Share

Bab 5

Author: Tha Kusuma
last update Last Updated: 2021-08-27 14:48:26

Bagas menatap Adam dengan seksama, mencoba menerka, sebenarnya apa yang ingin disampaikan Adam, sehingga membuatnya harus ragu dan menunggu waktu yang tepat, Semakin memikirkan apa dan kenapa, Bagas tak menemukan jawabannya, sehingga Bagas menanyakan langsung karena rasa penasarannya, dan karena menyangkut dirinya juga.

"Sebenarnya ada apa,om? mengapa harus menunggu waktu yang tepat, kalau boleh tahu memang soal apa?"

Adam mengeluarkan sebuah surat dari dalam saku jasnya, selama ini selalu Adam bawa kemanapun, karena Adam tidak pernah tau kapan waktu yang tepat untuk menyerahkannya kepada Bagas, seperti saat ini, kebetulan yang memang tidak direncana, tiba - tiba Bagas mengajaknya keluar dan melihat Bagas juga sudah lebih baik dari hari - hari sebelumnya.

Adam menyerahkan surat tersebut kepada Bagas.

"Ini surat apa om," tanya Bagas.

"Tuan muda, Sebelum Nenek Sasmita meninggal, saya sempat mengobrol dengan beliau, beliau meminta saya untuk menjaga tuan muda dan selalu mendampingi tuan muda, lalu beliau meminta saya mengambil surat ini dari laci meja riasnya, dan menyerahkannya kepada tuan, Maaf sebelumnya tuan, karena saya baru sekarang menceritakannya dan menyerahkannya kepada tuan, karena saya baru ada kesempatan sekarang, memang awalnya saya akan menyerahkan langsung, tapi melihat kondisi tuan muda kemarin membuat saya mengurungkan niat saya, semoga tuan muda tidak marah."

"Kenapa saya harus marah, om Adam tidak salah, saya mengerti kondisi sebagai om Adam yang memang serba salah karena kondisi saya kemarin."

"Terimakasih, Tuan, untuk kemurahan hati tuan."

Bagas membalas dengan tersenyum dan memasukan surat tersebut kedalam saku celananya, rencananya akan dia baca nanti dirumah, karena Bagas ingin membacanya sendiri tanpa ada siapapun, karena pasti Bagas tidak akan mampu membendung airmatanya, tidak mungkin dia menangis didepan bnyak orang.

Bagas kembali mengobrol dengan Adam, untuk urusan pekerjaan yang memang selama seminggu ini Bagas tidak tahu bagaimana perkembangannya, terutama hotel arimbi yang belum lama diresmikannya.

Tak terasa waktu sudah hampir tengah malam, akhirnya Bagas mengajak Adam untuk kembali pulang, Bagas merasa lebih fresh dibanding hari - hari sebelumnya, ditambah Bagas merasa senang menerima surat dari neneknya, ternyata dalam kondisi seperti apapun neneknya selalu mengingatnya.

Waktu menunjukan pukul satu malam, Bagas dan Adam sudah berada didalam rumah.

"Om jangan lupa besok bicarakan lagi dengan keluarga om, soal tawaran saya, sekarang saya mau istirahat dulu."

"Baik, Tuan."

Bagas menuju kamarnya begitupun dengan Adam, mereka melepaskan rasa ngantuk dalam peraduannya masing - masing.

Keesokan harinya, Adam sudah terbangun pagi - pagi, rencananya akan pulang kerumah dulu sebentar untuk menyampaikan tawaran Bagas kepada isteri dan anak - anaknya, setelah itu baru pergi kekantor.

Usaha ivander bukan hanya perhotelan saja, banyak bidang lainnya, sebagai pemilik sekaligus investor dibeberapa mall ternama dan tempat wisata, belum lagi usaha kecil lainya yang tersebar dari beberapa kota.

Adam dipercayakan untuk mengelola sebagai perwakilan pemilik sahnya, Adam hanya fokus bekerja dikantor pusatnya saja, yang mana kantor tersebut sebagai induk utama dari semua bisnis keluarga ivander, sesekali saja berkunjung untuk audit kebeberapa anak perusahaan ivander, termasuk hotel arimbi hanyalah anak perusahaan ivander yang baru didirikan oleh Bagas, bisa terbayang berapa besar kekayaan ivander, dan Bagas ivander pewaris semua itu.

Kembali kepada Bagas yang baru saja terbangun, karena lelahnya semalam, sampai lupa belum membuka surat dari neneknya, Bagas bangkit dari tempat tidurnya, berjalan kearah dia menggantungkan celana jeans yang berada didepan kamar mandinya, merogohkan tangannya kedalam saku celana jeansnya untuk mengambil surat tersebut, Bagas kemudian duduk dibalkon kamarnya dan perlahan membuka amplop tersebut, ada secarik kertas putih dengan tulisan neneknya, dibukanya lipatan kertas tersebut, Bagas mulai membacanya, airmatanya tak bisa tertahan, jatuh begitu saja membasahi kedua pipinya, saat terus membacanya, Bagas sedikit mengernyitkan alisnya, memaknai kata demi kata, setelah selesai membacanya, Bagas kembali melipat kertas tersebut dan memasukannya kembali kedalam amplop putih.

Bagas berdiri dan menghampiri meja kerjanya, mengambil dompet miliknya dan memasukannya kedalam dompet, Bagas masih tertegun memikirkan isi surat tersebut, fikirannya terus berputar merenungi isi surat dari neneknya.

Bagas berbicara sendiri, kenapa nenek ingin aku melakukan itu, apa sebenarnya tujuan nenek menulis hal tersebut, padahal aku tidak sendirian sekarang, akan ada om Adam dan keluarganya menemaniku mulai sekarang, ada si mbok juga dan pak asep, apa yang harus aku lakukan, lebih baik aku nanya om Adam saja, bagaimana baiknya.

Bagas bergegas mandi, didalam kamar mandipun Bagas terus saja memikirkan isi surat dari neneknya, setelah selesai mandi dan mengenakan jas, Bagas berencana akan kekantor pusat untuk menemui Adam, Bagas keluar dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan terlebih dahulu.

Saripah sudah menyiapkan sarapan kesukaan tuannya, nasi goreng bawang telor mata sapi dan es susu milo, Bagas sangat memyukai minuman dingin ditambah es batu mau jam berapapun itu.

Setelah menyantap sarapannya, Bagas melihat arlojinya, menunjukan waktu pukul sembilan pagi, merasa sudah kenyang, Bagas bergegas menuju halaman rumah, dimana pak Asep sudah standby di depan mobil membukakan pintu mobil untuk Bagas.

"Maaf Tuan, Tuan mau diantar kemana," tanya Asep.

Bagas sampai lupa belum menyampaikan tujuannya ke Asep, karena fikirannya masih tertuju soal surat dari neneknya.

"Antarkan saya ke kantor pusat," jawab Bagas

"Baik Tuan muda," balas Asep.

mobil melaju kekantor pusat, saat lampu merah, Bagas melihat dua orang anak laki - laki, yang satu berusia sekitar 8 tahun dan satunya lagi berusia 7 tahun, sedang menawarkan jualannya kesetiap mobil yang berhenti, Bagas membuka kaca mobilnya, dan memanggil dua anak tersebut.

"Dek, sini."

Mereka berdua menghampiri Bagas, seraya berkata. "Om mau beli apa," tanya salah seorang anak kepada Bagas.

"Adek, jual makanan apa saja?" tanya Bagas.

Anak yang berusia 8 tahun menjawab. "Saya jualan nasi kuning dan ada gorengannya juga." disambung anak yang berusia 7 tahun. "Saya jualan makanan basah, ada gemblong, uli goreng, ketan pake kelapa, kue lapis, dan klepon, om mau beli yang mana?"

"Saya beli semua, tolong bungkus semuanya."

Dua anak laki - laki tersebut merasa senang karena jualannya diborong, karena mereka membungkus banyak kedalam satu plastik besar, tiba - tiba  lampu lalu linyas sudah hijau, mau tidak mau mobil harus melaju.

"Dek saya tunggu di ujing jalan ya," teriak Bagas.

Awalnya kedua anak laki - laki tersebut merasa panik, karena lampu lalu lintas sudah hijau sementara belum selesai membungkus, ditakutkan kalau pembelinya tidak jadi membeli, tapi mendengar teriakan Bagas untuk menyusulnya di ujung jalan, ekpresi wajah kedua anak tersebut senang.

Asep memberhentikan mobilnya dipinggir jalan atas perintah Bagas, kemudian Bagas turun dari mobil menunggu kedua anak tersebut datang, tak berapa lama Kedua anak tersebut menghampiri dengan napas terengah - engah.

"Jangan lari,dek, cape."

Kedua anak tersebut menyerahkan jualannya yang sudan dibungkus plastik kepada Bagas.

"Semuanya jadi berapa, dek?

"Om, total semuanya punya saya dan punya dia jadi dua ratus dua puluh lima ribu."

"Adek bejualan memang tidak sekolah,"tanya Bagas.

"Sekolah om, masuk siang, jadi kami pagi berjualan dulu."

Bagas tersenyum dan mengusap rambut kedua anak tersebut seraya berkata. "Anak baik."

Bagas menyerahkan uang lima ratus ribu kemasing - masing anak.

Kedua anak tersebut bersamaan menjawab. "Om uangnya lebih."

"Tidak apa, lebihnya buat kalian."

"Beneran om," tanya anak laki - laki yang berusia 8 tahun.

"Benar, dek."

"Alhamdulillah, terimakasih banyak, om." jawab Mereka berdua.

Bagas masuk kedalam mobil dengan dua bungkus plastik ditangan kanan dan kirinya. disimpannya di sebelah tempat duduknya.

"Pak Asep, sudah sarapan," tanya Bagas.

"Sudah Tuan." jawab Asep.

Karena Asep sudah sarapan dan Bagas berfikir pasti nanti Asep menunggunya dimobil, saat Bagas dikantor, mungkin Asep bisa menunggu sambil makan, makanan basah, tangan Bagas menyerahkan bungkusan plastik makanan Basah. "Ini ada makanan basah, pak Asep pilih saja mau yang mana."

Asep mengambil makanan apa yang disukainya seraya berkata. "Terimakasih, Tuan muda."

Bagas hanya mengangguk, mobilpun kembali melaju menuju kantor pusat, sebenarnya Bagas juga perutnya sudah kenyang, tetapi Bagas merasa iba melihat kedua anak yang masih kecil sudah mencari nafkah, merelakan masa kecilnya yang harusnya bermain bersama teman - temannya tapi waktunya dipergunakan untuk mencari uang, Bagas merasa beruntung karena hidupnya tidak kekurangan sehingga masa kecilnya bahagia, tak pernah terbayangkan bila itu diposisinya.

Bagas sudah tiba di kantor pusat, Asep bergegas turun dan membukakan pintu mobil, dengan sikap hormatnya menunggu Bagas turun dari mobil, Bagas berjalan menuju pintu masuk kantor, saat kakinya akan melangkah masuk kedalam, Bagas berhenti sejenak, merogoh saku celananya, mengambil HP dan menelpon Asep.

"Pak Asep, saya lupa bungkusan makanan tadi tolong bawa kesini, saya masih didepan pintu masuk." ucap Bagas.

"Baik, Tuan."

Asep mengambil dua bungkus plastik, dan bergegas menghampiri Bagas, menyerahkan bungkusan tersebut kepada Bagas.

"Terimakasih, pak Asep."

Bagas berjalan memasuki kantor, semua karyawan yang berpapasan dengan Bagas, membungkuk dengan hormat, Bagas tidak langsung kedalam ruangannya, tapi berjalan menuju pantri menghampiri karyawan cleaning service.

Saat Bagas membuka pintu pantri, semua karyawan cleaning service yang sedang sibuk dengan perkerjaannya, dengan masing - masing tugas yang dijalani, ada yang sedang membuat minuman untuk diantar ke staff kantor, ada yang sedang merapihkan peralatan bekas bersih - bersihnya, ada juga yang sedang mencuci semua alat dapur yang kotor, sontak kaget melihat bos besarnya tiba - tiba masuk kedalam ruangan yang sebenarnya untuk level setara Bagas itu tidak mungkin datang, semua kompak membungkuk dan memberi salam.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Bagas keren
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
ceritanya amazing
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 6

    Salah satu karyawan pantri kita sebut suryani, yang mana dia leadernya, menghampiri Bagas dengan sikap yang sangat sopan dan penuh hati - hati. Dengan kepala yang menunduk dan mata yang tak berani menatap Bagas, suaranya sedikit gugup mencoba bertanya. "Ma-maaf Pak Bos, ada yang bisa kami bantu." Bagas tersenyum, dan tangannya menyerahkan dua bungkus plastik kepada suryani. "Bu, ini ada makanan, tolong bagikan kesemua rekan ibu disini." Suryani menerima bungkusan tersebut. "Terimakasih, pak Bos." jawab suryani. Bagas kembali melangkah keluar dari pantri menuju ruangannya. Sementara suryani dengan membawa dua bungkus plastik memanggil semua rekan kerjanya, untuk membagikan makanan yang diberi Bagas. Masuk dua orang karyawan cleaning service kepantri dengan membawa alat - alat kebersihan, bernama Abas dan Roni yang memang baru selesai membersihkan area depan, Suryani memanggilnya untuk mendekat. "Abas, Roni, seben

    Last Updated : 2021-08-29
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 7

    Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya Bagas memutuskan mana yang akan di pilihnya."Om, apa yang om utarakan itu memang benar, bagaimanapun saya ingin nenek tenang di alam sana, jadi saya akan mengikuti sesuai keinginan nenek, untuk semua urusan kantor dan bisnis sepenuhnya saya percayakan kepada om, dan tolong rekomendasikan saya ke hotel yang di Subang, karena disana tidak ada yang mengenal saya jadi saya tidak harus sembunyi - sembunyi menjalankan amanah dari nenek, disana biar saya bekerja sebagai karyawan biasa, saya minta om jangan pernah membuka identitas saya," ungkap Bagas."Baik, Tuan, terimaksih atas kepercayaan Tuan kepada saya, untuk permintaan tuan bekerja di hotel, saya akan bicarakan dengan pak Raymond selaku manager disana, kira - kira bagian apa yang Tuan inginkan?" tanya Adam.Bagas sejenak berfikir, kira - kira bagaian apa yang cocok untuk menjalankan amanah nenek, dimana dia akan memulai semuanya dari bawah, sebagai orang biasa."B

    Last Updated : 2021-09-05
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 8

    Setelah selesai dimakam ayahnya, Bagas berdiri dan jongkok didepan makam neneknya, airmata Bagas semakin membasahi pipinya. "Nek, apa kabar, Bagas datang Nek, Nenek tahu nggak, kalau Bagas sangat kangen Nenek, setelah ayah dan bunda pergi, cuma nenek keluarga Bagas, tapi Nenek juga ninggalin Bagas, Bagas kesepian, Nek, benar - benar seorang diri sekarang, Nek, bagas akan menjalankan apa yang nenek minta, doain Bagas ya, semoga Bagas tidak mengecewakan nenek, sehingga nenek bahagia disana. Ayah, bunda dan nenek sudah berkumpul disana, tinggal Bagas sendirian." Airmata Bagas semakin mengalir, bagas menangis tiada henti tak kuasa menahan pilu hatinya, hidup sendirian tanpa keluarga terasa sangat berat baginya, Bagas sadar Harta saja tidak cukup membuatnya bahagia, Bagas butuh keluarga, butuh orang - orang yang sayang padanya dengan tulus, Bagas merasakan benar - benar hidup yang hampa. Bagas Bangkit dan melangkah peegi meninggalkan makam, masuk kedalam mobil unt

    Last Updated : 2021-09-05
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 9

    Setelah makan malam selesai, Bagas kembali kekamarnya begitupun Adam dan isteri serta kedua anaknya. Malam semakin larut, Bagas masih terjaga dikamarnya, masih packing beberapa pakaian yang menurutnya tidak terlalu mewah dan barang - barang keperluannya, karena ponsel yang sekarang digunakan adalah ponsel mahal dan pakaian yang akan dibawa juga hanya beberapa steal, rencananya besok saat diperjalanan ke Subang Bagas akan membeli ponsel baru, ponsel yang biasa saja dan beberapa pakaian tak bermerk dan barang - barang kebutuhan lainnya. Waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari, Bagas segera bergegas untuk tidur, karena besok harus bangun pagi - pagi, tak berapa lama Bagas berbaring ditempat tidurnya, Bagas sudah terlelap dalam tidurnya. Singkat cerita, Bagas sudah siap dengan semua persediaan yang akan dibawanya, Bagas memanggil Saripah, Asep dan joni untuk menemuinya diruang tamu, tak berapa lama mereka sudah berkumpul didepan Bagas. "Mbok, pak Asep

    Last Updated : 2021-09-06
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 10

    Adam dan Bagas sudah berada didalam mobil, rencananya hari ini akan mencari tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari tempat Bagas bekerja, tapi sebelumnya mereka akan makan siang terlebih dahulu, Adam membelokan mobilnya menuju resto, dan memarkirkan mobilnya didepan resto, tak berapa lama Adam dan Bagas menuruni mobil dan melangkah masuk kedalam resto, memilih tempat duduk dan langsung memesan makanan, sambil menunggu makanan datang Adam mulai berbicara perihal kesiapan besok Bagas bekerja dan benar - benar menjadi orang biasa saja, tanpa harta dan kekuasan."Tuan, semoga segalanya bisa berjalan sesuai rencana Tuan dan menemukan apa yang Tuan cari," ucap Adam."Iya, Om, doakan saja."Makanan yang dipesan sudah datang dan mereka segera menyantapnya, tiada obrolan lagi karena masing - masing sibuk dengan makanannya.Setelah selesai makan dan membayarnya, Adam dan Bagas kembali memasuki mobil, dan berkeliling di sekitaran hotel Arimbi, untuk mencari kont

    Last Updated : 2021-09-07
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 11

    Bagas telah tiba didepan kamar kontrakannya, saat sedang membuka kunci pintu, seseorang menyapa Bagas. "Ngontrak baru,ya?" Bagas menoleh kebelakang, dan tersenyum menyapa orang yang menyapanya. "Iya, baru pindah tadi siang," jawab Bagas sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Saya Bagas." "Syamsul." "Mari kang, masuk kita ngopi - ngopi," ajak Bagas kepada Syamsul. "Panggil Syamsul saja, boleh deh kebetulan baru pulang kerja ada yang ngasih kopi, Alhamdulillah." Syamsul memang orangnya apa adanya dan suple, sehingga cepat akrab dengan orang - orang baru yang ngontrak disitu, Bagas membuatkan dua cangkir kopi, satu untuknya dan satu lagi untuk Syamsul, sebenarnya ini pertama kali Bagas membuat kopi, untungnya kopi bungkusan yang sudah dengan gula, jadi Bagas hanya tinggal membuatnya saja dengan air panas. Bagas menyimpan kopi tersebut didepan Syamsul yang sudah duduk didalam kamarnya, Syamsul bangkit dan

    Last Updated : 2021-09-07
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 12

    "Assalammualaikum," ucap Syamsul."Waalaikumsalam," Winda dan Heni menjawab bersamaan.Mereka mempersilakan Syamsul dan Bagas untuk masuk kedalam kontrakannya, setelah Syamsul memperkenalkan Bagas kepada mereka, dengan cepat mereka sudah akrab, Wina membawakan piring dan juga nasi untuk di santap bersama - sama, bersama sate maranggi dan sop iga yang dibawakan Syamsul, merekapun makan bersama - sama sembari masih terus mengobrol, Winda sendiri bekerja sebagai receptionis dihotel Arimbi dan Heni bekerja dibagian cleaning service, mereka bekerja dari semenjak Hotel Arimbi berdiri, tidak ada perbedaan status diantara mereka, karena bagi mereka pekerjaan hanyalah status dalam bekerja yang terpenting adalah pribadi masing - masing yang baik, setelah selesai makan, Syamsul mengajak Bagas duduk diteras, sementara Winda dan Heni merapihkan bekas makan.Bagas dan Syamsul yang sudah duduk diteras menikmati suasana malam, udara yang memang sangat dingin membuat Bagas sedik

    Last Updated : 2021-09-13
  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 13

    Setelah semua alat kebersihan sudah ditangan Bagas, bagas bergegas menuju halaman hotel, Bagas segera melakukan apa yang diperintahkan Ali, sudah ada petugas OB yang sedang membersihkan juga, sehingga Bagas hanya membantu sebagian, tapi itu juga terasa sangat berat dilakukan, karena baru kali ini Bagas menyapu, apalagi dengan tempat yang sangat luas, dan dedauan berserakan dimana - mana, selama hidupnya Bagas hanya menikmati kehidupan yang mewah, semua pekerjaan rumah sudah ada pembantu yang mengurus.Setelah satu jam Bagas membantu menyapu halaman, dan sebagian sudah dibuang ke tempat sampah, OB yang memang ditugaskan menyapu halaman hotel, menatap Bagas, seraya bertanya."Kang, dilihat dari seragamnya, akang bukan bagian OB, kenapa membantu saya menyapu dan membuang sampah?""Saya sedang dapat hukuman, pak," jawab Bagas."Pantas saja, saya kira ada OB baru, tapi melihat seragamnya kok beda, lagian akang gak pantas menyapu.""Kenapa, pak? saya kur

    Last Updated : 2021-09-16

Latest chapter

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 159

    “Adelia, kamu marah sama aku?” tanya Bagas menatap Adelia yang sedang sibuk dengan ponselnya.“Enggak,” ucap Adelia singkat, tanpa menatap Bagas.“Kita baru saja baikan, masa harus berjarak lagi, sini duduknya, dekat aku.”“Iya nanti,” tetap menunduk fokus dengan ponselnya.Cindy hanya menggelengkan kepala, melihat Adelia yang sebenarnya jelas ketara kalau sedang cemburu gara – gara tamu wanita yang sebenarnya tidak perlu di besar – besarkan masalahnya, karena Bagas sudah dengan tegas menolak kehadiran mereka.Sinta berjalan dengan perlahan menuju ruang tamu, di ikuti tamu yang bukannya di suruh pergi namun di bawa masuk oleh Sinta. Bagas menatap kearah tamu, bibirnya mengulas senyum, baru saja akan membuka mulutnya untuk menyapa mereka, salah satu dari tamu memberi isyarat menempelkan jari telunjuknya ke bibir, sebagai tanda untuk jangan bersuara, begitu juga Cindy untuk jangan bersuara dan tetap tenang seperti sebelumnya. Salah satu tamu wanita menyapa Bagas dengan sedikit manja.“

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 158

    Adam sudah berada di kamar Bagas, memapah Bagas duduk di kursi ruang tamu kamar. Adam duduk di depan Bagas mendengarkan dengan wajah serius.“Om, saya belum memberitahu Adelia tentang si pengemudi tersebut, saya hanya takut perkataan saya akan membuat Adelia merasa tidak nyaman, bahwa orang itu adalah Angga, mantan tunangannya, saya baru berbaikan sama Adelia, tidak ingin merusak suasana hatinya, Om belum memberitahu Adelia, kan?”“Selamat Tuan Muda, saya sangat senang mendengar Tuan muda dan Adelia sudah berbaikan. Saya belum bertemu dengan Adelia, setelah mengurus Angga dengan pihak yang berwajib, saya langsung menemui Tuan Muda.”“Syukurlah kalau Adelia belum tahu, saya takut Adelia salah paham harus tahu dari Om dan bukan dari saya, yang jelas – jelas tadi kita berbicara di telepon, Adelia juga pasti menyadari kejanggalan tatapan saya tadi, hanya saja mencoba percaya dengan apa yang saya katakan, seperti tidak ingin merusak suasana hati saya. Saya yang akan memberitahukan langsung

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 157

    Setibanya di kamar hotel. Syamsul menurunkan Bagas dengan hati – hati untuk berbaring di kasur. Adelia dengan sigap segera mengambil air hangat dan lap kering, membasuh luka – luka Bagas dengan perlahan. Tidak berapa lama Dokter Anwar sudah tiba di kamar Bagas dan segera memeriksa luka – luka Bagas, serta memberikan obat Pereda sakit. setelah selesai mengobati luka – luka Bagas, Dokter Anwar pamit untuk pulang, diantar Syamsul sampai ambang pintu.“Lebih baik kamu istirahat dan minum obatnya, biar nggak demam, aku balik ke ruanganku lagi, ya?” tukas Syamsul.“Terima kasih, Syam.”“Iya, lekas sembuh. nanti aku ke sini lagi sama Heni dan Winda, sekalian nginep nemenin kamu.”"Iya."Syamsul pamit kepada Adelia, Sinta dan Cindy, segera meninggalkan kamar Bagas menuju ruangan kerjanya.“Del, ayo balik kamar, Bagas butuh istirahat,” ucap Sinta.“Kalian balik saja duluan, aku masih ingin disini,” tukas Adelia.Sinta dan Cindy saling tatap, mendengar ucapan Adelia. Cindy memberi kode dalam is

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 156

    Bagas menghelas napas Panjang dan menghembuskannya perlahan, diletakannya kembali es milo disebelahnya. Membuka kedua tangannya, merasakan tetesan air hujan yang turun perlahan di kedua telapak tangannya, pandangan matanya lurus kedepan, bibirnya tersenyum dalam kesedihan.Sementara di kafe tempat Adelia bersama kedua temannya tidak ada lagi perbincangan, ketiganya saling membisu, seakan larut dalam alunan musik yang mengiringi rintik hujan, gemericiknya seakan menyatu dalam suasana saat itu. Mata cindy tidak sengaja beberapa kali memergoki Adelia yang menengok terus ke arloji.“Adelia, temui saja Bagas,” ucap Cindy.“Maksudnya?”“Del, aku sudah mengenal kamu sangat lama, aku tahu saat ini kamu sedang gelisah. Sudahlah, Del jangan ikuti ego kamu, jangan sampai semuanya terlambat kamu mengerti dan pada akhirnya kamu yang akan menyesal.”“Aku masih belum menemukan jawaban dari keinginanku sendiri, pastinya Bagas juga sudah pergi. Di luar hujan, nggak mungkin dia terus menunggu kedatanga

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 155

    Mentari pagi bersinar sangat terang, menyinari bumi yang basah akibat hujan semalam. Adelia bersama kedua sahabatnya sudah duduk santai di warung seberang hotel, menikmati sarapan ditemani secangkir es milo racikan si pemilik warung yang nikmatnya tiada duanya, bagi mereka.Mereka membahas prihal ACSMart yang akan membuka cabang lagi di Surabaya, setidaknya ada Reni dan Susi yang bisa di singgahi dan diajak kumpul – kumpul di kala kunjungannya nanti. Rencananya minggu depan mereka akan terbang ke Surabaya, mencari lokasi yang cocok dengan usaha mereka. Mereka bertiga memang berencana dari jaman dulu, membuka usaha bersama. Mendirikan usaha di berbagai kota, agar mereka bisa sekalian traveling juga.“Cin, untuk lokasinya, kita minta bantuan Susi atau Reni saja, mereka lebih hapal daerah sana. Tempat yang ramai tapi belum terlalu banyak pesaing dalam usaha kita,” ucap Adelia.“Boleh, tuh. By the way. Susi dan Reni pada kemana, ya? Aku kirim pesan belum di balas.”“masih tidur, kayaknya!

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 154

    Adelia sudah berada di dalam kamar hotel, menyimpan sebuket bunga di meja sebelah televisi, diraihnya secarik kertas yang menyelip di tengah – tengah hiasan bunga.Adelia berjalan menuju kursi, duduk dengan menyilangkan kakinya, perlahan tanganya membuka secarik kertas tersebut.***Tahukah kamu…hari – hari yang kulalui, ‘Kesedihan dan kehampaan’.Tahukah kamu…berapa berat waktu yang kulalui, ‘Rindu dalam diam’.Tahukah kamu…Kesedihan, Kehampaan, dan Rindu, mengikat hatiku dalam namamu, ‘Adelia Maheswari’.Betapa bodohnya aku, mengatakan semua ini setelah menyakitimu sangat dalam.Aku datang bukan untuk memintamu memahamiku, tentang betapa rapuhnya aku tanpamu,Tapi, untuk cinta dan masa depan kita,Karena aku datang bukan untuk pergi, ingin menetap selamanya, sebagai rumah yang nyaman.Dan aku tahu, cinta tidak bisa dipaksa, begitu juga hatimu.Aku Tunggu di tempat pertama kali kita bertemu, di waktu yang sama.Entah menjadi saksi bisu yang sama atau saksi bisu tentang luka untukku.

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 153

    Malam kian beranjak, hanya suara rintik hujan yang menemani kesunyian. Bagas memandang langit dari balkon kamarnya, tiada bintang, terselimut awan hitam pekat. Bagas begitu mendambakan kehadiran sosok Adelia, hatinya pilu membaur bersama kerinduan yang kerap menyelimuti setiap detak napasnya, mengalun dalam irama tak betepi, begitu dekat namun seakan jauh, karena Adelia seakan menutup jalan untuknya.Beberapa kali Bagas melihat layar ponselnya, pesan yang dari siang ia kirim kepada Adelia tiada kunjung balasan, hidupnya seakan terasa hampa.Bagas melangkah masuk ke dalam, duduk menghadap televisi yang terpampang lebar, pandangannya terus menatap layar televisi, dalam batinnya, ‘Hitam pekat membentang, seperti rusak tidak bergambar, hanya memantulkan sosok yang menatapnya’. Bagas terdiam seketika, seakan sedang berpikir dengan ucapannya.Wajahnya yang suram kembali tersenyum, batinnya kembali berkecamuk, ‘Bodohnya aku, sampai harus menyerah begitu saja, hanya karena sikap Adelia yang c

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 152

    Setelah hampir tiga jam berada di rumah Heni, mereka berlima segera pamit untuk pulang. Danu sudah menghubungi Adelia, dikarenakan akan segera kembali ke Jakarta.Setibanya di hotel. Danu sudah menunggu Adelia di lobi hotel, dengan pakaian rapi, menenteng koper kecil di tangan kirinya.“Adelia, Ayah harus segera pulang. Ayah akan menghadiri rapat tentang hasil kontrak kerja baru dengan perusahaan Ivander Group yang sudah di Acc, sekaligus menyusun anggaran dan rancangan kerja bersama para staf Ayah. Adelia pulang bersama Sinta dan Cindy, ya? Atau mau beberapa hari di sini juga Ayah tidak keberatan, nanti Ayah yang bicara sama Ibu. Ayah juga sudah berbicara dengan Bagas, soal kamar yang kamu tempati, apabila kamu masih ingin di sini.”“Soal kamar, Adel bisa cek-in sekarang, tidak enak sama Bagas harus menginap gratis sampai beberapa hari.”“Bagas tidak keberatan! Kamu nggak usah mempermasalhkannya. Jangan menolak kebaikan seseorang. Nikmati saja waktumu, setelah melalui hal tidak menge

  • SURAT WASIAT NENEK   Bab 151

    Bagas sudah berada di kamar hotel. Merebahkan badannya yang terasa lelah, matanya terus menatap foto Adelia di ponselnya. Satu notif pesan masuk, tertera nama Cindy. Bagas segera membuka pesan tersebut, dengan cepat membalas pesan Cindy. Bagas memandang langit – langit kamar hotel, bibirnya mengulas senyum ceria. Berguman lirih, ‘Setidaknya orang – orang yang dulu membenciku, kini mau mendukungku untuk kembali kepadamu, Adelia Maheswari. Semoga kamu bersedia membuka jalan untukku, menuju hatimu, aku janji, tidak akan membuatmu menangis lagi’. Perlahan mata Bagas mulai meredup dan melabuhkan diri dalam peraduan mimpi.Keesokan harinya, tepat pukul delapan pagi. Bagas bergegas menuju taman belakang hotel untuk menemui Cindy dan Sinta.“Maaf, sudah menunggu,” ucap Bagas yang masih ngos – ngosan mengatur napasnya, setelah berlari menuju taman belakang.“Santai saja, kita juga sambil menikmati udara pagi,” tukas Sinta.“Kalian sudah sarapan?” tanya Bagas.“Belum.” Sinta dan Cindy menjawab

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status