Home / Pernikahan / Saat Istri Tak Lagi Cantik / 13. Bertemu Si Cantik

Share

13. Bertemu Si Cantik

Author: Wella Andriana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mendapat sambutan tak menyenangkan dari Ibu, Dista langsung menatapku tak suka.

Segera kutarik tangan Ibu menjauh dari Dista. Sedangkan Dista dengan tak peduli melenggang masuk ke rumah.

"Apa-apaan sih kamu, Damar! Tarik-tarik Ibu," gerutu Ibu menyentak tanganku kasar.

"Bu, aku minta tolong sekali. Tolong jangan kasar-kasar lagi sama Dista. Aku cuma gak mau Ibu jadi bahan gunjingan tetangga lagi." Aku berkata pada Ibu dengan penuh permohonan.

"Astaga, Damar ... Jadi, karena itu kamu jemput dia?"

"Iya, Bu. Aku cuma gak mau Ibu sedih karena jadi bahan gosip," jawabku tanpa daya.

"Damar, Damar ... Kenapa sih, kamu gak pilih keputusan Ibu? Asal kamu tahu, Ibu lebih bahagia jika kamu sama Rasti."

Aku benar-benar nelangsa mendengar pernyataan Ibu. Ya, Ibu bahagia jika Rasti yang jadi menantunya, tapi bagaimana dengan aku? Apa aku harus mengorbankan perasaanku sendiri demi Ibu.

"Ah, sudahlah! Kamu memang gak ngerti Ibu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   14. Permintaan Ibu

    Mulutku ternganga menatap wanita cantik yang berdiri di hadapanku. Sangking terkejutnya, ponsel yang sedang kupegang jatuh begitu saja di atas sofa.Di hadapanku berdiri sosok wanita yang begitu cantik dan anggun. Tadinya kukira Bella di dunia nyata sama dengan Bella di dunia maya, yang selalu berpakaian sek*si dan seronok serta selalu memberi gaya yang menggoda. Tapi begitu bertemu langsung, imagenya benar-benar berbeda. Bahkan ia seperti bukan wanita penghibur dengan setelan celana jins panjang, juga baju putih panjang yang begitu lekat membalut tubuhnya, memperlihatkan betapa aduhai lekuk tubuh Bella."Mas ...." Bella melambaikan tangannya di depan wajahku, karena aku hanya mampu ternganga di depan sosoknya. Syukur air liurku tak ikut menetes."Eh, maaf, Bell." Aku buru-buru menguasai keadaan dan beralih tersenyum menatapnya."Sampai ternganga gitu sih, Mas, liatnya," ujar Bella dengan senyum menggoda."Habisnya kamu cantik b

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   15. Rahasia Diana

    Aku masuk ke rumah pasca kepergian Ibu. Kutarik koper yang tergeletak begitu saja di depan pintu, terlihat pintu kamar pun masih tertutup rapat.Aku mendengus kesal karena merasa diabaikan oleh Dista. Ah, andai Bella yang jadi istriku, pasti saat ini ia sudah menyambutku dengan tingkah manisnya."Itaa! Buka pintunya! Aku mau masuk," teriakku seraya mengetuk pintu kamar kami.Tak berapa lama pintu pun terbuka. Terlihat mata Dista sembab seperti habis menangis. Dasar cengeng! Baru ribut dengan Ibu begitu saja sudah nangis."Kamu udah masak? Aku lapar!" Tanyaku dengan ketus karena Dista sama sekali tak ada inisiatif menawarkan makan padaku, membuat aku makin kesal saja."Sudah."Astaga ... Datar sekali ia menjawab pertanyaanku. Tak ada niatannya sama sekali menyiapkan makanku. Benar-benar Dista ini makin hari makin banyak minusnya.Kuletakkan koper di sudut kamar dengan kasar. Lalu bergegas berganti baju.

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   Part 16. Struk Belanja

    Aku hanya bisa mematung di ambang pintu melihat tatapan Dista yang setajam silet itu. Ia lalu berdiri dan berjalan menghampiriku."Apa ini, Mas?" Tanya Dista seraya mengulurkan kertas yang berada di tangannya itu.Dengan hati yang diliputi kebingungan, kuraih kertas tersebut. Begitu kertas tersebut berada dalam genggamanku, mataku langsung membulat sempurna."Ka--kamu dapat dari mana ini?" Tanyaku begitu gugup melihat kertas yang ternyata adalah struk belanjaanku kemarin bersama Bella. Yang lebih parahnya lagi, barang-barang yang dibeli itu kebanyakan barang wanita."Dari dalam saku kemeja kamu," jawab Dista dengan nada dingin."Aku juga gak tau itu punya siapa," ucapku pura-pura bingung."Struk ini ada dalam saku kemeja kamu, Mas! Masa kamu gak tau ini punya siapa?" Tandas Dista membuat aku semakin gugup, namun aku tak hilang akal untuk memberi alasan pada Dista."Kemarin pakaianku dipinjam teman. Mungkin struk itu milik dia. Lagi pula, kamu mikirlah, tak mungkin aku menghabiskan ua

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   Part 17. Bersitegang Antar Keluarga

    Sedikit tergesa aku mengendarai mobil menuju rumah sakit. Sedangkan Bella yang duduk di kursi sampingku terus merintih dengan mata tertutup."Sabar ya, Sayang," ujarku kalut karena melihat gerimis mulai turun, ditambah jalanan yang macet memperhambat laju kendaraanku.Setelah menghabiskan waktu lama di jalan, akhirnya kami pun sampai di rumah sakit. Rumah sakit ini searah menuju rumahku, sangat mungkin jika ada orang yang kukenal memergoki kami.Tapi kini aku tak peduli, yang terpenting sekarang adalah kesehatan Bella. Lagi pula hanya ini satu-satunya rumah sakit terdekat.Setelah memarkirkan kendaraan, aku menggendong Bella turun dari mobil, dan berlari menuju IGD. Para perawat dan dokter di sana juga cepat tanggap, mereka langsung membantuku membaringkan Bella di atas brankar.Untuk sesaat rasa was-wasku berkurang karena Bella sudah ditangani oleh ahlinya.Namun, siapa sangka ternyata masalah berikutnya menantiku.Darahku terkesiap saat melihat di ujung ruang IGD, sosok yang sangat

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   Part 18. Pertemuan Ibu Dan Bella

    Braak!Ibu Dista menggebrak meja yang berada di depannya dengan sangat keras. Bahkan aku hampir terlonjak sangking kagetnya."Tak usah sesumbar, Bu! Percuma tampilanmu cantik kalau pada akhirnya tetap ditinggalkan oleh suamimu juga!"Emosiku ikut tersulut mendengar Ibu Dista mengungkit-ungkit soal perceraian Ayah dan Ibu. Wajah Ibu pun terlihat berubah suram setelah itu."Cukup, Bu! Cukup! Tolong jangan ungkit soal rumah tangga orang tuaku. Ini masalah antara aku dan Dista, tolong jangan merembet kemana-mana!" Aku mulai angkat bicara, tak terima jika Ibu sedih dibuat manusia-manusia ini."Ibu kamu duluan yang mulai ya, Mas!" Dista ikut menyahut dengan nada tak bersahabat."Sudah, sudah! Kenapa malah jadi ribut sendiri! Kita di sini mau membahas soal rumah tangga kalian, jadi tolong jangan ada yang memancing-mancing masalah lain."Kami langsung diam begitu Ayah Dista kembali angkat suara. Tapi tetap saja dari nada suaranya, bisa ditebak dia masih menyalahkan Ibuku."Jadi sekarang kamu

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   Part 19. Kembali Ke Lembah Hitam

    Sesuai keputusan akhir, perceraianku dan Dista pun diproses. Aku tak bisa berbuat banyak, karena pihak keluarga Dista dan Ibu begitu kukuh agar kami bercerai.Namun, hal yang paling membuat aku galau adalah Bella. Bella tak lagi mau, menerima telepon dan membalas pesanku. Ia sepertinya benar-benar sakit hati dengan perkataan Ibu waktu itu.Hari ini aku berencana ke rumah Bella setelah pulang kerja. Sebab, rinduku sudah sangat memuncak padanya."Kusut amat lu beberapa hari ini, Mar?" Hardi mendekatiku saat makan siang di kantin seperti biasa. Lama-lama ia sudah cocok jadi peramal, karena selalu menebak perasaanku dengan benar."Alah, biasalah.""Dista lagi?" Tanyanya."Iya."Aku sengaja berbohong pada Hardi. Tak mungkin aku harus cerita bahwa aku galau karena Bella.Apalagi aku memang masih merahasiakan soal perceraianku dengan Dista pada orang-orang. Lagi pula untuk apa aku membuka-buka hal seperti itu ke muka umum?"Ikut gue lagi gimana nanti sore?" Tawar Hardi sembari menempel-nempe

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   Part 20. Ibu Yang Hampir Gila

    Setelah menempuh perjalanan yang terasa panjang, aku pun sampai di rumah Ibu. Terlihat di halaman sudah terparkir motor Mas Danis. Dengan terburu aku langsung masuk ke dalam.Tak ada siapapun di ruang tamu, pasti mereka ada di kamar Ibu.Gegas aku menuju kamar Ibu. Dan benar saja, semua sudah berkumpul di sana."Bu, Ibu kenapa? Kok tiba-tiba sakit gini? Bukannya tadi pagi masih baik-baik saja?" Tanyaku begitu duduk di sisi pembaringan Ibu."Ibu tadi pagi jatuh di kamar mandi. Tadi sudah ada dokter yang kemari. Katanya tensi Ibu naik, Ibu punya riwayat darah tinggi," sahut Mas Danis dengan nada datar.Aku sedikit terkejut mendengar penuturan Mas Danis. Sebab yang kami tahu, Ibu tak pernah punya penyakit apapun. Kenapa tiba-tiba sekarang jadi darah tinggi?"Ibu lagi banyak pikiran ya, Bu? Ibu mikirin apa?" Tanyaku lembut seraya menggenggam tangan Ibu.Terdengar Mas Danis mendengus kasar mendengar pertanyaanku."Kamu gak sadar diri, Damar? Ibu itu mikirin kamu terus beberapa hari ini!" T

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   Part 21. Bertemu Sang Mantan

    "Gak lucu, Mas," sahut Bella dengan tersenyum miring. Mungkin ia pikir aku cuma bercanda, padahal ...."Aku serius, Bell," ucapku menatap wajah Bella dengan bersungguh-sungguh.Bella terlihat mulai percaya. Ia menatapku lekat dengan pandangan yang sulit untuk diartikan."Dengan siapa?" Tanyanya terdengar begitu lirih.Kuhirup udara sebanyak-banyaknya sebelum menjawab pertanyaan Bella. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa dadaku begitu sesak."Dengan wanita pilihan Ibu."Praaang!!Bella langsung membanting vas bunga yang berada di meja begitu mendengar jawabanku. Ia bahkan langsung berdiri dari duduknya dengan menatapku nanar. Terlihat air mata sudah menumpuk di sudut-sudut matanya."Ibu lagi, Ibu lagi! Kenapa sih, Mas, hidup kamu harus terus diatur oleh Ibu?" Protes Bella sembari terisak.Aku ikut bangkit, dan merengkuh Bella dalam pelukan agar ia sedikit tenang. Baru kali ini aku melihat Bella mengamuk begitu. Namun, wajar saja ... Mungkin ia begitu kecewa dengan keputusan yang kuambil.

Latest chapter

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   77. Akhir dari Segalanya

    Hari beranjak malam, tapi sama sekali belum ada kabar apapun dari Mas Rasyid. Entah kenapa hatiku terus tak tenang walau kini sudah berada di ruangan tempat aku tinggal dengan Mita selama ini.Aku terhenyak, lamunanku buyar saat dari televisi tabung kecil yang memang disediakan oleh bos kami di kamar ini, menampilkan sebuah berita penganiyaan seorang ART oleh majikannya.Yang membuat aku terkejut pasalnya alamat yang disebutkan adalah alamat rumah Mas Damar. Walau wajah sang pelaku tak terlihat karena ditutupi, tapi aku bisa dengan mudah mengenali jika itu adalah Mas Damar.Belum tuntas aku menonton berita tersebut, pintu ruangan kami terdengar digedor dari luar. Aku langsung bangkit untuk membukanya, karena Mita sedang berada di kamar mandi.Aku terkejut saat melihat Mas Rasyid yang berada di sana bersama seorang temannya yang kutebak adalah polisi juga."Ras, mari ikut kami ke kantor," ajak Mas Rasyid yang menjawab semua keraguanku sedari tadi."Jadi benar kalau yang dianiaya itu ad

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   76. Kabur

    POV RastiSudah berhari-hari aku terkurung di kamar bekas Mas Danis. Akses untuk keluar sama sekali tak ada, karena pintu terkunci dari luar. Hanya waktu makan dan waktu-waktu tertentu saja pintu akan terbuka, baik itu dibuka oleh Mas Damar atau Mbok Darti yang baru kutahu adalah ART di rumah ini.Kurasa Mas Damar kini sudah tak waras. Awal berjumpa dengannya dan dia meminta rujuk denganku aku tak begitu kaget. Karena aku tahu tentang video viral Bella yang ternyata seorang pelakor itu.Walau Mas Damar membujukku bahkan berjanji akan menerimaku apa adanya, aku tak akan luluh begitu saja. Karena aku paham betul bagaimana sifat Mas Damar sejak dulu.Mas Damar meminta rujuk denganku semata-mata bukan karena ia cinta, tapi aku tahu ia melakukan itu hanya demi harga dirinya. Sejak dulu ia kan selalu menjaga image di depan orang, dan selalu ingin dipuji-puji. Jadi pasti ia kini tengah malu karena gagal berumah tangga sebanyak tiga kali. Mungkin itu sebabnya ia jadi tak waras hingga menguru

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   75. Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba

    Kembali ke POV Damar ya.Dengan berat hati aku akhirnya berangkat juga ke rumah Dista untuk ikut meramaikan hari jadi anak semata wayangku itu.Kalau bukan karena Rafis, tentu aku tak akan datang. Entahlah bagaimana reaksi Dista nanti saat mengetahui bahwa aku tak lagi bersama dengan Bella.Selang beberapa saat, aku pun sampai di depan sebuah rumah megah. Masih bertahan di dalam mobil, berulang kali aku mengecek, apa benar ini alamat rumah Dista yang benar? Tapi pertanyaanku terjawab saat melihat Hilman ada di antara kerumunan tamu yang mulai datang. Ternyata memang benar ini adalah rumah Dista dan Hilman. Betapa beruntungnya mantan istriku itu, lepas dariku malah mendapat seorang sultan.Setelah menepikan mobil di luar pagar aku pun masuk ke halaman rumah tersebut yang sudah disulap dengan berbagai macam dekorasi ulang tahun khas anak-anak."Hilman ...." Aku menyapa Hilman yang masih sibuk dengan tamu-tamunya yang lain. Lalu menyalaminya sekedar basa-basi."Eh udah datang, Mar?" Bal

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   74. Hilang Kembali

    POV RasyidAku termangu menatap wajah mulus bak pualam itu. Matanya rapat terpejam terlihat damai setelah beberapa hari mengalami hal-hal yang aneh.Aku tersentak saat tiba-tiba bahuku ditepuk oleh seseorang dari belakang."Jaga pandangan, belum mahram."Aku tersenyum kikuk saat mengetahui Ustadz Faisal lah yang menepuk bahuku.Segera kututup pintu kamar Rasti yang tadi sempat kubuka sedikit untuk melihatnya."Apa ia sudah tak apa, Tadz?" Tanyaku khawatir."Insya Allah ia sudah tak apa. Kami akan berusaha merutinkan ruqyah agar pengaruh pelet dari tubuhnya cepat hilang."Hatiku sedikit tenang mendengar ucapan Ustadz Faisal.Masih teringat jelas dalam benakku kejadian beberapa hari yang lalu.Mita teman kerja sekaligus teman sekamar Rasti menelpon ke nomorku malam-malam. Ia memang tahu bagaimana selama ini aku berusaha berjuang mendapatkan hati Rasti dan berniat mempersuntingnya. Namun entah kenapa Rasti seolah selalu menjaga jarak jika aku membahas soal perasaanku padanya.Mita mengab

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   73. Kemana Rasti?

    "Maaf, aku gak bisa!" Sahut Rasti acuh tanpa memikirkan perasaanku."Dan aku minta secepatnya kamu urus perceraian kita. Karena aku sudah punya pengganti kamu. Jadi jangan berharap banyak!" Lanjut Rasti lagi mengejutkanku."Kamu sudah punya pengganti aku? Secepat itu?" Balasku tak percaya. Bisa jadi itu hanya kebohongan yang dibuat Rasti agar aku menjauh darinya.Belum sempat aku menjawab, bersamaan dengan itu terdengar seseorang dari pintu masuk memanggil nama Rasti begitu akrab."Tumben cepat datangnya, Mas?" Tanya Rasti sembari tersenyum manis pada lelaki yang kini sudah berada di belakangku."Iya. Mas sudah selesai tugas, jadi langsung kemari."Aku terhenyak demi mendengar suara lelaki tersebut. Kenapa suaranya begitu familiar? Refleks aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa lelaki yang kini tengah berbincang hangat dengan Rasti."Rasyid?" Mataku membulat sempurna saat melihat Rasyid teman sekolahku dulu lah yang sedang berbincang dengan Rasti."Damar?" Ia pun sama terkejutny

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   72. Ingin Rujuk

    Aku menutup panggilan dari Mbok Darti setelah berjanji akan segera pulang. Kebetulan sebentar lagi jam pulang kantor akan tiba.Bukannya sedih mendengar kabar dari Mbok Darti tersebut, aku malah bersorak-sorai dalam hati. Ternyata tanpa aku perlu repot-repot, Bella sudah terkena karmanya sendiri.Dengan bersiul riang aku keluar dari kantor hendak pulang ke rumah. Namun di depan sana terlihat Hardi berjalan tergesa ke arahku."Kenapa lu? Kok macam habis ketemu setan gitu?" Tanyaku pada Hardi setelah jarak kami dekat."Liat nih, Mar! Liat!" Tanpa menyahut pertanyaanku Hardi langsung menunjukkan ponselnya.Di sana terpampang sebuah video live yang terlihat ramai penonton. Mataku membelalak saat sadar tempat yang ada di dalam video tersebut adalah rumahku.Terlihat seorang wanita paruh baya mengamuk pada seorang wanita yang seperti Bella. Bukan, itu memang Bella!Namun syukurnya polisi yang ada di sana langsung melerai sebelum wanita itu semakin brutal.Saat melihat komen-komennya, rata-r

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   71. Dilabrak Istri Orang

    Serasa ada petir yang menyambar di atas kepalaku mendengar kabar dari Mbok Darti tersebut. Tanpa sadar ponsel pun terjatuh begitu saja seiring dengan air mataku yang turut terjatuh pula.'Baru beberapa hari yang lalu Mas Danis pergi, kenapa sekarang Ibu ikut menyusulnya, Bu?' Aku merintih dalam hati.Tanganku mengepal sesaat teringat pada si penyebab semua ini. Ini semua karena Bella! Gara-gara Bella aku jadi berpisah dengan Ibu untuk selamanya.Aku yang makin tergugu mengundang perhatian para karyawan lain yang berada di divisiku. Mereka terlihat saling pandang satu sama lain, tapi ragu untuk mendekat. Karena memang selama ini aku tak begitu dekat dengan mereka. Hanya Hardi sajalah satu-satunya temanku di sini.Tanpa menghiraukan tatapan penuh tanda tanya mereka, aku langsung bangkit dari kursi berniat pulang. Bahkan sangking kalutnya aku tak ingat untuk izin pada atasan. Hingga di tengah jalan, barulah aku ingat dan cepat-cepat menghubungi Pak Jaya.Usai menelpon dan mendapat izin

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   70. Kepergian Ibu

    Aku yang sedang tidur terbangun begitu mendengar suara pintu ruang rawat Ibu terbuka. Sembari memegang kepala yang pusing karena kurang tidur, aku menoleh ke arah pintu.Terlihat sudah ada Bella di sana, berdiri dengan senyum manis tanpa dosa seraya menenteng kotak bekal makan."Mas, kamu kok gak ngabarin aku kalau Ibu masuk rumah sakit?" Ucap Bella dengan sedikit memanyunkan bibirnya sok manis.Jika dulu aku selalu suka sikapnya yang seperti itu, berbeda pula dengan sekarang saat aku sudah tahu semua kedoknya.Tanpa menggubris perkataannya, aku kembali memejamkan mata."Kamu pasti capek sekali ya, Mas? Tapi sarapan dulu ya, baru tidur. Nanti kalau telat makan malah kamu yang jadi sakit." Terdengar lagi ia bersuara membujukku."Memangnya ada jaminan kalau makanan itu aman tak ada racunnya?" Balasku masih enggan membuka mata. Entah bagaimana ekspresi wajahnya saat mendengar perkataanku ini, aku tak lagi peduli."Maksud kamu apa sih, Mas? Racun apa? Jangan bercanda deh."Aku langsung me

  • Saat Istri Tak Lagi Cantik   69. Tak Lagi Punya Rahim?

    Aku terkesiap mendengar perkataan lelaki itu. Jangan-jangan Bella yang ditelponnya saat ini adalah Bella istriku. Tak mungkin semua hal yang saling berkaitan ini hanyalah kebetulan.Diam-diam aku mengikuti langkah lelaki itu. Dan lagi-lagi aku dibuat terkejut saat melihatnya masuk ke ruang poli neurologi. Namun detik selanjutnya, ia kembali keluar.Aku yang masih mengintainya, pura-pura duduk di bangku tunggu sembari bermain ponsel. Terlihat ia kembali menelpon seseorang."Aku belum bisa membuat buktinya sekarang. Jam praktek dokter belum habis. Kemungkinan sore baru aku bisa memberimu bukti itu."Mendengar kata-kata lelaki itu, tanganku tanpa sadar mengepal menahan geram."Ya pandai-pandai kamu lah, bagaimana ngasih alasan ke suamimu. Tapi kan tadi kamu sudah kirim foto ruang poli neurologi, masa dia masih gak percaya?"Entah apalah yang dikatakan orang di seberang sana. Yang jelas pasti ia tak terima jika bukti itu bisa didapatkan sore hari. Pasti ia takut aku pulang dan bertanya m

DMCA.com Protection Status