"Astaga, kenapa ini?" tanya Shassy yang syok melihat istri Arnold sedang terduduk di lantai dengan sedikit darah tercecer.
"Apa dia sedang sakit?" tanya Keen sambil menatap istri Arnold yang sedang meringis kesakitan.
"Saya tidak tahu Tuan, ibu tadi pagi baik-baik saja," jawab asisten rumah tangga tersebut.
"Apa jangan-jangan Mbak Naina sedang hami?" tanya Shassy pada wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga tersebut.
"Saya tidak tahu Nona, ibu tidak cerita pada saya," sahut asisten rumah tangga itu.
Lalu Keen segera memberikan anak kecil yang ada di tangannya pada Shassy. "Kamu jaga dia, aku akan membawa Naina ke rumah sakit," ujar Keen.
"Baik," sahut Shassy sambil menganggukkan kepala.
"Jangan pikir aku takut pada kamu Paman," ujar Keen sambil menghalau tangan Tuan Bastomi, pamannya."Dasar anak tidak tahu aturan," ujar laki-laki itu dengan mata yang membulat."Kamu yang seharusnya berpikir untuk belajar aturan. Apa hak kamu bisa membentak ibuku seenaknya? Apa kamu lupa, aku belum menghitung masalah Raka menculiknya," geram Keen yang hampir kehilangan kesabaran.Lalu Tuan Bastomi pun berganti arah menatap pada Nyonya Tiara. "Inilah hasilnya kalau kamu menikah dengan gembel itu," cemooh Tuan Bastomi."Hentikan itu Kak, dia sudah tidak ada. Apa salah dia pada kamu, dia itu orang yang baik," ujar Nyonya Tiara yang merasa terluka karena perkataan kakaknya itu."Dasar kamu—""Hentikan!" teriak Keen.
Shassy lalu menunjukkan kedua ponsel tersebut pada Keen, dan dengan cepat Keen pun mengambil kedua ponsel tersebut."Dari mana dia mendapatkan nomor kamu," ujar Keen sambil menatap ke arah ponsel-ponsel itu."Ya mana aku tahu," tandas Shassy lalu mendengus kesal.Keen yang sadar dengan nada bicara Shassy yang tak biasa itu pun segera menatap ke arahnya. "Kamu marah?" tanya Keen sambil mengulurkan tangannya ingin mengusap kepala Shassy.Tapi dengan cepat Shassy menghindar. "Tidak," sahutnya tanpa manatap ke arah Keen."Aku tidak bersalah dalam hal ini," ucap Keen.Shassy pun langsung menatap Keen dan menyipitkan matanya. "Yang bilang kamu salah siapa."Lalu
"Mereka … nyonya besar dan nona Sherin," ujar pelayan tersebut yang terdengar setengah berbisik."Jadi mereka kembali," ucap Shassy yang sedikit gelisah, lalu tiba-tiba panggilan tersebut terputus.Setelah panggilan tersebut mati kemudian Shassy pun meletakkan ponselnya di atas meja, ia pun menghela napas dalam-dalam setelahnya."Apa yang kamu takutkan?" tanya Keen dengan santai."Aku tidak takut, hanya saja saat ini mereka kembali pasti dengan persiapan yang lebih matang," ujar Shassy sambil mengaduk-ngaduk makanan di piringnya."Kalau kita bisa menendang mereka dua kali, berarti kita juga bisa menendangnya sekali lagi," sahut Keen dengan tenang.Shassy lalu menatap ke arah Keen. "Tapi mereka bisa seperca
Shassy pun tersenyum tipis. "Aku yang lebih tidak menyangka lagi, jika itu Anda," sahutnya."Di mana keponakanku, apa dia tidak datang bersamamu?" tanya laki-laki tersebut.Shassy langsung menyahut, "Dia sedang bekerja Paman."Lalu …"Ternyata tak seharmonis kelihatannya ya, hahaha," sahut seseorang yang datang dari arah ruang tamu.Shassy lalu menatap ke arah orang yang baru saja menyahut itu. "Harmonis atau tidak itu bukan urusan kamu, tapi terima kasih sudah perhatian padaku.""Cih, muka tebal," cibir orang tersebut."Tentu kita lebih tahu, siapa yang punya muka lebih tebal," sahut Shassy dengan santai.Kemudian munculah ses
Semua orang yang ada di ruangan itu pun menatap ke arah Shassy. Apa lagi Nyonya Kartika dan Sherin yang tampak sangat bahagia melihat polisi tersebut menyuruh Shassy berdiri seakan polisi itu ingin menginterogasi Shassy."Mas, ada apa ini?" tanya Shassy pada Keen—laki-laki yang membawa semua polisi itu."Tenang saja," sahut Keen sambil menatap santai ke arah Shassy.Akhirnya Shassy pun berdiri seperti yang diperintahkan polisi tersebut."Apa Anda baik-baik saja?" tanya polisi tersebut."Saya baik-baik saja, memangnya ke—" Kalimat Shassy terputus saat mendengar pekikan Sherin, ia pun langsung menoleh—menatap ke arah Sherin."Apa yang kalian lakukan?" teriak Sherin sambil mero
"Dan, bagaimana kabar kamu?" tanya Shassy pada pemuda tersebut setelah melepaskan pelukannya."Aku baik-baik saja Mbak, sampean bagaimana kabarnya?" tanya pemuda itu dengan sebuah senyum hangat di wajahnya."Aku juga baik," ujar Shassy sambil mengacak-acak rambut pemuda yang seumuran Dira itu."Ah Mbak jangan begitu dong, susah payah aku menata rambutku ini," ujar pemuda bernama Dani itu.Lalu …"Ehem!" Keen pun berdehem lalu berjalan mendekat ke arah Shassy.Shassy lalu menatap ke arah Keen sejenak dan kemudian menatap Dani kembali. " Oh iya Dan, kenalkan ini suamiku Mas Keen," ujar Shassy bersemangat."Aku Keen," ucap Keen dengan tatapan dingin sambil mengulurka
"Nona jangan memanggilku kakak, itu tidak baik nanti—""Jangan mengalihkan pertanyaanku," potong Shassy.'Apa aku tidak bisa menghindar,' batin Tristan."Tidak usah berusaha menghindar dari pertanyaanku lagi," imbuh Dira.Lalu Tristan pun menghela napas dalam-dalam dan kemudian menatap Dira dengan tegas. "Nona, status kita ini sangat jauh. Saya tidak berani berharap untuk hal itu, dan Tuan pasti tidak akan me—""Kalau Kakak setuju bagaimana?" sela Dira.Tristan pun terdiam mendengar hal tersebut."Apa kamu juga menyukaiku?" tanya Dira sekali lagi sambil menarik kerah pakaian Tristan."Iya Nona, dia menyukai Anda. Dia menol
"Hentikan Tuan," ucap Tristan yang menahan tubuh Keen.Dira pun memegangi tangan Keen dari samping demi menahan tubuh kakaknya itu."Lepaskan aku, biar aku habisi dia!" teriak Keen dengan wajah merah padam.Sedangkan orang yang menjadi sasaran Keen pun langsung beringsut menjauh dengan wajah yang babak belur."Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya berjanji," ujar orang tersebut dengan tubuh bergetar, ketakutan.*Di sisi lain … Shassy yang baru saja keluar dari dalam toilet pun berjalan dengan santai lalu membeli rujak buah dan beberapa makanan kecil lainnya di tempat itu."Ada apa sih Mbak kok r