Share

Bayangan

last update Last Updated: 2023-08-10 09:14:52

Aruna ....

Seandainya saja waktu itu kamu memaafkanku saat aku bersujud di kakimu, dan tetap menjadi istri yang baik, mungkin kamu masih berada di sisiku hingga detik ini ....

Aku terus memikirkan wajah Aruna di sepanjang perjalanan pulang dari pemakaman. Senyum Aruna yang selama ini selalu menemani hari-hariku, kembali terbayang. Aruna wanita yang baik dan penurut, dan seharusnya terus seperti itu. Aku tahu Aruna begitu mencintaiku, karena selama ini dia mau melakukan apa saja untukku.

Sungguh tak mengira, wanita itu sanggup menuntut cerai dariku. Aku sungguh murka, Aruna ....

"Bagaimana, Denis? Sudah beres?" Terlihat Mama menyambutku di depan pintu begitu aku sampai di rumah.

"Sudah, Ma," jawabku kemudian sambil mendaratkan bokong di atas sofa.

"Kamu jangan lupa besok ke rumah Mbah Jupri," ucap Mama lagi sambil berjalan mendekatiku, lalu duduk di sampingku.

"Iya, iya, Ma." Aku mengusap muka lalu menatap sekeliling, mencari sosok Bu Sonia, Mama mertuaku. Bisa gawat kalau wanita alim itu mendengar kami menyebut nama Mbah Jupri.

"Bu Sonia sudah pulang, Ma?" tanyaku.

"Iya, dia bersikeras mengadakan acara tahlil di rumah mereka. Setelah ini kita bersiap untuk ke sana," jawab Mama kemudian.

Aku membuang napas, entah kenapa masih belum terbiasa dengan kehilangan sosok Aruna. Kalau bukan karena ide Mama, aku tidak akan pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu.

"Oh iya, Ma. Kenapa Mbah Jupri melarang kita membuka peti mati Aruna?" tanyaku.

"Mana Mama tahu, Denis? Yang penting kita sudah terima beres. Mungkin saja mayat Aruna langsung membusuk, jadi tidak ingin orang curiga."

Aku menarik napas lagi. Jika memang demikian, sungguh mengerikan.

"Sudah, ayo siap-siap ke rumah mertuamu. Jangan sampai rasa sayangnya padamu berkurang karena kamu terlambat datang. Mama mau ganti baju dulu." Mama berdiri, lalu berjalan ke arah kamarnya.

Aku akhirnya ikut berdiri, dan berjalan menuju arah kamar. Entah kenapa hatiku terasa berat. Mungkin memang karena belum terbiasa rumah ini tanpa kehadiran Aruna. Setiap menitnya aku menatap ke arah sekeliling yang kini terasa sepi.

Aku membuka pintu kamar, dan aroma khas dari pengharum ruangan yang Aruna selalu pakai masih terasa. Aku mulai mengusap wajah, seperti ada perasaan yang tidak enak. Entah apa.

Aku menggelengkan kepala cepat, menyingkirkan pikiran yang tidak-tidak. Mungkin setelah ini aku harus pelan-pelan menyingkirkan apa saja yang berbau Aruna dari kamar ini, agar bayangannya hilang bersama jasadnya yang terpendam.

"Denis! Cepat sedikit! Mama sudah siap ini!" Terdengar teriakan Mama, yang langsung membuyarkanku dari lamunan.

"I-iya, Ma!" jawabku, lalu cepat-cepat menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah berganti pakaian, aku dan Mama berangkat menuju rumah Bu Sonia, yang tak jauh letaknya dari rumah kami. Seharusnya acara tahlil diadakan di rumah kami, tapi karena Bu Sonia bersikeras, jadi kami hanya bisa menurut. Mama bilang, itu karena Aruna lahir dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah itu.

Sesampainya di rumah mewah dengan model ala Eropa itu, persiapan tahlil sudah beres. Kabarnya, Bu Sonia mengundang anak-anak yatim dan para santri asuhan mendiang suaminya, disamping mengundang para tetangga.

"Maaf, Jeng, kami terlambat." Mama langsung memeluk Bu Sonia saat dia menemui kami.

"Gak apa-apa kok, Bu. Terima kasih karena selama ini sudah menjadi mertua yang baik untuk Aruna," jawab Bu Sonia.

"Saya juga tak menyangka, Aruna lebih dahulu meninggalkan dunia ini dibanding dengan kita yang sudah tua." Mama mulai mengusap air matanya yang mengalir.

"Jangan seperti itu, Bu. Pasti Aruna bahagia karena memiliki suami dan mertua yang baik seperti kalian." Wanita berjilbab itu menatap ke arahku dengan pandangan lembutnya.

"Masuklah, Nak Denis. Biar Mama ambilkan minum untuk kalian," ucapnya.

Aku cuma mengangguk tanpa berkata apa-apa. Jujur, aku begitu mengagumi sosok Bu Sonia yang begitu lemah lembut, menyayangiku seperti putranya sendiri. Dia bahkan begitu percaya padaku hingga detik ini.

Aku dan Mama masuk ke dalam mengikuti Bu Sonia. Ekor mataku menangkap sosok Saskia yang berada di sana, sedang menata minuman untuk para tamu yang nanti akan datang untuk mengaji. Bu Sonia terlihat berbincang dengannya, sepertinya memintanya untuk membawakan minuman untukku dan Mama.

Benar saja, tak berapa lama aku dan Mama duduk, Saskia datang membawa nampan berisi dua gelas minuman.

"Syukurlah, Saskia seharian membantu Mama menyiapkan semuanya," ucap Bu Sonia saat Saskia meletakkan minuman itu di atas meja. "Dia ini sudah seperti putriku sendiri, karena sejak kecil sangat dekat dengan Aruna."

Aku melirik ke arah Saskia, yang juga melirik ke arahku. Kami berdua saling menahan senyum.

"Saskia ke belakang lagi ya, Tante," ucap Saskia kemudian.

Bu Sonia mengangguk sembari tersenyum. Saskia melangkah menuju arah belakang, setelah sesaat melempar senyumnya kembali padaku. Senyum yang mampu mengalahkan pesona Aruna, saat dia masih hidup.

"Ayo diminum, Bu, Denis. Sebentar lagi para tamu akan datang." Bu Sonia mempersilakan kami minum.

Belum sempat aku menyentuh cangkir di depanku, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari arah belakang. Kami bertiga terkejut, dan langsung berlari ke arah sumber suara. Itu jeritan Saskia!

Benar saja, sesampainya di dapur, kami melihat Saskia gemetar ketakutan, sambil menatap ke arah jendela besar yang ada di sana. Wajahnya terlihat pucat pasi.

"Ada apa, Saskia?" tanya Bu Sonia, ikut terkejut.

"Aku melihat Aruna, Tante!"

Related chapters

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Sandiwara

    "Aku melihat Aruna, Tante!" Saskia langsung berhambur dan memeluk Bu Sonia.Kami semua terkejut mendengar ucapan Saskia. Badannya yang terlihat menggigil ketakutan, menunjukkan kalau dia tidak berbohong, tapi tidak mungkin Aruna ada di sini. "Kamu ngomong apa sih, Saskia? Aruna sudah tenang di sana." Bu Sonia mengelus pundak Saskia, mencoba menenangkannya."Aku benar-benar melihat Aruna di sana, Tante!" Saskia masih menggigil sambil menunjuk ke arah jendela."Jangan-jangan, Aruna dendam padaku! Dia mau mengejarku!" Saskia semakin panik."Apa maksudmu, Saskia?" Wajah Bu Sonia seketika berubah kaget, sehingga Saskia juga tersentak, mungkin lekas menyadari jika dia salah bicara. Wajahnya memucat seketika."Ah, Saskia pasti masih belum bisa menerima jika Aruna sudah tiada, Ma." Aku cepat-cepat menyahut, mencoba mengalihkan pembicaraan.Cepat-cepat aku berjalan ke arah jendela dan membukanya."Lihat, tidak ada siapa-siapa. Pasti Saskia masih terbayang-bayang wajah Aruna, karena mereka san

    Last Updated : 2023-08-10
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Menemui Mbah Jupri

    Tidak, ini tidak mungkin! Apa benar itu Aruna?Aku mengucek mataku sekali lagi, dan melihat kembali ke arah luar jendela. Netraku seketika membola, karena wanita itu sudah tidak ada di sana. Aku menyapukan pandangan ke sana, kemari, namun yang ada hanya kegelapan.Tanpa pikir panjang aku bergegas berlari keluar kamar, lalu berjalan menuju luar rumah. Aku langsung mencari-cari ke sekeliling taman, tak juga kujumpai sosok mirip Aruna barusan. Aku memegang kepala yang pening setelah lelah mencari. Ah, jangan-jangan aku juga ikut berhalusinasi seperti Saskia?Aku mulai mengacak rambut karena bingung, sampai mendadak tersentak kaget karena seseorang menepuk pundakku. Aku langsung menoleh, dan melihat Mbok Asri ada di sana, menatapku dengan pandangan bingung."Astaga, Mbok! Mbok Asri mau saya jantungan, ya?" tanyaku kesal pada wanita tua bertubuh tambun itu."Den Denis ngapain di luar malam-malam?" Dia balik bertanya.Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, agak bingung harus menjawab apa."

    Last Updated : 2023-08-10
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Kepastian

    Mobil milikku meluncur dengan mulus menuju rumah sakit tempat dulu aku membawa Aruna yang tengah meregang nyawa. Bayangan wajah Aruna yang menatap tajam padaku sebelum masuk ke ruang gawat darurat, kembali masuk ke dalam kepalaku.Ada sedikit penyesalan yang menyusup jauh di lubuk hatiku yang dalam. Aruna wanita yang sempurna, cantik luar dalam, dan dia punya segalanya. Dia juga yang sudah mengangkat kehidupanku yang hanya anak seorang janda, menjadi presiden direktur di sebuah perusahaan yang begitu besar.Namun ... aku masih saja terpesona dengan sosok Saskia. Ya, Aruna yang begitu penurut, lambat laun membuatku bosan. Ditambah lagi kondisi fisiknya lemah dan sering sakit. Aku mulai melirik ke arah sahabat baiknya, Saskia, yang begitu ceria dan agresif. Aku tak mampu menolak pesonanya, ditambah lagi dia yang terus menerus menggodaku."B*jingan kamu, Mas!"Aruna yang begitu lemah lembut, untuk pertama kalinya menatap ke arahku dengan murka, saat melihatku sedang bermesraan dengan sah

    Last Updated : 2023-08-10
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Rencana

    Setelah refleks melepaskan tangan Saskia dari pinggangku, aku berbalik dengan cepat. Jantungku berdegup kencang ketika melihat Bu Sonia menatap ke arahku dengan wajah heran."A-ada apa, Ma?" tanyaku dengan perasaan was-was, dan tak bisa menyembunyikan sikap salah tingkahku.Aku benar-benar berharap Mama mertuaku itu tak sempat melihat apa yang aku dan Saskia lakukan tadi, saat masuk ke pintu ruang dapur bersih."Kalian sedang apa berduaan saja di sini?" tanya Bu Sonia sambil menatap ke arahku dan Saskia bergantian."Ah, tidak, Ma. Aku tadi ingin mengambil minum, dan tak sengaja bertemu Saskia di sini," ucapku kemudian, sambil menyeka keringat yang mulai membasahi pelipis."Benar, Tante," sahut Saskia, yang juga kelihatan salah tingkah.Bu Sonia masih menatap ke arah kami dengan pandangan yang susah diartikan."Ada apa ini?" Tiba-tiba Mama muncul, membuatku seperti kedatangan malaikat penyelamat. Mama langsung mendelik ke arahku dan Saskia."Kenapa kalian bisa berdua-duaan di sini?" ta

    Last Updated : 2023-08-10
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Terror

    "Tante Yanti kenapa, Mas?" Saskia ikut berdiri, menatapku dengan pandangan bingung."Mama pingsan, Saskia. Mbok Asri bilang Mama berteriak memanggil Aruna," jawabku sambil menutup telpon."Aruna?" Wajah Saskia berubah memucat. "Apa jangan-jangan kita benar-benar tidak salah lihat, Mas?"Aku tak menjawab pertanyaan Saskia. Aku memang sudah bercerita padanya jika aku juga melihat sosok wanita mirip Aruna, tapi aku berkata padanya jika itu cuma bayangan saja. Buktinya, sudah cukup lama kami hidup damai tanpa melihatnya lagi. Kenapa kali ini Mama yang ...."Aku harus pulang, Kia," ucapku pada Saskia kemudian."Aku ikut, Mas. Aku kan juga ingin tahu keadaan Tante Yanti." Saskia mengambil tasnya, lalu kami berdua pun bergegas meninggalkan restoran itu.Kami segera menuju mobil, dan langsung meluncur pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Mbok Asri membukakan pintu, dan menyambut kami dengan wajah yang masih panik."Mama bagaimana, Mbok?" tanyaku kemudian."Masih belum siuman, Den. Mbok gak

    Last Updated : 2023-09-07
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Kecurigaan

    "Mas! Buang, Mas! Buang!" jerit Saskia sambil menggoncang lenganku."Tenang, Kia. Itu bukan darah sungguhan," ucapku kemudian mencoba menenangkannya."Tapi aku takut, Mas!" Saskia masih menggigil sambil naik ke atas tempat tidur.Kurang ajar sekali orang yang berani melakukan terror pada kami. Bagaimapun, orang dalam pasti terlibat dalam masalah ini. Tidak mungkin ada orang yang bisa masuk dan meletakkan benda itu di depan pintu jika tidak dibantu orang dalam."Mbok Asri!!!" Aku seketika berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama wanita tua itu.Tak butuh waktu lama, terdengar sahutan Mbok Asri dan suara langkahnya menuju kamar kami."Iya, Den ...." Mbok Asri tak meneruskan ucapannya, malah terlihat kaget bukan main sambil menatap ke arahku dan Saskia."Astaghfirullah, Den Denis dan Neng Saskia ....""Itu bukan urusan kamu, Mbok!" bentakku. Apa boleh buat, kami sudah terlanjur basah. Aku juga tidak boleh takut di depan seseorang yang cuma pembantu."Sekarang coba jawab! Siapa yang

    Last Updated : 2023-09-08
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Penyelidikan

    "Tunggu dulu, Pak Polisi. Anak saya tidak melakukan apapun pada istrinya. Bagaimana mungkin ada yang sembarangan melaporkan?" ucap Mama membelaku."B-benar, Pak," sahutku. "Istri saya meninggal karena sakit.""Lagipula siapa yang lancang melaporkan anak saya, Pak?" tanya Mama lagi."Kami akan menjelaskan semuanya di kantor. Jadi saya harap Bapak bersedia ikut dengan kami," ucap salah satu petugas berseragam itu lagi."Tidak bisa begitu dong, Pak! Kami bahkan tidak diberi tahukan lebih dulu jika ada penangkapan. Jadi ini tidak sesuai prosedur. Jika putra saya tidak bersalah, bagaimana kami bisa memulihkan nama baik kami nanti?" protes Mama lagi, belum bisa terima."Kami mendapatkan laporan bersamaan dengan bukti kuat, Nyonya. Jadi saya minta sekali lagi, ikut kami ke kantor. Jelaskan semuanya di kantor nanti."Aku dan Mama saling berpandangan sesaat karena terkejut."Bukti? Bukti apa, Pak?" tanyaku dengan perasaan was-was."Silakan ikut kami ke kantor. Kami akan menjelaskan semuanya di

    Last Updated : 2023-09-12
  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Pembongkaran makam

    Suasana ruangan cukup tegang. Tak satupun dari kami yang memulai pembicaraan cukup lama. Aku, Mama, Tasya dan Bu Sonia sudah sampai di rumah begitu selesai kesepakatan dengan pihak kepolisian. Berulang kali Bu Sonia terlihat menarik napas panjang, seperti sedang memikirkan sesuatu yang amat berat."Saya datang kemari, berencana untuk mengajak kalian makan bersama, tapi ternyata ...."Bu Sonia menarik napas lagi.Aku melirik ke arah Mama yang juga melirik ke arahku."Jeng, tolong dengarkan kami dulu," ucap Mama kemudian sambil mendekat ke arah Bu Sonia. "Kami juga tidak tahu kenapa tiba-tiba ada orang yang memfitnah dan melaporkan Denis atas tuduhan yang tidak-tidak. Jeng Sonia pasti juga gak percaya kalau Denis tega melakukannya pada Aruna, kan?""Entahlah, Bu." Bu Sonia mengurut pelipisnya. "Saya percaya pada Denis, tapi saya juga tidak menyangkal jika saya ingin tahu penyebab kematian Aruna yang sebenarnya.""Denis sangat mencintai Aruna, Jeng. Dia masih merasa begitu kehilangan. Kej

    Last Updated : 2023-09-12

Latest chapter

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Akhir ( TAMAT )

    POV Aruna"Rumah sakit jiwa?" Aku kaget mendengar keterangan petugas kepolisian itu."Benar, sejak dibawa kemari, tahanan terus berteriak dan membuat keributan, sehingga kami segera melakukan tindakan pemeriksaan. Hasilnya, memang tahanan terganggu kejiwaannya," jawab petugas itu lagi.Aku terdiam sebentar setelah mendengar hal itu. Padahal saat ditangkap Bu Yanti tampak baik-baik saja, meskipun pandangannya kosong dan tampak sangat shock."Boleh saya tahu alamat rumah sakitnya?" tanyaku lagi."Silakan ikut dengan saya. " Petugas itu membawaku ke meja kerjanya, lalu mencatatkan alamat rumah sakit jiwa tempat Bu Yanti dirawat.Setelah mendapatkan alamat itu dan mengucapkan terima kasih, aku langsung meluncur ke alamat tersebut dengan mobil milik Leo. Bukan tak percaya dengan keterangan polisi, tapi aku hanya ingin memastikan jika wanita itu tidak berpura-pura gila. Itu karena dulu saat menjadi mertuaku, actingnya sungguh luar biasa.Sesampainya di gedung rumah sakit yang letaknya cukup

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Kehilangan

    POV Aruna"Tolong! Tolong Saskia!" teriakku histeris, seperti orang gila melihat darah yang terus merembes dari kepala Saskia. "Tolong panggilkan ambulan! Siapa saja, tolong! Tolong panggil ambulan!"Tak berapa lama kemudian Nyonya Merry dan Melany datang, dan ikut panik bukan main melihat kondisi Saskia. Nyonya Merry cepat-cepat memanggil ambulan, sedangkan aku masih terus memeluk Saskia sambil menangis.Beberapa lama kemudian, para petugas ambulan datang dan langsung mengangkat Saskia dengan menggunakan tandu. Aku dan Nyonya Merry mengikuti mereka sampai Saskia dimasukkan ke dalam mobil putih bersirine itu."Tante akan ikut duluan ke rumah sakit. Susul kami setelah ini, Runa," ucap Nyonya Merry sambil ikut masuk ke dalam mobil.Aku hanya bisa mengangguk di sela tangisku. Dalam beberapa detik, suara sirine mendayu-dayu, dan mobil pun mulai berjalan meninggalkan tempat itu.Di saat yang sama, terlihat petugas polisi menggiring Bu Yanti dan Mas Denis. Kedua tangan mereka diborgol ke be

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Tahanan

    POV Aruna"Tunggu dulu! Tunggu dulu, Pak polisi!" Bu Yanti menghalangi para petugas itu saat akan mendekati Mas Denis."Anak saya tidak melakukan apapun! Kalian tidak bisa menangkapnya!" teriaknya."Silakan melakukan laporan pembelaan di kantor polisi, Bu," jawab salah satu petugas itu. "Kami hanya melaksanakan tugas.""Tidak! Kalian tidak boleh menangkapnya tanpa bukti!""Kami sudah memiliki bukti yang kuat atas kasus yang dituduhkan, jadi sebaiknya Ibu tidak menghalangi tugas kami.""Seharusnya mereka yang ditangkap, Pak!" Bu Yanti menatap ke arahku, juga Nyonya Merry dan Melany. "Mereka sudah menipu kami!""Lebih baik kamu diam dan biarkan para petugas itu menangkap putramu, Bu Yanti," ucap Nyonya Merry sambil menatap tajam ke arah Bu Yanti."Kamu yang seharusnya diam, Nyonya!" Bu Yanti tidak mau kalah. Dia membalas tatapan Nyonya Sonia dengan tidak kalah tajam. "Permainanmu ini sungguh seperti anak kecil! Untuk apa kamu melakukan ini, hah? Agar putrimu tidak disebut perempuan mura

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Kejutan

    POV Aruna"Sebenarnya apa yang Bu Yanti inginkan?" tanyaku kemudian sambil menatap ke arah mereka."Astaga, Aruna. Bagaimanapun, kamu pernah memanggilku Mama. Tega sekali di acara sepenting ini kamu tidak mengundang kami," jawab Bu Yanti, lagi-lagi dengan nada suara yang sengaja ditinggikan."Mama?" Aku seketika ingin tertawa mendengarnya. Entah otak dan pikiran wanita tua itu berada di mana sekarang, sampai berkata sesuatu yang mempermalukan dirinya sendiri."Ada apa ini?"Kami semua menoleh, dan terlihat Mama berdiri di belakang kami dengan wajah cemas."Kamu baik-baik saja, Runa?" tanyanya lagi.Aku hanya mengangguk pada Mama tanpa menjawab. Dia lalu menatap heran ke arah Bu Yanti."Jeng Sonia, semudah itu keluarga kalian melupakan kami. Padahal sebelumnya kita seperti saudara," ucap Bu Yanti lagi pada Mama. "Aruna bertunangan, saya juga ingin mengucapkan selamat, Jeng. Tega sekali tidak mengundang dan melupakan kami.""Maaf, Bu Yanti. Acara ini dikhususkan untuk kerabat dan sahaba

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   POV Aruna--Perubahan

    POV ArunaAku menatap ke arah Saskia yang tertidur di jok belakang mobil sambil tetap memeluk bayinya. Baru beberapa bulan, tapi penampilannya jauh berbeda dari dia yang dulu. Rambutnya berantakan, wajahnya kusam, dan tubuhnya mengeluarkan bau tak sedap. Kentara sekali dia tidak terurus sama sekali."Kita harus membawa mereka ke rumah sakit," ucap Leo yang berada di depan kemudi. "Sepertinya mereka butuh pemeriksaan kesehatan."Aku mengangguk setuju. Aku kaget sekali saat tiba-tiba hari ini Saskia menelponku sambil menangis dan meminta aku menjemputnya. Meskipun aku sudah mendengar kondisinya dari informasi Nyonya Merry, aku tak menyangka jika dia jauh lebih parah dari yang kudengar."Kia, biar kugendong bayimu," ucapku lirih sambil pelan-pelan meraih bayi dalam gendongan Saskia.Saskia cuma sedikit mengeliat, masih dengan mata terpejam, membiarkanku menggendong bayinya. Dia kelihatan kelelahan sekali, atau bahkan mungkin memang tidak sehat.Aku menatap ke arah bayi mungil yang juga s

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Perasaan

    "Apa yang terjadi, Pak Denis?" Melany menatap ke arahku dengan pandangan heran."Maaf, Bu. Saya ... ada sedikit masalah di rumah," jawabku sambil berdiri dari duduk, dan salah tingkah karena bingung."Kalau begitu biar saya antarkan pulang." Melany ikut berdiri dari duduknya."Tidak usah, Bu. Saya bisa naik taksi. Saya tidak ingin merepotkan Bu Melany," jawabku lagi."Astaga, Pak Denis. Sama sekali tidak merepotkan. Kalau naik taksi harus menunggu lama, lebih cepat saya antar."Akhirnya aku tidak bisa menolak lagi, karena ingin segera ingin tahu apa yang terjadi di rumah. Dalam beberapa menit, kami sudah meluncur menuju arah rumahku dengan menggunakan mobil Melany.Sesampainya di rumah, terdengar suara Mama mengomel, sedangkan Saskia terdengar menangis tersedu-sedu, bersamaan dengan suara Rasya yang menangis juga. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung masuk untuk melihat apa yang terjadi.Saskia duduk bersimpuh di lantai kamar sambil menangis, sedangkan putri kami berada di atas tempa

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Tak tahan

    POV Denis"Saskia! Apa yang kau lakukan?" Aku menarik tangan Saskia agar menjauh dari Melany."Siapa wanita ini, Mas? Jangan-jangan kamu diam-diam merayu wanita lain?" Saskia malah melotot ke arahku."Jangan sembarangan bicara, Kia! Dia ini bosku!" Aku mulai kehilangan kesabaran pada Saskia."Sudah, sudah, Pak Denis. Maafkan saya." Melany menengahi pertengkaran kami. "Saya kemari untuk melihat keadaan istri Bapak, tapi malah jadi salah paham. Saya jadi tidak enak.""Seharusnya saya yang minta maaf, Bu," jawabku, malu bukan main atas sikap Saskia."Kalau begitu lebih baik saya permisi saja, Pak Denis," ucap Melany lagi sambil beranjak pergi."Tunggu, tunggu dulu, Neng." Mama tiba-tiba mencegah Melany pergi. "Aduh, tolong maafkan menantu saya. Dia itu memang begitu sifatnya, mudah curiga terus.""Mama!" Saskia mendelik mendengar ucapan Mama."Lebih baik kamu masuk sana, Kia!" Mama menatap ke arah Saskia dengan pandangan tajam. "Kenapa kamu malah meninggalkan bayimu sendirian?"Saskia se

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   Malaikat Penolong

    POV Denis"Aduh, sakit, Mas!" Saskia terus mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya."Waduh, Pak Denis, sepertinya Neng Saskia akan melahirkan," ucap Pak RT, ikut panik. "Cepat segera dibawa ke rumah sakit.""T-tapi, Pak ... saya tidak punya mobil," jawabku kemudian, bingung tak tahu harus berbuat apa."Tenang saja, Pak Denis. Di balai desa ada ambulan milik kampung ini, biar saya mencari supir," ucap Pak RT lagi, lalu bergegas keluar dari rumah kami."Saskia, bertahanlah, Saskia." Mama memegangi tubuh Saskia, mencoba menenangkan Saskia yang terus saja merintih kesakitan.Aku sendiri hanya bisa mondar-mandir karena bingung. Kami sama sekali belum punya persiapan apapun, dan aku pikir Saskia akan melahirkan sekitar sebulan lagi. Aku tak menyangka dia mengalami kontraksi jauh lebih cepat. Apa yang aku lakukan sekarang?Lamunanku buyar ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumah."Pak Denis, bantu Neng Saskia masuk ke dalam mobil," ucap Pak RT begitu dia muncul dari luar.A

  • SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL   POV Denis-- Kacau

    POV Denis"Mas! Tolong!"Aku yang sejak tadi sibuk melihat-lihat lowongan pekerjaan yang ada di koran, seketika melonjak kaget saat mendengar jeritan Saskia. Aku bergegas menuju arah sumber suara, yang berasal dari kamar kami."Ada apa ini, Kia?" tanyaku panik, melihat Saskia terlihat sangat ketakutan di sudut kamar."Itu, Mas, itu ...." Saskia menunjuk-nunjuk. "Ada kecoa!"Aku yang tadinya panik karena mengira terjadi sesuatu, seketika langsung berubah kesal bukan main."Saskia! Kamu tahu gak kalau aku sedang sibuk?" bentakku padanya."Tapi aku takut, Mas!" Saskia masih terlihat gemetaran."Dengar, Saskia! Posisi kita sekarang tidak sama dengan yang dulu! Jadi tolong berhenti bersikap kekanak-kanakan!" ucapku lagi, sambil meninggalkannya dengan perasaan kesal.Aku tak peduli lagi dengan Saskia yang masih berteriak-teriak. Aku kembali mengambil koran di atas meja, lalu sibuk melingkari lowongan pekerjaan yang ada di sana. Sesekali aku mencocokkannya dengan informasi dari ponselku.Sej

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status