Share

Partner

Author: Jeshyl An
last update Last Updated: 2025-01-16 22:33:32

Fibi menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah ke lokasi pemotretan hari ini. Benar, hari ini adalah jadwal pemotretan bersama Sarah dan Kevin. Jika biasanya dia berangkat dan pulang dengan Kevin, kali ini tentu berbeda. Kevin jelas bersama Sarah.

“Selamat pagi,” sapa Fibi begitu masuk ke dalam ruangan. Tampak beberapa staff tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Fibi pun segera ke meja rias, menyiapkan semua peralatan rias yang dibutuhkan.

“Fibi!” sapa Sarah yang baru datang sambil menggandeng Kevin. Tampaknya mereka datang lebih dulu, terlihat dari Sarah yang sudah siap dengan baju pemotretannya.

“Aku bantu siapin set pemotretan dulu ya.” Kevin mengecup kening Sarah sebelum bergabung dengan staff lain.

“Ayo duduk, Mbak. Kita mulai riasnya,” ucap Fibi. Dengan senang hati, Sarah pun duduk di depan meja rias.

“Tantemu kemarin ada perlu apa? Sayang banget loh kamu pulang. Padahal aku baru datang,” ucap Sarah saat Fibi mulai fokus memoles wajahnya.

“Bukan apa-apa, Mbak. Cuman ada problem keluarga dikit.” Fibi menjawab asal, berharap Sarah tidak lagi bertanya lebih lanjut. Dan sepertinya berhasil. Sarah hanya mengangguk. Dia membiarkan Fibi fokus memoles wajahnya.

Hening, hanya ada percakapan singkat tentang pekerjaan mereka dan beberapa koreksi make up oleh Sarah sendiri. Sarah memang terbilang cukup ketat soal riasan wajah. Dia tidak segan protes jika dirasa riasannya kurang sesuai.

“Kamu tambah jago, Fib. Aku nggak perlu banyak koreksi lagi.” Sarah menatap pantulan Qdirinya di cermin. Senyum puas seketika mengembang saat melihat riasan yang menurutnya sempurna.

“Syukurlah kalau Mbak Sarah suka.”

Sarah langsung ke set pemotretan, sedangkan Fibi menunggu di meja rias. Bersiap jika saja ada yang perlu diperbaiki dari riasan Sarah di tengah pemotretan.

Melihat Sarah bekerja secara langsung, membuat Fibi semakin sadar akan perbedaan jauh antara dirinya dan Sarah.

Sarah cantik, sangat cantik. Fibi tidak mungkin bisa menyaingi gadis itu dalam urusan kecantikan, dia jelas kalah telak. Tidak hanya cantik wajah, Sarah pun memiliki kepribadian yang sangat baik. Dia baik dan ramah, sikapnya membuat setiap orang yang bekerja dengannya nyaman. Selama bekerja pun, dia melakukan pekerjaannya dengan profesional. Wajah yang cantik, karir yang cemerlang, dan kepribadian yang baik, Sarah adalah definisi perempuan sempurna.

Mengetahui fakta bahwa Kevin memiliki hubungan dengan Sarah, membuat Fibi merasa tidak tahu diri karena telah menyukai Kevin. Bagaimana mungkin dia berharap Kevin menyukainya balik? Padahal dia tidak ada seujung kuku pun jika dibandingkan dengan Sarah.

“Fib, hei!”

Fibi tersadar dari lamunannya dan melihat Sarah sudah ada di depannya. Tanpa bicara apa-apa lagi, Fibi langsung kembali ke pekerjaannya. Sarah sudah selesai satu sesi pemotretan. Sekarang dia sudah berganti pakaian dan duduk tenang di depan meja rias.

“Kamu kalau lagi kerja usahakan jangan melamun, Fib. Harus fokus!” gumam Sarah karena sekarang Fibi tengah memoles bibirnya.

“Iya. Maaf ya, Mbak. Tadi agak meleng dikit,” jawab Fibi. Dia lalu kembali fokus pada wajah Sarah.

“Rika!” panggil Sarah pada asistennya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

“Iya, Mbak. Butuh sesuatu?” Rika, si asisten, menyimpan ponselnya lalu menghampiri Sarah. Bersamaan dengan itu, Fibi pun selesai merias Sarah.

“Kamu lagi apa?”

“Lagi ngatur buat jadwal, Mbak berikutnya. Tapi ini udah selesai kok. Mbak butuh sesuatu?”

Sarah berdiri dari duduknya, lalu menarik sebuah kursi di dekatnya dan kursi di depan meja rias. Dia memaksa Rika dan Fibi untuk duduk saling berhadapan.

“Nah, kalian bisa saling ngobrol. Biar Fibi nggak melamun lagi. Kamu temenin ya, Rik!” ucap Sarah sebelum kembali ke set pemotretan. Sedangkan Fibi dan Rika malah saling pandang kebingungan. Masalahnya, keduanya bahkan tidak saling mengenal. Jadi, bagaimana mereka akan mengobrol?

“Hai,” sapa Fibi dengan canggung.

“Mbak Sarah memang suka gitu. Dia nggak suka kalau ada orang yang nggak fokus pas kerja,” jelas Rika. Fibi pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Tenang aja, kamu nggak perlu ngajak ngobrol aku kalau nggak nyaman. Nanti aku tinggal geplak kalau kamu melamun,” ucap Rika lagi sebelum kembali sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Fibi, sebisa mungkin dia berusaha menjaga fokusnya.

Hari sudah gelap saat Fibi keluar dari lokasi pemotretan. Dia sudah menghubungi Edwin satu jam yang lalu, tapi cowok itu belum juga tampak. Dengan wajah kesal, Fibi kembali menghubungi Edwin. Namun kali ini, panggilannya tidak dijawab.

“Loh, kamu belum pulang, Fib?” sapa Sarah yang baru saja keluar bersama Kevin.

“Masih nunggu Edwin, Mbak,” jawab Fibi dengan topeng senyumnya. Jika boleh jujur, hati Fibi rasanya sakit melihat lengan Sarah melingkar di lengan Kevin.

“Mau bareng?” tawar Kevin. Fibi seketika menggeleng.

“Edwin udah deket kok, Mas. Kalian duluan aja nggak papa,” jawab Fibi. Entah hanya perasaannya saja atau tidak, dia melihat Sarah tersenyum lega mendengar jawaban Fibi.

“Yakin, Fib?” tanya Kevin lagi. Lagi-lagi, Fibi mengangguk mantap.

“Kita temenin nunggu aja gimana? Kamu ambil mobil dulu aja, Kev. Aku temenin Fibi di sini,” usul Sarah yang langsung dijawab anggukan oleh Kevin. Laki-laki itu pun pergi sendiri ke parkiran, meninggalkan Sarah dan Fibi berdua.

“Thanks ya, Fib,” ucap Sarah tiba-tiba. Fibi menatap Sarah sambil mengernyit bingung.

“Makasih udah nolak tawaran Kevin. Jujur aja, aku pencemburu berat,” ucap Sarah dengan diiringi tawa pelan. Fibi akhirnya mengerti kenapa Sarah tadi tampak menghela napas lega.

“Sebelumnya, aku selalu nebeng Mas Kevin kalau ada kerjaan bareng, Mbak. Aku belum tahu kalau Mas Kevin punya pacar. Sekarang karena aku udah tahu, aku bakal pulang pergi sendiri aja,” jawab Fibi. Lagi pula, dia pun tidak ingin semakin jatuh hati pada Kevin. Jadi, dia memilih untuk memberi jarak.

“Aku percaya sama kamu, Fib. Nggak papa kalau misal kepepet banget, kamu bisa bareng Kevin.” Sarah merangkul leher Fibi dan membawanya duduk di anak tangga.

“Next time, aku bakal ceritain kenapa aku jadi pencemburu. Terutama sama rekan kerjanya Kevin.”

Fibi hanya mengangguk sebagai jawaban. Tidak lama, Kevin pun datang dengan mobilnya.

“Edwin belum datang?” tanya Kevin begitu turun dari mobil.

“Bentar lagi kayaknya, Mas. Kalian duluan aja nggak papa. Paling lima menit lagi juga dia sampai,” jawab Fibi. Dia merasa tak enak jika Kevin dan Sarah harus menemaninya menunggu Edwin.

“Beneran nih?” tanya Sarah meyakinkan.

“Iya, Mbak.” Fibi menatap Sarah dengan tatapan meyakinkan.

“Nah itu, si Edwin udah datang, kan,” ucap Fibi lagi begitu melihat motor Edwin memasuki gerbang. Sarah pun mengangguk. Dia melambaikan tangan sebentar sebelum memasuki mobil Kevin. Diam-diam Fibi menghela napas lega.

Melihat mereka sebentar saja rasanya sudah sangat menyesakkan, apalagi harus bersama mereka di sepanjang perjalanan pulang. Untungnya pun, tadi selama bekerja mereka bersikap sangat profesional. Tidak ada sedikit pun kemesraan yang ditunjukkan. Jadi, setidaknya hati Fibi sedikit terselamatkan.

Motor Edwin berhenti di depannya tidak lama setelah mobil Kevin pergi.

“Mau mampir nggak?” tanya Edwin sambil memberi Fibi helm.

“Ke Kafe dulu, ya? Gue laper banget. Tante Anya pasti belum pulang,” ucap Fibi sambil naik ke motor Edwin.

“Bi,” panggil Edwin.

“Hm?”

“Lo masih inget Aliyah?” ucap Edwin yang seketika membuat Fibi terdiam.

“Dia di kafe sekarang.” Mendengar ucapan Edwin, Fibi seketika mengangguk paham.

“Oke. Nanti gue pesen online aja.”

Related chapters

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Masa Lalu

    Setelah mengantar Fibi pulang dengan selamat dan memastikan gadis itu tidak kelaparan, Edwin pun kembali ke kafe. Dia melihat Aliyah masih duduk di salah satu bangku kafe, menunggunya. Edwin menarik napas sebentar, lalu berjalan mendekat.“Sorry lama,” ucap Edwin sambil menarik kursi di depan Aliyah. Gadis itu tersenyum tipis sambil menyesap es coklatnya.“Fibi apa kabar? Udah lama aku nggak ketemu dia,” ucap Aliyah.Ya, mereka bertiga memang saling mengenal, sangat dekat pula. Aliyah adalah mantan Edwin. Keduanya memulai hubungan saat kelas dua SMA. Edwin pun mengenalkan Aliyah pada Fibi dan berakhir mereka menjadi teman baik.Aliyah adalah satu-satunya cewek Edwin yang bisa dekat dengan Fibi. Biasanya, pacar-pacar Edwin akan memberi sinyal permusuhan ketika mengenal Fibi, tapi Aliyah tidak. Gadis itu justru menyambut hangat Fibi.Hubungan mereka berjalan baik, sangat baik. Aliyah tak pernah mengeluhkan apa pun dalam hubungan mereka. Aliyah selalu pengertian dan sabar. Sikap Aliyah m

    Last Updated : 2025-01-16
  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Masa Lalu 2

    “Siap?” ucap Edwin begitu Aliyah duduk di motornya.“Kita jalan-jalan dulu, ya? Aku pengen ke warung sate biasanya, mau nggak?” ucap Aliyah.“Ini udah malam, orang tua kamu nggak nyariin?” Bukannya menolak, Edwin hanya tidak ingin Aliyah kena marah karena pulang terlalu malam.“Nggak pa-pa, aku udah izin pulang malam kok.”Mendengar ucapan Aliyah yang meyakinkan, Edwin pun mengangguk setuju. Sebenarnya, dia pun rindu pada Aliyah. Namun bagaimana lagi? Fibi sedang sangat kacau, sedangkan Tante Anya harus tetap bekerja. Edwin hanya takut, jika Fibi sendirian gadis itu akan melakukan hal yang berbahaya.“Pak, dua porsi sate kayak biasa ya!” pesan Edwin pada penjual sate. Keduanya memang sudah sangat sering sekali ke sana. Penjual satenya pun sudah tidak asing dengan mereka.“Tumben lama nggak ke sini, Mas. Tak kirain udah nemu tukang sate lain,” ucap penjual sate itu yang membuat Edwin tertawa.“Lagi ada urusan sih, pak. Lagian, nggak ada yang bisa ngalahin sate buatan bapak kok.” Keduan

    Last Updated : 2025-01-16
  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Petuah Fibi

    Sudah satu jam, dan Edwin masih setia menatap langit-langit kamarnya. Setelah pulang dari kafe tadi, Edwin langsung membersihkan tubuhnya lalu merebahkan dirinya di kasur. Pikirannya tak diam, bahkan saat dia dalam perjalanan pulang tadi. Percakapan singkat dengan Aliyah berhasil membuat Edwin kembali menanyakan pertanyaan yang sudah dari lama dia kubur, “Apa benar aku menyukai Fibi?” Nyatanya, Edwin sama sekali tak bisa menyangkal setiap hipotesa yang diucapkan Aliyah. Bahkan saat Aliyah memintanya membayangkan pernikahan Fibi dengan orang lain, hatinya jadi sakit. Namun, apa itu cukup untuk menjadi bukti kalau Edwin menyukai Fibi? Mungkin saja dia hanya sakit hati karena ditinggal nikah oleh sahabat baiknya, kan? Edwin sering lihat, banyak yang seperti itu. Sedih bukan karena suka, tapi karena ditinggalkan. “Kalau nggak suka ngapain sedih pas ditinggal?” gumam Edwin tanpa sadar. Dia seketika bangun dan mengacak rambutnya frustrasi. Tidak mungkin dia benar menyukai Fibi, kan? Di s

    Last Updated : 2025-02-21
  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Crush

    “Terima kasih tumpangannya, Mas,” ucap Fibi setelah selesai mengemasi barangnya di bagasi mobil. Pria di dalam mobil, Kevin, adalah rekan kerjanya. Keduanya bekerja di sebuah agensi jasa make up artist, fotografer, dan model yang bisa disewa satu paket ataupun secara terpisah. Kali ini, sebuah brand meminta tiga MUA dan satu fotografer untuk pemotretan produk baru mereka.“Hati-hati di jalan, Mas.” Fibi melambaikan tangan, mengiringi mobil Kevin yang semakin menjauh, lalu menghilang di tengah keramaian jalan raya. Dia tersenyum lebar sambil memegang dadanya yang dari tadi berdetak tak karuan.“Udah ilang itu mobilnya, Neng. Masih aja dilihatin!” ucap seseorang dari dalam rumahnya. Tanpa menoleh, Fibi sudah sangat tahu siapa orangnya, dia sudah sangat hapal dengan suara itu. Siapa lagi kalau bukan sahabat baiknya, Edwin Kalandra. Satu-satunya orang, selain tantenya, yang bisa masuk ke rumah Fibi dengan leluasa.“Iri ya? Yang habis dicuekin crush-nya!” ucap Fibi sambil menjulurkan lidah

    Last Updated : 2025-01-16
  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Patah Hati

    Fibi gelagapan. Sedangkan Kevin justru memamerkan senyum manis, seakan menggoda Fibi yang kini tengah kebingungan mencari jawaban.“Saya cuman bercanda. Saya ngerti maksud kamu kok,” ucap Kevin dengan tertawa pelan, membuat Fibi akhirnya menghela nafas lega.“Kamu lucu kalau panik.”Blush.Wajah Fibi seketika merona. Gila, ini benar gila. Baru dipuji sedikit oleh Kevin saja dia sudah memerah seperti tomat. Apalagi jika suatu hari dia benar-benar bisa mendapatkan laki-laki itu? Fibi sepertinya sangat tergila-gila pada Kevin.“Permisi, mau antar pesanan. Satu Spaghetti Carbonara, satu Mac and Cheese, satu Ice Americano, dan satu Matcha Latte less sugar,” ucap Dhea sambil menata makanan di meja.“Pesanan sudah lengkap ya? Jika ada yang perlu dibantu lagi bisa pencet tombol ini. Saya permisi, selamat menikmati,” ucap Dhea lagi sambil menyerahkan sebuah tombol yang bertuliskan ‘Dhea’.Fibi dan Kevin mulai sibuk dengan makanan masing-masing. Sejenak, keduanya hening.“Kamu udah lama temenan

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Petuah Fibi

    Sudah satu jam, dan Edwin masih setia menatap langit-langit kamarnya. Setelah pulang dari kafe tadi, Edwin langsung membersihkan tubuhnya lalu merebahkan dirinya di kasur. Pikirannya tak diam, bahkan saat dia dalam perjalanan pulang tadi. Percakapan singkat dengan Aliyah berhasil membuat Edwin kembali menanyakan pertanyaan yang sudah dari lama dia kubur, “Apa benar aku menyukai Fibi?” Nyatanya, Edwin sama sekali tak bisa menyangkal setiap hipotesa yang diucapkan Aliyah. Bahkan saat Aliyah memintanya membayangkan pernikahan Fibi dengan orang lain, hatinya jadi sakit. Namun, apa itu cukup untuk menjadi bukti kalau Edwin menyukai Fibi? Mungkin saja dia hanya sakit hati karena ditinggal nikah oleh sahabat baiknya, kan? Edwin sering lihat, banyak yang seperti itu. Sedih bukan karena suka, tapi karena ditinggalkan. “Kalau nggak suka ngapain sedih pas ditinggal?” gumam Edwin tanpa sadar. Dia seketika bangun dan mengacak rambutnya frustrasi. Tidak mungkin dia benar menyukai Fibi, kan? Di s

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Masa Lalu 2

    “Siap?” ucap Edwin begitu Aliyah duduk di motornya.“Kita jalan-jalan dulu, ya? Aku pengen ke warung sate biasanya, mau nggak?” ucap Aliyah.“Ini udah malam, orang tua kamu nggak nyariin?” Bukannya menolak, Edwin hanya tidak ingin Aliyah kena marah karena pulang terlalu malam.“Nggak pa-pa, aku udah izin pulang malam kok.”Mendengar ucapan Aliyah yang meyakinkan, Edwin pun mengangguk setuju. Sebenarnya, dia pun rindu pada Aliyah. Namun bagaimana lagi? Fibi sedang sangat kacau, sedangkan Tante Anya harus tetap bekerja. Edwin hanya takut, jika Fibi sendirian gadis itu akan melakukan hal yang berbahaya.“Pak, dua porsi sate kayak biasa ya!” pesan Edwin pada penjual sate. Keduanya memang sudah sangat sering sekali ke sana. Penjual satenya pun sudah tidak asing dengan mereka.“Tumben lama nggak ke sini, Mas. Tak kirain udah nemu tukang sate lain,” ucap penjual sate itu yang membuat Edwin tertawa.“Lagi ada urusan sih, pak. Lagian, nggak ada yang bisa ngalahin sate buatan bapak kok.” Keduan

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Masa Lalu

    Setelah mengantar Fibi pulang dengan selamat dan memastikan gadis itu tidak kelaparan, Edwin pun kembali ke kafe. Dia melihat Aliyah masih duduk di salah satu bangku kafe, menunggunya. Edwin menarik napas sebentar, lalu berjalan mendekat.“Sorry lama,” ucap Edwin sambil menarik kursi di depan Aliyah. Gadis itu tersenyum tipis sambil menyesap es coklatnya.“Fibi apa kabar? Udah lama aku nggak ketemu dia,” ucap Aliyah.Ya, mereka bertiga memang saling mengenal, sangat dekat pula. Aliyah adalah mantan Edwin. Keduanya memulai hubungan saat kelas dua SMA. Edwin pun mengenalkan Aliyah pada Fibi dan berakhir mereka menjadi teman baik.Aliyah adalah satu-satunya cewek Edwin yang bisa dekat dengan Fibi. Biasanya, pacar-pacar Edwin akan memberi sinyal permusuhan ketika mengenal Fibi, tapi Aliyah tidak. Gadis itu justru menyambut hangat Fibi.Hubungan mereka berjalan baik, sangat baik. Aliyah tak pernah mengeluhkan apa pun dalam hubungan mereka. Aliyah selalu pengertian dan sabar. Sikap Aliyah m

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Partner

    Fibi menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah ke lokasi pemotretan hari ini. Benar, hari ini adalah jadwal pemotretan bersama Sarah dan Kevin. Jika biasanya dia berangkat dan pulang dengan Kevin, kali ini tentu berbeda. Kevin jelas bersama Sarah.“Selamat pagi,” sapa Fibi begitu masuk ke dalam ruangan. Tampak beberapa staff tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Fibi pun segera ke meja rias, menyiapkan semua peralatan rias yang dibutuhkan.“Fibi!” sapa Sarah yang baru datang sambil menggandeng Kevin. Tampaknya mereka datang lebih dulu, terlihat dari Sarah yang sudah siap dengan baju pemotretannya.“Aku bantu siapin set pemotretan dulu ya.” Kevin mengecup kening Sarah sebelum bergabung dengan staff lain.“Ayo duduk, Mbak. Kita mulai riasnya,” ucap Fibi. Dengan senang hati, Sarah pun duduk di depan meja rias.“Tantemu kemarin ada perlu apa? Sayang banget loh kamu pulang. Padahal aku baru datang,” ucap Sarah saat Fibi mulai fokus memoles wajahnya.“Bukan apa-apa, Mbak. Cuman ada

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Patah Hati

    Fibi gelagapan. Sedangkan Kevin justru memamerkan senyum manis, seakan menggoda Fibi yang kini tengah kebingungan mencari jawaban.“Saya cuman bercanda. Saya ngerti maksud kamu kok,” ucap Kevin dengan tertawa pelan, membuat Fibi akhirnya menghela nafas lega.“Kamu lucu kalau panik.”Blush.Wajah Fibi seketika merona. Gila, ini benar gila. Baru dipuji sedikit oleh Kevin saja dia sudah memerah seperti tomat. Apalagi jika suatu hari dia benar-benar bisa mendapatkan laki-laki itu? Fibi sepertinya sangat tergila-gila pada Kevin.“Permisi, mau antar pesanan. Satu Spaghetti Carbonara, satu Mac and Cheese, satu Ice Americano, dan satu Matcha Latte less sugar,” ucap Dhea sambil menata makanan di meja.“Pesanan sudah lengkap ya? Jika ada yang perlu dibantu lagi bisa pencet tombol ini. Saya permisi, selamat menikmati,” ucap Dhea lagi sambil menyerahkan sebuah tombol yang bertuliskan ‘Dhea’.Fibi dan Kevin mulai sibuk dengan makanan masing-masing. Sejenak, keduanya hening.“Kamu udah lama temenan

  • Sahabat, Tapi Jatuh Cinta   Crush

    “Terima kasih tumpangannya, Mas,” ucap Fibi setelah selesai mengemasi barangnya di bagasi mobil. Pria di dalam mobil, Kevin, adalah rekan kerjanya. Keduanya bekerja di sebuah agensi jasa make up artist, fotografer, dan model yang bisa disewa satu paket ataupun secara terpisah. Kali ini, sebuah brand meminta tiga MUA dan satu fotografer untuk pemotretan produk baru mereka.“Hati-hati di jalan, Mas.” Fibi melambaikan tangan, mengiringi mobil Kevin yang semakin menjauh, lalu menghilang di tengah keramaian jalan raya. Dia tersenyum lebar sambil memegang dadanya yang dari tadi berdetak tak karuan.“Udah ilang itu mobilnya, Neng. Masih aja dilihatin!” ucap seseorang dari dalam rumahnya. Tanpa menoleh, Fibi sudah sangat tahu siapa orangnya, dia sudah sangat hapal dengan suara itu. Siapa lagi kalau bukan sahabat baiknya, Edwin Kalandra. Satu-satunya orang, selain tantenya, yang bisa masuk ke rumah Fibi dengan leluasa.“Iri ya? Yang habis dicuekin crush-nya!” ucap Fibi sambil menjulurkan lidah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status