"Hentikan Tuan," ucap Tristan yang menahan tubuh Keen.
Dira pun memegangi tangan Keen dari samping demi menahan tubuh kakaknya itu.
"Lepaskan aku, biar aku habisi dia!" teriak Keen dengan wajah merah padam.
Sedangkan orang yang menjadi sasaran Keen pun langsung beringsut menjauh dengan wajah yang babak belur.
"Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya berjanji," ujar orang tersebut dengan tubuh bergetar, ketakutan.*
Di sisi lain …
Shassy yang baru saja keluar dari dalam toilet pun berjalan dengan santai lalu membeli rujak buah dan beberapa makanan kecil lainnya di tempat itu.
"Ada apa sih Mbak kok r
"Aku apa? Kenapa kamu tergagap? Ayo pukul aku," ujar Shassy dengan wajah yang merah padam menatap laki-laki itu."Tidak Mbak, aku ndak akan ngelakuin itu," sahut Dani sambil menundukkan wajahnya.Dira pun menghela napas lega mendengar ucapan Dani tersebut. Ia pun segera mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya dan menekan angka satu cukup lama—mengirim pesan darurat pada nomor yang terdaftar di dalam angka tersebut."Kalian ke sini!" bentak Shassy.Lalu Dani dan gadis yang ada di dalam ruangan itu pun mendekat ke arah Shassy."Kamu,"—Shassy menatap gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki—"berapa usia kamu?" tanyanya dengan sebal."Sa-saya 16 tahun," jawab gadis itu sambil menunduk malu.
"Kamu sudah melampaui batasanku," ujar Keen dengan tatapan membunuhnya.Tapi wanita itu mencoba terus bertahan. "Keen aku yakin foto itu asli, kamu jangan mau dibodohi olehnya," ujar wanita itu sambil menunjuk Shassy."Kak Man, kamu jangan seenaknya menuduh kakakku," ujar Dira yang langsung berdiri di depan Shassy seolah menjadi tameng.Wanita itu pun menatap ke arah Dira. "Apa istimewanya dia sampai kamu juga membelanya?""Manila berhenti mempermalukan diri kamu sendiri," sahut Shassy. "Bagaimana pun juga, mereka adalah keluargaku sekarang," imbuhnya."Tidak, mereka itu orang-orang yang baik, tidak pantas rubah seperti kamu bersama dengan mereka!" teriak Manila menyuarakan apa yang ada di dalam hatinya."Belum s
Tak lama kemudian munculah Tristan dan beberapa anak buah Keen lainnya masuk ke dalam kamar tersebut."Siapkan mobil!" teriak Keen.Lalu semua orang bertindak cepat, Keen pun menggendong Dira yang masih menutupi wajahnya pergi meninggalkan rumah itu.** Satu jam kemudian di depan ruang IGD salah satu rumah sakit kota Jakarta."Bagaimana Dok?" tanya Keen ketika seorang dokter baru saja keluar dari ruangan tersebut."Nona sedang istirahat, kami sudah memberinya obat penenang," jawab dokter tersebut dengan santai."Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada anak saya Dok?" tanya Nyonya Tiara yang juga ikut menunggu d
Klak! Lampu kamar itu menyala."Hah!" Suara orang yang baru saja menghujamkan pisau ke ranjang ada di kamar itu terkejut.Dan dengan cepat sudah ada beberapa orang yang menyergap orang tersebut."Ka-kalian menjebakku!" teriak orang itu sambil memberontak, ingin melepaskan diri."Lalu menurut kamu, apa aku harus membiarkan kamu membunuhku?" ujar Shassy sambil menatap dingin ke arah wanita yang menggunakan pakaian pelayan tersebut.Wanita itu terdiam, ia tidak bisa berargumen apa pun atas hal itu."Bawa dia keluar dan kumpulkan bersama yang lainnya," perintah Shassy dengan suara lembut sambil mengusap perutnya.Kemudian para anak buah Keen itu pun membawa pelayan itu turun ke ru
"Dir, kamu lapar?" tanya Tristan sambil mengangkat sedikit mangkok bubur yang ada di tangannya, bermaksud menawari Dira bubur tersebut.Dira pun menatap ke arah Tristan. "Kamu benar-benar ingin menyuapi aku?" tanya Dira.Tristan pun melirik ke arah Keen.'Jadi dia ingin membantuku,' batin Keen. Keen yang mengerti arti dari tatapan Tristan tersebut langsung berdiri dari tempat duduknya saat ini. Kemudian Keen menggenggam tangan Shassy dan menarik tangan istrinya itu dengan lembut meninggalkan ruangan tersebut. Keen mengajak Shassy berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit itu, hingga mereka berhenti di ruang ICU."Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Shassy yang yang bingung dengan tingkah suaminya itu.&nbs
BRAKKK! Suara pintu masuk ruangan itu pun terbuka dengan kasar.Wanita yang tadinya duduk dengan santai menatap Shassy yang tengah kesakitan itu pun langsung terperanjat."Keen," ucap wanita itu dengan sebuah senyum lebar di wajahnya."Kurang ajar!" teriak Keen setelah menatap Shassy yang saat ini tengah tergeletak di lantai dengan darah segar yang terlihat mengalir di sela kakinya. Wajah Keen merah padam menatap ke arah wanita tersebut, tapi ia tak bisa melakukan apa pun saat ini karena Shassy berada di posisi yang kurang aman."Aku Manila Keen, kenapa kamu memakiku seperti itu?" tanya wanita tersebut dengan tingkah menyedihkan.Gigi Keen gemretak mendengar suara Manila yang terdengar seperti orang yang terluka karena ucapan Keen. "Kam—" 
"Shass kamu marah?" tanya Keen yang penasaran dengan sikap aneh Shassy."Marah? Tidak, saya tidak mungkin marah pada Bapak," ujar Shassy dengan pelan.Lalu tanpa mengatakan apa pun lagi, Keen langsung memencet tombol yang ada di samping ranjang Shassy."Maaf Pak, tapi bukannya ini rumah sakit? Kenapa—""Sudah jangan banyak bicara dulu, tunggu dokter ke sini," sahut Keen memotong kalimat Shassy pun.Setelah Keen mengatakan itu, Shassy pun langsung diam.'Kenapa sih dengan pak Keen ini, aneh sekali,' batin Shassy sambil menatap sekitar, mengamati ruangan itu. Setelah menunggu 10 menit, akhirnya dokter pun datang ke kamar itu.
Setelah membaca dokumen tersebut selama beberapa menit akhirnya Shassy meletakkan dokumen itu di sebelahnya."Baiklah saya percaya dengan bukti dokumen ini. Tapi kenapa tidak ada foto atau sebagainya, apa pernikahan ini tidak direstui?" tanya Shassy dengan tatapan menyelidik."Tentu saja semua orang merestui, hanya saja kita belum sempat mengadakan pesta pernikahan. Atau apa sekarang kamu ingin mengadakan pesta pernikahan kita? Akan aku siapkan jika kamu—"Shassy pun langsung menyahut, "Tidak, saya tidak ingin pesta apapun itu. Tolong berikan saja ponselku," ujar Shassy sambil memijat keningnya yang merasa pusing saat ini, kala menemukan bukti jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Keen."Ponsel kamu hilang, aku tidak bisa menemukannya," ucap Keen sam
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.