"Jangan pikir aku takut pada kamu Paman," ujar Keen sambil menghalau tangan Tuan Bastomi, pamannya.
"Dasar anak tidak tahu aturan," ujar laki-laki itu dengan mata yang membulat.
"Kamu yang seharusnya berpikir untuk belajar aturan. Apa hak kamu bisa membentak ibuku seenaknya? Apa kamu lupa, aku belum menghitung masalah Raka menculiknya," geram Keen yang hampir kehilangan kesabaran.
Lalu Tuan Bastomi pun berganti arah menatap pada Nyonya Tiara. "Inilah hasilnya kalau kamu menikah dengan gembel itu," cemooh Tuan Bastomi.
"Hentikan itu Kak, dia sudah tidak ada. Apa salah dia pada kamu, dia itu orang yang baik," ujar Nyonya Tiara yang merasa terluka karena perkataan kakaknya itu.
"Dasar kamu—"
"Hentikan!" teriak Keen.
Shassy lalu menunjukkan kedua ponsel tersebut pada Keen, dan dengan cepat Keen pun mengambil kedua ponsel tersebut."Dari mana dia mendapatkan nomor kamu," ujar Keen sambil menatap ke arah ponsel-ponsel itu."Ya mana aku tahu," tandas Shassy lalu mendengus kesal.Keen yang sadar dengan nada bicara Shassy yang tak biasa itu pun segera menatap ke arahnya. "Kamu marah?" tanya Keen sambil mengulurkan tangannya ingin mengusap kepala Shassy.Tapi dengan cepat Shassy menghindar. "Tidak," sahutnya tanpa manatap ke arah Keen."Aku tidak bersalah dalam hal ini," ucap Keen.Shassy pun langsung menatap Keen dan menyipitkan matanya. "Yang bilang kamu salah siapa."Lalu
"Mereka … nyonya besar dan nona Sherin," ujar pelayan tersebut yang terdengar setengah berbisik."Jadi mereka kembali," ucap Shassy yang sedikit gelisah, lalu tiba-tiba panggilan tersebut terputus.Setelah panggilan tersebut mati kemudian Shassy pun meletakkan ponselnya di atas meja, ia pun menghela napas dalam-dalam setelahnya."Apa yang kamu takutkan?" tanya Keen dengan santai."Aku tidak takut, hanya saja saat ini mereka kembali pasti dengan persiapan yang lebih matang," ujar Shassy sambil mengaduk-ngaduk makanan di piringnya."Kalau kita bisa menendang mereka dua kali, berarti kita juga bisa menendangnya sekali lagi," sahut Keen dengan tenang.Shassy lalu menatap ke arah Keen. "Tapi mereka bisa seperca
Shassy pun tersenyum tipis. "Aku yang lebih tidak menyangka lagi, jika itu Anda," sahutnya."Di mana keponakanku, apa dia tidak datang bersamamu?" tanya laki-laki tersebut.Shassy langsung menyahut, "Dia sedang bekerja Paman."Lalu …"Ternyata tak seharmonis kelihatannya ya, hahaha," sahut seseorang yang datang dari arah ruang tamu.Shassy lalu menatap ke arah orang yang baru saja menyahut itu. "Harmonis atau tidak itu bukan urusan kamu, tapi terima kasih sudah perhatian padaku.""Cih, muka tebal," cibir orang tersebut."Tentu kita lebih tahu, siapa yang punya muka lebih tebal," sahut Shassy dengan santai.Kemudian munculah ses
Semua orang yang ada di ruangan itu pun menatap ke arah Shassy. Apa lagi Nyonya Kartika dan Sherin yang tampak sangat bahagia melihat polisi tersebut menyuruh Shassy berdiri seakan polisi itu ingin menginterogasi Shassy."Mas, ada apa ini?" tanya Shassy pada Keen—laki-laki yang membawa semua polisi itu."Tenang saja," sahut Keen sambil menatap santai ke arah Shassy.Akhirnya Shassy pun berdiri seperti yang diperintahkan polisi tersebut."Apa Anda baik-baik saja?" tanya polisi tersebut."Saya baik-baik saja, memangnya ke—" Kalimat Shassy terputus saat mendengar pekikan Sherin, ia pun langsung menoleh—menatap ke arah Sherin."Apa yang kalian lakukan?" teriak Sherin sambil mero
"Dan, bagaimana kabar kamu?" tanya Shassy pada pemuda tersebut setelah melepaskan pelukannya."Aku baik-baik saja Mbak, sampean bagaimana kabarnya?" tanya pemuda itu dengan sebuah senyum hangat di wajahnya."Aku juga baik," ujar Shassy sambil mengacak-acak rambut pemuda yang seumuran Dira itu."Ah Mbak jangan begitu dong, susah payah aku menata rambutku ini," ujar pemuda bernama Dani itu.Lalu …"Ehem!" Keen pun berdehem lalu berjalan mendekat ke arah Shassy.Shassy lalu menatap ke arah Keen sejenak dan kemudian menatap Dani kembali. " Oh iya Dan, kenalkan ini suamiku Mas Keen," ujar Shassy bersemangat."Aku Keen," ucap Keen dengan tatapan dingin sambil mengulurka
"Nona jangan memanggilku kakak, itu tidak baik nanti—""Jangan mengalihkan pertanyaanku," potong Shassy.'Apa aku tidak bisa menghindar,' batin Tristan."Tidak usah berusaha menghindar dari pertanyaanku lagi," imbuh Dira.Lalu Tristan pun menghela napas dalam-dalam dan kemudian menatap Dira dengan tegas. "Nona, status kita ini sangat jauh. Saya tidak berani berharap untuk hal itu, dan Tuan pasti tidak akan me—""Kalau Kakak setuju bagaimana?" sela Dira.Tristan pun terdiam mendengar hal tersebut."Apa kamu juga menyukaiku?" tanya Dira sekali lagi sambil menarik kerah pakaian Tristan."Iya Nona, dia menyukai Anda. Dia menol
"Hentikan Tuan," ucap Tristan yang menahan tubuh Keen.Dira pun memegangi tangan Keen dari samping demi menahan tubuh kakaknya itu."Lepaskan aku, biar aku habisi dia!" teriak Keen dengan wajah merah padam.Sedangkan orang yang menjadi sasaran Keen pun langsung beringsut menjauh dengan wajah yang babak belur."Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya berjanji," ujar orang tersebut dengan tubuh bergetar, ketakutan.*Di sisi lain … Shassy yang baru saja keluar dari dalam toilet pun berjalan dengan santai lalu membeli rujak buah dan beberapa makanan kecil lainnya di tempat itu."Ada apa sih Mbak kok r
"Aku apa? Kenapa kamu tergagap? Ayo pukul aku," ujar Shassy dengan wajah yang merah padam menatap laki-laki itu."Tidak Mbak, aku ndak akan ngelakuin itu," sahut Dani sambil menundukkan wajahnya.Dira pun menghela napas lega mendengar ucapan Dani tersebut. Ia pun segera mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya dan menekan angka satu cukup lama—mengirim pesan darurat pada nomor yang terdaftar di dalam angka tersebut."Kalian ke sini!" bentak Shassy.Lalu Dani dan gadis yang ada di dalam ruangan itu pun mendekat ke arah Shassy."Kamu,"—Shassy menatap gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki—"berapa usia kamu?" tanyanya dengan sebal."Sa-saya 16 tahun," jawab gadis itu sambil menunduk malu.
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.