simon, Aurora adalah anak kecil, tapi Sierra bukan, ya?""Mana mungkin Sierra bisa dibandingkan dengan Rora?!"Ucapan Simon membuat tatapan Tiffany menjadi sangat dingin.Inilah isi hati Simon.Bagi Simon, putri yang dilahirkan wanita yang dia cintai sangat baik.Seperti Michelle, anak itu sempurna.Sedangkan Sierra sangat nakal, seperti ibunya.Tiffany merasa sangat sedih, seakan-akan hatinya dicabik-cabi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 11

    Joshua juga melihat adegan itu.Dia langsung berdiri."Dasar pria bejat! Sierra belum pergi seminggu, berani sekali pria itu bermesraan dengan Michelle si wanita jalang itu! Sialan! Aku akan menghajarnya!""Joshua, aku sudah putus dengannya."Tiffany mengulurkan tangannya untuk menahan Joshua, agar Joshua tidak pergi menghampiri Simon.Joshua tidak akan bisa menang dari Simon."Bukannya kamu bilang kamu mau bawa aku jalan-jalan? Ayo jalan!"Karena larangan Tiffany, Joshua hanya bisa menahan api amarah dalam hatinya.Joshua tahu jelas betapa Tiffany mencintai Simon.Selama lima tahun terakhir, dia sudah sering melihat Tiffany merendahkan diri dan mengalah pada Simon."Kamu ...."Joshua ingin memarahi Tiffany tidak berguna.Namun, dia tidak memikirkan bahwa orang yang paling sedih jika menyaksikan kejadian ini adalah Tiffany.Saat Simon melepaskan Michelle dan duduk tegak sambil melihat ke arah Tiffany dan Joshua, Joshua mengangkat kaca helmnya.Kemudian, dia memelototi Simon.Setelah Ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 12

    Tanpa lengan Simon yang menopang tubuhnya, kaki Tiffany melemas, sehingga dia hampir terjatuh di lantai.Baru saja dia berdiri dengan baik, dia melihat Joshua yang sama sekali bukan tandingan Simon. Dia langsung menerjang ke arah mereka dengan terhuyung-huyung dan menahan Simon dari menyerang Joshua.Simon menurunkan tatapannya dan menatap Tiffany dengan tatapan dingin sambil berseru dengan dingin, "Lepaskan!"Namun, Tiffany tidak menuruti ucapannya.Melihatnya melindungi Joshua, tatapan Simon menjadi makin dingin.Simon tidak lagi banyak bicara. Dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menarik lengan Tiffany dengan kuat ke satu sisi.Saat dia mengangkat kepalanya dan menatap Joshua ....Angin menerpa.Dengan suara benturan keras, pintu kamar itu tertutup.Simon tidak menyadari keanehan apa pun dan melangkah menghampiri Joshua.Joshua menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya dan berdiri dengan ekspresi dingin. Dia malah melihat Tiffany yang dilempar ke satu sisi oleh Simon, lalu terj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 13

    Hannah seketika tercengang.Sejak kecil, dia selalu disayang dan dimanja. Dia tidak pernah mendengar kata-kata kasar, apalagi ditampar seperti ini."Tiffany, berani sekali kamu menamparku!"Hannah benar-benar murka. Dia pun mengangkat tangannya untuk membalas tamparan itu.Baru saja tangannya diangkat, tangannya langsung ditahan oleh Tiffany.Tiffany menatap Hannah dengan tatapan tajam, seakan-akan dia akan membunuh Hannah. "Hannah, kalau aku mendengar nama Sierra lagi dari mulutmu, aku akan merobek mulutmu!"Hannah langsung merasa ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan Tiffany.Tanpa disadari, dia juga bergerak mundur.Sedangkan Tiffany tidak ingin berlamaan lagi di tempat ini.Caci maki Hannah terhadap Sierra dan kecuekan Simon membuat Tiffany sangat kecewa."Kak ...."Begitu Tiffany pergi, Hannah langsung mengeluh pada Simon."Plak!"Namun, Simon malah menampar Hannah dengan sangat kuat.Hannah terhuyung-huyung dan langsung jatuh terduduk di lantai.Dia menatap Simon dengan t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 50

    Simon langsung mengernyit.Artinya, mulai sekarang, dia tidak bisa menyebut nama Sierra lagi di hadapan Isabella.Dia menoleh dan menatap Tiffany yang berada di sampingnya.Tiffany jelas-jelas membuang napas dengan lega.Tatapan Simon pun menggelap.Dia berpikir, 'Sampai kapan dia mau menyembunyikan Sierra?'"Kalau kamu memelototi Tiffany lagi, aku akan mencungkil matamu!"Saat Isabella berjalan keluar, dia melihat Simon yang sedang menatap Tiffany dengan tatapan dingin.Dia langsung naik darah.Dia pun mengangkat tangannya dan memukul punggung Simon dengan kuat."Ahh ...."Simon seketika merasa kesakitan."Kualat!" seru Isabella, tetapi tatapannya penuh akan kekhawatiran.Dia sudah melupakan bahwa dia baru menghukum Simon.Simon pun terdiam....Tiffany memasak beberapa makanan yang disukai Isabella. Isabella merasa sangat senang dan menambah nasi setengah mangkuk.Setelah makan, Isabella membawa Tiffany ke taman bunga dengannya.Tiba-tiba, cuacanya berubah.Hujan tiba-tiba turun deng

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 49

    Mendengar Simon menyebut nama Sierra, tubuh Tiffany seketika menjadi kaku.Karena Tiffany tidak menjawabnya, Simon memberinya peringatan dengan suara rendah, "Tiffany, jangan menggila lagi."Tiffany tahu bahwa Simon sedang memberinya peringatan, agar dia tidak mengatakan bahwa Sierra sudah meninggal.Tatapan Tiffany menggelap. Dia sama sekali tidak berniat untuk mengungkit tentang Sierra lagi di hadapan Simon.Dia hanya mengkhawatirkan Isabella.Sebelum Isabella mengalami koma, dia sangat menyayangi Sierra. Sekarang, setelah dia bangun dengan susahnya, bisakah dia menerima kenyataan bahwa Sierra sudah meninggal?Tiffany tidak berani bertaruh.Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi pada saat ini, terdengar suara seorang wanita tua dari arah tangga."Apa yang sedang kalian bicarakan? Mau jemput siapa untuk makan denganku?" tanya Isabella.Tiffany seketika merasa panik.Dia menahan kesedihan dalam hatinya dan memaksakan seulas senyuman sambil berjalan maju. "Nenek, nggak .

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 48

    Tiffany tidak mengalihkan topik pembicaraan ini hanya karena amarah Simon, melainkan berkata lagi, "Aku mau bilang, kalau ada kamera pemantau di kolam renang rumahnya Michelle, apakah kebenaran hari itu juga akan seperti hari ini?""Tiffany!"Emosi Simon bergejolak, sehingga kekuatannya jelas-jelas meningkat.Suasana lembut antara kedua orang ini seketika menghilang."Ahh!"Tiffany tidak bisa menahan diri dari berseru kesakitan.Simon baru mengurangi kekuatannya, tetapi dia jelas-jelas marah.Dia berdiri dan menatap Tiffany yang berada di sofa dengan tatapan dominan. "Tiffany, hari ini, kamu memang nggak mendorong Rora, tapi nggak berarti Sierra nggak mendorong Rora," katanya dengan dingin.Seusai berbicara, Simon langsung pergi.Tiffany baru bangkit dari sofa secara perlahan, lalu mengenakan pakaiannya. Tatapannya sangat dingin.Awalnya, dia mengira bahwa setelah kejadian hari ini, meskipun Simon tidak memercayainya, hati Simon mungkin akan goyah.Namun, dia ternyata sudah terlalu mer

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 47

    Simon merangkul pinggang Tiffany yang ramping dengan tangannya yang besar, sehingga tubuh mereka bertempelan.Dia membuka mulutnya dan menggigit bibir Tiffany dengan kuat, seakan-akan dia sedang menghukum Tiffany.Napasnya sangat panas. Saat ujung jarinya mengelus bagian pinggang Tiffany yang paling sensitif, dia merasakan Tiffany bergetar dalam pelukannya. Dia pun bertanya dengan suara serak, "Kamu sengaja mau menyiksaku, ya?"Tiffany diselimuti oleh hormon maskulin yang kuat. Kedua tangannya diletakkan di dada Simon dengan lemah, untuk menjaga jarak antara tubuh mereka. "Nggak," jawabnya.Dia menarik tangan yang menyentuh pinggangnya sambil meronta untuk melepaskan diri dari pria ini.Namun, begitu dia bergerak, dia langsung ditarik untuk duduk oleh Simon.Kali ini, dia langsung duduk di perut bagian bawah pria ini.Tiffany menyadari bahwa telinganya sangat panas, entah karena napas pria ini atau karena alasan lainnya."Nggak?"Tatapan Simon menggelap. Dia melihat telinga Tiffany yan

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 46

    Bagaimanapun, Hannah adalah cucunya Isabella.Isabella juga tidak lagi mengulur masalah ini, dia masih ada urusan lainnya, jadi dia berkata dengan nada dingin, "Keluar."Wanda langsung memapah Hannah dan meninggalkan kuil leluhur.Setelah pintu ruangan ditutup dari luar, Isabella menatap Simon sambil berkata, "Simon, berlututlah!"Simon langsung berlutut."Kamu sudah berjanji padaku kalau kamu akan menjaga Tiffany dengan baik. Apakah ini caranya?" kata Isabella.Simon bukan hanya tidak menjaga Tiffany dengan baik, tetapi juga bersekongkol dengan Michelle untuk menindas Tiffany.Dasar orang-orang kejam!Simon lebih kejam!"Nyonya ...."Harry yang disuruh untuk pergi mengambil cambuk ingin membujuk Isabella.Namun, dia langsung terdiam karena melihat tatapan Isabella. Dengan ekspresi dingin, Isabella berkata dengan suara rendah, "Nggak ada yang bisa membelanya."Tiffany tahu bahwa ucapan Isabella ditujukan pada dirinya.Isabella takut Tiffany tidak tega melihat Simon menderita dan memint

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 45

    Isabella tidak langsung mengusir Michelle, tetapi ucapan yang keluar dari mulutnya malah seperti tamparan di wajah Michelle, membuat Michelle merasa sangat dipermalukan.Hari ini, harga diri yang didapatkan Wanda dan Hannah untuk Michelle di Keluarga Frank pun menghilang.Michelle menatap Simon, tetapi Simon tidak mengucapkan apa pun.Michelle tahu bahwa Isabella adalah keluarga terdekat Simon. Lima tahun yang lalu, Simon tidak memberi Michelle status yang jelas karena Isabella, begitu pula dengan sekarang.Michelle menatap Wanda.Ekspresi Wanda dingin, dia bahkan tidak melihat ke arah Michelle.Michelle mengepalkan tangannya erat-erat sambil berdiri secara perlahan. Dia sudah tidak bisa mengendalikan senyuman di wajahnya. "Nyonya Isabella, maaf sudah mengganggu," katanya dengan terpaksa."Biar aku antarkan kamu dan Rora pulang," kata Simon sambil ikut berdiri."Berhenti," seru Isabella dengan tegas.Kemudian, dia langsung batuk-batuk.Ekspresi Simon sontak berubah. Dia melangkah ke si

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 44

    Isabella jelas-jelas tercengang sejenak.Saat dia menoleh dan menatap Tiffany, dia tidak bisa menahan rasa senang dalam hatinya.Setelah tidak bertemu selama beberapa tahun, gadis ini akhirnya tidak lagi menahan semua ketidakadilan yang dia derita, melainkan sudah bisa mengadu.Bagus sekali.Saat Isabella mengangkat kepalanya, kesenangan di tatapannya seketika berubah. Tatapannya yang tajam menyapu ke arah Michelle.Michelle memang sudah takut pada Isabella. Melihat Tiffany sengaja menaruh perhatian Isabella pada dirinya, Michelle merasa sangat benci, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun.Dia hanya bisa diam-diam menarik ujung baju Simon sambil memanggil pria ini dengan suara rendah. "Simon."Dia ingin meminta bantuan Simon.Namun, dia tidak mendapat reaksi apa pun dari pria ini.Dia diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat tatapan Simon yang dingin.Michelle seketika merasa ketakutan.Dia langsung menurunkan tatapannya, pikirannya juga melayang-layang.Saat dia mengangkat kepalan

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 43

    Isabella mengambil ponsel Tiffany dan melihatnya sejenak. Ekspresinya sontak menggelap. Dia langsung berseru dengan penuh amarah, "Cepat berlutut!"Mendengar bahwa Tiffany memiliki barang bukti, Hannah menundukkan kepalanya dengan ketakutan. Dia pun berencana untuk mengakui kesalahannya. Namun, melihat Isabella tiba-tiba marah besar, matanya pun berkilau.Dia sudah menduga bahwa Tiffany tidak mungkin memiliki barang bukti.Saat Aurora pergi mencari Tiffany, Hannah berdiri di seberang danau dan menyaksikan adegan itu dengan sangat jelas.Selain Tiffany dan Aurora, hanya ada dia di tempat itu.Asalkan dia bersikeras, Tiffany tidak akan bisa membela diri.Bukti?Dia hampir memercayai omong kosong wanita itu.Sambil memikirkan hal ini, Hannah langsung menegakkan tubuhnya dan mengangkat kepalanya.Melihat Tiffany yang masih berani berdiri di sampingnya, dia langsung berseru dengan ekspresi dingin, "Tiffany, kamu nggak dengar Nenek menyuruhmu untuk berlutut? Cepat berlutut!"Sambil menegur T

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 42

    Tiffany menggeleng.Saat dia melihat Isabella, matanya memerah."Nenek, kapan Nenek bangun? Kenapa Nenek pulang sendiri? Apakah Nenek baik-baik saja?" tanya Tiffany."Nggak apa-apa, Nenek sangat kuat!" jawab Isabella.Isabella menarik tangan Tiffany dan menepuk-nepuk tangan Tiffany....Di kamar Simon di lantai tiga.Aurora menangis hingga dia ketiduran.Sedangkan Michelle menyeka air matanya dengan sedih di satu sisi.Pada saat ini, seorang pembantu mengetuk pintu kamar dan berkata, "Tuan Simon, Nyonya Isabella menyuruh Tuan dan Nona Michelle untuk turun ke lantai bawah."Mendengar pembantu itu menyebut "Nyonya Isabella", Simon langsung berdiri dan bertanya, "Nenek sudah pulang?"Dia tampak terkejut. Dia pun menurunkan Aurora dan turun ke lantai bawah.Sedangkan Michelle menunjukkan reaksi yang berbeda.Mendengar bahwa Isabella sudah pulang, dia merasa seakan-akan dia disiram dengan air dingin.Dia berpikir, 'Kenapa si tua bangka itu pulang?''Bukannya dia nggak sadarkan diri, ya?''K

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status