Share

31. Jangan Lakukan

Penulis: Tompealla Kriweall
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sudahlah, jangan mendekatiku lagi. Aku sudah memberi tahu mu, aku mencintai suamiku," kata Lidya dengan suara lemah.

"Aku akan mendapatkanmu suatu hari nanti, Lidya. Akan datang hari ketika kamu akan menyadari bahwa aku adalah satu-satunya yang bisa membuatmu bahagia," ujar pria itu sebelum pergi.

Setelah pria itu pergi, Lidya merasa sangat grogi dan takut. Dia memikirkan apa yang baru saja terjadi dan bertanya-tanya apakah dia akan selamat. Dia bersyukur bahwa dirinya masih hidup, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara melindungi dirinya dari pria tersebut.

Tapi saat ingatannya kembali pada kejadian yang menyakitkan sebelumnya, ia teringat dengan keadaan Ardiansyah yang terluka.

"Ardi? Di mana kamu, Ard? Bagaimana keadaanmu sekarang?" Lidya panik karena tidak mengetahui nasib suaminya.

Lidya merasa putus asa dan bingung dengan keadaannya. Dia merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit hingga tiba-tiba pria misterius itu kembali ke ru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    32. Bukan Tandingan

    "Lepas!" teriak Lidya - menggeleng."Hahaha ... nikmati saja, tak akan ada yang mendengar teriakanmu. Jadi, percuma!" pria itu tertawa mengejek.Namun, tiba-tiba ada suara keras dari luar, membuat pria misterius itu melompat dari atas tubuh Lidya dan melihat keluar. Ternyata, ada beberapa orang yang mendobrak pintu.Ternyata orang-orang itu adalah anggota polisi, dan di dibelakang polisi-polisi itu ada Ardiansyah yang sedang memegangi perutnya yang terluka."Hah, sial!" bentak pria itu marah."Ardi ..."Lidya merasa lega dan bahagia ketika Ardiansyah akhirnya tiba di sana dan membantu melepaskan dirinya dari situasi yang sangat berbahaya. Dia ingin mengucapkan terima kasih pada Ardiansyah, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk berbicara.Ardiansyah tampak sangat khawatir dan panik saat melihat kondisi Lidya yang lemah dan pucat, apalagi beberapa bagian bajunya robek. Dia segera memanggil petugas medis untuk membantu Lidya."Sayang, bertahan, ya! Aku di sini," ujarnya panik.Sementara it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    33. Kebal Hukum

    Sudah tiga hari sejak Ardiansyah diculik, tapi belum ada petunjuk yang jelas tentang keberadaannya. Lidya dan Kakek Hendra sudah mengeluarkan semua kemampuan dan kontak yang mereka miliki untuk menemukan suaminya itu. Mereka bahkan melibatkan pengacara untuk membantunya dalam masalah ini. Mereka merasa cemas dan frustrasi karena penculikan itu seperti hilang ditelan bumi."Kita harus mencari informasi terbaru dan memperluas jaringannya," ujar pengacara yang Lidya sewa."Tapi bagaimana caranya?" tanya Kakek Hendra."Saya mempunyai beberapa kontak di kepolisian dan tentunya mereka bisa membantu, Tuan Kusuma. Saya juga bisa ikut memantau memeriksa rekaman CCTV untuk melihat apa saja yang terjadi pada saat itu," kata pengacara itu.Lidya dan Kakek Hendra setuju dan mengharapkan bahwa pengacara tersebut bisa menemukan suaminya.Dengan bantuan kakek Hendra dan pengacaranya, mereka berusaha untuk menemukan siapa yang berada di balik penculikan dan terror ini. Mereka juga memutuskan untuk men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    34. Terancam Bangkrut

    "Iya, pak Ardi. Sepertinya ada yang membuat permainan dengan harga saham perusahaan."Staf tersebut kemudian menjelaskan bahwa saham perusahaan Kusuma Group telah turun drastis dalam beberapa jam terakhir dan investor utama mereka mulai menarik saham mereka.Ardiansyah tentu merasa panik dan khawatir jika dia kehilangan bisnisnya hanya karena satu kasus penculikan dirinya."Ikuti saya!" panggil Ardiansyah pada stafnya.Kini mereka keluar dari ruangan meeting menuju ke ruangan Ardiansyah sendiri, sedangkan pertemuan yang tadi berjalan terpaksa dihentikan untuk sementara waktu."Kita harus mencari tahu apa yang terjadi," kata Ardiansyah sambil merenggangkan dasinya."Pasti ada yang memanfaatkan situasi penculikanku untuk menekan harga saham supaya para investor tidak percaya dengan perusahaan yang aku pimpin," ujar Ardiansyah menduga-duga."Mungkin saja, pak Ardi. T-api ... apa ini bukan karena adanya persaingan dari perusahaan lain?" tanya staff tersebut.Staf itu memberikan informasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    35. Bermain Nikmat

    "Mmmh ... aaahh," desah nikmat Lidya disela-sela kesibukan ciumannya bersama sang suami.Lidya mulai terbuai dengan ciuman-ciunam suaminya yang terus memberikan rangsangan, seakan-akan membawanya terbang ke langit ketujuh. Dia akhirnya turut membalas pergerakan bibir Ardiansyah.Dia begitu menyukai ciuman suaminya sampai lupa bahwa lelaki yang tengah membawanya terbang ini tadi niatannya adalah mau dipijit."Mmm, sshhh... " desis Ardiansyah yang tengah asyik menghisap bibir bawah istrinya yang berwarna merah delima.Semakin lama permainan bibir keduanya, Lidya juga ikut mengimbangi adegan kissing tersebut. Keduanya pun saling membalas menghisap bibir satu sama lain secara bergantian."Buka dong, Sayang." Ardiansyah meminta."Bukain," jawab Lidya sambil mengedipkan matanya manja.Ardiansyah tentu saja tidak menyia-nyiakan waktu. Ia yang sudah hanyut dalam hasrat kenikmatan pun langsung membuka baju dan dalaman kacamata istrinya, yang masih membungkus gunung kembar ban sintal milik wan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    36. Dukungan

    Ardiansyah duduk di ruang kerjanya sambil menatap layar komputernya yang penuh dengan grafik saham bergerak turun. Lidya yang baru saja keluar dari kamar mandi memasuki ruang kerja suaminya dengan wajah khawatir."Apa ada yang mengkhawatirkan?" Lidya menatap dengan menyelidik."Aku menerima surat dari pengacara perusahaan pesaing, mereka menuduh kita melakukan pelanggaran hak cipta atas produk baru yang kita luncurkan," ujar Ardiansyah dengan suara bergetar."Aku yakin, kamu pasti bisa membuktikan bahwa tuduhan mereka tidak berdasar. Perusahaan sudah melakukan riset dan pengembangan produk yang berbeda dengan produk mereka." Lidya memandang Ardiansyah dengan tatapan prihatin."Iya, aku juga yakin jika perusahaan bisa membuktikan bahwa kita tidak melakukan pelanggaran hak cipta. Tapi kita butuh bukti konkret agar tidak ada celah bagi mereka untuk menyerang kita," kata Ardiansyah dengan tegas.Ardiansyah bingung, sebab perusahaan tersebut kini memiliki saham Kusuma Group dalam jumlah ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    37. Semakin Sulit

    Tidak lama setelah itu, pengadilan dimulai. Ardiansyah dan timnya menyajikan bukti-bukti kuat untuk membela Kusuma Group yang dituduh melakukan pelanggaran hak cipta oleh perusahaan pesaing mereka. Namun, tidak peduli berapa kali mereka mencoba membela perusahaan mereka tetap saja ada celah yang belum bisa mereka selesaikan.Suasana di ruang pengadilan begitu tegang. Tim Ardiansyah yang terdiri dari para pengacara dan ahli teknologi yang bekerja untuk Kusuma Group seolah berusaha menjangkau keputusan pengadilan yang merugikan perusahaan mereka dari dudukannya. Namun, mereka tetap bersemangat dan percaya bahwa bukti-bukti yang telah mereka kumpulkan akan membela Kusuma Group."Kami membawa bukti-bukti ini ke pengadilan untuk membuktikan bahwa Kusuma Group tidak melakukan pelanggaran hak cipta. Kami memiliki saksi dan juga ahli teknologi yang akan membuktikan bahwa tuduhan ini adalah tidak beralasan," terang Ardiansyah dengan yakin."Baiklah. Mari kita dengarkan bukti-bukti yang Anda mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    38. Karena Aku

    Supir penunjuk ke arah gerbang rumah, yang ternyata ada banyak sekali wartawan yang datang ingin mewawancarai Lidya. Dan ini pasti ada hubungannya dengan isu kebangkrutan Kusuma Group, perusahaan keluarga suaminya.Ardiansyah merasa kesal dan cemas melihat kerumunan wartawan di depan rumahnya. Ia tahu bahwa kasus pengadilan yang sedang dihadapinya telah memancing perhatian media. Namun, dia tidak menyangka jika hal ini akan menimbulkan kerumunan seperti ini. Lidya yang melihat suaminya yang tampak gugup dan tidak tenang, mengambil inisiatif untuk menenangkannya."Tenang, sayang. Aku akan mengurus mereka. Kamu tidak perlu khawatir," kata Lidya dengan lembut."Sayang, kamu tidak perlu menanggapi mereka." Ardiansyah tidak mau Lidya menjadi tertekan dengan banyaknya pertanyaan yang akan diajukan oleh para wartawan tersebut.Tapi Ardiansyah juga merasa terharu ketika mendengar perkataan istrinya. Ia tahu bahwa Lidya selalu ada untuknya dan selalu mendukungnya dalam segala situasi. Meski de

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    39. Kesepakatan Gila

    "Lidya, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa hanya mempertaruhkan nyawamu seperti itu," kata Ardiansyah dengan tegas."Tapi ... aku punya sesuatu yang dia mau. Mungkin kita bisa menggunakannya untuk membantu Kusuma Group dan mengembalikan kepercayaan investor. Aku tahu cara untuk berbicara dengannya," ucap Lidya dengan penuh keyakinan."Tapi bagaimana kamu bisa menyampaikan informasi tersebut tanpa mengorbankan dirimu sendiri?"Ardiansyah merasa semakin cemas dengan rencana istrinya. Ia tidak ingin Lidya menjadi korban hanya demi perusahaannya, sebab masih ada banyak cara untuk memulihkan keadaan yang sekarang.Tapi sepertinya Lidya punya cara sendiri. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Ardiansyah."Aku bisa melakukannya dengan aman dan tanpa risiko, percayalah, sayang. Tapi aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang." Lidya berusaha meyakinkan suaminya."A-ku ... aku tidak yakin, tapi aku harap kamu berhati-hati."Ardiansyah merasa takut dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    120. Liburan Asyik

    Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    119. Lika-liku Kehidupan

    "Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    118. Diantara Mereka

    Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan

DMCA.com Protection Status