Share

Bab 3

Penulis: Alisa Salim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 18:41:09
Saat Simon bereaksi, dia langsung berseru dengan suara yang sangat dingin.

Dia mengulurkan tangannya dan mencengkeram tangan Tiffany yang masih terus diayunkan sambil menatap Tiffany dengan tatapan tajam.

Demi orang yang dia sukai, pria yang selalu bersikap mulia dan dingin ini seketika berubah menjadi orang lain.

Mata Tiffany pun memerah.

Melihat pria yang sudah dia cintai selama 10 tahun ini, rasa masam meluap dalam hatinya.

"Iya, dari awal, aku seharusnya sudah menggila."

Dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menampar Simon dengan kuat.

"Simon, kita putus."

Sejak kematian putrinya, dia sudah ingin mengucapkan kata-kata ini pada Simon.

Hubungan mereka berakhir di sini!

Tiffany menarik kembali tangannya. Telapak tangannya mati rasa karena dia menampar pria itu dengan sekuat tenaganya.

Pipi kiri Simon jelas-jelas memerah. Ini pertama kalinya dia ditampar oleh seorang wanita.

Dia menatap Tiffany dengan ekspresi gelap dan menakutkan, dengan tatapan penuh kebencian, sambil tertawa dengan sinis.

Sedangkan Tiffany tidak lagi banyak bicara. Dia langsung berbalik dan meninggalkan tempat ini.

Dia tahu bahwa Simon tidak memercayai ucapannya.

Bagaimanapun, di mata Simon, Tiffany mencoba berbagai cara untuk naik ke atas ranjangnya demi menjadi istrinya.

Selama lima tahun terakhir, Tiffany juga berada di sisinya tanpa status apa pun.

Bagaimana mungkin Tiffany rela mengakhiri hubungan mereka?

...

Tiga hari kemudian, di Vila Imperial.

Simon pulang dalam keadaan kelelahan dan dia disambut oleh rumahnya yang sepi.

Dia mengira bahwa Tiffany meninggalkan rumah dengan Sierra.

Dengan ekspresi masam, dia mengeluarkan ponselnya dan berinisiatif untuk mengirimkan pesan pada Tiffany untuk pertama kalinya.

"Pulang."

Dia hanya mengirimkan perintah yang berisi satu kata.

Begitu dia mengirimkan pesan ini, muncul sebuah tanda seru berwarna merah di layar ponselnya.

Kemudian, dia melihat barisan tulisan di bawahnya. "Tidak terkirim, ketuk untuk mencoba lagi."

Simon terdiam.

Apakah Tiffany memblokir nomor teleponnya?

Ekspresi Simon menjadi makin dingin. Dia pun langsung menelepon Tiffany.

Namun, baru saja nada deringnya berbunyi sekali, panggilannya langsung berakhir.

Setelah mencoba berkali-kali, Simon baru menyadari bahwa nomor teleponnya benar-benar sudah diblokir oleh Tiffany!

Dia berpikir, 'Bagus sekali!'

Setelah dia membuntutiku ke rumah sakit dan menyerang Michelle dan Aurora dengan gila-gilaan, aku bahkan nggak perhitungan dengannya! Tapi, dia malah makin menjadi-jadi, ya?!'

...

Di Maple Garden.

Tiga hari yang lalu, setelah Tiffany meninggalkan Vila Imperial, dia pindah ke tempat ini.

Tempat ini adalah rumah ibu angkatnya.

Ibu angkatnya adalah pembantu di Kediaman Frank dan bertugas menjaga Isabella, neneknya Simon.

Pada usia delapan tahun, Tiffany melarikan diri dari panti asuhan yang kejam dengan tubuhnya yang penuh akan luka. Pada saat itu, dia bertemu dengan ibu angkatnya dan Isabella.

Isabella menyelamatkannya.

Isabella juga memusnahkan panti asuhan itu dengan kekuatan Keluarga Frank.

Oleh karena itu, Tiffany kehilangan rumahnya.

Ibu angkatnya pun mengadopsi dirinya.

Setelah itu, dia pergi ke Kediaman Frank dengan ibu angkatnya.

Saat ibu angkatnya meninggal, rumah ini pun menjadi miliknya.

Setelah membersihkan rumah ini, Tiffany turun ke lantai bawah untuk membuang sampah. Saat dia hendak naik lagi ke lantai atas, pergelangan tangannya tiba-tiba ditahan dengan kuat.

Karena Tiffany sedang lengah, tubuhnya langsung terhuyung-huyung.

Kemudian, dia mendengar suara seorang pria yang jelas-jelas sedang kesal. "Tiffany, berani sekali kamu memblokir nomorku?"

Tiffany menegakkan tubuhnya dan mengangkat kepalanya untuk menatap pria itu.

Tatapannya sangat tenang.

Tanpa menjawab pertanyaan itu, dia berkata dengan tenang, "Simon, lepaskan aku."

Simon membalas tatapan Tiffany dengan tatapan gelap.

Dia tidak melepaskan Tiffany, melainkan memperkuat pegangannya.

Tiba-tiba ....

Kakinya terasa sakit.

Ternyata itu Tiffany.

Karena Simon tidak melepaskannya, Tiffany mengangkat kakinya dan menginjak kaki Simon dengan kuat.

Tiffany mengerahkan seluruh kekuatannya.

Simon yang merasa kesakitan pun melepaskan pegangannya.

Tiffany memanfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan diri dan berjalan cepat ke lantai atas.

"Tiffany!"

Suara Simon menjadi sangat berat. Dia mengejar Tiffany dan mengulurkan tangannya lagi.

"Jangan sentuh aku!"

Tiffany sudah waspada, jadi dia langsung menghindar dengan sigap.

Melihat Tiffany seperti ini, Simon berkata dengan nada usil, "Tiffany, nggak ada bagian tubuhmu yang belum pernah kusentuh, deh?"

Ucapan Simon sangat ambigu.

Tiffany sangat pemalu, sehingga telinganya langsung memerah.

Melihat Tiffany tersipu malu, tatapan Simon menggelap.

Saat Tiffany menyadari hal ini, dia mengepalkan tangannya erat-erat sambil berkata dengan nada dingin, "Simon, kita sudah putus."

Artinya, ucapan Simon sudah melewati batas.

Seusai berbicara, Tiffany berbalik lagi dan berjalan cepat ke lantai atas.

Simon memandang punggung Tiffany sambil bersandar di mobilnya, tatapannya gelap.

...

Di lantai tiga.

Tiffany membuka pintu dan berjalan masuk. Saat dia hendak menutup pintu, sebuah tangan yang besar menahan pintu itu.

Ternyata Simon mengikutinya ke atas.

Sebelum Tiffany bisa bereaksi, Simon membuka pintu itu secara paksa dan berjalan masuk. Dia membuka kotak hadiah yang indah di tangannya sambil berkata, "Sierra, coba lihat hadiah yang Ayah bawakan untukmu."

Namun, rumah ini tetap sunyi.

Tidak ada yang menyahut.

Simon pun tercengang.

Setiap Sierra melihatnya, Sierra memang tidak langsung melemparkan diri ke pelukannya dan bersikap manis seperti Aurora.

Namun, asalkan Sierra mendengar suaranya, Sierra akan langsung berlari ke hadapannya.

Sierra akan menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman dan memanggilnya "Ayah" dengan patuh.

"Sierra belum bangun, ya? Biar aku bangunkan dia."

Simon merendahkan suaranya dan meletakkan kotak hadiah itu di atas meja, lalu berjalan ke arah kamar.

Namun, tidak ada siapa pun di kamar itu.

Ranjangnya rapi dan Sierra tidak terlihat di dalam ruangan.

Tatapannya menyapu ke sekeliling.

Dia tidak menemukan Sierra di dalam kamar dan hanya melihat pakaian Sierra yang digantung berdampingan dengan pakaian Tiffany di lemari yang setengah terbuka.

"Sierra di mana?"

Simon meninggalkan kamar itu dan menatap Tiffany.

Tiffany masih berdiri di depan pintu sambil menatap kotak hadiah itu dengan ekspresi yang tidak jelas.

"Sierra? Kamu nggak akan bisa bertemu dengannya lagi!"

Suara Tiffany sangat pelan, tetapi sangat dingin.

"Apa maksudmu?"

Ekspresi Simon seketika menjadi masam.

Apakah Tiffany menyembunyikan Sierra?

Namun, Tiffany tidak menjawab pertanyaan itu.

Dia melangkah ke depan meja dan mengeluarkan gaun tuan putri dari kotak hadiah itu dengan kedua tangannya yang bergetar. Matanya pun memerah.

Gaun ini adalah hadiah ulang tahun yang paling diinginkan oleh Sierra.

Simon sudah berjanji akan memberikan hadiah ini untuk Sierra.

Namun, akhirnya, gaun ini malah dipakai oleh Aurora.

Sekarang, setelah Aurora memakainya, Simon menghadiahkan gaun ini untuk Sierra.

Siapa Sierra baginya?

"Simon, Sierra nggak peduli!"

Tiffany yang merasa sangat sedih akhirnya kehilangan kendali atas emosinya.

Dia membuang gaun itu beserta kotaknya, seperti membuang sampah.

Guci abu putrinya terletak di kamar tidur kedua.

Dia tidak ingin putrinya melihat benda ini.

Simon tidak sempat menghentikan Tiffany. Dia pun melihat kotak itu jatuh ke lantai. Gaun yang dibuat khusus untuk Sierra terjatuh dari kotaknya dan mendarat di sebatang rokok yang masih menyala di lantai, sehingga gaunnya berlubang.

"Tiffany, sudah cukup, belum?!"

Tatapan Simon penuh akan amarah, tatapannya sangat gelap.

"Keluar."

Tiffany mengabaikan amarah Simon dan memerintahkan Simon untuk pergi dengan dingin.

Ekspresi Simon sangat dingin.

Saat suasana di ruangan hampir membeku, ponsel Simon berdering.

Ada panggilan dari Michelle.

Simon menatap Tiffany dan menerima panggilan itu di hadapannya. "Michelle."

Nada bicaranya sangat lembut.

Namun, tatapannya terhadap Tiffany sangat dingin.

Michelle bertanya dengan lembut, "Apakah kamu sudah menjemput Sierra? Tadi, pihak taman hiburan menghubungiku, mereka bertanya kapan kamu dan Sierra akan tiba, supaya mereka bisa siap-siap dulu."

"Nggak, Sierra nggak ada di sini," jawab Simon.

Simon tetap menatap Tiffany lekat-lekat.

Melihat ekspresi Tiffany yang tetap cuek, tatapan Simon menjadi makin dingin. "Batalkan saja, aku akan pergi menemani kamu dan Rora."

Bab terkait

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 4

    Seusai berbicara, dia mengakhiri panggilan ini.Sebelum Simon pergi, dia berkata dengan nada dingin, "Tiffany, kalau kamu berani, ke depannya, jangan biarkan Sierra menghubungiku lagi."Kemudian, dia langsung pergi tanpa ragu-ragu.Baru saja Simon berjalan keluar ....Terdengar suara benturan keras dari belakang.Dia pun menoleh dan melihat Tiffany, yang tadinya masih baik-baik saja, terjatuh di lantai dalam posisi membelakanginya."Tiffany, biar aku peringatkan, jangan macam-macam di hadapanku," kata Simon.Tiffany jatuh terbaring di lantai yang dingin, kesadarannya masih belum sepenuhnya menghilang.Mendengar ucapan Simon, dia hanya merasakan aliran dingin dalam tubuhnya.Jelas-jelas, Simon mengira bahwa Tiffany pura-pura jatuh pingsan supaya Simon tidak pergi.Bagi Simon, Tiffany adalah seorang wanita kejam yang bisa melakukan apa pun demi dirinya.Lima tahun yang lalu, untuk merusak hubungan Simon dan Michelle, di hari perayaan hubungan mereka, Tiffany sengaja naik ke ranjang Simon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 5

    Suasana di dalam kamar mulai memanas, aliran panas pun berkumpul di bagian bawah perutnya Simon.Simon membalikkan badannya dan menindih tubuh Tiffany di bawah tubuhnya.Tiffany terbangun dari mimpi buruknya dan membuka matanya secara perlahan.Saat dia melihat langit-langit kamar, dia tercengang sejenak.Mimpinya terlalu menyedihkan, sehingga untuk sejenak, dia tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.Pada saat ini, dia tiba-tiba merasa kedinginan.Dia pun seketika tersadar.Dia baru menyadari bahwa dia sedang berbaring di atas ranjang dalam keadaan berantakan, sedangkan Simon sedang melepaskan pakaiannya.Ekspresi Tiffany menjadi dingin, darah dalam sekujur tubuhnya juga seperti mengalir balik arah.Tanpa ragu-ragu, dia mendorong pria itu sambil berkata, "Simon, lepaskan aku."Simon sudah terbawa suasana, sehingga dia bukan hanya tidak menghentikan gerakannya, melainkan malah makin menjadi-jadi.Meskipun Simon tidak mencintai Tiffany, harus diakui bahwa Simon menyukai tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 6

    Ucapan ini sangat ambigu, terlebih lagi pakaian di dalam kantong belanja itu.Di dalam kantongan itu, terdapat satu set pakaian pria, dengan celana dalam pria sengaja diletakkan di paling atas.Michelle jelas-jelas sedang memamerkan pada Tiffany bahwa semalam, Simon bermalaman di rumahnya.Tatapan Tiffany tertuju pada celana dalam itu selama beberapa detik sebelum berpindah ke Michelle.Dia melihat Michelle sengaja menyibakkan rambutnya yang panjang dengan santai dan menunjukkan bekas-bekas merah di lehernya.Siapa pun bisa melihat bahwa itu bekas ciuman.Semalam, Simon pasti sudah tidur dengan Michelle.Simon tidak bisa melampiaskan hasratnya dengan Tiffany, jadi dia langsung pergi mencari Michelle.Selain itu, hubungan mereka pasti sangat berapi-api.Tiffany merasakan rasa sakit dalam hatinya.Michelle sengaja ingin menyiksa Tiffany.Sambil memikirkan putrinya yang baru meninggal tidak lama, ekspresi Tiffany menjadi dingin.Dia berdiri secara perlahan dan menatap Michelle dengan tata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 7

    Tiffany sudah mencintai Simon selama sepuluh tahun.Oleh karena itu, dia sudah mengenali hawa Simon.Saat Simon menciumnya, dia langsung mengetahui bahwa itu Simon.Kepanikan dan ketakutan yang dia rasakan seketika menghilang, menyisakan kedinginan dalam hatinya.Dengan ekspresi dingin, Tiffany memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman Simon.Penolakannya membuat tatapan Simon menggelap. Simon menarik kembali wajah Tiffany secara paksa dan mencium Tiffany lagi.Simon memancarkan aura yang sangat mencekam, bercampur dengan amarah.Apakah Simon datang untuk melampiaskan amarah Michelle karena Tiffany menganiaya wanita yang Simon cintai di kafe itu?Dalam hatinya, Tiffany terus melawan.Namun, kekuatan yang menahannya sangat kuat, sehingga Tiffany tidak bisa menghindar. Dia hanya bisa menggertakkan giginya untuk mencegah napas pria itu masuk ke mulutnya.Secara bersamaan, tubuhnya juga meronta dengan makin kuat. Dia mengangkat tangannya dan mendorong pria itu.Namun, karena perbedaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 8

    Tiffany merasa sangat malu dan marah.Dengan dorongan amarahnya, dia melawan dengan sekuat tenaga.Saat perhatian Simon sedang tertuju pada Michelle, Tiffany langsung menendang selangkangan Simon dengan lututnya."Ahh ...."Simon pun mengerang dengan pelan.Dia merasa kesakitan, sehingga dia melepaskan pegangannya pada Tiffany.Tiffany langsung membalikkan badannya dan melarikan diri.Dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil.Dia membungkus tubuhnya yang berlapis pakaian yang berantakan dengan jaketnya dan berjalan cepat ke mobilnya.Saat dia naik mobil dan mengunci pintu mobil, ketegangannya baru mereda.Di dalam mobilnya Simon.Simon bersandar di kursi sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya dan menyalakannya.Tatapannya terus mengikuti gerakan Tiffany. Penampilan Tiffany berbaring di bawah tubuhnya tadi muncul lagi dalam benaknya.Rambut Tiffany yang panjang berantakan, kulitnya seputih salju.Bekas yang Simon tinggalkan di tubuhnya pun terlihat sangat jelas.Sungguh me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 9

    Langkah Tiffany seketika terhenti.Dia berbalik dan menatap Simon yang sedang menggendong Aurora dengan tatapan dingin. Dia tersenyum sinis dan berkata, "Simon, sejak Sierra lahir, kamu nggak pernah menjaganya sehari saja. Berani sekali kamu mengataiku di sini?!"Simon terdiam sejenak.Namun, Michelle berkata, "Tiffany, kenapa kamu mengatai Simon seperti ini? Dia nggak sepertimu, yang nggak melakukan apa pun di rumah. Pekerjaannya sangat sibuk, jadi wajar saja kalau dia agak mengabaikan Sierra. Kamu seharusnya memahami kondisinya, bukan mengkritik dirinya!""Selain itu, Simon sangat menyukai anak kecil, mana mungkin dia mengabaikan Sierra? Kenapa kamu nggak introspeksi diri?"Michelle membela Simon bukan hanya untuk menyanjung Simon, tetapi juga untuk diam-diam mengisyaratkan bahwa Tiffany membuat Sierra nakal, sehingga dibenci oleh Simon.Tiffany menatap Michelle dengan tatapan tajam dan memberinya peringatan dengan nada bicara yang kasar. "Michelle, kamu nggak berhak untuk ikut campu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 10

    Bagaimana mungkin seorang anak baik akan berbohong?Siapa?Siapa yang tidak pernah mendengar ucapan Sierra dan terus menuduh bahwa Sierra berbohong?Siapa yang memarahi Sierra tidak jujur, menyalahkan Sierra kecil-kecil sudah berbohong dan mengatai Sierra anak nakal?Sungguh tidak adil!Sierra hanya pernah berbohong sekali, demi menanti kedatangan ayahnya yang tidak menepati janji, sehingga Sierra harus membayar dengan nyawanya.Namun, di mata Simon, Sierra tetap sangat nakal.Mata Tiffany seketika memerah. Dia menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian dan bertanya dengan dingin, "Simon, Aurora adalah anak kecil, tapi Sierra bukan, ya?""Mana mungkin Sierra bisa dibandingkan dengan Rora?!"Ucapan Simon membuat tatapan Tiffany menjadi sangat dingin.Inilah isi hati Simon.Bagi Simon, putri yang dilahirkan wanita yang dia cintai sangat baik.Seperti Michelle, anak itu sempurna.Sedangkan Sierra sangat nakal, seperti ibunya.Tiffany merasa sangat sedih, seakan-akan hatinya dicabik-cabi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 11

    Joshua juga melihat adegan itu.Dia langsung berdiri."Dasar pria bejat! Sierra belum pergi seminggu, berani sekali pria itu bermesraan dengan Michelle si wanita jalang itu! Sialan! Aku akan menghajarnya!""Joshua, aku sudah putus dengannya."Tiffany mengulurkan tangannya untuk menahan Joshua, agar Joshua tidak pergi menghampiri Simon.Joshua tidak akan bisa menang dari Simon."Bukannya kamu bilang kamu mau bawa aku jalan-jalan? Ayo jalan!"Karena larangan Tiffany, Joshua hanya bisa menahan api amarah dalam hatinya.Joshua tahu jelas betapa Tiffany mencintai Simon.Selama lima tahun terakhir, dia sudah sering melihat Tiffany merendahkan diri dan mengalah pada Simon."Kamu ...."Joshua ingin memarahi Tiffany tidak berguna.Namun, dia tidak memikirkan bahwa orang yang paling sedih jika menyaksikan kejadian ini adalah Tiffany.Saat Simon melepaskan Michelle dan duduk tegak sambil melihat ke arah Tiffany dan Joshua, Joshua mengangkat kaca helmnya.Kemudian, dia memelototi Simon.Setelah Ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 50

    Simon langsung mengernyit.Artinya, mulai sekarang, dia tidak bisa menyebut nama Sierra lagi di hadapan Isabella.Dia menoleh dan menatap Tiffany yang berada di sampingnya.Tiffany jelas-jelas membuang napas dengan lega.Tatapan Simon pun menggelap.Dia berpikir, 'Sampai kapan dia mau menyembunyikan Sierra?'"Kalau kamu memelototi Tiffany lagi, aku akan mencungkil matamu!"Saat Isabella berjalan keluar, dia melihat Simon yang sedang menatap Tiffany dengan tatapan dingin.Dia langsung naik darah.Dia pun mengangkat tangannya dan memukul punggung Simon dengan kuat."Ahh ...."Simon seketika merasa kesakitan."Kualat!" seru Isabella, tetapi tatapannya penuh akan kekhawatiran.Dia sudah melupakan bahwa dia baru menghukum Simon.Simon pun terdiam....Tiffany memasak beberapa makanan yang disukai Isabella. Isabella merasa sangat senang dan menambah nasi setengah mangkuk.Setelah makan, Isabella membawa Tiffany ke taman bunga dengannya.Tiba-tiba, cuacanya berubah.Hujan tiba-tiba turun deng

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 49

    Mendengar Simon menyebut nama Sierra, tubuh Tiffany seketika menjadi kaku.Karena Tiffany tidak menjawabnya, Simon memberinya peringatan dengan suara rendah, "Tiffany, jangan menggila lagi."Tiffany tahu bahwa Simon sedang memberinya peringatan, agar dia tidak mengatakan bahwa Sierra sudah meninggal.Tatapan Tiffany menggelap. Dia sama sekali tidak berniat untuk mengungkit tentang Sierra lagi di hadapan Simon.Dia hanya mengkhawatirkan Isabella.Sebelum Isabella mengalami koma, dia sangat menyayangi Sierra. Sekarang, setelah dia bangun dengan susahnya, bisakah dia menerima kenyataan bahwa Sierra sudah meninggal?Tiffany tidak berani bertaruh.Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi pada saat ini, terdengar suara seorang wanita tua dari arah tangga."Apa yang sedang kalian bicarakan? Mau jemput siapa untuk makan denganku?" tanya Isabella.Tiffany seketika merasa panik.Dia menahan kesedihan dalam hatinya dan memaksakan seulas senyuman sambil berjalan maju. "Nenek, nggak .

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 48

    Tiffany tidak mengalihkan topik pembicaraan ini hanya karena amarah Simon, melainkan berkata lagi, "Aku mau bilang, kalau ada kamera pemantau di kolam renang rumahnya Michelle, apakah kebenaran hari itu juga akan seperti hari ini?""Tiffany!"Emosi Simon bergejolak, sehingga kekuatannya jelas-jelas meningkat.Suasana lembut antara kedua orang ini seketika menghilang."Ahh!"Tiffany tidak bisa menahan diri dari berseru kesakitan.Simon baru mengurangi kekuatannya, tetapi dia jelas-jelas marah.Dia berdiri dan menatap Tiffany yang berada di sofa dengan tatapan dominan. "Tiffany, hari ini, kamu memang nggak mendorong Rora, tapi nggak berarti Sierra nggak mendorong Rora," katanya dengan dingin.Seusai berbicara, Simon langsung pergi.Tiffany baru bangkit dari sofa secara perlahan, lalu mengenakan pakaiannya. Tatapannya sangat dingin.Awalnya, dia mengira bahwa setelah kejadian hari ini, meskipun Simon tidak memercayainya, hati Simon mungkin akan goyah.Namun, dia ternyata sudah terlalu mer

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 47

    Simon merangkul pinggang Tiffany yang ramping dengan tangannya yang besar, sehingga tubuh mereka bertempelan.Dia membuka mulutnya dan menggigit bibir Tiffany dengan kuat, seakan-akan dia sedang menghukum Tiffany.Napasnya sangat panas. Saat ujung jarinya mengelus bagian pinggang Tiffany yang paling sensitif, dia merasakan Tiffany bergetar dalam pelukannya. Dia pun bertanya dengan suara serak, "Kamu sengaja mau menyiksaku, ya?"Tiffany diselimuti oleh hormon maskulin yang kuat. Kedua tangannya diletakkan di dada Simon dengan lemah, untuk menjaga jarak antara tubuh mereka. "Nggak," jawabnya.Dia menarik tangan yang menyentuh pinggangnya sambil meronta untuk melepaskan diri dari pria ini.Namun, begitu dia bergerak, dia langsung ditarik untuk duduk oleh Simon.Kali ini, dia langsung duduk di perut bagian bawah pria ini.Tiffany menyadari bahwa telinganya sangat panas, entah karena napas pria ini atau karena alasan lainnya."Nggak?"Tatapan Simon menggelap. Dia melihat telinga Tiffany yan

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 46

    Bagaimanapun, Hannah adalah cucunya Isabella.Isabella juga tidak lagi mengulur masalah ini, dia masih ada urusan lainnya, jadi dia berkata dengan nada dingin, "Keluar."Wanda langsung memapah Hannah dan meninggalkan kuil leluhur.Setelah pintu ruangan ditutup dari luar, Isabella menatap Simon sambil berkata, "Simon, berlututlah!"Simon langsung berlutut."Kamu sudah berjanji padaku kalau kamu akan menjaga Tiffany dengan baik. Apakah ini caranya?" kata Isabella.Simon bukan hanya tidak menjaga Tiffany dengan baik, tetapi juga bersekongkol dengan Michelle untuk menindas Tiffany.Dasar orang-orang kejam!Simon lebih kejam!"Nyonya ...."Harry yang disuruh untuk pergi mengambil cambuk ingin membujuk Isabella.Namun, dia langsung terdiam karena melihat tatapan Isabella. Dengan ekspresi dingin, Isabella berkata dengan suara rendah, "Nggak ada yang bisa membelanya."Tiffany tahu bahwa ucapan Isabella ditujukan pada dirinya.Isabella takut Tiffany tidak tega melihat Simon menderita dan memint

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 45

    Isabella tidak langsung mengusir Michelle, tetapi ucapan yang keluar dari mulutnya malah seperti tamparan di wajah Michelle, membuat Michelle merasa sangat dipermalukan.Hari ini, harga diri yang didapatkan Wanda dan Hannah untuk Michelle di Keluarga Frank pun menghilang.Michelle menatap Simon, tetapi Simon tidak mengucapkan apa pun.Michelle tahu bahwa Isabella adalah keluarga terdekat Simon. Lima tahun yang lalu, Simon tidak memberi Michelle status yang jelas karena Isabella, begitu pula dengan sekarang.Michelle menatap Wanda.Ekspresi Wanda dingin, dia bahkan tidak melihat ke arah Michelle.Michelle mengepalkan tangannya erat-erat sambil berdiri secara perlahan. Dia sudah tidak bisa mengendalikan senyuman di wajahnya. "Nyonya Isabella, maaf sudah mengganggu," katanya dengan terpaksa."Biar aku antarkan kamu dan Rora pulang," kata Simon sambil ikut berdiri."Berhenti," seru Isabella dengan tegas.Kemudian, dia langsung batuk-batuk.Ekspresi Simon sontak berubah. Dia melangkah ke si

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 44

    Isabella jelas-jelas tercengang sejenak.Saat dia menoleh dan menatap Tiffany, dia tidak bisa menahan rasa senang dalam hatinya.Setelah tidak bertemu selama beberapa tahun, gadis ini akhirnya tidak lagi menahan semua ketidakadilan yang dia derita, melainkan sudah bisa mengadu.Bagus sekali.Saat Isabella mengangkat kepalanya, kesenangan di tatapannya seketika berubah. Tatapannya yang tajam menyapu ke arah Michelle.Michelle memang sudah takut pada Isabella. Melihat Tiffany sengaja menaruh perhatian Isabella pada dirinya, Michelle merasa sangat benci, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun.Dia hanya bisa diam-diam menarik ujung baju Simon sambil memanggil pria ini dengan suara rendah. "Simon."Dia ingin meminta bantuan Simon.Namun, dia tidak mendapat reaksi apa pun dari pria ini.Dia diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat tatapan Simon yang dingin.Michelle seketika merasa ketakutan.Dia langsung menurunkan tatapannya, pikirannya juga melayang-layang.Saat dia mengangkat kepalan

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 43

    Isabella mengambil ponsel Tiffany dan melihatnya sejenak. Ekspresinya sontak menggelap. Dia langsung berseru dengan penuh amarah, "Cepat berlutut!"Mendengar bahwa Tiffany memiliki barang bukti, Hannah menundukkan kepalanya dengan ketakutan. Dia pun berencana untuk mengakui kesalahannya. Namun, melihat Isabella tiba-tiba marah besar, matanya pun berkilau.Dia sudah menduga bahwa Tiffany tidak mungkin memiliki barang bukti.Saat Aurora pergi mencari Tiffany, Hannah berdiri di seberang danau dan menyaksikan adegan itu dengan sangat jelas.Selain Tiffany dan Aurora, hanya ada dia di tempat itu.Asalkan dia bersikeras, Tiffany tidak akan bisa membela diri.Bukti?Dia hampir memercayai omong kosong wanita itu.Sambil memikirkan hal ini, Hannah langsung menegakkan tubuhnya dan mengangkat kepalanya.Melihat Tiffany yang masih berani berdiri di sampingnya, dia langsung berseru dengan ekspresi dingin, "Tiffany, kamu nggak dengar Nenek menyuruhmu untuk berlutut? Cepat berlutut!"Sambil menegur T

  • Sang CEO Menyesal Setelah Memilih Cinta Pertama   Bab 42

    Tiffany menggeleng.Saat dia melihat Isabella, matanya memerah."Nenek, kapan Nenek bangun? Kenapa Nenek pulang sendiri? Apakah Nenek baik-baik saja?" tanya Tiffany."Nggak apa-apa, Nenek sangat kuat!" jawab Isabella.Isabella menarik tangan Tiffany dan menepuk-nepuk tangan Tiffany....Di kamar Simon di lantai tiga.Aurora menangis hingga dia ketiduran.Sedangkan Michelle menyeka air matanya dengan sedih di satu sisi.Pada saat ini, seorang pembantu mengetuk pintu kamar dan berkata, "Tuan Simon, Nyonya Isabella menyuruh Tuan dan Nona Michelle untuk turun ke lantai bawah."Mendengar pembantu itu menyebut "Nyonya Isabella", Simon langsung berdiri dan bertanya, "Nenek sudah pulang?"Dia tampak terkejut. Dia pun menurunkan Aurora dan turun ke lantai bawah.Sedangkan Michelle menunjukkan reaksi yang berbeda.Mendengar bahwa Isabella sudah pulang, dia merasa seakan-akan dia disiram dengan air dingin.Dia berpikir, 'Kenapa si tua bangka itu pulang?''Bukannya dia nggak sadarkan diri, ya?''K

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status