Ardiansyah duduk di ruang kerjanya sambil menatap layar komputernya yang penuh dengan grafik saham bergerak turun. Lidya yang baru saja keluar dari kamar mandi memasuki ruang kerja suaminya dengan wajah khawatir."Apa ada yang mengkhawatirkan?" Lidya menatap dengan menyelidik."Aku menerima surat dari pengacara perusahaan pesaing, mereka menuduh kita melakukan pelanggaran hak cipta atas produk baru yang kita luncurkan," ujar Ardiansyah dengan suara bergetar."Aku yakin, kamu pasti bisa membuktikan bahwa tuduhan mereka tidak berdasar. Perusahaan sudah melakukan riset dan pengembangan produk yang berbeda dengan produk mereka." Lidya memandang Ardiansyah dengan tatapan prihatin."Iya, aku juga yakin jika perusahaan bisa membuktikan bahwa kita tidak melakukan pelanggaran hak cipta. Tapi kita butuh bukti konkret agar tidak ada celah bagi mereka untuk menyerang kita," kata Ardiansyah dengan tegas.Ardiansyah bingung, sebab perusahaan tersebut kini memiliki saham Kusuma Group dalam jumlah ya
Tidak lama setelah itu, pengadilan dimulai. Ardiansyah dan timnya menyajikan bukti-bukti kuat untuk membela Kusuma Group yang dituduh melakukan pelanggaran hak cipta oleh perusahaan pesaing mereka. Namun, tidak peduli berapa kali mereka mencoba membela perusahaan mereka tetap saja ada celah yang belum bisa mereka selesaikan.Suasana di ruang pengadilan begitu tegang. Tim Ardiansyah yang terdiri dari para pengacara dan ahli teknologi yang bekerja untuk Kusuma Group seolah berusaha menjangkau keputusan pengadilan yang merugikan perusahaan mereka dari dudukannya. Namun, mereka tetap bersemangat dan percaya bahwa bukti-bukti yang telah mereka kumpulkan akan membela Kusuma Group."Kami membawa bukti-bukti ini ke pengadilan untuk membuktikan bahwa Kusuma Group tidak melakukan pelanggaran hak cipta. Kami memiliki saksi dan juga ahli teknologi yang akan membuktikan bahwa tuduhan ini adalah tidak beralasan," terang Ardiansyah dengan yakin."Baiklah. Mari kita dengarkan bukti-bukti yang Anda mi
Supir penunjuk ke arah gerbang rumah, yang ternyata ada banyak sekali wartawan yang datang ingin mewawancarai Lidya. Dan ini pasti ada hubungannya dengan isu kebangkrutan Kusuma Group, perusahaan keluarga suaminya.Ardiansyah merasa kesal dan cemas melihat kerumunan wartawan di depan rumahnya. Ia tahu bahwa kasus pengadilan yang sedang dihadapinya telah memancing perhatian media. Namun, dia tidak menyangka jika hal ini akan menimbulkan kerumunan seperti ini. Lidya yang melihat suaminya yang tampak gugup dan tidak tenang, mengambil inisiatif untuk menenangkannya."Tenang, sayang. Aku akan mengurus mereka. Kamu tidak perlu khawatir," kata Lidya dengan lembut."Sayang, kamu tidak perlu menanggapi mereka." Ardiansyah tidak mau Lidya menjadi tertekan dengan banyaknya pertanyaan yang akan diajukan oleh para wartawan tersebut.Tapi Ardiansyah juga merasa terharu ketika mendengar perkataan istrinya. Ia tahu bahwa Lidya selalu ada untuknya dan selalu mendukungnya dalam segala situasi. Meski de
"Lidya, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa hanya mempertaruhkan nyawamu seperti itu," kata Ardiansyah dengan tegas."Tapi ... aku punya sesuatu yang dia mau. Mungkin kita bisa menggunakannya untuk membantu Kusuma Group dan mengembalikan kepercayaan investor. Aku tahu cara untuk berbicara dengannya," ucap Lidya dengan penuh keyakinan."Tapi bagaimana kamu bisa menyampaikan informasi tersebut tanpa mengorbankan dirimu sendiri?"Ardiansyah merasa semakin cemas dengan rencana istrinya. Ia tidak ingin Lidya menjadi korban hanya demi perusahaannya, sebab masih ada banyak cara untuk memulihkan keadaan yang sekarang.Tapi sepertinya Lidya punya cara sendiri. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Ardiansyah."Aku bisa melakukannya dengan aman dan tanpa risiko, percayalah, sayang. Tapi aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang." Lidya berusaha meyakinkan suaminya."A-ku ... aku tidak yakin, tapi aku harap kamu berhati-hati."Ardiansyah merasa takut dan
Lidya dan Ardiansyah kini sedang berkumpul di ruang tamu mereka. Ardiansyah terlihat sedikit cemas dan khawatir. Ia takut keputusannya salah dan hal buruk akan terjadi pada perusahaan mereka."Lidya, aku masih merasa tidak nyaman dengan kesepakatanmu dengan pria itu. Aku tidak ingin terpuruk lagi karena sebuah kesalahan," ucap Ardiansyah dengan nada serius."Tidak perlu khawatir, sayang. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik dan aku yakin bisnis ini akan memberikan hasil yang baik untuk Kusuma Group." Lidya melemparkan senyuman ke arah suaminya, mencoba menenangkan hatinya.Ardiansyah masih terlihat ragu dan was-was. Namun, ia akhirnya memberikan kepercayaan pada istrinya dan mendukung rencana bisnisnya.Lidya kemudian melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi Kusuma Group. Ia bekerja keras dengan Ardiansyah dan semua karyawan Kusuma Group untuk mengembangkan rencana bisnis yang matang dan efektif.Dalam waktu yang singkat, kinerja Kusuma Group meningkat dengan drastis. In
Lidya mencuci wajahnya dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia memikirkan rencana terbaik untuk menghadapi situasi ini tanpa harus melibatkan Ardiansyah."Tentu saja, aku harus mencari tahu siapa orang itu dan apa yang dia inginkan," ucapnya pada diri sendiri.Lidya merasa gelisah sepanjang pertemuannya dengan pihak sponsor siang itu. Meskipun ia mencoba untuk fokus pada presentasinya, tetapi pikirannya terus tertuju pada telepon yang ia terima tadi pagi. Ia merasa seperti ada yang mengejar-ngejar dirinya.Setelah pertemuan berakhir, Lidya memilih untuk pergi ke kafe terdekat untuk menenangkan diri dan membicarakan situasi ini dengan temannya, asisten managernya - Natali."Sudah pasti, kamu harus coba untuk mengumpulkan informasi lebih banyak tentang orang itu," ucap Natali sambil memiringkan kepala."Tapi aku juga tidak tahu harus mulai dari mana," jawab Lidya dengan nada cemas."Ada orang yang bisa membantumu, aku punya seorang teman detektif swasta yang hebat. Aku pikir ia bisa memb
Tapi Lidya hanya menggelengkan kepalanya, membuat Ardiansyah semakin bingung dengan tingkah istrinya malam ini."Katakan, apa yang menjadi masalahmu?" Akhirnya Ardiansyah bertanya serius."Ini sesuatu yang berbeda, Ard. Ada pria misterius yang mengancamku dan terus memantau gerak-gerikku, sayang. Aku takut jika hal ini akan menjadi lebih buruk jika tidak ditangani dengan cepat."Ardiansyah langsung terkesiap mendengar penjelasan dari istrinya. Ia ingat dengan kejadian saat di mana istrinya diculik waktu itu. Dan penculik tersebut juga yang menjadikan banyaknya masalah di perusahaan.Pria itu tidak mau jika istrinya mendapatkan masalah seperti dulu, karena sejatinya ia sudah melarang istrinya untuk kembali ke dunia entertainment. Tapi karena masih ada beberapa kontrak yang harus diselesaikan, Lidya tidak bisa mengabaikannya begitu saja."Apa yang kamu maksud dengan mengancam dan memantaumu, Lid? Apa dia sudah menghubungimu?" tanyanya kemudian."Ya, ia bahkan mengirim surat kaleng."Lid
Besoknya, Ardiansyah pergi bersama dengan Lidya ke hotel pinggir kota yang sudah ditentukan. Tapi kali ini penampilan mereka berbeda dari biasanya, sebab Ardiansyah berpenampilan seperti Lidya, sedangkan Lidya berpenampilan seperti supir pribadi keluarga mereka.Mereka sepakat untuk menyamar demi keamanan Lidya, saat bertemu dengan pria misterius yang selalu melakukan teror."Kamu yakin, Ard?" Lidya bertanya karena ragu dengan ide suaminya."Ya, asal kamu bisa berakting bagus seperti saat bermain peran. Bukankah kamu seorang artis?" Ardiansyah menemukan alasan agar istrinya tidak banyak bertanya."Ya, maaf. Aku malah membuatmu susah seperti ini," ucap Lidya yang merasa bersalah.Ardiansyah memeluk istrinya, memberikan rasa nyaman dan aman supaya lebih tenang. Hari ini mereka ingin menyelesaikan masalah yang datang menghantui Lidya, sebab dulunya tidak membagi masalahnya bersama dengan suaminya sejak awal.Tapi menurut Lidya, tind