Joshua juga melihat adegan itu.Dia langsung berdiri."Dasar pria bejat! Sierra belum pergi seminggu, berani sekali pria itu bermesraan dengan Michelle si wanita jalang itu! Sialan! Aku akan menghajarnya!""Joshua, aku sudah putus dengannya."Tiffany mengulurkan tangannya untuk menahan Joshua, agar Joshua tidak pergi menghampiri Simon.Joshua tidak akan bisa menang dari Simon."Bukannya kamu bilang kamu mau bawa aku jalan-jalan? Ayo jalan!"Karena larangan Tiffany, Joshua hanya bisa menahan api amarah dalam hatinya.Joshua tahu jelas betapa Tiffany mencintai Simon.Selama lima tahun terakhir, dia sudah sering melihat Tiffany merendahkan diri dan mengalah pada Simon."Kamu ...."Joshua ingin memarahi Tiffany tidak berguna.Namun, dia tidak memikirkan bahwa orang yang paling sedih jika menyaksikan kejadian ini adalah Tiffany.Saat Simon melepaskan Michelle dan duduk tegak sambil melihat ke arah Tiffany dan Joshua, Joshua mengangkat kaca helmnya.Kemudian, dia memelototi Simon.Setelah Ti
Tanpa lengan Simon yang menopang tubuhnya, kaki Tiffany melemas, sehingga dia hampir terjatuh di lantai.Baru saja dia berdiri dengan baik, dia melihat Joshua yang sama sekali bukan tandingan Simon. Dia langsung menerjang ke arah mereka dengan terhuyung-huyung dan menahan Simon dari menyerang Joshua.Simon menurunkan tatapannya dan menatap Tiffany dengan tatapan dingin sambil berseru dengan dingin, "Lepaskan!"Namun, Tiffany tidak menuruti ucapannya.Melihatnya melindungi Joshua, tatapan Simon menjadi makin dingin.Simon tidak lagi banyak bicara. Dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menarik lengan Tiffany dengan kuat ke satu sisi.Saat dia mengangkat kepalanya dan menatap Joshua ....Angin menerpa.Dengan suara benturan keras, pintu kamar itu tertutup.Simon tidak menyadari keanehan apa pun dan melangkah menghampiri Joshua.Joshua menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya dan berdiri dengan ekspresi dingin. Dia malah melihat Tiffany yang dilempar ke satu sisi oleh Simon, lalu terj
Hannah seketika tercengang.Sejak kecil, dia selalu disayang dan dimanja. Dia tidak pernah mendengar kata-kata kasar, apalagi ditampar seperti ini."Tiffany, berani sekali kamu menamparku!"Hannah benar-benar murka. Dia pun mengangkat tangannya untuk membalas tamparan itu.Baru saja tangannya diangkat, tangannya langsung ditahan oleh Tiffany.Tiffany menatap Hannah dengan tatapan tajam, seakan-akan dia akan membunuh Hannah. "Hannah, kalau aku mendengar nama Sierra lagi dari mulutmu, aku akan merobek mulutmu!"Hannah langsung merasa ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan Tiffany.Tanpa disadari, dia juga bergerak mundur.Sedangkan Tiffany tidak ingin berlamaan lagi di tempat ini.Caci maki Hannah terhadap Sierra dan kecuekan Simon membuat Tiffany sangat kecewa."Kak ...."Begitu Tiffany pergi, Hannah langsung mengeluh pada Simon."Plak!"Namun, Simon malah menampar Hannah dengan sangat kuat.Hannah terhuyung-huyung dan langsung jatuh terduduk di lantai.Dia menatap Simon dengan t
Pada saat itu, Tiffany melihat bayangan dirinya di mata pria itu.Dia pun memberanikan dirinya dan menghampiri para preman itu.Dia menendang beberapa orang itu, tetapi karena kakinya masih lemas, tendangannya tidak menyakitkan.Simon tertawa dengan sinis dan berkata, "Sungguh nggak berguna."Kemudian, dia mengangkat kakinya dan menginjak perut preman yang mencoba untuk melecehkan Tiffany.Dia langsung melumpuhkan preman itu.Pada saat itu, Tiffany bisa mendengar detak jantungnya yang sangat cepat dengan sangat jelas.Tiffany yang baru memasuki masa remaja pun memiliki sebuah rahasia.Rahasia ini berhubungan dengan Simon.Dulu, Simon memperlakukannya dengan sangat baik.Namun, segalanya berubah dengan kedatangan Michelle.Tiffany memejamkan matanya dengan kuat sambil menahan perasaan yang meluap dalam hatinya.Saat dia membuka matanya kembali, tatapannya terlihat tenang.Dia berpegangan pada dinding sambil berdiri dengan susah payah.Dia berjalan menghampiri pria mesum itu dengan terta
Tiffany bergantung pada tubuh Simon. Seiring dengan langkah kaki Simon, tubuhnya Tiffany berguncang.Perutnya pun bergejolak.Dia seketika mengernyit.Baru saja mereka tiba di samping ranjang."Wuek!"Tiffany merasa mual.Ekspresi Simon seketika berubah, langkahnya pun terhenti."Tiffany, berani ...."Sebelum Simon bisa mengancam Tiffany, Tiffany sudah langsung muntah di badannya Simon.Hasrat yang dirasakan pria ini langsung sirna.Tanpa ragu-ragu, Simon melemparkan Tiffany di atas ranjang, layaknya membuang sampah.Tiffany mengerang dengan tidak nyaman.Simon berdiri di samping ranjang dan melihat tubuhnya yang penuh akan muntahan, sedangkan Tiffany sangat bersih.Ekspresinya menjadi masam.Anggur merah sangat wangi, tetapi muntahannya sangat bau.Mencium bau yang menyengat ini, Simon juga merasa mual.Pada saat ini, Simon ingin mencekik Tiffany hingga Tiffany meninggal.Dia tidak tahan lagi.Dia pun berbalik dan melangkah ke kamar mandi.Setengah jam kemudian, Simon baru keluar dari
Wandi juga merasa sangat kecewa. Dia sangat mengagumi bakatnya Tiffany, juga sangat puas dengan hasil karya Tiffany kali ini. Dia pun berkata, "Tiffany, satu kegagalan itu nggak melambangkan apa pun."Namun, Wandi tidak memahami arti kompetisi kali ini bagi Tiffany.Tiffany hampir tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertanya dengan suara bergetar, "Pak Wandi, apakah karena karyaku kurang bagus?""Tentu saja bukan!"Wandi langsung membantah."Kalau begitu, apa alasannya?" tanya Tiffany.Karena fluktuasi emosinya terlalu besar, suara Tiffany menjadi tajam."Tiffany, ke depannya, kalau kamu memasuki lingkaran ini, kamu akan mengerti. Sering sekali, kita nggak bisa melawan kekuatan kapitalisme. Tapi, jangan menyerah, ya. Bapak menyukai karyamu. Dengan bakat desainmu, masa depanmu akan sangat cerah," kata Wandi.Tiffany berusaha untuk menahan air matanya. Saat dia mendengar kata kapitalisme, dia teringat akan adegan yang dia lihat tadi siang.Pada saat ini, kegelisahannya tadi seperti me
Tiffany merasa sangat marah karena Simon sehingga dia langsung berteriak.Demi Sierra, dia bisa melakukan apa pun tanpa memikirkan akibatnya.Sedangkan Simon, sebagai ayahnya Sierra, malah membuka jalan agar wanita yang dia cintai bisa menikah dengan Keluarga Frank.Ucapan yang santai itu membuat harapannya sirna.Jika Sierra tidak bisa dilahirkan kembali ke keluarga yang baik karena hal ini ...."Tiffany!"Ekspresi Simon benar-benar masam. Dia berseru dengan penuh amarah, "Untuk menikah dengan Keluarga Frank, kamu benar-benar bisa mengucapkan apa pun, ya?!""Sierra putrimu, tapi kamu malah terus-menerus mengutuknya, memangnya kamu layak menjadi seorang ibu?!"Tiffany juga berseru dengan sedih, "Aku nggak layak jadi ibu? Simon, orang yang nggak layak itu kamu! Kamu sama sekali nggak layak menjadi ayahnya Sierra! Sierra sudah meninggal! Sierra ... dia benar-benar sudah meninggal!"Air mata terus mengalir dari matanya.Meskipun hal itu sudah berlalu lebih dari sebulan, saat Tiffany memik
Sambil mengucapkan kata-kata ini, matanya memerah, ekspresinya penuh rasa bersalah.Ekspresi Simon menjadi masam. Pada saat ini, dia sudah tidak memedulikan perasaan Michelle. Dia bertanya dengan suara rendah, "Apakah kamu melihat siapa yang menggendong Sierra?"Dia khawatir itu perdagangan anak.Sekarang, perdagangan anak sangat liar."Sierra digendong oleh seorang wanita paruh baya. Dia terlihat seperti seorang pengasuh, Sierra juga sangat bergantung padanya," jawab Michelle dengan tidak yakin.Simon bertanya lagi, "Mereka pergi ke arah mana?"Tanpa ragu-ragu, Michelle menunjuk ke satu arah sambil menjawab, "Sana."Simon langsung pergi mengejar.Tempat ini tidak ramai.Jika dia berlari dengan cepat, dia mungkin bisa mengejar mereka."Aduh."Baru saja Simon berlari beberapa langkah, dia mendengar suara Michelle berseru kesakitan dari belakang.Langkahnya langsung terhenti.Dia berbalik dan menatap Michelle yang berada di belakangnya. Dia baru menyadari bahwa Michelle terluka.Saat Mic
Tiffany berpikir, 'Apakah dia nggak pernah berpikir, bagaimana kalau aku benar-benar kenapa-kenapa?''Atau jangan-jangan dia sama sekali nggak peduli?'Karena efek obat itu, Tiffany kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa menyembunyikan pikirannya. Dia langsung bertanya dengan suara pecah, "Simon, karena aku nggak menaati ucapanmu dan datang untuk kencan buta, kamu membiarkannya memberiku obat bius, supaya dia menindasku? Hanya karena aku melanggar ucapanmu, kamu mau mendidikku dengan cara seperti ini?"Simon tidak membantah.Artinya, dia mengiakan pertanyaan Tiffany.Tiffany hanya merasakan kedinginan yang menjalar dari ujung kakinya ke seluruh tubuhnya. Dia pun mendorong Simon dengan sekuat tenaganya.Simon yang tangannya menyentuh dinding baru saja ingin menarik Tiffany ke dalam pelukannya untuk membawa Tiffany pergi.Pada saat ini, pintu lift terbuka lagi.Seseorang dengan sosok tinggi dan tampan pun muncul di koridor ini.Orang itu adalah Ivan.Pria yang tinggi itu melangkah mengh
"Sekeras apa pun kamu berteriak, nggak akan ada yang mendengarmu," kata Martin.Dia sengaja memilih restoran ini karena tempat ini sangat menghargai privasi tamu.Oleh karena itu, ruang pribadi di restoran ini sangat kedap suara.Martin menunduk dan melihat luka di lengannya. Dia mulai menggila.Dia tidak menyangka bahwa Tiffany yang terlihat lemah lembut bisa berbuat seliar ini.Dia menyukai wanita yang liar.Makin liar, makin seru.Martin melangkah maju.Seorang pria dewasa dan seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan.Baru saja Tiffany tiba di depan pintu ruangan, sebelum dia bisa membuka pintu itu, rambutnya dijambak oleh Martin dari belakang, sehingga dia tertarik menjauh dari pintu itu.Pintu ruangan yang baru sedikit terbuka pun kembali tertutup."Pergi sana!"Tiffany mengayunkan pisau itu lagi untuk mengusir Martin.Namun, kali ini, Martin sudah memiliki persiapan.Martin meraih pergelangan tangan Tiffany yang diayunkan dengan gila-gilaan, lalu mem
Melihat mobil yang menjauh itu, sudut bibir Michelle terangkat...."Maaf, Pak Martin. Kencan buta ini bukan keinginanku. Aku sudah menghabiskan waktumu. Kamu bisa menurunkanku di stasiun kereta bawah tanah," kata Tiffany sambil menatap Martin dengan tatapan penuh perasaan bersalah."Kebetulan, aku juga hanya menyelesaikan tugas dari keluargaku. Ayo makan bareng, anggap saja sebagai penjelasan untuk para tetua keluarga kita?" kata Martin sambil tertawa."Baiklah," jawab Tiffany.Mendengar ucapan Martin, Tiffany merasa jauh lebih santai, jadi dia mengangguk dan menyetujui usul Martin.Martin membawa Tiffany ke sebuah restoran.Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang wajar di antara mereka dan masuk ke sebuah ruangan pribadi yang sudah dipesan terlebih dahulu. Kemudian, Martin menarikkan kursi untuk Tiffany."Nona Tiffany suka minum anggur apa?" tanya Martin dengan sopan."Maaf, aku nggak minum," jawab Tiffany.Tiffany memiliki toleransi yang rendah terhadap alkohol, jadi dia hany
Isabella menunggu jam Tiffany pulang kerja untuk mengawasi progres kencan buta itu.Tiffany berpikir sejenak sebelum menyadari maksud ucapan Isabella, yaitu pasangan kencan butanya."Dia menunggu di bawah perusahaan?" tanya Tiffany."Iya, awalnya mau mengajak untuk bertemu di restoran, tapi katanya, dia kebetulan sejalan, jadi dia akan pergi menjemputmu di perusahaan. Tiffany, jangan membuatnya menunggu lama. Cepat turun," kata Isabella.Isabella sangat bersemangat. Bisa dilihat bahwa dia sangat puas dengan pasangan kencan buta yang dia pilih ini."Baiklah, aku akan ke bawah sekarang juga," kata Tiffany.Tiffany juga tidak ingin membuat orang lain menunggu lama, jadi setelah membereskan barangnya, dia langsung turun ke lantai bawah.Baru saja dia keluar dari perusahaan, dia melihat sebuah mobil Rolls-Royce Ghost berwarna hitam.Mobil itu mobilnya Simon.Pria itu duduk di dalam mobil dan tidak turun dari mobil.Jendela mobil diturunkan sedikit, sehingga saat Tiffany melihat ke arah mobi
Saat Simon melihat telinga Tiffany yang sangat merah, tatapannya menggelap.Tatapannya bergerak ke bawah.Dia pun melihat bagian belakang leher Tiffany yang juga sudah memerah.Napas Simon menjadi makin berat. Dia membalikkan wajah Tiffany dan meraih dagu Tiffany sambil menunduk untuk mencium Tiffany."Upp!"Tiffany terus meronta.Dia terus menggoyangkan kepalanya untuk menghindari ciuman ini.Namun, Simon mendekatinya secara perlahan, sehingga Tiffany sama sekali tidak bisa menghindar.Simon mencium Tiffany hingga Tiffany kesusahan bernapas, sebelum Simon melepaskan bibirnya.Tiffany benar-benar marah besar.Begitu bibirnya dibebaskan, dia menunduk, membuka mulutnya dan menggigit bagian antara jari jempol dan jari telunjuknya Simon.Dia juga menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian.Simon membiarkan Tiffany menggigitnya, seakan-akan dia tidak merasakan rasa sakit.Dia hanya makin kejam.Mobil ini sudah meninggalkan jalan pribadi Keluarga Frank. Saat ini sedang jam sibuk, jadi arus
Tiffany berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Begitu dia keluar, dia langsung melihat sebuah mobil Maybach hitam yang terparkir di depan pintu.Mobil ini diaturkan Isabella untuk mengantarkan Tiffany ke perusahaan.Tiffany bergegas menghampiri mobil itu dan membuka pintu mobil untuk naik mobil.Begitu dia masuk ke dalam mobil, dia melihat seseorang di jok belakang mobil.Tiffany langsung menoleh. Di dalam mobil yang gelap ini, dia bisa melihat sosok seorang pria tinggi yang sedang bersandar di kursinya, dengan sebagian besar wajahnya tersembunyi di bayangan.Orang itu adalah Simon.Dia memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan di tangan kirinya yang ujungnya sudah berubah bentuk karena kekuatan tangannya.Dia menatap Tiffany dengan tatapan yang sangat berbahaya.Dengan ekspresi dingin, gerakan Tiffany naik mobil seketika terhenti.Kemudian, Tiffany bergegas mundur ke belakang.Dia tidak ingin naik mobil yang sama dengan Simon.Reaksi Tiffany sudah sangat cepat, tetapi dia tetap saja
"Aku terbawa emosi, makanya aku melepaskan beberapa ekor tikus ke dalam ruangan untuk melampiaskan amarahku demi Rora.""Simon, aku hanya melakukannya karena aku terlalu mencintai Rora."Aurora adalah keuntungan Michelle.Simon sangat menyayangi Aurora.Asalkan Michelle mengatakan bahwa dia hanya melakukan hal itu demi Aurora, Simon tidak akan perhitungan dengannya.Karena Simon diam saja, Michelle berkata lagi dengan nada lembut dan manis, "Simon, sekarang, aku sama sekali nggak berani tidur. Setiap aku memejamkan mataku, aku bisa melihat ular itu menjerat diriku. Bisakah kamu menemaniku di rumah sakit?"Namun, Simon malah berkata dengan suara rendah, "Sudah malam, cepat tidur."Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan ini.Saat Michelle mengatakan bahwa dia terus melihat ular menjerat dirinya setiap dia memejamkan matanya, Simon malah mengingat bahwa Tiffany sangat takut pada tikus, tetapi malah dikurung selama itu, jadi malam ini, Tiffany pasti susah tidur....Setelah Simon kelu
Michelle menangis dengan pelan sambil terus mengeluh tentang penyiksaan yang dia derita di ruang bawah tanah itu.Setiap kata yang dia ucapkan sedang memancing amarah Simon.Dia sudah mengatakan bahwa saat dia keluar, dia tidak akan melepaskan Tiffany.Seiring dengan tangisannya, dia jelas-jelas merasakan aura dingin yang Simon pancarkan.Michelle membenamkan dirinya dalam pelukan Simon sambil tersenyum dengan bangga....Di rumah lama Keluarga Frank.Pada malam hari, Tiffany tidak tidur di rumahnya Simon, melainkan pergi ke rumahnya Isabella dan tidur di kamarnya sendiri.Karena Tiffany sudah merasakan ketakutan yang berlebihan, Isabella menyuruh pembantu untuk memasakkan sup hangat untuk Tiffany dan menyalakan dupa aroma terapi di kamarnya.Tiffany mengira bahwa hal-hal ini akan membantunya terlelap, tetapi setiap dia memejamkan matanya, adegan di ruang bawah tanah itu akan muncul dalam benaknya.Dia tidak bisa tidur.Tiffany pun berdiri dan mengeluarkan obat dari tasnya.Dia meminum
Jika Simon tidak bisa melihat kebaikan Tiffany, Isabella akan mencarikan orang yang bisa menghargai dan mencintai Tiffany.Dia menggenggam tangan Tiffany dan berkata, "Tiffany, Nenek pasti akan memilihkan pasangan yang baik untukmu.""Nenek, aku nggak mau kencan buta."Tiffany langsung menolak.Ucapan Simon memang benar, Tiffany tidak akan kencan buta, bukan karena dia terlalu mencintai Simon, melainkan karena dia belum membalaskan dendam Sierra, jadi dia tidak ingin memikirkan hal-hal ini.Isabella berkata dengan sungguh-sungguh, "Tiffany, Nenek mau mencarikan orang yang bisa melindungimu."Sebelumnya, dia ingin menjodohkan Tiffany dengan Simon.Dia memang egois karena Simon adalah cucu yang paling dia sayangi dan Tiffany sangat mencintai Simon, jadi Tiffany pasti akan memperlakukan Simon dengan baik. Oleh karena itu, Isabella merasa tenang.Namun, secara bersamaan, dia menginginkan agar Simon bisa melindungi Tiffany dan tidak membiarkan Tiffany ditindas.Akan tetapi, sekarang, Isabel