"Iya, pak Ardi. Sepertinya ada yang membuat permainan dengan harga saham perusahaan."Staf tersebut kemudian menjelaskan bahwa saham perusahaan Kusuma Group telah turun drastis dalam beberapa jam terakhir dan investor utama mereka mulai menarik saham mereka.Ardiansyah tentu merasa panik dan khawatir jika dia kehilangan bisnisnya hanya karena satu kasus penculikan dirinya."Ikuti saya!" panggil Ardiansyah pada stafnya.Kini mereka keluar dari ruangan meeting menuju ke ruangan Ardiansyah sendiri, sedangkan pertemuan yang tadi berjalan terpaksa dihentikan untuk sementara waktu."Kita harus mencari tahu apa yang terjadi," kata Ardiansyah sambil merenggangkan dasinya."Pasti ada yang memanfaatkan situasi penculikanku untuk menekan harga saham supaya para investor tidak percaya dengan perusahaan yang aku pimpin," ujar Ardiansyah menduga-duga."Mungkin saja, pak Ardi. T-api ... apa ini bukan karena adanya persaingan dari perusahaan lain?" tanya staff tersebut.Staf itu memberikan informasi
"Mmmh ... aaahh," desah nikmat Lidya disela-sela kesibukan ciumannya bersama sang suami.Lidya mulai terbuai dengan ciuman-ciunam suaminya yang terus memberikan rangsangan, seakan-akan membawanya terbang ke langit ketujuh. Dia akhirnya turut membalas pergerakan bibir Ardiansyah.Dia begitu menyukai ciuman suaminya sampai lupa bahwa lelaki yang tengah membawanya terbang ini tadi niatannya adalah mau dipijit."Mmm, sshhh... " desis Ardiansyah yang tengah asyik menghisap bibir bawah istrinya yang berwarna merah delima.Semakin lama permainan bibir keduanya, Lidya juga ikut mengimbangi adegan kissing tersebut. Keduanya pun saling membalas menghisap bibir satu sama lain secara bergantian."Buka dong, Sayang." Ardiansyah meminta."Bukain," jawab Lidya sambil mengedipkan matanya manja.Ardiansyah tentu saja tidak menyia-nyiakan waktu. Ia yang sudah hanyut dalam hasrat kenikmatan pun langsung membuka baju dan dalaman kacamata istrinya, yang masih membungkus gunung kembar ban sintal milik wan
Ardiansyah duduk di ruang kerjanya sambil menatap layar komputernya yang penuh dengan grafik saham bergerak turun. Lidya yang baru saja keluar dari kamar mandi memasuki ruang kerja suaminya dengan wajah khawatir."Apa ada yang mengkhawatirkan?" Lidya menatap dengan menyelidik."Aku menerima surat dari pengacara perusahaan pesaing, mereka menuduh kita melakukan pelanggaran hak cipta atas produk baru yang kita luncurkan," ujar Ardiansyah dengan suara bergetar."Aku yakin, kamu pasti bisa membuktikan bahwa tuduhan mereka tidak berdasar. Perusahaan sudah melakukan riset dan pengembangan produk yang berbeda dengan produk mereka." Lidya memandang Ardiansyah dengan tatapan prihatin."Iya, aku juga yakin jika perusahaan bisa membuktikan bahwa kita tidak melakukan pelanggaran hak cipta. Tapi kita butuh bukti konkret agar tidak ada celah bagi mereka untuk menyerang kita," kata Ardiansyah dengan tegas.Ardiansyah bingung, sebab perusahaan tersebut kini memiliki saham Kusuma Group dalam jumlah ya
Tidak lama setelah itu, pengadilan dimulai. Ardiansyah dan timnya menyajikan bukti-bukti kuat untuk membela Kusuma Group yang dituduh melakukan pelanggaran hak cipta oleh perusahaan pesaing mereka. Namun, tidak peduli berapa kali mereka mencoba membela perusahaan mereka tetap saja ada celah yang belum bisa mereka selesaikan.Suasana di ruang pengadilan begitu tegang. Tim Ardiansyah yang terdiri dari para pengacara dan ahli teknologi yang bekerja untuk Kusuma Group seolah berusaha menjangkau keputusan pengadilan yang merugikan perusahaan mereka dari dudukannya. Namun, mereka tetap bersemangat dan percaya bahwa bukti-bukti yang telah mereka kumpulkan akan membela Kusuma Group."Kami membawa bukti-bukti ini ke pengadilan untuk membuktikan bahwa Kusuma Group tidak melakukan pelanggaran hak cipta. Kami memiliki saksi dan juga ahli teknologi yang akan membuktikan bahwa tuduhan ini adalah tidak beralasan," terang Ardiansyah dengan yakin."Baiklah. Mari kita dengarkan bukti-bukti yang Anda mi
Supir penunjuk ke arah gerbang rumah, yang ternyata ada banyak sekali wartawan yang datang ingin mewawancarai Lidya. Dan ini pasti ada hubungannya dengan isu kebangkrutan Kusuma Group, perusahaan keluarga suaminya.Ardiansyah merasa kesal dan cemas melihat kerumunan wartawan di depan rumahnya. Ia tahu bahwa kasus pengadilan yang sedang dihadapinya telah memancing perhatian media. Namun, dia tidak menyangka jika hal ini akan menimbulkan kerumunan seperti ini. Lidya yang melihat suaminya yang tampak gugup dan tidak tenang, mengambil inisiatif untuk menenangkannya."Tenang, sayang. Aku akan mengurus mereka. Kamu tidak perlu khawatir," kata Lidya dengan lembut."Sayang, kamu tidak perlu menanggapi mereka." Ardiansyah tidak mau Lidya menjadi tertekan dengan banyaknya pertanyaan yang akan diajukan oleh para wartawan tersebut.Tapi Ardiansyah juga merasa terharu ketika mendengar perkataan istrinya. Ia tahu bahwa Lidya selalu ada untuknya dan selalu mendukungnya dalam segala situasi. Meski de
"Lidya, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa hanya mempertaruhkan nyawamu seperti itu," kata Ardiansyah dengan tegas."Tapi ... aku punya sesuatu yang dia mau. Mungkin kita bisa menggunakannya untuk membantu Kusuma Group dan mengembalikan kepercayaan investor. Aku tahu cara untuk berbicara dengannya," ucap Lidya dengan penuh keyakinan."Tapi bagaimana kamu bisa menyampaikan informasi tersebut tanpa mengorbankan dirimu sendiri?"Ardiansyah merasa semakin cemas dengan rencana istrinya. Ia tidak ingin Lidya menjadi korban hanya demi perusahaannya, sebab masih ada banyak cara untuk memulihkan keadaan yang sekarang.Tapi sepertinya Lidya punya cara sendiri. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Ardiansyah."Aku bisa melakukannya dengan aman dan tanpa risiko, percayalah, sayang. Tapi aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang." Lidya berusaha meyakinkan suaminya."A-ku ... aku tidak yakin, tapi aku harap kamu berhati-hati."Ardiansyah merasa takut dan
Lidya dan Ardiansyah kini sedang berkumpul di ruang tamu mereka. Ardiansyah terlihat sedikit cemas dan khawatir. Ia takut keputusannya salah dan hal buruk akan terjadi pada perusahaan mereka."Lidya, aku masih merasa tidak nyaman dengan kesepakatanmu dengan pria itu. Aku tidak ingin terpuruk lagi karena sebuah kesalahan," ucap Ardiansyah dengan nada serius."Tidak perlu khawatir, sayang. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik dan aku yakin bisnis ini akan memberikan hasil yang baik untuk Kusuma Group." Lidya melemparkan senyuman ke arah suaminya, mencoba menenangkan hatinya.Ardiansyah masih terlihat ragu dan was-was. Namun, ia akhirnya memberikan kepercayaan pada istrinya dan mendukung rencana bisnisnya.Lidya kemudian melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi Kusuma Group. Ia bekerja keras dengan Ardiansyah dan semua karyawan Kusuma Group untuk mengembangkan rencana bisnis yang matang dan efektif.Dalam waktu yang singkat, kinerja Kusuma Group meningkat dengan drastis. In
Lidya mencuci wajahnya dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia memikirkan rencana terbaik untuk menghadapi situasi ini tanpa harus melibatkan Ardiansyah."Tentu saja, aku harus mencari tahu siapa orang itu dan apa yang dia inginkan," ucapnya pada diri sendiri.Lidya merasa gelisah sepanjang pertemuannya dengan pihak sponsor siang itu. Meskipun ia mencoba untuk fokus pada presentasinya, tetapi pikirannya terus tertuju pada telepon yang ia terima tadi pagi. Ia merasa seperti ada yang mengejar-ngejar dirinya.Setelah pertemuan berakhir, Lidya memilih untuk pergi ke kafe terdekat untuk menenangkan diri dan membicarakan situasi ini dengan temannya, asisten managernya - Natali."Sudah pasti, kamu harus coba untuk mengumpulkan informasi lebih banyak tentang orang itu," ucap Natali sambil memiringkan kepala."Tapi aku juga tidak tahu harus mulai dari mana," jawab Lidya dengan nada cemas."Ada orang yang bisa membantumu, aku punya seorang teman detektif swasta yang hebat. Aku pikir ia bisa memb