Share

MATA-MATA

Penulis: DEAR GREEN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ada apa, Nak?” Aku menghampiri putri kecilku itu. Tangannya mengeluarkan sedikit darah akibat tergores pecahan gelas.

“Kita obati dulu lukanya, ya!” Aku hendak menggendongnya, tetapi gadis itu malah menangis kencang.

“Apa sakit sekali? Ayo bunda obati lukanya,” ajakku lagi.

Gadis kecilku itu tidak menghiraukan dan tetap menangis kencang. Aku bergegas mengambil kotak P3K. Sebenarnya luka goresan itu sangat kecil, mirip luka bekas tusukan jarum saja, tetapi kenapa Chika menangis histeris?

“Ayah!” teriakku, memanggil. Entah kemana lelaki itu pagi-pagi buta begini. Biasanya dia baru bangun pukul 07.00, kenapa jam segini sudah menghilang?

Setelah selesai menempelkan plester ke jari Chika, gadis kecilku itu mulai tenang dan duduk di kursi meja makan. Aku membuatkannya susu hangat dan roti selai kesukannya. Setelah itu aku mengambil ponsel di kamar untuk menghubungi suamiku, dan aku baru sadar kalau tas kerjanya sudah tidak ada.

“Chika tadi kenapa? Kok gak panggil bunda kalau mau minum?” tanyaku setelah kembali dari kamar dan kini duduk berhadapan dengannya.

Dengan sisa-sisa air mata yang masih membasahi pipinya, Chika berusaha menjawab.

“Tadi ada Ayah, Chika mau minta tolong Ayah tapi…” Anakku itu kembali mewek. Aku penasaran apa yang terjadi, tetapi tidak ingin memaksakan dia untuk bercerita.

“Ayah udah berangkat kerja, ya nak?” tanyaku sambil mengoles selai ke roti. Lalu membuka ponsel untuk menghubungi suamiku, dan ternyata sudah ada pesan dari Bang Arlan disana.

[Maaf, Bund. Ayah ada urusan mendadak di kantor, jadi Ayah buru-buru pergi. Mau bangunin bunda tapi kasihan, kayaknya lelap banget, mana pake ngiler segala, heheh.]

Bertahun-tahun dia bekerja tidak pernah sekalipun sesubuh ini mendadak berangkat ke kantor, apalagi ini hari Sabtu. Aku masih terdiam di depan layar ponsel. Semakin mencurigakan dan seakan semua telah mengarahkanku, bahwa benar suamiku ada main di belakang.

“Bunda…” panggil Chika.

Aku mendongak lalu menaikkan alis seakan bertanya, ada apa?

“Hari ini Chika izin gak ikut ekskul, ya Bund, Bunda tolong bilangin ke Ibu Guru dong… kita ke rumah Nini aja, yuk!” ajaknya dengan suara sedikit memelas dan serak.

“Emmm…” Aku sejenak berpikir. Sebenarnya hari ini aku berencana untuk cosplay menjadi detektif ke kantor Bang Arlan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi padanya. Namun, aku juga harus mengerti perasaan Chika. Pasti hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini, meski aku sendiri belum tahu apa yang terjadi antara Chika dan ayahnya tadi.

“Oke deh. Bunda antar kamu ke rumah Nini, abis itu bunda balik lagi sebentar, ya. Karena bunda ada acara ketemuan sama temen, boleh?”

Chika menggeleng. “Bunda gak usah ke kantor ayah lagi, kita di rumah Nini aja,” ucapnya, seolah tahu apa yang sedang kurencanakan.

“Eng-enggak, Nak. Bunda cuman mau ke…” Ah, sialnya aku kehabisan kata untuk beralasan.

Tiba-tiba Chika menatapku lekat. “Bunda, tadi Chika gak sengaja denger Ayah nelpon sambil jalan tergesa-gesa. Abis itu Ayah marah sama Chika…” Gadis kecilku itu menghentikan kalimatnya seolah lidahnya kelu untuk mengungkapkan.

“Apa karna itu kamu jadi mecahin gelas?” tanyaku seketika.

Gadis itu menunduk dan bergeming beberapa saat.

“Udah, gak usah dipikirin!” Aku menasehatinya agar tenang, padahal di dalam hati ini sudah menyimpan banyak kegundahan. “Eh, ngomong-ngomong sejak kapan kamu sedewasa ini, Nak? Kemana Chika-nya bunda yang sering tantrum itu?” ledekku, menggodanya.

Tawanya berhasil membuat suasana pagi yang diselimuti awan mendung, menjadi sedikit memudar. Chika, apa yang sudah dia dengar dari Ayahnya hingga membuatnya shock? Apa anak sekecil ini sudah mengerti? Kenapa Bang Arlan sampai marah pada anak yang sangat disayanginya ini?

****

Aku dan Chika sudah berada di terminal bus dan sedang menunggu keberangkatan menuju Bandung. Saat ini uang yang kupegang sangat tidak cukup, sehingga terpaksa aku menjual cincinku untuk pegangan sebelum berangkat tadi.

Aku mengirimkan foto kami berdua kepada Bang Arlan untuk membuktikan bahwa kami akan berangkat, tanpa memberitahunya bahwa setelah mengantarkan Chika, aku akan segera kembali untuk menjalankan misiku.

[Hati-hati kalian, ya. Hmmm.. bakalan sepi rumah, Ayah sendirian deh..] keluhnya dengan membubuhi emoji sedih.

Aku tersenyum getir. Entah bagaimana, aku merasakan ada kebohongan saat membaca pesan darinya ini.

[Kami balik besok ya, Yah. Soalnya Chika katanya lagi kangen banget sama Nininya.] balasku.

[Oke, Bund. Jangan lupa kabarin]

Obrolan kami kuakhiri tanpa membalas pesan terakhir darinya. Dia masih bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tetapi aku yakin, serapat apapun dia menyembunyikan sesuatu dariku, sepandai apapun dia mencoba mengelabuiku, aku akan menemukan jawabannya.

Di perjalanan, Chika lebih banyak diam dan melamun. Matanya selalu menghadap jendela, fokus pada pemandangan selama perjalanan. Aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu.

“Nak… kalau ada apa-apa, jangan ragu buat cerita sama Bunda, ya!” ucapku sambil menggenggam tangannya.

Chika menoleh padaku dengan tatapan sayu yang tak kumengerti.

“Jangan takut!” bisikku, lalu memeluknya.

Tak berapa lama, Chika tertidur sampai akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Untuk masuk ke daerah rumah Ibu, aku memesan taksi. Chika yang biasanya merengek minta dibelikan jajanan, kali ini dia hanya diam.

“Nak, nanti kalau sampai rumah Nini, jangan cemberut gitu, ya! Ntar Nini mikir macam-macam, lagi.” Aku memberi nasehat sambil mengelus kepalanya.

Chika hanya mengangguk. Lima belas menit, kami sampai di rumah Ibu. Pelukan hangat kami terima serta senyum merekah penuh rindu terpampang di wajah Ibu. Setelah berbincang sedikit, aku pamit pada Ibu untuk kembali ke Jakarta dengan alasan sudah ada janji dengan teman dan besok pagi akan menjemput Chika lagi.

“Apa sepenting itu, Neng?” tanya Ibu, agak keberatan memberiku izin.

Aku mengangguk. “Ini penting banget, Bu.”

Dengan terpaksa Ibu mengizinkan. Wanita yang sudah melahirkanku 33 tahun silam itu mengantarku ke depan teras sambil menggenggam tangan Chika.

“Kamu baik-baik, ya Sayang!” Aku membungkuk mengelus rambut Chika dan mencium pipinya.

“Bunda, kalau bisa jemputnya bareng Ayah ya, naik mobil Ayah,” pintanya penuh harap.

Aku tersenyum tipis. Tak yakin dengan hal itu. Tetapi aku hanya mengangguk pada Chika sebagai jawaban untuknya.

Sekitar tiga jam perjalanan, aku telah sampai di dekat kantor Bang Arlan. Aku pun sudah memakai hoodie dan menutupkan topinya ke kepala. Tak lupa kupakai kacamata hitam dan juga masker, mirip seorang mata-mata. Aku duduk di minimarket yang terletak di seberang kantor Bang Arlan sambil menikmati mie cup. Mataku tak lepas dari gedung bertingkat itu.

Masih bingung akan berbuat apa, tiba-tiba suamiku muncul bersama seorang wanita. Mereka tertawa berjalan menuju parkiran. Beberapa menit kemudian, aku melihat mobil suamiku itu melintas, dan di dalamnya ada wanita yang tadi berjalan bersamanya.

Tanpa pikir panjang, aku bergegas mengejarnya dengan ojek yang sedang mangkal di persimpangan jalan tak jauh dari minimarket itu.

“Kejar mobil itu ya, Kang!” pintaku pada Kang Ojek sambil menunjuk mobil Xpander berwarna putih. “Jangan sampe kehilangan, Kang!” pintaku lagi.

Kang Ojek itu mengangguk. “Jadi deg-degkan euy. Ngerasa kayak lagi ngejar suami Mbaknya yang selingkuh,” selorohnya.

Aku terkesiap, namun apa yang diucapkan lelaki yang kutaksir usianya sekitar 40-an itu, memang benar.

“Kebanyakan nonton sinetron si Akang, mah.” Aku terkekeh menanggapi ocehannya seakan apa yang dia katakan tidak benar.

Tanpa kusadari, ternyata Bang Arlan mengarah ke jalan pulang. Aku meminta Kang Ojek untuk melaju pelan dan tetap berjarak, jangan sampai ketahuan. Benar saja, suamiku itu sudah masuk ke halaman rumah. Aku meminta Kang Ojek untuk turun di dekat persimpangan yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah.

Tak bisa lagi kujelaskan bagaimana detak jantungku ini berdebar sangat kencang ketika kulihat suamiku berjalan masuk ke rumah sambil merangkul wanita berambut panjang itu.

“Gila! Benar-benar gila Bang Arlan! Berani-beraninya dia membawa wanita lain ke rumah pemberian orang tuaku!” Tanganku mengepal hebat bersamaan dengan emosiku yang kian membuncah.

Bab terkait

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   SEBUAH NASIHAT

    “Halo, Ras. Ada apa?”Sedang dalam suasana hati yang tak karuan, Laras—Mamanya Cecil, yang juga tetanggaku, menelepon.“Lo dimana, Git?” Suara Laras terdengar agak panik.Aku mengerutkan kening. “Emang kenapa?” Tanpa menjawab pertanyaannya, aku balik bertanya.“Aduh, gimana ya ngomongnya..” Terdengar helaan napas kasar di seberang sana.Aku sudah bisa menebak apa yang akan dia katakan. Karena dari kejauhan, aku melihat Laras mondar mandir di terasnya sambil sesekali menatap rumahku.“Ngomong aja ih!” desakku.“Ta-tapi lo jangan kaget ya, anu.. bisa jadi bukan apa-apa, sih.” Masih bertele-tele, Laras seakan tidak bisa menyampaikan apa yang dia lihat.“Gue tau, lo mau bilang kalo Bang Arlan ke rumah bawa cewek, kan?” tebakku seketika.Aku masih berdiri di dekat pohon besar di persimpangan. Masih belum melangkah, sebab hati dan otakku beradu sengit. Seakan tak ingin menyaksikan apa yang nantinya terjadi di depan mataku. Sedangkan di sisi lain, aku tidak ingin memergokinya sekarang. Aku

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   TERINGAT PESAN AYAH

    “Chika?” Aku menghampirinya dengan sedikit panik, takut dia mendengar ucapanku tadi. “Kamu kenapa bangun? Mau pipis, ya? Atau mau minum?” tanyaku.Chika menggelengkan kepalanya lemah. “Ayah gak ikut kesini, Bund?” tanyanya dengan bibir mencebik kecewa.Aku mengusap rambutnya, lalu membawanya kembali masuk ke kamar.“Ayah lagi sibuk banget, tadi pas Bunda pulang Ayah masih kerja.” Aku berdusta, berharap Chika mengerti dan tidak mendengar apa saja yang tadi kuceritakan pada Ibu.“Tapi kenapa Bunda nangis?” Gadis kecil itu menatapku sambil memeluk bonekanya.Segera aku mengusap-usap wajah sambil tertawa kecil. “Ah, mana ada. Ini kayaknya karena Bunda udah ngantuk banget, deh.” Aku pura-pura menguap. “Tidur, yuk!” Kurebahkan kepala Chika ke bantal, lalu kutarik selimut menutupi tubuhnya sampai ke dada. kutepuk-tepuk lengannya dengan lembut. Namun yang terjadi, tanpa sadar aku pun ikut tertidur. Mataku terasa berat sekali setelah menangis seharian. Tetapi, setelah kupikir-pikir, betapa ru

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   PERASAAN JIJIK

    “Nak… apa kamu mau pindah sekolah ke tempat Nini?” tanyaku saat perjalanan pulang kembali ke Jakarta.Chika tampak berpikir. Matanya menatap ke atas sejenak, lalu menoleh padaku. “Sebenarnya … Chika suka tinggal di rumah Nini, disana sejuk, banyak bunga-bunga dan kupu-kupu. Tapi … Chika nanti kangen sama Ayah sama Bunda,” cicitnya.Aku merangkul tubuh mungilnya. Membawa ke pelukanku. Gadis kecil ini tidak akan tahu bagaimana nasib rumah tangga orang tuanya setelah aku membalas Bang Arlan. Tetapi, aku tetap harus mengambil keputusan. Bertahan untuk terus sakit hati demi anak? Awalnya pikiran itu terlintas di benakku. Namun, aku pikir hal itu salah dan bodoh. Jika kelak Chika telah tumbuh dan mengerti, dia pasti akan sakit hati dan kecewa. Aku yakin, dia juga tidak ingin melihat Ibunya disakiti.“Kalau kamu emang mau tinggal bersama Nini, gak apa-apa, Sayang. Nanti bunda sering jenguk kamu,” ucapku membujuk.“Terus nanti Bunda ngapain disana? Kan Ayah kerja, kalau gak ada Chika, apa bun

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   MEMULAI AKSI

    “Bu-bunda …” Bang Arlan terlihat pucat melihat apa yang sedang aku pegang. Dia mungkin menyadari kalau itu milik kekasihnya.Aku tertawa dan buru-buru menyembunyikan benda itu di belakang pungguung.“Ini kayaknya punya Aku yang ilang, Bang.” Aku lanjut berjongkok dan merogoh bawah kolong tempat tidur. Dan ternyata aku menemukan dalaman lainnya. Kali ini sebuah bra berukuran lumayan besar yang sama sekali bukan ukuranku.Aku berdiri dan kembali memegang benda itu dengan jijik sambil memperlihatkannya pada Bang Arlan.“Ini juga kayaknya punya aku, Bang. Kok bisa ada di bawah kolong, ya?” Aku berpura-pura bodoh.Bang Arlan tertawa. Wajahnya tampak lega, melihat aku tak curiga dengan benda yang sebenarnya tidak pernah aku pakai. CD berenda? Bra ukuran besar? Sungguh bukan aku.Tapi Bang Arlan gak peduli dan menganggap keadaan aman karena aku menganggap benda ini milikku yang hilang. Dia berganti baju dan naik ke atas ranjang. Matanya sibuk mencari benda yang mungkin tadi aku jatuhkan.Aku

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   TERNYATA DIA...

    “Iya, Mas. Eh, Pak.” Aku jadi salah tingkah dan gugup. Bingung mau memanggilnya dengan sebutan apa. Sementara aku tidak tahu dia menjabat apa di kantor ini.Dilihat dari setelannya yang terlihat mahal dan mewah, membuatnya semakin berwibawa dan juga …“Tampan,” batinku.Pria itu menyeringai, terlihat sangat sombong. Tak lama pintu lift terbuka. Dia keluar dengan langkah lebarnya. Aku pun menyusul, karena tujuan kami ada di lantai yang sama.Dia berbelok ke kanan, dan aku ke kiri.“Tunggu!” panggilnya. Seketika aku pun menoleh ke belakang. Karena tidak ada orang lain disana selain kami berdua.Aku menunjuk diriku sendiri, sembari menaikkan alis. Bertanya lewat gestur bingung.“Kamu mau ngelamar kerja disini?” tanya pria itu sambil memperhatikan amplop coklat yang dipegang.“Oh, ini. Enggak. Aku cuman mau …” Aku bingung mau menjawab apa. Kalau aku bilang tidak ingin melamar pekerjaan disini, nanti aku diusir, tapi kalau aku bilang mau melamar, gimana kalau dia membuka isi amplop ini.Aku

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   HUKUMAN APA?

    “Git, gue minta maaf,” cicit Yunita akhirnya.“Kenapa harus suami gue?!” bentakku.“Bund, Abang bisa jelasin,” ucap Bang Arlan masih berusaha menyentuhku.Aku mengangkat tangan dan meminta Bang Arlan untuk tidak mendekatiku. Aku mundur perlahan dan menjauh sembari berusaha menenangkan diri.“Sudah berapa lama?” Aku bertanya dengan suara serak dan lemah.Tak ada yang menjawab. Mereka berdua bergeming.“SUDAH BERAPA LAMA KALIAN SELINGKUH????!!!!” Aku kembali berteriak dengan sisa suara yang kupunya.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Mungkin mendengar keributan yang kubuat di dalam sini.“Ada apa ini?” tanya pria yang masih berdiri di ambang pintu. Matanya menatap tajam pada kami satu persatu.Aku masih terisak. Tapi segera kuseka air mataku yang tak mau berhenti mengalir. Sungguh air mata ini teramat mahal untuk menangisi pria berengsek seperti Bang Arlan. Tapi hatiku benar-benar perih. Mungkin, aku tidak akan merasa sesakit ini jika Bang Arlan berselingkuh dengan wanita yang tidak kuken

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   KONSEKUENSI

    Pak Angga tersenyum menanggapi Ucapan Bang Arlan, aku semakin kecewa. Sia-sia saja rasanya kami bermusyawarah disini kalau aku tetap tidak akan mendapat keadilan."Kalau begitu, maaf Pak Angga." Aku langsung nyerobot bicara sebelum Pak Angga kembali angkat suara. "Saya akan dengan terpaksa mengungkap perbuatan mereka berdua ke sosial media milik saya, dan pastinya... nama perusahaan Bapak akan ikut terseret," ancamku penuh kekecewaan.Pak Angga yang tadinya senyum, kembali pada ekspresi datar setelah mendengar ucapanku. Masih tak kusangka, jika ternyata tidak ada yang mempedulikanku sebagai korban disini. seorang Angga hanya mempedulikan citra dan nama baik perusahaannya saja. Dia pasti akan mencegahku untuk mengungkap cerita yang akan aku buat di sosial media nantinya."Tenang dulu, Mbak. Saya belum selesai menjelaskan.." ujarnya, membuat Bang Arlan seketika menegang kembali."Memang peraturannya seperti itu, saya tidak bisa melakukan pemecatan karena terikat kontrak, tapi ... saya b

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   PENGANCAM YANG TERANCAM

    "Ibu Yunita! Tolong hentikan, atau saya akan panggil petugas keamanan untuk menyeret paksa anda keluar!" Suara Pak Angga sedikit meninggi, membuat Yunita segera melepaskan tangannya dari rambutku.Gila saja, bahkan saat aku tengah diserang si Kunti ngamuk, Bang Arlan justru menyeringai puas. Dia sama sekali tidak menolongku, padahal akulah wanita yang delapan tahun menemaninya dalam suka dan duka. Wanita yang sudah melahirkan anak untuknya dan mengabdikan diri padanya. Semua itu rusak hanya karna cintanya yang berpaling kepada Yunita. Dadaku tiba-tiba sesak memikirkan hal itu. Kenapa hatiku terasa sakit. Ah, tapi kini aku sudah mati rasa. Cintaku pada Bang Arlan benar-benar sirna seketika. Kini hanya kebencian yang membelenggu hatiku."Sekarang silahkan keluar! Dan untuk Pak Arlan, saya tunggu keputusan anda," ucap Pak Angga. Dia berdiri sejenak, lalu berjalan menuju kursi kerjanya.Bang Arlan mengacak rambut dengan kasar. "Kita harus bicara serius di rumah," desisnya padaku dengan ma

Bab terbaru

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   AKHIR YANG DITEMPUH

    “Memang saya pelakunya,” ucap Tante Rusni dengan kepala menunduk.Setelah ketahuan bahwa dirinya menemui Aditya yang merupakan mantan calon menantunya untuk membantunya mencari Yunita yang beberapa hari ini menghilang, aku tidak berhenti bertanya hingga akhirnya tante Rusni lelah dan mengakui bahwa dirinyalah yang telah menjebakku di acara reuni sekaligus pengumuman oleh Yunita bahwa dirinya akan menikah. Saat itu, aku bahkan tidak mengingat wajah calon suami Yunita.“Kenapa tante tega ngelakuin itu sama Gita? Apa salah Gita sama tante?” Aku mulai terisak. Perih sekali hati ini ketika wanita yang sama kuhormati seperti ibuku sendiri ternyata diam-diam menyakiti lahir dan batinku.Percakapan kami saat ini sedang direkam video oleh Angga sebagai bukti untuk berjaga-jaga. Sebab, orang jahat dan licik bisa mengulangi perbuatannya jika ada kesempatan.“Tante minta maaf, Gita. Tante sudah memberikanmu minuman untuk menghilangkan kesadaranmu, lalu menyuruh Aditya untuk berhati-hati dan janga

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   MIE INSTAN BERISI BERLIAN

    “Kamu yakin gak mau ambil lagi rumah itu? Atau kamu mau aku renovasi semua bentuknya agar kamu bisa melupakan Arlan?” Angga berujar tanpa menoleh padaku, sedang tangannya sibuk menyusun berbagai stok makanan di dalam kulkas.Aku tidak mengindahkan ucapannya, yang kuperhatikan sejak tadi adalah, perhatiannya soal makanan. Lelaki ini sangat hobi membelikan makanan untuk orang lain. Aku duduk di mini bar dengan tangan menyanggah dagu. Semakin kuperhatikan, Angga semakin tampan meski wajahnya terlihat kaku dan jarang tersenyum, apalagi ekspresinya yang datar itu.“Kamu denger aku ngomong, gak?” Angga menyalakan kompor dan mendidihkan air, lalu menatapku dari dekat.Aku terkesiap ketika tiba-tiba mendapati dua bola matanya berada tepat di depanku. Bersamaan dengan degup jantung yang berdebar tak menentu.“Malah senyam-senyum sendiri. Apa aku terlihat seperti suami idaman?”Aku mendecih. “PD amat,” gumamku sambil melipat tangan ke dada.Dia tertawa keras dan menyiapkan mie instan ke dalam m

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   KUSERAHKAN

    “Baru kali ini aku mengenal orang segila Angga.” Aku menghela napas panjang dengan mata menatap langit-langit kamar.Hari yang melelahkan. Akhirnya aku kembali ke butik dan menginap di kamar lantai tiga, sebab rumah itu sudah kuserahkan pada Angga.Aku memang ingin menjualnya dan menebus kembali tanah peninggalan ayah. Tetapi, uang itu sudah diserahkan seluruhnya pada Bang Arlan.Kemarin, saat pertemuan terakhir kami, Bang Arlan masih dengan rasa gengsinya dan merasa harga dirinya dijatuhkan oleh Angga.“Saya tidak bisa menerima uang ini!” tegas Bang Arlan. Dari raut wajahnya, sepertinya dia memang serius. Aku jadi heran, kenapa dia menolak, padahal selama ini yang dia kejar hanya uang.“Apa permintaan saya susah, Pak Arlan?” tanya Angga dengan wajah yang ketat.Aku pun mengira setelah menerima uang miliaran, mereka akan pergi dan berhenti mengangguku, tapi ternyata Bang Arlan belum selesai.“Apa lagi yang kamu inginkan, Bang?” tanyaku dengan perasaan putus asa. “Kita selesaikan sampa

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   HANYA UANG

    “Pak Angga?” Yunita bersuara, memecahkan keheningan suasana yang menegang.Bang Arlan yang tadinya terpelongo karena terkejut, kini berubah pandangan menjadi sinis.“Kamu?” Aku juga tak sabar, kenapa bisa Angga yang menjadi pembelinya.“Apa anda tidak mau melayani saya sebagai pembeli rumah ini?” Angga bertanya dengan angkuh pada Bang Arlan yang seketika memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah menekan tombol merah, mengakhiri panggilan.“Si*l!” Bang Arlan menggerutu dengan tangan mengepal dan rahang mengeras. “Sampai kapan kau akan terus ikut campur urusanku, hah?” Mata Bang Arlan melotot pada Angga dengan gigi yang dirapatkan, geram.Angga tertawa kecil dan melangkah maju, mendekati Bang Arlan.“Sampai kamu berhenti menganggu Gita.” Angga menyondongkan wajahnya dan sedikit berbisik pada Bang Arlan.“Wah, Cah Bagus! Apa kamu akan memberikan uang pada ibu kalau ibu berhasil membujuk Arlan untuk berhenti mengganggu Gita?” tanya Mamanya Bang Arlan dengan mata berbinar. Di kepalanya han

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   AKAN KUTUNGGU SAMPAI RAMBUT INI MEMUTIH

    “Chika ingat!” Putri kecilku itu berujar dengan tegas. “Nomornya B xx23 NJ.”Aku terperangah mendengar ucapan Chika. “Kamu cerdas sekali, Nak.” Aku berlutut, meraih tangannya. Dia hanya diam dengan ekspresi datar. Biasanya dia akan tersenyum manis jika kupuji, tapi hari ini, dia berubah sensi.“Chika mau ke kamar Nini dulu. Bunda boleh pergi selesaikan urusan dengan Ayah. Chika disini aja sama Nini.” Gadis kecilku itu melepas genggaman tanganku. “Nini, Chika ke kamar dulu ya, tinggal digoreng aja kan, donatnya?” Dia mengalihkan pandangan pada ibuku sambil berdiri, bersiap untuk meninggalkan dapur.Ibuku hanya mengangguk dengan senyum cerah. Gadis kecilku itu langsung pergi ke kamar Nini-nya dan mengunci pintu.Ibu mengusap bahuku dengan lembut. “Kamu yang sabar, ya, Nak. Chika, anak sekecil itu terlihat aneh jika bersikap seperti orang dewasa, tapi itu semua terjadi sebab tekanan batin yang dia rasakan. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan secara tidak sengaja bahwa seorang pria yang

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   SERAKAH

    “Sayang … sini, biar bunda jelasin.” Aku merentangkan tangan, memintanya untuk datang ke pelukanku.Chika menggelengkan kepalanya sambil menangis sesenggukan. “Bunda sama ayah jahat! Bunda sama ayah gak sayang Chika!” Dia menjerit, meluapkan emosinya.“Chika … cucu Nini … sini sama Nini, Nak!” Ibuku yang sudah tenang berusaha membujuk gadis kecil itu, sedang aku terduduk di lantai menundukkan kepala.Meski dia benci dengan ayah bundanya, beruntung masih ada Nini yang menjadi labuhan hatinya.“Jangan terus menyalahkan bunda, Nak. Nanti kalau kamu udah besar, pasti mengerti kenapa semua ini terjadi,” ujar Ibuku memberikan Chika nasihat.Chika menenggelamkan kepalanya dalam pelukan ibu. “Tapi Chika gak mau ayah sama bunda pisah dan berantem, Nini. Chika maunya tante itu pergi jangan ganggu ayah lagi. Chika mau buang aja semua bonek itu!” Gadis kecil dengan dress rumahan berwarna merah muda itu membalik badan seketika dan menunjuk mainan baru yang diberikan Yunita.“Kalau Chika benci sama

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   MENDENGAR SEMUANYA

    “Astaghfirullah …” Ibu meneteskan air mata.Beliau sangat terkejut setelah mendengar semua ceritaku tentang Bang Arlan dan Yunita. Setelah tadi ibu memegangi dadanya dan mengatakan dia baik-baik saja, hanya reaksi terkejut saat merespon berita yang kusampaikan. Ibu memintaku menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi.“Bu … tapi Gita sekarang baik-baik aja. Ibu gak usah khawatir.” Aku berusaha menghiburnya yang tampak sangat terpukul menatapku dengan mata yang bergetar.“Bagaimana bisa kamu bilang baik-baik aja kalau ternyata Chika itu bukan anaknya Arlan. Lalu dia anaknya siapa, Nak?” Ibu sedikit berbisik dan mendekatkan wajahnya padaku. Air mata ibu akhirnya lolos setelah sejak tadi dia tahan.Aku terdiam sesaat.“Tentang itu, Gita juga sedang mencari tau, Bu. Dan sekarang sudah mendapat titik terang. Ada Angga yang membantu Gita.” Aku menjelaskan semuanya agar membuat Ibu tidak berpikir keras.Wanita yang melahirkanku itu menangis. Kepalanya menunduk dalam, dengan bahu terguncan

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   FIRASAT

    “Kamu…” Tante Rusni menunjukku dengan tangan gemetar. Dia seperti hendak protes. Dan mempertahankan sandiwaranya.Namun, aku mengalihkan keadaan ketika mendengar ponsel yang terus bergetar dari dalam tas.Aku menyibak rambut baru yang lurus sebahu berwarna kecoklatan ini lalu merogoh tas. Seketika panggilan yang sejak tadi berdering mati. Aku tak sempat menjawab panggilan dari ibu. Bola mataku melebar ketika pesan dari ibu sudah sejak tadi memberitahukan bahwa mantan suamiku datang bersama Yunita dan Mamanya Arlan.“Gita permisi dulu, Tante. Urusan kita belum selesai. Ada hal yang lebih penting saat ini.” Aku segra menyandang menyandang tasnya dan berlari terburu-buru menuju mobil.Tante Rusni ikut berjalan menuju pintu keluar dan melihatku dengan perasaan heran. Belum sempat dia mengutarakan apa pun yang sebenarnya sangat ingin kudengar, tetapi aku langsung pergi tanpa mendengarkan penjelasannya.“Ibu… ayo dong angkat telepon Gita!” Berkali-kali aku menekan tombol panggilan pada nomo

  • SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI   KENAPA TEGA?

    “Tante, gimana kabarnya? Tante lagi dimana?” Aku menelepon Tante Rusni, alias Mamanya Yunita dengan niat mengajaknya bertemu.“Kabar tante baik, Tante lagi di Bandung, ada apa, Git? Apa Yunita bikin masalah lagi sama kamu?” Suaranya terdengar mendayu terdengar sedang tak enak hati. “Tante minta maaf banget sama kamu ya, Gita. Kamu…”“Tante, maaf saya potong. Gimana kalau kita ketemuan aja buat bicarain semuanya?” ajakku.Dari seberang telepon aku mendengar desahan napas beratnya. Aku menerka, dia sedang keberatan dengan ajakanku.“Emm… gimana ya, tante agak sibuk belakangan ini, Git.” Dia akhirnya menolak.“Biar Gita aja yang ke Bandung, Tante. Gita sekalian mau ke rumah ibu. biar Gita mampir ke tempat tante,” ujarku menepis tolakannya.Dia terdiam sesaat, namun akhirnya menyetujui.“Oke deh. Kapan kamu mau datang?” tanya wanita itu.“Hari ini, Tante.”“Oke,” sahutnya dan telepon berakhir.Setelah kemarin mendengar penjelasan dari karyawanku yang bernama Chika, ciri-ciri yang dia sebu

DMCA.com Protection Status