Waktu menunjukan pukul 09:00 sedangkan seorang Kayara, masih nyaman di balik selimut lembut. Bahkan Nia sudah terbiasa dengan kebiasaan anaknya ini, kadang membuat dia sangat jengkel. Mengurus satu gadis sudah seperti mengurus 30 anak TK. Nia berjalan menuju jendela membuka gorden yang masih setia tertutup, menghalangi sinar matahari masuk kedalam kamar.
Setelah tadi malam mengadakan pertemuan dua keluarga, rencananya hari ini Nia akan mengajak sang anak ke salon. Karena besok adalah acara pertunangan antara Rendy dan juga Kayara.
Nia menghela nafas begitu panjang dirinya bisa dikatakan, sangat bosan selalu melihat seperti ini anak gadisnya. Jika di hari libur terlebih baru saja seminggu lulus dari SMA dan rencananya, Yopi akan menikahkan terlebih dahulu sang anak dengan Rendy anak dari sahabatnya yaitu Guntur.
“Kyara bangun ini sudah terlalu siang bahkan ayam saja sudah mendapatkan banyak makanan Kya, apa kamu tidak punya kegiatan lain selain tidur?” tanya Nia membuka selimut tebal itu, memperlihatkan gadis manis masih terlelap tanpa ada pergerakan.
“Mau bangun sendiri atau Mama bawakan air satu ember, sekarang? Jangan pura-pura tidak dengar Kayara!”
“Aduh Ma ... Ini masih sangat nyaman. Biarkan Kya tidur sebentar lagi,” pinta Kayara dengan suara serak dan mata masih tertutup begitu sangat rapat.
“Kalau seperti ini, kapan kamu belajar mengurus rumah tangga? Sebentar lagi kamu akan menjadi istri masa mau seperti ini terus? Bagaimana, tanggapan mertuamu dan juga suamimu Kayara?!" Nia berteriak kencang seketika sang anak bangun, mengucek mata yang masih pedih.
“Mama apaan sih? Walaupun nanti jadi menikah pasti tinggal di rumah ini, tidak mungkin keluar, males ah tinggal dirumah mertua pasti seperti jadi anak tiri,” protesnya membuka mata menatap sang Mama yang berdiri di depan tirai dengan tatapan sangat kesal.
Nia menghela nafas kembali pasalnya, bukan Kayara yang akan membawa Rendy melainkan adalah wanita ini yang bawa oleh suaminya datang sebagai menantu.
"Bagaimana ceritanya Rendy yang tinggal di sini? Yang benar itu, kamu ikut dengan dia kemanapun suamimu pergi Kayara!" seru Nia dan dan Kayara memutar bola matanya. Lalu dia turun dari kasur dan memilih pergi daripada berdebat kembali dengan sang mama.
Nia melihat kepergian sang anak masuk ke dalam kamar mandi merapikan kasur yang kini berantakan dan sang anak, tidak pernah merapikan kamarnya sendiri selalu Nia yang sibuk merapikan.
"Cobalah belajar bangun pagi masa kamu kalah sama anak ayam?" Sindir Nia seketika sang anak yang telah di depan pintu kamar mandi, memutar lehernya melihat kepada sang Mama yang mengatakan yang membandingkan dia dengan anak ayam.
"Ya kali, Mama mau bandingin anak sama anak ayam. Tega amat jadi orang tua!" Protes Kayara mencibir, lalu pergi masuk kamar mandi dan Nia hanya diam melanjutkan aktivitasnya tanpa melanjutkan perdebatan.
Di depan rumah Yopi tengah menikmati udara pagi dengan ditemani secangkir kopi panas buatan sang istri. Setelah pertemuan dengan besan tadi malam, membuat dia begitu bahagia. Akhirnya sang anak akan menikah dengan Rendy yang dia tahu, pria itu telah sukses di usia muda.
Siapa yang tidak mengenal keluarga Guntur terbilang keluarga terkaya dan terpandang bahkan, Guntur sangat berharap Kayara menjadi pendampingnya. Seorang Guntur tidak memandang akan materi, Maka dari itu dia menjodohkan dengan Kayara anak dari Yopi sahabatnya.
Nia yang tadi merapikan kamar sang anak ini telah keluar dari rumah dan duduk di samping sang suami yang tengah membaca koran.
"Bagaimana dengan Kayara apa sudah bagun? Bukankah, hari ini kalian akan mencari cincin bersama Rendy? Karena esok mereka bertunangan." ucap Yopi.
Nia tidak langsung menjawab, dia mengangguk dan Yopi paham anaknya telah bangun. Memang kebiasaan Kayara selalu telat bangun pagi. Terlebih ketika masih sekolah, begitu membuat Nia selalu jengkel jika membangunkan sang anak ketika jam waktunya untuk siap-siap.
Kali ini sang anak telah lulus 1 minggu yang lalu, membuatnya sedikit leluasa. Tidak selalu berteriak ketika jam pukul jam 6 pagi.
"Pa, sebenarnya Mama masih ragu menikahkan Kayara. Sedangkan anak itu masih sangatlah muda baru, saja dia lulus SMA. Apa harus secepat ini dia menikah? Sedangkan teman-temannya, masih bersenang-senang dengan dunianya. Tapi anak kita harus dihadapi dengan rumah tangga," Nia mengeluarkan apa yang kini ada di hatinya dan pikiran. Ketika sang anak harus dihadapi dengan perjodohan di usia masih terbilang muda.
"Mama tidak ingat? Kita pun sama menikah di usia muda, Papa tidak menikahkan Kayara dengan pria sembarangan. Dia dari keluarga terpandang. Lihatlah Rendy menjadi sosok pria muda berbakat, menunggu apa lagi? Sedangkan di depan, jelas jodoh yang begitu bagus untuk Kayara." jelas Yopi.
Nia tidak bisa membantah apapun yang kini menjadi keputusan final suaminya, sekalipun dia merasa keberatan dengan Perjodohan yang terjadi. Kini dia harus menguatkan sang anak dan membantunya, agar terbiasa menerima takdirnya, sebagai seorang istri di usia muda. Memang tidak sangat mudah menjadi seorang istri, terlebih keduanya tidak lagi berpacaran bersatu karena perjodohan.
"Apa setelah pertemuan dan membicarakan pertunangan, serta pernikahan. Mama menjadi ragu untuk masa depan Kayara?" tanya Yopi melihat sang istri di sampingnya yang kini menunduk.
Sang istri hanya tersenyum sudah cukup penjelasan suaminya, semua harus terjadi. Bahkan tidak bisa dirubah kembali, ketika Yopi dan Guntur telah sepakat sang istri hanya bisa mengikuti apa kata kepala keluarga.
"Mama tidak keberatan tidak apa-apa hanya saja khawatir, Kayara tidak bisa menyesuaikan diri dengan keadaan," ujar Nia dan Yopi mengangguk paham.
Ketika keduanya tengah berbincang tentang masa depan Kayara sang anak, muncul dan duduk diantara kedua orang tua.
"Selamat pagi semuanya Kayara, sudah mandi jadi harus bagaimana?" tanya Kayara dengan suara begitu malas duduk dengan bermain ponsel di tangannya, tanpa melihat lawan bicara.
"Sarapan dulu lalu pergi dengan Mama untuk mencari gaun tunangan dan juga kalian perlu cincin, keluarga Guntur akan menyusul tempat di mana kalian memilih semuanya," jelas Yopi dan kayara hanya bisa mengangguk. Menurut apa yang telah diputuskan oleh sang Papa.
"Kayara sedang diet, lebih baik kita berangkat sekarang sebab siang aku ada acara dengan Wilona, kita tidak akan lama kan Ma? mencari cincin dan gaun?" sang anak kini mengalihkan perhatian kepada ada Mamanya.
"Jika kamu gampang diajak kerjasamanya semua juga akan sangat mudah dan cepat selesai. Kecuali Kamu bertele-tele mungkin akan lama," jelasnya.
Kayara bangun tanpa menjawab kalimat sang Mama dan Yopi melihat sang anak yang telah siap.
"Kayara tunggu di mobil Ma," ucapnya lalu menyalami punggung tangan sang Papa, pergi begitu saja, menunggu Nia di mobil. Sedangkan wanita tua ini menghela napas, dia tahu sang anak begitu terpaksa. Namun apa daya semua telah menjadi peraturan dan harus diikuti oleh Kayara sebagai anak. Nia bangun dan masuk ke dalam rumah untuk siap-siap sedangkan, Yopi kembali melanjutkan membaca koran.
"Sial, gila apes banget hari kemarin ketemu wanita gila pengen rasanya bungkam mulutnya sama mulut gue!" umpatnya menjatuhkan tubuh pada kasur king size Randy.Pemilik kamar terkejut kedatangan sahabatnya yang tiba-tiba datang dan menggerutu hingga mengumpat."Siapa men?" tanya Randy pada sahabatnya Andra yang kini memangku gitar memainkan senar gitar."Itu men, cewek gila aku rasa masa dia nyebrang asal nggak lihat-lihat. Lalu hampir ketabrak dan dia yang marah. Memecahkan kaca mobil pakai high heel. Kan gila, itu pasti itu cewek habis diputusin sama cowoknya. Makanya kepalanya nggak ada isinya," ucap Andra lalu duduk menghadap Randy yang kini memangku gitar.Randi menaruh gitarnya pada sisi
Kayara dan Nia sudah datang dari tadi di salah satu butik, keduanya menunggu kedatangan Rendy dan juga Mia. Kayara terlihat sangat kesal karena pria itu belum juga datang.Padahal sudah 1 jam keduanya menunggu namun, belum terlihat tanda-tanda kedatangan Rendy dan juga Mia. Sesekali Nia melihat jam di tangan, sang anak sudah begitu kesal karena Rendy yang telat datang."Ma ... Apa mereka tidak mengerjai kita? Ini sudah 1 jam pasti bohong nih!" Kayara begitu sangat kesal. Bagaimana juga menunggu itu sangatlah menyebalkan."Sabarlah dulu Kayara ...." kata Nia dan sang anak menghela napas kasar, lalu kembali bermain ponsel di tangannya.Tidak lama mobil hitam masuk
Hari Pertunangan.Di rumah kediaman Yopi kini telah ramai oleh para tamu yang menghadiri acara bahagia dua keluarga bahkan, saat ini Kayara begitu cantik dengan gaun malam warna putih. Namun sedari tadi Kayara berpikir akan cincin pertunangan yang mana Randy malah membeli untuk pacarnya bukan untuk dia."Awas saja jika itu cincin tidak ada, gue remas mulutnya Si Rendy!" serunya berbicara sendiri di depan cermin tengah bersolek.Sedangkan sahabat Kayara Wilona memakai gaun malam selutut dengan punggung terbuka memperlihatkan punggung putihnya. Dia yang melihat Kayara gelisah mendekatinya."Cie, cie tunangan sebentar lagi hatinya berdebar kayak ketemu mantan di jalan. Hari minggu ba
Wilona tertawa begitu keras namun tidak dengan Andra. Sontak pria ini yang melihat jus di tangan Wilona dengan cepat, mengambil dan menyiram pada wajah Wilona.Burrr!!!"Hahaha!!!" Andra balik menertawakan."You're crazy!" Wilona berteriak kepada Andra yang menyiram dia, dengan jus."Gue nggak gila hanya sengaja menyiram wajah kamu, bagaimana rasanya? Manis kan jusnya?" Andra tersenyum tipis, menggelengkan kepala. Melihat pada Wilona yang kini telah basah gaunnya."Dasar cewek sinting, jus bukan diminum malah dibuang." kata Andra.
"Wanita sampah sepert lo, tidak cocok memakai cincin berlian, paham udik kampung?!" ejek Randy senyum sinisKayara tersenyum tipis, lalu dia menarik kera kemeja Rendy meremasnya dengan kuat, dengan tatapan melotot."Walaupun gue dari keluarga sederhana, tapi akhlak gue masih baik dan gue, tidak se-kampungan diri lo bastard!" Kayara mendorong dada Rendy hingga pria ini bergeser.Pria ini baru mengetahui jika calon istrinya memiliki keberanian. Dari awal dia tidak melihatnya. Namun kini seolah membuat dia tertarik dengan sosok Kayara."Ternyata seorang Kayara itu manis ketika ngamuk," Rendy tersenyum dan Kayara memutar bola matanya lalu membuang muka. Namun seketika Rendy mendekat dan menjepit dagu K
Di klub malam saat ini Rendy dan Andra, sudah berada. Dimana tempat yang sering didatangi oleh anak-anak gaul dan banyak pasangan muda-mudi menghabiskan waktu untuk bersenang- senang setelah seharian, penat dengan aktivitas.Suara DJ memainkan musik begitu memekik gendang telinga dan ada juga bartender, menunjukan kebolehannya meracik minuman.Andra kini tengah menikmati minuman alkohol, ditemani dengan kacang, serta wanita. Sedangkan Rendy tengah berada di salah satu kamar, melakukan aktivitas seperti biasanya bermain wanita."Oh Baby, kamu sudah basah," bisik Rendy di telinga wanita yang kini di bawah tubuhnya. Telah polos dan dia memainkan dua jari dalam kerang lembeknya, wanita malam ini tanpa bosan.
"Anjir itu sude, tumpah nggak ketampung bra. Enak tuh kayaknya tenggelam," gumam Rendy. Lalu kembali menikmati wine dan menawarkan dari jauh pada wanita yang kini, melihatnya dengan buah dada yang terbilang besar. Hingga tumpah membuat Dipsy kembali bangun."Sayang," panggil seseorang tak lain adalah Manda, kekasihnya yang malam ini berada di gelap malam.Sudut bibir Rendy tersenyum melihat sang kekasih, berada di tempat sekarang dia tengah mencari hiburan."Sayangku!" Rendy bangun berjalan mendekati wanita yang kini mendekatinya. Keduanya berpelukan dan cipika-cipiki, hingga ciuman bibir."Kangen banget sama kamu, sedang apa di sini?" tanya Manda.
Sedangkan Kayara setelah acara selesai. Kini dia tengah berdiri di depan balkon, melihat bintang di langit begitu bersinar. Seketika dia melihat pada jarinya, tidak ada cincin pertunangan begitu sangat sedih. Bagaimana ceritanya setelah bertunangan tidak memiliki tanda yang harusnya melingkar di jari manis. "Seharusnya melingkar cincin, pertunangan kita. Namun kenyataan tidak. Cih, sangat menjijikan laki-laki seperti Rendy sangat brengsek." ucapnya. "Bagaimana bisa mempunyai calon suami begitu bobrok kelakuannya. Sumpah tidak bisa aku bayangkan hidup bersama dia sudah sangat jelas, begitu egois ingin dimengerti. Namun tidak mau paham dengan hati wanita." ucapnya. Kayara tersenyum tipis, hatinya sangat tidak terima, memiliki calon seperti Rendy yang memang kenyataan seperti itu. Tidak mungkin, bisa membahagiakan dirinya. Kayara menarik napas dalam menghembuskan kembali dan memejamkan mata. Menikmati hembusan angin malam, menerpa wajahnya. Bahkan rambut terbawa angin menghalangi waja