Tiffany merasa sangat malu dan marah.Dengan dorongan amarahnya, dia melawan dengan sekuat tenaga.Saat perhatian Simon sedang tertuju pada Michelle, Tiffany langsung menendang selangkangan Simon dengan lututnya."Ahh ...."Simon pun mengerang dengan pelan.Dia merasa kesakitan, sehingga dia melepaskan pegangannya pada Tiffany.Tiffany langsung membalikkan badannya dan melarikan diri.Dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil.Dia membungkus tubuhnya yang berlapis pakaian yang berantakan dengan jaketnya dan berjalan cepat ke mobilnya.Saat dia naik mobil dan mengunci pintu mobil, ketegangannya baru mereda.Di dalam mobilnya Simon.Simon bersandar di kursi sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya dan menyalakannya.Tatapannya terus mengikuti gerakan Tiffany. Penampilan Tiffany berbaring di bawah tubuhnya tadi muncul lagi dalam benaknya.Rambut Tiffany yang panjang berantakan, kulitnya seputih salju.Bekas yang Simon tinggalkan di tubuhnya pun terlihat sangat jelas.Sungguh me
Langkah Tiffany seketika terhenti.Dia berbalik dan menatap Simon yang sedang menggendong Aurora dengan tatapan dingin. Dia tersenyum sinis dan berkata, "Simon, sejak Sierra lahir, kamu nggak pernah menjaganya sehari saja. Berani sekali kamu mengataiku di sini?!"Simon terdiam sejenak.Namun, Michelle berkata, "Tiffany, kenapa kamu mengatai Simon seperti ini? Dia nggak sepertimu, yang nggak melakukan apa pun di rumah. Pekerjaannya sangat sibuk, jadi wajar saja kalau dia agak mengabaikan Sierra. Kamu seharusnya memahami kondisinya, bukan mengkritik dirinya!""Selain itu, Simon sangat menyukai anak kecil, mana mungkin dia mengabaikan Sierra? Kenapa kamu nggak introspeksi diri?"Michelle membela Simon bukan hanya untuk menyanjung Simon, tetapi juga untuk diam-diam mengisyaratkan bahwa Tiffany membuat Sierra nakal, sehingga dibenci oleh Simon.Tiffany menatap Michelle dengan tatapan tajam dan memberinya peringatan dengan nada bicara yang kasar. "Michelle, kamu nggak berhak untuk ikut campu
Bagaimana mungkin seorang anak baik akan berbohong?Siapa?Siapa yang tidak pernah mendengar ucapan Sierra dan terus menuduh bahwa Sierra berbohong?Siapa yang memarahi Sierra tidak jujur, menyalahkan Sierra kecil-kecil sudah berbohong dan mengatai Sierra anak nakal?Sungguh tidak adil!Sierra hanya pernah berbohong sekali, demi menanti kedatangan ayahnya yang tidak menepati janji, sehingga Sierra harus membayar dengan nyawanya.Namun, di mata Simon, Sierra tetap sangat nakal.Mata Tiffany seketika memerah. Dia menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian dan bertanya dengan dingin, "Simon, Aurora adalah anak kecil, tapi Sierra bukan, ya?""Mana mungkin Sierra bisa dibandingkan dengan Rora?!"Ucapan Simon membuat tatapan Tiffany menjadi sangat dingin.Inilah isi hati Simon.Bagi Simon, putri yang dilahirkan wanita yang dia cintai sangat baik.Seperti Michelle, anak itu sempurna.Sedangkan Sierra sangat nakal, seperti ibunya.Tiffany merasa sangat sedih, seakan-akan hatinya dicabik-cabi
Joshua juga melihat adegan itu.Dia langsung berdiri."Dasar pria bejat! Sierra belum pergi seminggu, berani sekali pria itu bermesraan dengan Michelle si wanita jalang itu! Sialan! Aku akan menghajarnya!""Joshua, aku sudah putus dengannya."Tiffany mengulurkan tangannya untuk menahan Joshua, agar Joshua tidak pergi menghampiri Simon.Joshua tidak akan bisa menang dari Simon."Bukannya kamu bilang kamu mau bawa aku jalan-jalan? Ayo jalan!"Karena larangan Tiffany, Joshua hanya bisa menahan api amarah dalam hatinya.Joshua tahu jelas betapa Tiffany mencintai Simon.Selama lima tahun terakhir, dia sudah sering melihat Tiffany merendahkan diri dan mengalah pada Simon."Kamu ...."Joshua ingin memarahi Tiffany tidak berguna.Namun, dia tidak memikirkan bahwa orang yang paling sedih jika menyaksikan kejadian ini adalah Tiffany.Saat Simon melepaskan Michelle dan duduk tegak sambil melihat ke arah Tiffany dan Joshua, Joshua mengangkat kaca helmnya.Kemudian, dia memelototi Simon.Setelah Ti
Tanpa lengan Simon yang menopang tubuhnya, kaki Tiffany melemas, sehingga dia hampir terjatuh di lantai.Baru saja dia berdiri dengan baik, dia melihat Joshua yang sama sekali bukan tandingan Simon. Dia langsung menerjang ke arah mereka dengan terhuyung-huyung dan menahan Simon dari menyerang Joshua.Simon menurunkan tatapannya dan menatap Tiffany dengan tatapan dingin sambil berseru dengan dingin, "Lepaskan!"Namun, Tiffany tidak menuruti ucapannya.Melihatnya melindungi Joshua, tatapan Simon menjadi makin dingin.Simon tidak lagi banyak bicara. Dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menarik lengan Tiffany dengan kuat ke satu sisi.Saat dia mengangkat kepalanya dan menatap Joshua ....Angin menerpa.Dengan suara benturan keras, pintu kamar itu tertutup.Simon tidak menyadari keanehan apa pun dan melangkah menghampiri Joshua.Joshua menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya dan berdiri dengan ekspresi dingin. Dia malah melihat Tiffany yang dilempar ke satu sisi oleh Simon, lalu terj
Hannah seketika tercengang.Sejak kecil, dia selalu disayang dan dimanja. Dia tidak pernah mendengar kata-kata kasar, apalagi ditampar seperti ini."Tiffany, berani sekali kamu menamparku!"Hannah benar-benar murka. Dia pun mengangkat tangannya untuk membalas tamparan itu.Baru saja tangannya diangkat, tangannya langsung ditahan oleh Tiffany.Tiffany menatap Hannah dengan tatapan tajam, seakan-akan dia akan membunuh Hannah. "Hannah, kalau aku mendengar nama Sierra lagi dari mulutmu, aku akan merobek mulutmu!"Hannah langsung merasa ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan Tiffany.Tanpa disadari, dia juga bergerak mundur.Sedangkan Tiffany tidak ingin berlamaan lagi di tempat ini.Caci maki Hannah terhadap Sierra dan kecuekan Simon membuat Tiffany sangat kecewa."Kak ...."Begitu Tiffany pergi, Hannah langsung mengeluh pada Simon."Plak!"Namun, Simon malah menampar Hannah dengan sangat kuat.Hannah terhuyung-huyung dan langsung jatuh terduduk di lantai.Dia menatap Simon dengan t
Pada saat itu, Tiffany melihat bayangan dirinya di mata pria itu.Dia pun memberanikan dirinya dan menghampiri para preman itu.Dia menendang beberapa orang itu, tetapi karena kakinya masih lemas, tendangannya tidak menyakitkan.Simon tertawa dengan sinis dan berkata, "Sungguh nggak berguna."Kemudian, dia mengangkat kakinya dan menginjak perut preman yang mencoba untuk melecehkan Tiffany.Dia langsung melumpuhkan preman itu.Pada saat itu, Tiffany bisa mendengar detak jantungnya yang sangat cepat dengan sangat jelas.Tiffany yang baru memasuki masa remaja pun memiliki sebuah rahasia.Rahasia ini berhubungan dengan Simon.Dulu, Simon memperlakukannya dengan sangat baik.Namun, segalanya berubah dengan kedatangan Michelle.Tiffany memejamkan matanya dengan kuat sambil menahan perasaan yang meluap dalam hatinya.Saat dia membuka matanya kembali, tatapannya terlihat tenang.Dia berpegangan pada dinding sambil berdiri dengan susah payah.Dia berjalan menghampiri pria mesum itu dengan terta
Tiffany bergantung pada tubuh Simon. Seiring dengan langkah kaki Simon, tubuhnya Tiffany berguncang.Perutnya pun bergejolak.Dia seketika mengernyit.Baru saja mereka tiba di samping ranjang."Wuek!"Tiffany merasa mual.Ekspresi Simon seketika berubah, langkahnya pun terhenti."Tiffany, berani ...."Sebelum Simon bisa mengancam Tiffany, Tiffany sudah langsung muntah di badannya Simon.Hasrat yang dirasakan pria ini langsung sirna.Tanpa ragu-ragu, Simon melemparkan Tiffany di atas ranjang, layaknya membuang sampah.Tiffany mengerang dengan tidak nyaman.Simon berdiri di samping ranjang dan melihat tubuhnya yang penuh akan muntahan, sedangkan Tiffany sangat bersih.Ekspresinya menjadi masam.Anggur merah sangat wangi, tetapi muntahannya sangat bau.Mencium bau yang menyengat ini, Simon juga merasa mual.Pada saat ini, Simon ingin mencekik Tiffany hingga Tiffany meninggal.Dia tidak tahan lagi.Dia pun berbalik dan melangkah ke kamar mandi.Setengah jam kemudian, Simon baru keluar dari
Simon langsung mengernyit.Artinya, mulai sekarang, dia tidak bisa menyebut nama Sierra lagi di hadapan Isabella.Dia menoleh dan menatap Tiffany yang berada di sampingnya.Tiffany jelas-jelas membuang napas dengan lega.Tatapan Simon pun menggelap.Dia berpikir, 'Sampai kapan dia mau menyembunyikan Sierra?'"Kalau kamu memelototi Tiffany lagi, aku akan mencungkil matamu!"Saat Isabella berjalan keluar, dia melihat Simon yang sedang menatap Tiffany dengan tatapan dingin.Dia langsung naik darah.Dia pun mengangkat tangannya dan memukul punggung Simon dengan kuat."Ahh ...."Simon seketika merasa kesakitan."Kualat!" seru Isabella, tetapi tatapannya penuh akan kekhawatiran.Dia sudah melupakan bahwa dia baru menghukum Simon.Simon pun terdiam....Tiffany memasak beberapa makanan yang disukai Isabella. Isabella merasa sangat senang dan menambah nasi setengah mangkuk.Setelah makan, Isabella membawa Tiffany ke taman bunga dengannya.Tiba-tiba, cuacanya berubah.Hujan tiba-tiba turun deng
Mendengar Simon menyebut nama Sierra, tubuh Tiffany seketika menjadi kaku.Karena Tiffany tidak menjawabnya, Simon memberinya peringatan dengan suara rendah, "Tiffany, jangan menggila lagi."Tiffany tahu bahwa Simon sedang memberinya peringatan, agar dia tidak mengatakan bahwa Sierra sudah meninggal.Tatapan Tiffany menggelap. Dia sama sekali tidak berniat untuk mengungkit tentang Sierra lagi di hadapan Simon.Dia hanya mengkhawatirkan Isabella.Sebelum Isabella mengalami koma, dia sangat menyayangi Sierra. Sekarang, setelah dia bangun dengan susahnya, bisakah dia menerima kenyataan bahwa Sierra sudah meninggal?Tiffany tidak berani bertaruh.Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi pada saat ini, terdengar suara seorang wanita tua dari arah tangga."Apa yang sedang kalian bicarakan? Mau jemput siapa untuk makan denganku?" tanya Isabella.Tiffany seketika merasa panik.Dia menahan kesedihan dalam hatinya dan memaksakan seulas senyuman sambil berjalan maju. "Nenek, nggak .
Tiffany tidak mengalihkan topik pembicaraan ini hanya karena amarah Simon, melainkan berkata lagi, "Aku mau bilang, kalau ada kamera pemantau di kolam renang rumahnya Michelle, apakah kebenaran hari itu juga akan seperti hari ini?""Tiffany!"Emosi Simon bergejolak, sehingga kekuatannya jelas-jelas meningkat.Suasana lembut antara kedua orang ini seketika menghilang."Ahh!"Tiffany tidak bisa menahan diri dari berseru kesakitan.Simon baru mengurangi kekuatannya, tetapi dia jelas-jelas marah.Dia berdiri dan menatap Tiffany yang berada di sofa dengan tatapan dominan. "Tiffany, hari ini, kamu memang nggak mendorong Rora, tapi nggak berarti Sierra nggak mendorong Rora," katanya dengan dingin.Seusai berbicara, Simon langsung pergi.Tiffany baru bangkit dari sofa secara perlahan, lalu mengenakan pakaiannya. Tatapannya sangat dingin.Awalnya, dia mengira bahwa setelah kejadian hari ini, meskipun Simon tidak memercayainya, hati Simon mungkin akan goyah.Namun, dia ternyata sudah terlalu mer
Simon merangkul pinggang Tiffany yang ramping dengan tangannya yang besar, sehingga tubuh mereka bertempelan.Dia membuka mulutnya dan menggigit bibir Tiffany dengan kuat, seakan-akan dia sedang menghukum Tiffany.Napasnya sangat panas. Saat ujung jarinya mengelus bagian pinggang Tiffany yang paling sensitif, dia merasakan Tiffany bergetar dalam pelukannya. Dia pun bertanya dengan suara serak, "Kamu sengaja mau menyiksaku, ya?"Tiffany diselimuti oleh hormon maskulin yang kuat. Kedua tangannya diletakkan di dada Simon dengan lemah, untuk menjaga jarak antara tubuh mereka. "Nggak," jawabnya.Dia menarik tangan yang menyentuh pinggangnya sambil meronta untuk melepaskan diri dari pria ini.Namun, begitu dia bergerak, dia langsung ditarik untuk duduk oleh Simon.Kali ini, dia langsung duduk di perut bagian bawah pria ini.Tiffany menyadari bahwa telinganya sangat panas, entah karena napas pria ini atau karena alasan lainnya."Nggak?"Tatapan Simon menggelap. Dia melihat telinga Tiffany yan
Bagaimanapun, Hannah adalah cucunya Isabella.Isabella juga tidak lagi mengulur masalah ini, dia masih ada urusan lainnya, jadi dia berkata dengan nada dingin, "Keluar."Wanda langsung memapah Hannah dan meninggalkan kuil leluhur.Setelah pintu ruangan ditutup dari luar, Isabella menatap Simon sambil berkata, "Simon, berlututlah!"Simon langsung berlutut."Kamu sudah berjanji padaku kalau kamu akan menjaga Tiffany dengan baik. Apakah ini caranya?" kata Isabella.Simon bukan hanya tidak menjaga Tiffany dengan baik, tetapi juga bersekongkol dengan Michelle untuk menindas Tiffany.Dasar orang-orang kejam!Simon lebih kejam!"Nyonya ...."Harry yang disuruh untuk pergi mengambil cambuk ingin membujuk Isabella.Namun, dia langsung terdiam karena melihat tatapan Isabella. Dengan ekspresi dingin, Isabella berkata dengan suara rendah, "Nggak ada yang bisa membelanya."Tiffany tahu bahwa ucapan Isabella ditujukan pada dirinya.Isabella takut Tiffany tidak tega melihat Simon menderita dan memint
Isabella tidak langsung mengusir Michelle, tetapi ucapan yang keluar dari mulutnya malah seperti tamparan di wajah Michelle, membuat Michelle merasa sangat dipermalukan.Hari ini, harga diri yang didapatkan Wanda dan Hannah untuk Michelle di Keluarga Frank pun menghilang.Michelle menatap Simon, tetapi Simon tidak mengucapkan apa pun.Michelle tahu bahwa Isabella adalah keluarga terdekat Simon. Lima tahun yang lalu, Simon tidak memberi Michelle status yang jelas karena Isabella, begitu pula dengan sekarang.Michelle menatap Wanda.Ekspresi Wanda dingin, dia bahkan tidak melihat ke arah Michelle.Michelle mengepalkan tangannya erat-erat sambil berdiri secara perlahan. Dia sudah tidak bisa mengendalikan senyuman di wajahnya. "Nyonya Isabella, maaf sudah mengganggu," katanya dengan terpaksa."Biar aku antarkan kamu dan Rora pulang," kata Simon sambil ikut berdiri."Berhenti," seru Isabella dengan tegas.Kemudian, dia langsung batuk-batuk.Ekspresi Simon sontak berubah. Dia melangkah ke si
Isabella jelas-jelas tercengang sejenak.Saat dia menoleh dan menatap Tiffany, dia tidak bisa menahan rasa senang dalam hatinya.Setelah tidak bertemu selama beberapa tahun, gadis ini akhirnya tidak lagi menahan semua ketidakadilan yang dia derita, melainkan sudah bisa mengadu.Bagus sekali.Saat Isabella mengangkat kepalanya, kesenangan di tatapannya seketika berubah. Tatapannya yang tajam menyapu ke arah Michelle.Michelle memang sudah takut pada Isabella. Melihat Tiffany sengaja menaruh perhatian Isabella pada dirinya, Michelle merasa sangat benci, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun.Dia hanya bisa diam-diam menarik ujung baju Simon sambil memanggil pria ini dengan suara rendah. "Simon."Dia ingin meminta bantuan Simon.Namun, dia tidak mendapat reaksi apa pun dari pria ini.Dia diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat tatapan Simon yang dingin.Michelle seketika merasa ketakutan.Dia langsung menurunkan tatapannya, pikirannya juga melayang-layang.Saat dia mengangkat kepalan
Isabella mengambil ponsel Tiffany dan melihatnya sejenak. Ekspresinya sontak menggelap. Dia langsung berseru dengan penuh amarah, "Cepat berlutut!"Mendengar bahwa Tiffany memiliki barang bukti, Hannah menundukkan kepalanya dengan ketakutan. Dia pun berencana untuk mengakui kesalahannya. Namun, melihat Isabella tiba-tiba marah besar, matanya pun berkilau.Dia sudah menduga bahwa Tiffany tidak mungkin memiliki barang bukti.Saat Aurora pergi mencari Tiffany, Hannah berdiri di seberang danau dan menyaksikan adegan itu dengan sangat jelas.Selain Tiffany dan Aurora, hanya ada dia di tempat itu.Asalkan dia bersikeras, Tiffany tidak akan bisa membela diri.Bukti?Dia hampir memercayai omong kosong wanita itu.Sambil memikirkan hal ini, Hannah langsung menegakkan tubuhnya dan mengangkat kepalanya.Melihat Tiffany yang masih berani berdiri di sampingnya, dia langsung berseru dengan ekspresi dingin, "Tiffany, kamu nggak dengar Nenek menyuruhmu untuk berlutut? Cepat berlutut!"Sambil menegur T
Tiffany menggeleng.Saat dia melihat Isabella, matanya memerah."Nenek, kapan Nenek bangun? Kenapa Nenek pulang sendiri? Apakah Nenek baik-baik saja?" tanya Tiffany."Nggak apa-apa, Nenek sangat kuat!" jawab Isabella.Isabella menarik tangan Tiffany dan menepuk-nepuk tangan Tiffany....Di kamar Simon di lantai tiga.Aurora menangis hingga dia ketiduran.Sedangkan Michelle menyeka air matanya dengan sedih di satu sisi.Pada saat ini, seorang pembantu mengetuk pintu kamar dan berkata, "Tuan Simon, Nyonya Isabella menyuruh Tuan dan Nona Michelle untuk turun ke lantai bawah."Mendengar pembantu itu menyebut "Nyonya Isabella", Simon langsung berdiri dan bertanya, "Nenek sudah pulang?"Dia tampak terkejut. Dia pun menurunkan Aurora dan turun ke lantai bawah.Sedangkan Michelle menunjukkan reaksi yang berbeda.Mendengar bahwa Isabella sudah pulang, dia merasa seakan-akan dia disiram dengan air dingin.Dia berpikir, 'Kenapa si tua bangka itu pulang?''Bukannya dia nggak sadarkan diri, ya?''K