Setelah membaca dokumen tersebut selama beberapa menit akhirnya Shassy meletakkan dokumen itu di sebelahnya.
"Baiklah saya percaya dengan bukti dokumen ini. Tapi kenapa tidak ada foto atau sebagainya, apa pernikahan ini tidak direstui?" tanya Shassy dengan tatapan menyelidik.
"Tentu saja semua orang merestui, hanya saja kita belum sempat mengadakan pesta pernikahan. Atau apa sekarang kamu ingin mengadakan pesta pernikahan kita? Akan aku siapkan jika kamu—"
Shassy pun langsung menyahut, "Tidak, saya tidak ingin pesta apapun itu. Tolong berikan saja ponselku," ujar Shassy sambil memijat keningnya yang merasa pusing saat ini, kala menemukan bukti jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Keen.
"Ponsel kamu hilang, aku tidak bisa menemukannya," ucap Keen sam
Shassy langsung berdiri dari kursinya, ia pun menatap tajam pada wanita yang baru saja menamparnya itu."Siapa kamu?" tanya Shassy sambil memegangi pipinya yang memerah karena bekas tamparan wanita itu."Kamu yang siapa?" bentak wanita tersebut. "Berani-beraninya menggangu tunanganku," ujar wanita berbaju merah itu meledak-ledak.'Jadi mas Raka sudah bertunangan,' batin Shassy sambil menatap Raka dengan heran.Raka pun segera berdiri. "Ray, sudah," ucap Raka dengan tegas."Tapi Ka, kenapa kamu bertemu dia?" tanya wanita berbaju merah itu dengan suara yang manja."Ray, dia itu temanku. Dia membicarakan masalah penting denganku, kamu jangan keterlaluan," ujar Raka dengan lembut memberika
Setelah sampai di rumah sakit, Keen dan Shassy pun berjalan dengan lambat melewati lorong-lorong rumah sakit."Bapak bisa berjalan lebih dulu, saya akan menyusul belakangan," ujar Shassy yang sadar kalau ia memperlambat langkah Keen."Kita akan sampai di sana bersama-sama. Kalau kamu capek, biar aku menggendong kamu," sahut Keen sambil menatap Shassy yang terlihat sangat letih."Ti-tidak Pak, saya hanya—" Kalimat Shassy pun terhenti ketika Shassy tiba-tiba saja merasakan perutnya kram. "Ishh," desisnya."Kamu kenapa?" tanya Keen yang khawatir melihat Shassy memegangi perutnya."Ti—" Belum sempat Shassy menyelesaikan kalimatnya, Keen pun dengan cepat menggendong Shassy."Dokter! Su
'Sebenarnya aku tidak percaya dengan hal ini, tapi … ah sudahlah, terserah saja, asal dia bahagia,' batin Keen lalu mempercepat langkahnya dan tak membahas hal itu lagi.'Apa dia benar-benar percaya padaku?' batin Shassy penuh tanda tanya, tapi tak berani mencari tahu lebih lanjut. Setelah berjalan lebih dari lima menit, akhirnya Keen sampai di depan sebuah ruangan dan berhenti di depan pintu ruangan tersebut."Shass," panggil Keen dengan lembut.Tapi tak ada respon dari Shassy.Keen pun memanggilnya lagi. "Shass.""Eh maaf, maaf saya ketiduran," ucap Shassy sambil mengusap-usap wajahnya karena benar-benar baru saja tertidur.Keen pun t
Setelah itu Nyonya Tiara pun masuk ke dalam ruang makan. Iya menatap Dira yang tengah duduk di di kursi makan, menanti semua makanan disiapkan."Dir," panggil Nyonya Tiara dengan lembut."Iya Ma," sahut Dira sambil menatap ke arah Nyonya Tiara."Di mana kakakmu?" tanya Nyonya Tiara lalu menatap sekitar."Kak Shassy sedang di dapur, sedangkan kak Keen sepertinya belum pulang," sahut Dira dengan santai.Lalu Nyonya Tiara pun mengarahkan kursi rodanya mendekati Dira."Ada apa Ma?" tanya Dira yang penasaran."Aku sudah mendengar dari kakakmu tentang hubungan kamu dengan pemuda itu," ucap Nyonya Tiara memulai pembicaraan tersebut.
"Dira!" teriak Shassy saat sosok yang memakai baju putih dengan rambut panjang dan juga wajah yang ternyata memakai masker di wajahnya tersebut berbalik menatapnya.Dira pun cengengesan saat melihat Shassy yang kini memelototinya. "Hehehe," tawanya canggung."Kamu sedang apa?" tanya Keen dengan tatapan tajamnya."Maaf, aku tadi mendengar kalian berteriak jadi aku masuk ke kamar ini, takut jika terjadi sesuatu," ungkap Dira menyatakan alasannya.Shassy lalu mengusap-ngusap wajahnya. "Lalu kenapa kamu memakai pakaian dan masker seperti itu?" tanyanya yang terlihat sedikit kesal."Ini kan gaun tidur," ucap Dira sambil menarik sedikit pakaian yang dikenakannya. "Dan masker ini obat dari dokter, setiap malam aku memang menggunakannya."
"Kalian, Mingggir!" teriak Keen hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arahnya, begitu juga dengan Shassy dan beberapa laki-laki sedang mengerubunginya."Eh, Mas," ujar Shassy dengan santai.Lalu salah seorang laki-laki memanggilnya dengan lembut. "Tuan Keen?"Keen mengernyitkan dahinya mendengar laki-laki itu memanggilnya seperti itu. "Siapa kalian?" tanya Keen dengan cepat.Lalu para laki-laki itu pun segera berdiri berjejer di hadapan Keen. "Kami adalah founder perkumpulan pecinta Syaken," jawab para laki-laki itu dengan kompak dan genit.Keen terdiam melihat tingkah para laki-laki yang bisa dibilang masih remaja itu. 'apa-apaan mereka ini, merusak mata saja,' batin Keen dengan tatapan tak senang.
Para wartawan itu pun langsung melewati Shassy begitu saja dan masuk ke dalam ruang istirahat tersebut.'Astaga!' teriak Shassy di dalam hati ketika melihat para wartawan itu berdesakan masuk ke dalam ruangan yang bisa di sebut kamar kecil tersebut."Shass, bagaimana ini?" tanya Terry yang saat ini berdiri di dekat Shassy.Tapi belum sempat Shassy menjawab pertanyaan Terry, tiba-tiba suasana yang awalnya riuh berubah menjadi sangat hening. Shassy dan Terry pun bergegas menerobos ke dalam ruang istirahatnya tersebut, mereka pun melewati para wartawan yang kini berdiri seperti patung.'Apa yang terjadi?' batin Shassy dengan jantung yang berdegup kencang. 'Jangan-jangan dua laki-laki itu dalam pose … (Shassy membayangkan Keen sedang berada di atas ranjang besama tuan Jonas
Setelah itu, orang-orang yang berlalu lalang di jalanan itu pun langsung berhenti menyaksikan kejadian tersebut, sedangkan orang-orang yang sengaja mencelakai Keen dan Shassy pun segera menyelinap pergi meninggalkan tempat tersebut.**Dua jam kemudian. Di kediaman keluarga besar Keen sedang terjadi kekacauan besar. Karena mendengar berita tentang Shassy dan Keen, keadaan nyonya Tiara pun menurun, saat ini ia sedang dirawat oleh Arnold di rumahnya."Bagaimana keadaan mama, Kak?" tanya Dira yang menunggu di depan pintu kamar nyonya Tiara bersama beberapa orang pelayan."Beliau baik-baik saja, ia hanya syok dan memerlukan istirahat," ujar Arnold sambil berjalan ke arah s
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.