Share

Bab 6 Bos Angkuh

Penulis: Dinara L.A
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-24 09:03:38

"Dewi?!" Mata Kanaya membola.

Dibukanya dengan cepat riwayat pesan dari nama tersebut.

[Terima kasih] - Dewi O.G

Hanya sebaris kata itu saja. Bahkan Elang sama sekali tak membalas.

"Terima kasih atas apa ya?" gumamnya.

Kanaya melanjutkan untuk menjelajahi riwayat chat lainnya. Sama sekali tak ada jejak yang mencurigakan. Kini ia beralih ke riwayat panggilan, tetapi tak ada pula yang mencuri atensinya. Pun dengan isian galeri, hanya foto dirinya beserta anak-anak yang bertebaran.

Rasa penasaran Kanaya masih belum berkurang. Ia memeriksa daftar kontak segera. Jarinya lincah scroll deretan nama sampai akhirnya tiba di huruf D.

"Danu, Dede, Deni, Desi, De--," katanya yang mengabsen daftar kontak dari huruf D berhenti.

Mata Kanaya melebar dengan sebelah tangan memegang dada, rasa deg degan semakin menyesakan. Lantaran ada kontak nama Dewi lagi di ponsel suaminya. Entah Dewi siapa? Entah Dewi yang mana?

"Dewi A, Dewi Kusuma, Dewi L, Dewi Sandra, dan Dewi O.G."

Setelah menyebut satu-satu nama Dewi, Kanaya putuskan untuk mengirimkan semua kontak tersebut ke ponselnya. Sebenarnya ia juga bisa menyadap W* sang suami seperti yang dilakukan istri di novel onlen yang sudah dibacanya tamat. Akan tetapi itu bukanlah pilihan seorang Kanaya.

Setelah dirasa cukup mengobrak-abrik ponsel Elang, ia segera menjauh dari kamar untuk menghubungi seseorang.

"Hallo, Bu. Apa yang saya harus lakukan dengan ke-lima wanita tersebut?" tanya seseorang dengan suara bariton di sambungan telpon, sesaat Kanaya mengirimkan 5 kontak wanita tersebut.

"Kamu cukup selediki sedetail mungkin dan apa hubungannya dengan suami saya?"

"Siap laksanakan," lantangnya.

**

Pagi-pagi sekali Elang sudah siap dan rapi lantaran akan pergi ke Bandung untuk memeriksa kantor cabang. Biasanya Kanaya akan melepas dengan pelukan hangat dan senyum termanisnya. Namun kali ini, wajahnya ditekuk dengan bibir mengerucut.

"Ay, aku cuma sebentar kok. Jangan gitu dong mukanya!" protes Elang gemas.

"Kenapa sih, Bos kamu Tidak suruh yang lain saja? Kamu itu kan seorang direktur keuangan. Masa disuruh-suruh?"

"Justru karena aku direktur keuangan, makanya disuruh. Soalnya kantor yang di Bandung bermasalah dengan keuangan."

"Iya, tapi sampai kapan? Kalau dipikir-pikir tidak masuk akal."

"Ay, kamu kenapa sih, berubah akhir-akhir ini? Jangan bilang gara-gara nama Dewi itu. Oh astaga! Ay, harus berapa kali kujelaskan? Kamulah dewiku."

"Ya-ya-ya. Sana berangkat!"

"Kayak yang ngusir. Sun dulu dong."

Elang mendaratkan kecupan singkat di bibir istrinya. Kemudian satu pelukan hangat sebagai tanda pamitnya. Ia gegas membuka pintu mobil karena Mang Dirman sudah menunggu sedari tadi.

Sebenarnya Mang Dirman pun sempat diintrogasi Kanaya. Namun sopir pribadinya itu mengaku sama sekali tidak tahu apa-apa. Ia menuturkan kalau Elang selama di Bandung hanya mendatangi kantor cabang dan tidak pernah macam-macam.

"Eh tunggu!" seru Kanaya.

"Ada apa Ay?"

"Aku hampir lupa. Aku mau titip untuk Kamila."

Kanaya gegas masuk ke dalam rumah untuk mengambil sebuah paperbag yang berisi sebuah tas bermerek pesanan adiknya, Kamila.

"Apa lagi? Masa tiap ke Bandung harus bawa sesuatu buat adikmu?" protes Elang setelah istrinya kembali lagi dan mengulurkan sebuah paperbag.

"Jangan gitu, Mas! Walau bagaimanapun dia itu adikku satu-satunya."

"Kamu jangan terlalu memanjakannya! Dia sendiri tidak pernah menitipkan apa-apa buat kamu."

"Aku tidak mengharapkannya, Mas."

"Ya harusnya dia inisiatif dong, jangan maunya minta mulu. Lagian dia juga kan punya suami. Kenapa tiap kali menginginkan sesuatu harus minta sama kamu?" cecar Elang.

"Udah, Mas! Aku tidak mau debat soal itu lagi. Cepetan! Mau pergi apa enggak?"

"Ya. Kalau begitu aku berangkat. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati," pesan Kanaya.

Roda empat milik Elang pun melaju menuju kota kembang.

Ini bukan untuk yang pertama kalinya, Elang mengungkapkan keberatan jika dititipkan sesuatu untuk adik iparnya. Kamila memang sudah menikah, tetapi kehidupannya tidak bisa terbilang mewah. Sebab ia menikah dengan lelaki dari kalangan biasa saja. Awalnya orang tua jelas tidak merestui sampai ia terus memaksa dan mengancam akan bunuh diri.

Bukan hanya itu karena sudah terbiasa dimanja dan diikuti segala kemauannya sedari kecil oleh orang tua, Kamila tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan egois. Sebenarnya Kanaya juga sudah bosan meladeni segala permintaan adiknya yang selalu seenak jidat itu, tapi mau bagaimana lagi kalau tidak dituruti urusan akan panjang dan jadi masalah.

Kanaya dan Kamila lahir dari beda ibu. Ibu Kanaya meninggal setelah melahirkannya. Sang Ayah yang tidak bisa menduda lama kembali menikahi seorang gadis anak dari koleganya. Kemudian lahirlah Kamila dari hasil pernikahan tersebut.

Ibu tiri Kanaya cukup baik dalam menjalani perannya sebagai ibu sambung. Terkecuali jika sesuatu yang berkaitan dengan Kamila. Kanaya dibiasakan untuk mengalah dari adiknya dalam hal apa pun. Terbentuklah pribadinya yang patuh dan pengalah.

**

Sementara Elang masih di Bandung Kanaya memutuskan untuk mengunjungi mertuanya. Hubungan dia dengan orang tua Elang terbilang cukup baik.

"Eh Sayang, apa kabar?" sapa Rosa, ibunya Elang.

"Baik Mih," jawab Kanaya seraya mencium takjub tangan Rosa yang sudah keriput. Kemudian beralih ke tangan Sanjaya, ayahnya Elang.

"Sayang, sering-seringlah kunjungi kami yang sudah renta ini. Mungkin umur kami sudah tak lama lagi," timpal Sanjaya.

"Pih, jangan begitu. Papi sama Mami pasti panjang umurnya."

"Semoga saja. Tapi kami tidak mau serakah dengan umur. Hidup kami sudah cukup bahagia. Melihat anak-cucu yang selalu baik-baik saja. Elang tidak pernah macam-macam kan?" Pertanyaan Rosa membuat ia terhentak.

Kok, mami bertanya seperti itu? Apa beliau tahu sesuatu atau hanya firasat sebagai seorang ibu saja? Batin Kanaya.

"Mih, sebenarnya Naya ke sini mau minta bantuan."

"Bantuan apa, Sayang?"

"Bisa pertemukan Naya dengan Big bos?"

"Hah, untuk apa Naya?" tanya Sanjaya.

Bigbos yang dimaksud adalah direktur utama perusahaan tempat Elang bekerja. Setahu Kanaya, papi mertuanya itu sangat mengenal dekat si Bigbos.

"Ada perlu penting, Pih. Tolong dong," rengeknya.

"Hmm, masalahnya sekarang Big bos sudah tidak aktif lagi di Perusahaan karena faktor umur."

"Lha, lantas yang menggantikannya siapa?"

"Memangnya kamu tidak tahu?"

Kanaya menggeleng sebagai jawaban. Pasalnya Elang memang tidak pernah cerita.

"Itu sahabat suamimu." Rosa menyahut.

"Bima Anggara?"

"Iya. Siapa lagi."

Semua orang sudah hapal kalau Elang dan Bima sudah bersahabat sejak lama. Meski persahabatan mereka diawali dengan dasar sesama kolega juga.

"Oh, kalau begitu Naya pamit dulu, ya!"

"Lho, baru saja datang sudah mau pergi lagi," protes Rosa.

"Maaf, Mih. Besok-besok Naya pasti ke sini lagi."

Setelah pamit dan meninggalkan kediaman Sanjaya, Kanaya langsung menuju perusahaan dimana Big bos berada.

"Maaf, Bu. Untuk bertemu Pak Bima harus membuat janji terlebih dahulu," ujar sekretarisnya.

"Tolong sampaikan saja kepada Pak Bima kalau saya ada perlu sebentar saja," kukuh Kanaya.

"Iya nanti saya sampaikan. Sekarang Pak Bima benar-benar sangat sibuk."

"Tolong Mbak, sampaikan sekarang saja. Please Mbak." Kanaya tidak mau beranjak sebelum Si Sekretaris memberi tahu bosnya.

"Saya tidak berani, Bu. Takut kena semprot nanti. Pak Bima sedang banyak sibuk," ulangnya.

Ya ampun, susahnya untuk bertemu bigbos. Padahal cuma Bentara doang. Apa aku terobos saja? Kata hati Kanaya.

Tanpa ba-bi-bu, Kanaya langsung menyeret kakinya menuju pintu ruangan Bima.

"Bu, tolong berhenti. Jangan lakukan itu," teriak sekretaris panik seraya mengejar.

"Sebentar saja, Mbak. Tidak akan sampai 5 menit, kok. Lagian Pak Bima itu sahabat suami saya," ketus Kanaya. Ia sudah tidak bisa bicara lemah lembut lagi.

Ternyata kegaduhan tersebut sampai terdengar ke dalam ruangan Bima.

"Ada apa ini?" Tiba-tiba suara bariton muncul membuka pintu dengan raut datar dan angkuh. Tatapan matanya yang tajam mampu mengintimidasi lawan.

"Maaf, Pak. Ini istrinya Pak Elang memaksa masuk. Padahal sudah saya sampaikan sesuai instruksi Bapak," adu sekretaris ketakutan.

"Kamu sudah gagal menjalankan perintah. Silahkan pindah bagian," ucap Bima masih dengan datar, tetapi lantang.

"Ma-maksud Bapak, saya diberhentikan sebagai sekretaris?" tanyanya gugup tak percaya.

"Ya, itu lebih bagus. Daripada kamu dipecat," ujarnya tanpa pengampunan.

Sontak ucapan lelaki yang menjabat direktur utama tersebut membuat kedua bola mata Kanaya, pun si Sekretaris membulat sempurna.

***

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa like & komen agar othor semangat up babnya.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Febri Komalasari
ktny suami ny klo kluar kota tiap Minggu aj dr Jum'at sampai Sabtu sore.berarti itu kan hari libur utk kerja.kok ada dkantor bigbos n sekertarisny
goodnovel comment avatar
Gladys Pangalila
sifat naya sangat tdk bagus, ga ada sopan2 nya đŸ«ŁđŸ«Ł
goodnovel comment avatar
Ana Widarti
semangat terus thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Salah Sebut Nama   Bab 7 Identitas Dewi

    Selamat membaca đŸ„°Sontak ucapan lelaki yang menjabat direktur utama tersebut membuat kedua bola mata Kanaya, pun si sekretaris membulat sempurna.Bima kembali masuk keruangannya dan menutup pintu rapat tanpa menoleh kepada Kanaya. Keberadaannya pun sama sekali tidak dianggap ada bak demit saja."Ini semua gara-gara Bu Kanaya," tuduh sekretaris dengan mata berembun, lalu pergi meninggalkannya.Kalau saja Kanaya bukan istri Elang, mungkin si sekretaris sudah mengajaknya duel Jambak.Kanaya dibuat melongo dengan kejadian ini. Memang selama ini dia belum kenal secara langsung dengan Bima. Meskipun ia adalah sahabat dari suaminya. Elang juga selama ini belum pernah menceritakan kalau Bima itu tipe orang yang songong dan arogan. Padahal dengan alasan kalau Bima sahabat Elang, seharusnya ia bisa lebih mudah untuk berbicara.Melihat Bigbos sepert itu, pupus sudah harapan Kanaya untuk berbicara empat mata. Padahal tadinya ia ingin menyampaikan keberatannya perihal Elang yang selalu ditugaskan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Salah Sebut Nama   Bab 8 Mabuk

    Setelah mendapat laporan kalau Bima Anggara sedang malam mingguan di sebuah club ternama ibu kota, Kanaya gegas bersiap. Ia akan mengunjungi club yang sama. Bagaimanapun Kanaya harus bisa berbicara langsung kepada Big boss yang arogan itu. Detak jantung Kanaya tak biasa. Sebab, ini adalah pengalaman pertamanya memasuki tempat hiburan malam seperti club. Mungkin sebagian orang tidak percaya jika mengetahui salah satu konglemerat ibu kota masih asing dengan tempat seperti itu. Akan tetapi, inilah faktanya. Sewaktu muda, jiwanya sama dengan anak muda lainnya. Ingin bersenang-senang di tempat hiburan malam, tetapi sang ibu sambung tak pernah mengizinkan. Kanaya memilih patuh. Selepas menikah, suaminya pun tak pernah mengizinkan ia mengenal gemerlap malam dan Kanaya lagi-lagi memilih patuh. “Mas, maafkan aku. Tapi aku harus menemui bosmu,” gumam Kanaya. Begitu masuk ke dalam club, cahaya remang menyambutnya. Beberapa orang tengah asik dengan alunan musik yang Dj mainkan. Sebagian lainnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Salah Sebut Nama   Bab 9 Firasat

    Tangan Kanaya malah menggantung di lehernya hingga kepala big boss tertarik. Wajah mereka kini dalam keadaan sangat dekat. Bahkan ujung hidung keduanya yang mancung telah beradu. “Astaga!” Bima sadar kalau yang di hadapannya adalah istri Elang. Ia lekas mendorong Kanaya hingga tersandar ke kursinya lagi. “Aw,” ringis Kanaya kesakitan. Karena kepalanya sedikit terbentur kaca jendela.Untung saja tadi di club, Bima belum sempat minum banyak. Sehingga kesadaran dan akal sehatnya masih normal. Coba kalau enggak, mungkin sudah dilahap apa yang menempelinya barusan. “Anda mabuk.” “Eh, gue enggak mabuk. Dasar Bos rese! So’ berkuasa. Apa susahnya sih, tidak mengirim Elang lagi ke Bandung. Lu enggak tahu bagaimana rasanya diselingkuhi oleh pasangan. Rasanya sakit banget tahu. Makanya cepet lu kawin, biar bisa ngerasain rasanya cemburu dan dikhianati. Eh, gue lupa. Kata orang kan, lu gay. Mana mungkin mau kawin. Hahaha 
.” Kanaya terbahak. Persekian detik kemudian ocehannya berhenti. Ia sepe

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Salah Sebut Nama   Bab 10 Terciduk

    Kanaya gegas bersiap-siap dan pamit kepada kedua putrinya. Namun ia tidak bilang akan ke Bandung, hanya izin ada urusan penting bersama teman.“Ya, Mama 
,” keluh Alya.“Iya, hari minggu menyebalkan. Papa enggak ada, Mama juga ikut-ikutan enggak ada,” protes Anna.“Dasar orang dewasa! Dikit-dikit ada urusan penting. Emang anaknya enggak penting apa?” Alya mencebik.“Uh Sayang 
 I am sorry, please!”“Tahu ah,” ketusnya.Kanaya tidak punya banyak waktu untuk membujuk anak-anak. Ia memutuskan tetap pergi, meski bibir mereka mengerucut.“Kak, aku kok ngerasa akhir-akhir ini Mama aneh.” Alya berujar setelah mamanya berlalu.“Iya, sama.”“Ada apa, ya?”“Entah,” sahut Anna malas. Ia kembali memainkan game di ponselnya. Kapan lagi bisa sebebas ini main ponsel, kalau bukan saat mamanya tidak ada di rumah.** Sebenarnya ini untuk pertama Kanaya membawa mobil sendiri ke Bandung. Ada rasa was-was dan panik dalam dirinya. Akan tetapi rasa penasaran akan sosok Dewi juga bra yang diliha

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Salah Sebut Nama   Bab 11 Meredam Amarah

    Kanaya secepatnya mendapat pertolongan. Ia dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Tenaga medis yang sangat kompeten dan berpengalaman menanganinya dengan baik.Elang yang baru saja mendapat kabar kecelakaan istrinya langsung melesat pulang ke Ibu kota. Rasa khawatir dan panik memenuhi rongga dada. Sangat sesak sekali.Sesampainya di Rumah Sakit, ia langsung berlari menuju ruang inap VVIP. Kanaya dalam keadaan sadar sudah terbaring lemah dengan selang infus. “Ay, kamu tidak kenapa-kenapa kan?” tanyanya cemas memburu seraya menciumi Kanaya. Air matanya juga mengalir tanpa malu walaupun disaksikan dokter dan perawat. “Mana yang luka, Ay? Mana yang sakit?” todong Elang kemudian.Kanaya tidak merespon. Pandangannya hanya lurus ke depan.“Syukurlah, Nyonya Kanaya tidak mengalami luka yang serius. Sedikit robek di lengan kanan, kami sudah menjahitnya,” tutur dokter.“Kalau kepalanya, Dok?” tanya Elang seraya menyentuh memar di dahi Kanaya.“Ia. Itu memar akibat benturan dan Nyonya Kanaya mende

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Salah Sebut Nama   Bab 12 Anak Broken Home

    “Mah, maksudnya apa suami laknat?” tanya Anna.“Oh, itu anu 
.” Kanaya mengusap tengkuk. “Barusan teman Mama telpon dan curhat kalau suaminya menikah lagi diam-diam,” jelasnya mengada-ngada.“Syukurlah.”“Kok, syukurlah?”“Maksud aku, syukurlah ternyata bukan mengumpat kepada Papa.”“Ya, bukan dong! Oya, kamu nyusul Mama ada apa?”“Aku mau pamit sekolah, Mah. Habisnya Mama lama di kamar, katanya bentar tadi.”“Oh maaf, Sayang. Mama lupa saking antengnya dengar curhatan teman.”“Iya, Mah. Kalau begitu aku mau berangkat sekarang.”“Yuk, Mama antar sampai depan.”Di depan Alya sudah menunggu tak sabar karena takut kesiangan masuk sekolah. Setelah anak-anak mencium punggung tangan kedua orang tuanya, mereka gegas naik mobil. Mang Ujang, masih sopir pribadi keluarga langsung mengantar.“Ay, kalau begitu aku juga berangkat kerja dulu.”Seperti biasa Kanaya mendapat satu kecupan di dahi dan elusan di pucuk kepala.**Untuk mengusir penat, Kanaya mengajak sahabatnya, Meta untuk nongkrong di s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Salah Sebut Nama   Bab 13 Kebohongan

    Dret 
 daun pintu terbuka. Sosok tinggi 175 cm masuk pelan dengan dengan segelas susu hangat. Bibirnya tak luput dari senyuman tipis.Gadis berpiyama satin yang sedang duduk di tepi ranjang repleks terlonjak. “Elang?”“Minumlah! Agar kamu rileks,” ujarnya seakan mengerti bagaimana perasaan Si Gadis yang bercampur aduk tak menentu.“Te-terima kasih,” ucpanya gugup. Lalu meneguk sedikit demi sedikit susu hangat tersebut hingga tandas.Elang duduk di tepi ranjang setelah mengambil alih gelas bekas susu. “Maaf.” Ia berujar seraya meraih tangan gadis yang tadi pagi telah sah menjadi istrinya. “Dingin sekali,” sambungnya.Si Gadis itu bernama Kanaya Putri Larasati. Larasati adalah nama almarhumah ibunya. Ia hanya menunduk tidak berani menatap kedua netra Elang yang dalam bak telaga. “A-aku 
.” Susah sekali bagi Kanaya untuk mengucapkan sepatah kata.Ia sama sekali tidak mengenal sosok lelaki yang ada di hadapannya. Ia hanya tahu Elang anak salah stau kolega Sang Ayah. Perjodohan ini s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • Salah Sebut Nama   Bab 14 Big Bos Lagi

    Tentu saja yang dituju Kanaya bukanlah rumah seorang teman seperti apa yang telah diucapkan bibirnya. Melainkan sebuah tempat yang ia pikir tidak akan ada satu pun orang yang mengenalinya. Tempat salah yang akan membuatnya euphoria dan melupakan sejenak kepedihannya.Kanaya melangkah pelan memasuki tempat dengan lantai dansa berukuran besar di tengah-tengah. Ruangan bernuansa gelap yang hanya bermodalkan lampu sorot berputar-putar dan lampu ambience yang menempel di dinding. Gendang telinganya dipaksa menikmati alunan musik disko yang dibawakan disjoki melalui sistem PA.Sebenarnya ia tak suka, ini bukanlah gaya Kanaya. Seperti memasuki sebuah club malam waktu itu, kali ini juga untuk pertama ia memasuki diskotek. Namun, kakinya tetap masuk lebih dalam mencoba keluar dari zona nyaman untuk mencari kesenangan. Pikirannya sungguh kacau. Kanaya masih syok dengan yang terjadi pada rumah tangganya. Butuh waktu untuk mencerna kenyataan pahit yang baru saja ia telan.“Hai cantik,” goda sala

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27

Bab terbaru

  • Salah Sebut Nama   Bab 75 Akhir Yang Bahagia

    SSN 75Semua berjalan sebagaimana mestinya. Akhirnya setelah melewati rasa perih pengkhianatan Kanaya bisa menemukan kebahagiaan lagi. Bersama Bima, ia merasa hidup berjalan normal. Meski yang namanya rumah tangga tidak lepas dari ujian. Hanya saja, selama ujian itu bukan kehadiran wanita lain, Kanaya akan selalu sanggup menjalaninya."Happy birthday to you, happy birthday Narain "Lagu ulang tahun mengantarkan Narain untuk meniup lilin dengan angka 5. Ya, buah hati Bima dan Kanaya tidak terasa sudah berusia lima tahun. Acara ulang tahun diselenggarakan sederhana. Hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat saja."Ayo sekarang potong kuenya!" Ucap Anna.Kanaya lekas membantu memotongkan."Suapan pertama buat siapa, Dek?" tanya Alya."Buat Ayah.""Kok, nggak buat mama dulu?""Ayah dulu. Mama itu suka celewet, kadang galak.""Ih, kok Rain gitu sama mama," protes Kanaya."Haha ...." Orang-orang malah nertawain Kanaya."Anak ayah yang Soleh, kue pertama harus buat mama ya. Soalnya mama lah

  • Salah Sebut Nama   Bab 74 Posesif

    “Iya istriku, katakan saja hal apa yang sudah membuatmu marah, agar saya bisa memeprbaikinya.” “Ok. Pertama kamu kegatelan sama cewek muda waktu di taman. Alya sudah cerita semuanya. Bahkan kamu mau kasih nomer kan sama tuh cewek? Untung saja kamu enggak hapal. Coba kalau hapal, pasti sudah berkirim pesan sekarang juga.” “Cinta, kamu cemburu?” “Ini bukan perkara cemburu, Bim. Kamu sudah jelas suka dengan daun muda,” sengit Kanaya. “Eh Cinta, dengarkan dulu. Siapa bilang saya tidak hapal nomer Hp sendiri? Ya hapalah. Untuk apa coba saya pura-pura bilang enggak hapal? Itu karena saya sangat menjaga hati. Lagian buat apa juga tertarik sama bocah? Cantikan mama-nya Narain lah.” “Ehm 
 udah jangan bohong. Ngaku saja!” Bima pun menyebutkan nomer Hp-nya dan benar saja dia hapal, malah sangat hapal. Berarti alasan bilang tidak hapal memang karena tidak mau saja kasih nomer kepada cewek itu. “Gimana, masih mau bilang saya kegatelan? Emang benar sih, saya tuh udah gatel banget. Yang di ba

  • Salah Sebut Nama   Bab 73 Cemburu Sangat

    SSN-73Setelah mencoba mengingat, Bima tak kunjung menemukan kesalahannya sendiri. Pria kadang memang tidak peka.“Aduh, mama kalian tuh emang suka mendadak kayak gitu. Ayah jadi bingung.”“Ayo susul mama, Yah!” saran Alya.“Iya nanti saja. Sekarang tanggung, Ayah laper.”Mereka kembali melanjutkan aktifitas sarapannya dan tak lama Alya yang memang sudah sarapan sejak tadi merasa kenyang.“Aku dah selesai. Duluan ya Kak, Yah,” izin Alya.“Sayang tunggu, Ayah boleh minta tolong?”“Apa itu?”“Bawain sarapan buat mama. Mama pasti masih lapar. Kan tadi berhenti gara-gara marah sama ayah.”“Ok.”Alya segera membawa sepiring sarapan dan mencari mamanya. Ternyata Kanaya sedang duduk di balkon lantai dua.“Hey Mah.”“Bawa apa Sayang?”“Sarapan. Kata ayah, Mama harus sarapan banyak. Kan netein adek Narain.”“Terima kasih, Sayang.”Kanaya yang memang lapar langsung mengambil alih piring dari tangan Alya. Alya ikut menemani dengan duduk di samping mamanya.“Mah, tadi waktu jogging

  • Salah Sebut Nama   Bab 72 Selalu Ada

    Setelah baby Narain terbangun oleh suara bebek mainan, ia enggan terlelap lagi. Kanaya sampai terus nguap-nguap dan matanya berair menahan ngantuk.“Ya, udah tidur saja.”“Kan Narain belum bobo.”“Tidak apa-apa, biar saya yang jagain. Mungkin ia juga kangen, pengen gadang sama ayahnya.”“Enggak ah, aku juga mau di sini saja nemenin kamu.”Bima terus mengajak main anaknya. Sesekali ia pun menguap, tetapi terus ditahannya. Bima gegas membuat secangkir kopi untuk mengusir rasa kantuknya. Sekembali membuat kopi, rupanya Kanaya yang menunggu Narain sudah tertidur.“Mamanya sudah bobo ya? Tunggu, ayah minum dulu kopinya. Eum 
.” Bima menghirup aromanya. Lalu ia seruput sedikit demi sedikit. Perlahan kantuknya pun hilang.Narain sama sekali tak rewel. Ia begitu asik bermain malam-malam bersama sang ayah. Tak terasa jarum jam sudah menunjuk angka 12. Berbagai nyanyian, solawat, doa-doa, tepuk-tepuk sampai ngoceh apa aja Bima lakuin agar si Buah hati tidur kembali. Usahanya tidak sia-s

  • Salah Sebut Nama   Bab 71 Baby Narain

    Kanaya sulit terpejam. Ia terus menatap suami yang sudah terlelap kurang dari dua jam lamanya. Suami yang ditatap menggeliat. Kanaya menoleh pada jam yang nongkrong di meja samping bed. “Jam 00.00?” gumamnya. Biasanya di jam ini, Bima akan terbangun untuk buang air kecil. Mendadak Kanaya ingin memberi sedikit pelajaran dengan mengerjainya. Ia buru-buru bersembunyi di walk-in closet. “Ya 
.” Terdengar Bima memanggil. Tidak lama terdengar juga langkahnya yang ke sana ke mari mencari. Lalu langkahnya kian menjauh dari ruang kamar. Kanaya keluar dari walk-in closet pelan-pelan. Ia mengintip dan mengendap seperti maling untuk menyaksikan kepanikan Bima di luar kamar. Tampak Bima berlari-lari kecil dari ruang ke ruang lainnya. Kanaya cekikikan sendiri sambil ditangkupnya mulut agar tidak kelepasan tertawa. Suaminya terdengar berteriak, untung saja anak-anak tidak terbangun. Lalu menyalakan semua lampu penerangan, terlihat napasnya terengah-engah. Raut penyesalan tampak jelas tergambar.

  • Salah Sebut Nama   Bab 70 Yaya Marah

    Bima menjemput Anna pulang sekolah. Sepanjang perjalanan ada yang dirasakan berbeda dalam diri Anna. Tak seperti biasanya mengoceh dan bercerita tentang harinya yang menyenangkan ataupun sebaliknya.“Ann, kamu kenapa?”“Tidak apa-apa.”“Tidak mau cerita sama Ayah?”“Tidak.”Suasana hening kembali sampai tiba di istina mereka. Kanaya sudah menyambut kepulangan putri sululungnya. Sementara Alya sudah lebih dahulu pulang.Anna masuk rumah begitu saja tanpa salam. Bahkan mamanya yang di ambang pintu ia lewati begitu saja. Ia pun langsung naik ke lantai dua dan terdengar membanting pintu kamar. “Bim, kenapa Anna?”“Anna tidak mau cerita.”“Apa Anna punya pacar?” selidik Bima. Meski mereka terbilang akrab, tetapi untuk urusan cinta, Anna enggan membagi kepada ayah sambungnya.“Iya. Dia jadian sama anak yang bernama Rangga itu, lho.”“Oh.”Kanaya sudah paham, walau suaminya hanya bilang ‘oh’, ia pasti akan melakukan sesuatu.“Aku mau temui Anna dulu, ya!”“Iya. Saya juga mau

  • Salah Sebut Nama   Bab 69 Rahasia Besar Wirawan

    Bima membawa istri untuk memeriksakan kehamilannya kembali. Sekalian mereka mau konsul tentang rencana babymoon-nya. Hasil pemeriksaan sejauh ini baik-baik saja, tetapi Indra sebagai dokter menyarankan agar mereka berangkat babymoon sekitar dua mingguan lagi. Untuk melihat sejauh mana kondisi Kanaya yang baru saja melewati fase mual muntah. Selagi ada waktu dua minggu, pasangan suami istri tersebut mempersiapkan segalanya. Mereka juga membujuk Anna dan Alya agar mau ditinggal selama seminggu. Bukan hal yang mudah tentunya, mengingat putri-putri Kanaya tidak pernah ditinggal lama. Akhirnya mereka semua mencapai mupakat setelah berdiskusi alot. Anna dan Alya mengizinkan hanya untuk lima hari. Destinasinya hanya Lombok, tidak boleh keliling ke tempat lain. Karena kalau keliling, mereka harus ikut turut serta. Setiap hari mereka juga harus video call untuk saling mengabari. Selama Bima dan Kanaya pergi, Mira juga diminta untuk menginap.** Wirawan sudah terlihat sangat sehat dan s

  • Salah Sebut Nama   Bab 68 Stok Sabar

    Depresi Kamila tidak kunjung membaik. Mira memasukkannya ke Rumah Sakit Jiwa karena kewalahan. Di rumah sakit, keadaan Kamila lebih terkontrol dan stabil. Sesekali ia mengunjungi Kanaya dan cucu-cucunya.“Nay, kenapa kamu jadi malas mandi begini sih?”“Enggak tahu, Bu. Rasanya mual kalau masuk kamar mandi itu.”“Padahal dulu waktu hamil Alya, kamu tuh rajin banget mandi. Sampai sehari lima kali, lho.”“Oh iya, hehe.”“Iya, Bu. Naya malas mandi tuh. Deket-deket saya juga, dia tidak mau,” timbrung Bima yang baru muncul.“Emang begitu Nak Bima bawaan orang hamil itu beda-beda. Yang sabar ya!”“Iya, Bu. Pasti.”“Tahu ah, kamu acara ngadu segala sama ibu,” ketus Kanaya.“Ya tak apa-apa Nay. Ibu malah senang kalau Nak Bima itu bisa akrab sama ibu. Lagian kamu juga aneh, justru lagi hamil itu harus deket-deket sama suami. Kamu juga dulu waktu hamil Anna, nempel banget sama suami. Sampai suamimu kamu larang masuk kantor. Jauh sedikit saja, kamu merajuk,” tutur Mira panjang tanpa sada

  • Salah Sebut Nama   Bab 67 Ngidam

    “Wah selamat, bentar lagi jadi dady, nih.”“Ngapain gue ganti nama jadi Dedi?”“Haha, enggak lucu lu!”“Engga lucu, ketawa.”“Haha 
 aduh Nyonya Anggara terima kasih banget karena Anda, hidup sahabat saya jadi berwarna. Padahal dulu hidupnya lempeng aja, mana bisa dia guyon.”“Begitulah. Waktu pertama kali bertemu juga, dia itu songong dan arogan.”“Eit, malah gunjingin suami,” seloroh Bima.“Hehe,” kekeh Kanaya.“Jadi beneran kan istri gue hamil?” ulang Bima memastikan lagi.“Beneran lah, masih aja lu nanya.”“Ya Tuhan, terima kasih.”Bima menangkup kedua pipi istri dengan gemas dan menghujaninya dengan kecupan.“Eh, eh, tolong kondisikan Pak Bima Anggara. Istri saya kebetulan lagi di LN, masih lama pulangnya,” sewot Indra.“Itu derita lu.”“Tega bener.”“Oya Dok, soal hubungan badan di trisemester pertama ini bagaimana?” tanya Kanaya.“Berhubung keadaan ibu dan janin sehat, jadi masih bisa dilakukan. Amanlah. Malah bisa menambah booster buat ibunya.”“Nambah booste

DMCA.com Protection Status