"Shass kamu marah?" tanya Keen yang penasaran dengan sikap aneh Shassy.
"Marah? Tidak, saya tidak mungkin marah pada Bapak," ujar Shassy dengan pelan.
Lalu tanpa mengatakan apa pun lagi, Keen langsung memencet tombol yang ada di samping ranjang Shassy.
"Maaf Pak, tapi bukannya ini rumah sakit? Kenapa—"
"Sudah jangan banyak bicara dulu, tunggu dokter ke sini," sahut Keen memotong kalimat Shassy pun.
Setelah Keen mengatakan itu, Shassy pun langsung diam.
'Kenapa sih dengan pak Keen ini, aneh sekali,' batin Shassy sambil menatap sekitar, mengamati ruangan itu.
Setelah menunggu 10 menit, akhirnya dokter pun datang ke kamar itu.
Setelah membaca dokumen tersebut selama beberapa menit akhirnya Shassy meletakkan dokumen itu di sebelahnya."Baiklah saya percaya dengan bukti dokumen ini. Tapi kenapa tidak ada foto atau sebagainya, apa pernikahan ini tidak direstui?" tanya Shassy dengan tatapan menyelidik."Tentu saja semua orang merestui, hanya saja kita belum sempat mengadakan pesta pernikahan. Atau apa sekarang kamu ingin mengadakan pesta pernikahan kita? Akan aku siapkan jika kamu—"Shassy pun langsung menyahut, "Tidak, saya tidak ingin pesta apapun itu. Tolong berikan saja ponselku," ujar Shassy sambil memijat keningnya yang merasa pusing saat ini, kala menemukan bukti jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Keen."Ponsel kamu hilang, aku tidak bisa menemukannya," ucap Keen sam
Shassy langsung berdiri dari kursinya, ia pun menatap tajam pada wanita yang baru saja menamparnya itu."Siapa kamu?" tanya Shassy sambil memegangi pipinya yang memerah karena bekas tamparan wanita itu."Kamu yang siapa?" bentak wanita tersebut. "Berani-beraninya menggangu tunanganku," ujar wanita berbaju merah itu meledak-ledak.'Jadi mas Raka sudah bertunangan,' batin Shassy sambil menatap Raka dengan heran.Raka pun segera berdiri. "Ray, sudah," ucap Raka dengan tegas."Tapi Ka, kenapa kamu bertemu dia?" tanya wanita berbaju merah itu dengan suara yang manja."Ray, dia itu temanku. Dia membicarakan masalah penting denganku, kamu jangan keterlaluan," ujar Raka dengan lembut memberika
Setelah sampai di rumah sakit, Keen dan Shassy pun berjalan dengan lambat melewati lorong-lorong rumah sakit."Bapak bisa berjalan lebih dulu, saya akan menyusul belakangan," ujar Shassy yang sadar kalau ia memperlambat langkah Keen."Kita akan sampai di sana bersama-sama. Kalau kamu capek, biar aku menggendong kamu," sahut Keen sambil menatap Shassy yang terlihat sangat letih."Ti-tidak Pak, saya hanya—" Kalimat Shassy pun terhenti ketika Shassy tiba-tiba saja merasakan perutnya kram. "Ishh," desisnya."Kamu kenapa?" tanya Keen yang khawatir melihat Shassy memegangi perutnya."Ti—" Belum sempat Shassy menyelesaikan kalimatnya, Keen pun dengan cepat menggendong Shassy."Dokter! Su
'Sebenarnya aku tidak percaya dengan hal ini, tapi … ah sudahlah, terserah saja, asal dia bahagia,' batin Keen lalu mempercepat langkahnya dan tak membahas hal itu lagi.'Apa dia benar-benar percaya padaku?' batin Shassy penuh tanda tanya, tapi tak berani mencari tahu lebih lanjut. Setelah berjalan lebih dari lima menit, akhirnya Keen sampai di depan sebuah ruangan dan berhenti di depan pintu ruangan tersebut."Shass," panggil Keen dengan lembut.Tapi tak ada respon dari Shassy.Keen pun memanggilnya lagi. "Shass.""Eh maaf, maaf saya ketiduran," ucap Shassy sambil mengusap-usap wajahnya karena benar-benar baru saja tertidur.Keen pun t
Setelah itu Nyonya Tiara pun masuk ke dalam ruang makan. Iya menatap Dira yang tengah duduk di di kursi makan, menanti semua makanan disiapkan."Dir," panggil Nyonya Tiara dengan lembut."Iya Ma," sahut Dira sambil menatap ke arah Nyonya Tiara."Di mana kakakmu?" tanya Nyonya Tiara lalu menatap sekitar."Kak Shassy sedang di dapur, sedangkan kak Keen sepertinya belum pulang," sahut Dira dengan santai.Lalu Nyonya Tiara pun mengarahkan kursi rodanya mendekati Dira."Ada apa Ma?" tanya Dira yang penasaran."Aku sudah mendengar dari kakakmu tentang hubungan kamu dengan pemuda itu," ucap Nyonya Tiara memulai pembicaraan tersebut.
"Dira!" teriak Shassy saat sosok yang memakai baju putih dengan rambut panjang dan juga wajah yang ternyata memakai masker di wajahnya tersebut berbalik menatapnya.Dira pun cengengesan saat melihat Shassy yang kini memelototinya. "Hehehe," tawanya canggung."Kamu sedang apa?" tanya Keen dengan tatapan tajamnya."Maaf, aku tadi mendengar kalian berteriak jadi aku masuk ke kamar ini, takut jika terjadi sesuatu," ungkap Dira menyatakan alasannya.Shassy lalu mengusap-ngusap wajahnya. "Lalu kenapa kamu memakai pakaian dan masker seperti itu?" tanyanya yang terlihat sedikit kesal."Ini kan gaun tidur," ucap Dira sambil menarik sedikit pakaian yang dikenakannya. "Dan masker ini obat dari dokter, setiap malam aku memang menggunakannya."
"Kalian, Mingggir!" teriak Keen hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arahnya, begitu juga dengan Shassy dan beberapa laki-laki sedang mengerubunginya."Eh, Mas," ujar Shassy dengan santai.Lalu salah seorang laki-laki memanggilnya dengan lembut. "Tuan Keen?"Keen mengernyitkan dahinya mendengar laki-laki itu memanggilnya seperti itu. "Siapa kalian?" tanya Keen dengan cepat.Lalu para laki-laki itu pun segera berdiri berjejer di hadapan Keen. "Kami adalah founder perkumpulan pecinta Syaken," jawab para laki-laki itu dengan kompak dan genit.Keen terdiam melihat tingkah para laki-laki yang bisa dibilang masih remaja itu. 'apa-apaan mereka ini, merusak mata saja,' batin Keen dengan tatapan tak senang.
Para wartawan itu pun langsung melewati Shassy begitu saja dan masuk ke dalam ruang istirahat tersebut.'Astaga!' teriak Shassy di dalam hati ketika melihat para wartawan itu berdesakan masuk ke dalam ruangan yang bisa di sebut kamar kecil tersebut."Shass, bagaimana ini?" tanya Terry yang saat ini berdiri di dekat Shassy.Tapi belum sempat Shassy menjawab pertanyaan Terry, tiba-tiba suasana yang awalnya riuh berubah menjadi sangat hening. Shassy dan Terry pun bergegas menerobos ke dalam ruang istirahatnya tersebut, mereka pun melewati para wartawan yang kini berdiri seperti patung.'Apa yang terjadi?' batin Shassy dengan jantung yang berdegup kencang. 'Jangan-jangan dua laki-laki itu dalam pose … (Shassy membayangkan Keen sedang berada di atas ranjang besama tuan Jonas