Tempat : Mars
Tahun : 2135
Mars yang dulu dikenal sebagai planet tidak berpenghuni dan tidak mungkin dihuni karena kurangnya air, oksigen maupun atmosfernya. Sekarang sudah dihuni lebih dari delapan milyar penduduk dan akan terus berkurang.
Untuk membuat Mars nyaman seperti Bumi, para peneliti menciptakan sebuah pelindung besar yang menyelimuti langit Mars. Pelindung itu bernama Skiologi yang berfungsi untuk membuat Mars memiliki gravitasi, oksigen, bahkan atmosfer yang sama seperti Bumi. Sekarang Mars terlihat mirip dengan Bumi. Pelindung itu juga mengatur agar Mars memiliki waktu yang sama dengan Bumi. Teknologi yang terus berkembang maju memang tidak dapat diterima akal dan sangat mengerikan. Bahkan, Skiologi dapat mengatur rotasi dan revolusi Mars agar sama dengan Bumi.
Planet bebatuan dan berpasir ini sekarang berubah menjadi planet hijau dengan sungai dan laut sama seperti Bumi. Semuanya benar-benar sama, bahkan tidak bisa dilihat perbedaannya lagi.
Namun, sekarang tidak ada lagi negara. Hanya ada satu pemerintah pusat dan dibantu dengan bawahan. Di Mars terdapat dua belas wilayah, yaitu wilayah Amerika, wilayah Cina, wilayah Rusia, wilayah Indonesia, wilayah Kanada, wilayah Jerman, wilayah Inggris, wilayah Prancis, wilayah Spanyol, wilayah Italia, wilayah Singapur, dan wilayah Korea. Setiap wilayah memiliki empat musim dengan waktu musim yang berbeda. Manusia di planet ini, sekarang memiliki sebutan berbeda, yaitu penduduk Mars. Selain itu, Mars dan Venus juga menetapkan peraturan bahwa planet harus dipimpin oleh kaum muda yang umurnya tidak lebih dari lima puluh tahun karena umat manusia sekarang menganut kepercayaan bahwa kaum muda lebih dapat dipercaya dari pada kaum tua.
Sejak umat manusia meninggalkan Bumi tiga puluh lima tahun yang lalu, semua berjalan seperti semestinya. Umat manusia semakin berkurang dalam rentang tiga puluh lima tahun. Terjadi banyak bencana karena planet Mars yang terkadang tidak bersahabat. Banyak peperangan untuk merebutkan wilayah, bahkan penyakit serius yang terus berkecambah.
Pria memang pada dasarnya memiliki ambisi yang lebih besar dari pada wanita, mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan yang mereka inginkan, tidak heran mengapa peperangan terus terjadi di Mars karena mereka saling memperebutkan wilayah. Pria jarang menggunakan perasaannya, mereka lebih banyak menggunakan pemikiran dan logika. Jadi, jangan salahkan mereka yang tanpa rasa kasian membunuh orang yang menghalangi jalan mereka menuju kesuksesan.
Selain itu, umat manusia tidak pernah sadar bahwa keputusan mereka memang membawa keuntungan diawal, tetapi mereka tidak sadar ada hal buruk yang sedang membututi umat manusia. Dalam rentang tiga puluh lima tahun, Mars kehilangan lebih dari empat milyar penduduk dan terus berkurang. Bahkan, sekarang Mars hanya berisikan pria dewasa yang semakin tua, tidak ada lagi sekolah dan hanya perguruan tinggi, itu pun sudah semakin sepi karena hampir seluruh penduduk sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi. Penduduk Mars juga sudah tidak bisa lagi mengingat wanita, anak kecil dan mereka tidak tahu apa itu cinta.
***
Suara alarm berbunyi kencang dan membangunkan seorang pria yang sedang bergelung dengan selimutnya.
“Good Mornig. It’s time to work Tuan Christ.” Suara itu berasal dari rumah. Pada zaman sekarang semua dapat digerakkan melalui suara, bahkan sekarang rumah juga dapat berbicara.
Jendela kaca besar yang tadinya berwarna hitam gelap kemudian bersalin menjadi transparan yang membawa bayan matahari menyusup masuk ke dalam kamar Christ dan menyapu halus Netra tertutup Christ. Ia membuka kedua netranya lalu mengerjap beberapa kali. Ia bangkit, melangkahkan kakinya ke dapur dengan perlahan sambil bertitah, ”Buat kopi dan roti.”
“Baik, Tuan Christ.” Setelahnya terdengar suara mesin kopi dan pemanggang roti mulai bekerja.
Christ melempar torsonya ke sofa panjang berbentuk huruf L dan menekan alat berbentuk cincin di jarinya, lantas muncul sebuah hologram yang terlihat seperti ponsel. Christ menyentuh hologram itu dan memeriksa panggilan masuk. Setelahnya, ia melihat berita pagi hari ini. Christ menghela napas langkai, ia penat melihat halaman berita yang selalu menyuguhkan berita populasi manusia di planet ini semakin berkurang karena kematian dan peperangan antar wilayah seperti tidak ada hal lain yang layak untuk diangkat ke halaman berita.
Christ tertegun sambil memandang kosong ponsel hologramnya. Ia selalu mempertanyakan bagaimana sebenarnya wanita secara nyata, ia memang sudah pernah melihat wanita, tetapi itu dulu saat dirinya umur satu tahun. Ia sempat tinggal di Venus beberapa saat karena ibunya masih mengandung dirinya ketika wanita dipindahkan ke planet Venus, bahkan ia sudah tak dapat memenungkan paras ibunya karena ibunya juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan ia tidak pernah datang ke pemakaman ibunya karena kebijakan yang ketat. Jujur saja, ia sangat membenci kebijakan ini. Kebijakan gila yang tak memberikannya sebuah kesempatan untuk melihat ibunya, bahkan tatkala ibunya menghembuskan napas terakhir, ia hanya dapat membeku ditempat.
Ia juga tidak bisa memungkiri bahwa dirinya ingin tahu bagaimana memiliki rasa ketertarikan terhadap wanita. Sejak kecil ia selalu diajarkan di sekolah bahwa wanita atau penduduk Venus memiliki sifat yang amat berbeda dengan pria atau penduduk Mars. Penduduk Venus selalu memiliki sifat yang lembut, tolong-menolong dan lebih menaruh perhatian pada kehidupan. Walaupun tidak semua, tetapi rata-rata penduduk Venus seperti itu dan sejak kecil penduduk Mars selalu diajarkan bahwa penduduk Mars dan Venus tidak akan bisa bersatu karena perbedaan sifat mereka.
Penduduk Mars yang selalu berpikir dengan logika, ambisius dan tidak peduli dengan sekitar tidak akan pernah cocok dengan penduduk Venus yang perasa, lebih memikirkan orang lain dari pada dirinya sendiri, dan selalu mengalisis sekitarnya.
***
Sesosok pria berbusana asal masuk ke dalam sebuah galeri kesenian dengan tersimpul tenang. Walaupun pria itu terlihat sedikit serampangan, tetapi tidak menutupi bahwa ia berparas tampan. Pria itu menunangkan dirinya di sebuah sofa berbulu merah yang terdapat di sudut ruangan sembari mengambil salah satu majalah di atas meja kaca..
Kemudian tampak seorang pria berpakaian rapih dengan dasi kupu-kupu dan jas menghampiri pria serampangan. ”Ada apa Tuan Gerald datang ke sini?” tanyanya.
Gerald menyilihkan tatapannya dari halaman majalah ke pria di hadapannya sambil menyunggingkan senyuman. ”Aku hanya ingin mengecek galeriku saja. Oh iya jangan lupa nanti malam ada pameran jadi persiapkan dengan benar. Sekarang aku akan pergi,” tukasnya lalu bangkit dan melangkah pergi.
Sebenarnya Gerald bisa saja berspesan melalui ponsel hologramnya, tetapi melihat langsung galerinya secara nyatadapat membuat dirinya lebih tenang.
Gerald menekan cincinnya, kemudian menelpon temannya. Suara nada sambung beralih dengan suara serak.
“Halo… Baiklah… Ke rumahku saja,” Jelasnya seraya melangkah terburu-buru.
Gerald mendekatkan telapak tangannya pada sebuah alat password scan yang berada dibawah gagang pintu apartemennya. Pintu lantas terbuka dan menampakkan seorang wanita yang sedang bermukim di ruang tamu bersama seorang pria berwajah nakal.
Gerald menghampiri dua manusia itu dengan napas tersenggal. “Kau berhasil membawa wanita ini?! Bagaimana caranya?!” tanyanya dengan mata membulat tercengung. Gerald bukannya terperanjat karena Calvin masuk ke apartemennya, tetapi terkejut karena ada wanita di apartemen. Ia sudah biasa dengan ketidak sopanan Calvin yang selalu membobol apartemennya dengan entah alat apa, Gerald sendiri tidak tahu.
Calvin menarik kedua sudut ranumnya. “Beberapa hari lalu aku ada tugas di kementrian wilayah Singapura yang berada di Venus dan aku mengingat kau akan melakukan apa pun jika aku berhasil membawa wanita ke Mars jadi aku membawakan salah satu petugas hotel,” jawabnya seraya menunjukkan mimik bangga.
Wanita berjaket hitam dengan rambutnya yang disembunyikan di balik topi itu menatap kedua pria hadapannya. “Kenapa kalian menculikku?” tanyanya dengan suara bergetar menahan air mata yang akan berderai.
Gerald menggaruk tengkuknya dengan wajah segan. Ia mendekati wanita itu dan berlutut di depan wanita itu. “Aku Gerald dan aku hanya ingin melukismu. Siapa namamu?” Gerald bersuara selembut mungkin.
Wanita itu mengangkat wajahnya dan balik menatap pria di hadapannya, tetapi tidak berkutik. “Natasha Broklyn.”
Calvin terpaku melihat interaksi mereka berdua dengan sorot mata yang tak dapat diartikan. “Aku akan menagih janjimu nanti karena aku ada urusan. Jadi jagalah Nona Natasha sampai aku kembali dan satu lagi, kau hanya memiliki waktu tiga hari untuk melukisnya karena aku harus mengembalikkannya ke Venus sebelum pemerintah mengetahuinya,” jelasnya sembari bangkit dari sofa.
Gerald berdiri dari posisinya tadi dan melihat Calvin yang sedang memakai mantelnya. ”Tenang saja. Tidak akan lama.”
Calvin mengangguk dan menepuk pundak Gerald lalu berjalan pergi.
Gerald kembali memperhatikan Natasha yang hanya diam menunduk tak berkutik. Ia menghembuskan napas kecil. Ia merasa bodoh karena seharusnya ia tidak main-main dengan ucapannya jika berhubungan dengan Calvin. Ia selalu melupakan fakta kalau sahabatnya itu adalah orang yang nekat dan menyukai tantangan.
***
Calvin memang tidak waras dan ia mengakuinya. Ia membawa seorang wanita ke Mars tanpa berpikir panjang, walaupun ia tahu jika hukuman berat menantinya. Ia memang nekat, tetapi sejujurnya dibalik dirinya yang nekat dan menyukai tantangan, ia tidak dapat memungkiri kalau ia sangat menyukai semua lukisan Gerald sampai pada titik ia berani menyeludupkan seorang wanita ke Mars. Ia benar-benar mencintai seni dan akan melakukan apa pun untuk melihat lukisan Gerald yang mengagumkan.
“Telepon masuk tuan.”
Calvin melihat layar kecil di dalam mobilnya. ”Jawab.”
“Kami dari Asosiasi Pelanggaran Penduduk Mars. Atasan kami ingin bertemu dengan Tuan Calvin siang ini dia six tower building, lantai enam jam lima sore. Selamat siang dan terima kasih.” Sambungan lantas terputus.
Dahi Calvin berkerut. ”Apakah aku tertangkap basah?” tanyanya pada dirinya sendiri.
***
Andrew membaca beberapa berkas sambil beberapa kali mengetukkan pena ke meja. Ia membaca semua berkas, selembar demi selembar. Setelah dua tahun penyelidikan, akhirnya ia merasa mendapatkan orang-orang yang tepat untuk menjadi kelinci percobaan.
Andrew mengangkat kepalanya dan menatap asisten di hadapannya. ”Kau sudah menelpon seluruh pria pilihan kita?” tanyanya.
Lay mengangguk sopan. ”Sudah Pak Presiden. Saya sudah mengatakannya persis seperti yang Pak Presiden minta.”
Andrew tesenyum kecil. ”Sepertinya rencana kita akan berhasil. Kita membutuhkan satu kelinci percobaan lagi.”
Alis Lay berkerut. ”Bukannya kita hanya membutuhkan tiga penduduk mars?”
“Kita butuh dua lagi. Saya akan menjadi orang ke empat dan kau akan menjadi orang ke lima.”
Pernyataan Andrew membuat Lay hampir saja tersedak air liurnya sendiri.
“Maksud pak presiden?” tanya Lay dengan sangsi.
Andrew menatap Lay yang kebingungan seraya menarik kedua sudut ranumnya. ”Sesuai perjanjian saya dengan Presiden Venus bahwa kita sebagai pemimpin juga akan turun,” jelasnya.
“Tetapi kenapa saya juga ikut pak?” tanya Andrew sontak menunjuk dirinya sendiri dengan mata membulat.
Andrew tertawa kecil. “Karena saya ingin. Lagipula kau asisten saya, jadi harus membantu saya.” Ujarnya.
Kali ini Lay tidak bisa berkutik. Ia hanya bisa menyesali keputusannya yang menerima untuk menjadi asisten Andrew, walaupun dirinya tahu bahwa Andrew keras kepala, tidak suka dibantah dan yang paling membuatnya lengar adalah Andrew tidak bisa tertebak.
“Pria adalah makhluk yang menghargai kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi”
Tempat : Venus Tahun : 2135 Venus yang sejak dahulu dikenal sebagai kembaran Bumi, sekarang benar-benar menjadi planet seperti Bumi. Venus memang dikenal sangat panas dan mustahil untuk dihuni, tetapi setelah penelitian puluhan tahun, alhasil para peneliti dapat menormalkan suhu Venus dengan Hygrometer. Hygrometer adalah sebuah alat yang sudah ditanamkan di dalam Venus untuk menjaga suhu Venus agar stabil dan sama seperti Bumi. Venus juga dilindungi oleh Skiologi yang sama seperti Mars. Sistem pemerintahan venus juga tak jauh berbeda dengan Mars, perbedaannya hanya gender yang memimpin. Venus dihuni oleh sepuluh koma lima milyar wanita dan akan terus berkurang. Venus sedang mengalami masalah besar karena penduduknya yang terus berkurang dengan sangat cepat karena banyak sekali terjadi bunuh
Christ mencuri pandang pada arloji melekat di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul empat sore. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di pusat research Mars, ia seorang peneliti. Hari ini ia tidak bekerja sampai larut malam karena dirinya memutuskan berhenti dari pekerjaannya untuk sementara waktu karena hasratnya untuk meneliti Bumi yang semakin memuncak. Rasa keingintahuannya benar-benar sudah melewati batas normal. Ia tidak akan menahan diri lagi. Ia sudah mengirimkan surat lamaran berserta berkas lainnya yang dibutuhkan ke bagian Earth Research Asosiation. ERA adalah lembaga yang dibentuk presiden Mars dan Venus lima tahun yang lalu, lembaga ini bertugas untuk meneliti Bumi. Jarang terdapat penduduk Mars yang berminat untuk bergabung, tetapi jauh berbeda dengan Christ. Ia sangat menggebu-gebu. “Telepon masuk tuan.” Christ melihat layar kecil di mobilnya. Ia tidak mengenali nomor tersebut, tetapi ia mengenal nomornya ka
Sandra menutup map ditangannya lalu melayangkan pandangannya pada Alexa yang sejak tadi hanya diam terpaku di hadapannya dengan tatapan kosong. Ia merasa sedikit aneh dengan gelagat Alexa hari ini karena tidak biasanya Alexa hanya diam saja. “Alexa,” panggil Sandra. Tak ada jawaban. “Alexa,” panggil Sandra untuk ke dua kalinya. Masih tak ada jawaban. “ALEXA!” seru Sandra dengan intonasi meninggi. Alexa tersentak dan langung menoleh menatap Sandra. “Ada apa Bu Presiden?” tanyanya dengan terburu-buru. Sandra menatap cemas Alexa. “Apakah kau baik-baik saja?” Alexa mengangguk sopan. “Saya hanya sedikit tidak enak badan.” “Kalau kau ingin pulang, pulang saja,” suruh Sandra dengan lembut. “Tidak usah Bu presiden. Bu Presiden sebenarnya saya ingin meminta sesuatu. Apakah boleh?” tanyanya dengan hati-hati. Sandra mengangguk pelan. “Kakak saya yang seorang peneliti ingin meminta izin untuk pergi k
Christ dan Gerald memandang luar angkasa dengan sangat takjub. Untuk pertama kalinya mereka melihat Mars luar angkasa. Mereka baru menyadari bahwa planet yang mereka huni selama tiga puluh lima tahun lamanya sangatlah indah. Namun, ketika Spaceship mulai menjauh dan mereka hanya dapat melihat kegelapan. Mereka sadar jika luar angkasa sangat menyeramkan, gelap, luas dan tak berdasar. Christ memalingkan pandangannya dari luar. Terlalu mengerikan memandang keluar. Ia memutuskan untuk menutup jendela disampingnya dan membuka ipadnya yang setipis dan sebening kertas mika Gerald tidak begitu gusar kala melihat luar angkasa, ia hanya terbesit pemikiran bahwa ternyata ia hanya makhluk kecil di luasnya alam semesta dan luar angkasa lebih luas dari pada yang ia pikirkan selama ini. Gerald menggeleng pelan dan memutuskan untuk menarik selimutnya lalu memejamkan matanya. Sementara Calvin terlihat tidak terpukau dengan pemandangan gelap di luar karena ia sudah te
Nora melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Christ yang bersusah payah mengeluarkan barang-barang mereka dari dalam mobil. Ia menabirkan pandangannya ke sekeliling rumah. Rumahnya berkelir putih dan tidak terlalu megah, tetapi bagian dalamnya terlihat sangat nyaman. Halamannya sangat luas dan ada kolam renang yang dapat di tutup dan di buka. Rumahnya memang terlihat bagus, walaupun tidak sebagus rumah Nora di Venus, tetapi layak untuk ditempati dua manusia. Awalnya Nora merasa akan betah menetap di rumah ini sampai akhirnya ia tahu hanya ada satu kamar di rumah ini. Ia menarik kata-katanya. Christ masuk ke dalam rumah sembari menarik kopernya dan koper Nora dengan susah payah, tetapi ia malah dikejutkan dengan Nora yang berlari menuruni tangga dengan wajah tertekuk. “Christ. Ada hal buruk terjadi. Di rumah ini hanya memiliki satu kamar saja,” pekiknya dengan mata membulat. Christ menatap aneh Nora. “So?” tanya singkat. Nora melayangkan puk
Gerald memasukkan barang-barang mereka berdua ke dalam kamar dengan ke dua tangannya sediri. Sejak tadi Natasha tidak diperbolehkan membawa atau memegang kopernya. Ia hanya dapat diam dan memperhatikan Gerald yang terlihat sedikit kelelahan. Sebenarnya Natasha bisa saja membawa kopernya, tetapi mungkin akan memakan waktu sedikit lebih lama. Jadi Natasha berasumsi bahwa mungkin saja Gerald tidak suka jika melakukan suatu kegiatan dengan lamban. Padahal Gerald membantu Natasha karena dirinya tidak tega melihat Natasha kesulitan dan kelelahan. Wanita memang seperti itu, senang sekali berasumsi dan berujung menjadi kesalahpahaman. Natasha yang merasa tidak enak karena menyusahkan Gerald memutuskan untuk ke dapur dan mencari sesuatu yang dapat diminum oleh Gerald. Ia membuka kulkas dengan sedikit terperanjat karena kulkas tersebut penuh dengan makanan dan minuman. Ia mengambil salah satu botol yang berisi jus jeruk dan menuangkannya ke dalam gelas lalu menghampiri Gerald yang sed
Sesampainya di rumah, Lay dan Julia langsung sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Julia yang sibuk mengurus penelitiannya dan Lay yang sibuk mengerjakan tugasnya sebagai asisten Presiden. Mereka beberapa kali bercakap, tetapi sesaat kemudian mereka kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing. Tidak seperti pasangan yang lainnya, mereka benar-benar tidak mengatakan hal yang lain selain berbasa-basi. Julia merapihkan bajunya dan memasukkannya ke dalam lemari dengan teratur. Sedangkan, Lay sibuk menggantungkan bajunya karena ia tidak terlalu puas jika bajunya dilipat. Julia menyelesaikan kegiatannya dan menoleh ke arah Lay yang masih sibuk berkutat dengan baju-bajunya. “Aku akan memasakkan makan malam.” Lalu Julia melangkah keluar tanpa mengucapkan hal lain. Lay tetap fokus dengan pekerjaannya sampai ketika ia mendengar suara dentuman dari arah tangga lalu diikuti dengan suara memekik kesakitan. Lay langsung menghentikan kegiatannya dan b
Alexa mendesis geram karena Calvin sama sekali tidak ada inisiatif untuk membantunya merapihkan rumah. Pria rebel itu hanya sibuk dengan ponsel hologramnya. Entah apa yang dilakukan pria itu, Alexa tidak tertarik untuk mengetahui karena ia hanya ingin Calvin membantunya merapihkan rumah. Ia tahu rumah ini sudah rapih, tetapi menurutnya rumahnya sedikit berdebu. Jadi, ia memutuskan untuk merapihkan lagi rumah ini. Alexa menepuk pundak Calvin dengan kesal. Calvin mematikan ponsel hologramnya dan menoleh ke belakang. “Ada apa Nona?” Tanpa rasa bersalah. Alexa mendecak. “Jangan panggil aku Nona. Kita sudah berkenalan. Jadi, panggil saja aku Lexa.” Calvin mengangguk dan tersenyum usil. “Baiklah Lexa. Ada yang bisa Calvin bantu?” cibirnya. Alexa mengernyit sewot. “Bantu aku bereskan rumah.” Calvin bangkit dari sofanya dan mengacak puncuk rambut Alexa. “Harusnya kau katakan dari tadi. Aku tidak akan mengerti jika kau marah-marah saja dan tida
Sandra melangkahkan tungkai jenjangnya masuk ke dalam kediaman ibunya, Sherine. Sudah bertahun-tahun sejak ia terakhir kali menginjakkan kakinya di tempat dimana ia tumbuh dewasa. Tak ada yang banyak berubah, hanya beberapa teknologi baru yang ditambahkan ke dalam rumah. Ia membawa tungkainya kakinya untuk mengelilingi rumah masa kecil. Ia sudah menghubungi Sherine sebab ternyata Sherine sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di luar sana. Mungkin akan tiba satu jam lagi. Sandra menabirkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, ada satu ruangan yang menarik atensinya. Ruang yang tertutup rapat dengan pintu ruangan berwarna coklat berat dengan dua pot tanaman di ke dua sisi pintu tersebut. Ukirannya membuat Sandra tertarik untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam ruang yang membuatnya tertarik. Kala ia mencoba untuk membuka pintu ruangan tersebut, pintunya terkunci dengan kata sandi, tetapi ia tak menyerah karena ia benar-benar pena
Sandra dan Andrew bermukim di sebuah ruangan pemantau. Mereka berdiri di belakang kaca sembari memantau dan mendengar percakapan antara Benedict dan Marilyn dengan pelaku penembakan melalui audio. Mereka memandang ke luar kaca dimana Benedict dan Marilyn berusaha mengulik informasi sebisa mereka sebab pelaku tersebut terus bungkam dengan enggan untuk mengangkat wajahnya untuk menatap orang yang sedang mengajaknya berbicara.“Mario, katakan yang sejujurnya,” pinta Benedict dengan tegas.Marilyn menghembuskan napas keras. Ia bangkit dari duduknya. Segalanya terjadi begitu cepat sampai membuat Benedict, Andrew dan Sandra terperanjat. Marilyn menarik revolvernya keluar dari holsternya lalu menodongkan moncong revolvernya pada kepala belakang Mario.Mario yang awalnya terlihat tenang, mulai merasa gemetar. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Ia memang tidak takut dengan senjata api, tetapi ia takut mati dengan cara mengenaskan seperti ini. Apalagi dengan kep
Sebenarnya Sandra dan Andrew benar-benar tidak bisa membendung emosinya lantaran mereka tidak mendapati satu pun tentara yang harusnya ditugaskan untuk menjaga setiap halaman belakang rumah di komplek perumahan Bumi. Mereka berjalan dengan tegap bersama Benedict untuk menghampiri para tentara yang lalai dalam tugasnya dan menyebabkan pelaku penembakkan sampai masuk ke dalam rumah lalu mengancam salah satu penduduk Venus, bahkan sampai menodongkan senjata.Para tentara yang berasal dari Mars dan Venus sontak merasa takut dengan kehadiran Sandra dan Andrew yang menatap mereka dengan amarah. Di belakang Kedua presiden tersebut terdapat Benedict dan Marilyn yang hanya membisu dan memandang kecewa pasukan kebanggaan mereka.“Kenapa kalian tidak mengerjakan tugas dengan benar?” tanya Andrew dengan suara rendah bersamaan dengan nada tegas.Para tentara di hadapan mereka masih menunduk membisu.“JAWAB!” perintah Sandra dengan intonasi naik
Nora berdiri di samping Christ yang sedang tertidur di sofa. Ia tadi terbagun dari tidurnya dan mendapati Christ sedang tertidur di atas sofa dengan laptop di atas pangkuannya. Ia jadi merasa bersalah karena menyita waktu Christ untuk menemaninya menonton. Sejak seminggu yang lalu, Christ selalu menemaninya menghabiskan film yang Nora beli. Ia pikir Christ akan menolak, tetapi ternyata salah, Christ selalu menerima ajakannya tanpa berpikir panjang. Christ benar-benar menghargai keberadaannya. Sejak pernyataanya satu minggu yang lalu, ia tetapi tidak menjawab, tetapi Christ tetap menjadi Christ sebelumnya dan sedikit lebih perhatian sepertinya.Nora hela napa lembut seraya menutup laptop Christ dan menaruhnya di meja. Ia meraih selimut kecil miliknya, lantas melingkupi Christ dengan selimut di tangannya sampi leher Christ. Setelahnya, mata Nora tak sengaja menatap keluar jendela yang menghadap langsung pada rumah di sebelahnya, yaitu rumah Gerald dan Natasha. Ia memutuskan unt
Nora hanya dapat tertegun mendengar ucapan Christ yang tiba-tiba.Beberapa saat kemudian, sontak Nora memukul Christ dengan bantal sofa. “Jangan bercanda seperti itu atau aku akan memukulmu lebih kencang,” ancamnya.Christ berusaha menangkis pukulan Nora dengan kedua tangannya. “Aku hanya berbicara sesuai yang ada di film.”“Awas saja kau berbicara seperti itu lagi,” ancam Nora untuk kedua kalinya.“Oke. Dengarkan aku terlebih dahulu. Di film tadi dijelaskan jika kita menyukai orang, kita akan merasa senang dengan kehadirannya, Jantung akan berdegup lebih cepat dari biasanya lantaran perasaan antusias bertemu seseorang yang disukai, kita akan merasa nyaman dengan dengannya, dan yang paling penting, Kita merasa memiliki hidup yang lebih bahagia dengan kehadirannya. Semua itu aku rasakan saat bersama kau.”Nora menurunkan tangannya yang sedari tadi memegang bantal sofa untuk melayangkan pu
Andrew dan Sandra masih masing-masing bergeming di tempatnya untuk beberapa detik. Hanya ada kesunyian dan kebisuan di antara mereka, usai perkataan Sandra yang terlontar beberapa saat lalu. Sontak senyuman menenangkan terpatri di wajah Andrew. “Aku juga merindukanmu, walaupun kita terus bertemu dan bersama-sama.” Sandra awalnya merasa malu setelah sebuah kalimat yang tak ia sadari terlontar dari lisannya begitu saja dan berpikiran untuk meluruskan bahwa dirinya sedang kehilangan fokus, tetapi usai mendengar tuturan Andrew yang begitu tegas dan jelas, ia mengurungkan niatnya. “Kenapa kau merindukanku juga?” Sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Sepertinya kepercayaan diri Sandra yang hilang untuk beberapa saat sudah kembali. “Tidak ada alasan. Kalau kau kenapa merindukanku?” Andrew bertanya balik. Sandra mendelik kesal. “Ihhh. Memangnya aku juga perlu alasan?” tanyanya dengan kesal padahal ia yang menanyakan hal itu pertama kali.
Sebenarnya apa yang manusia tahu tentang dunia fana ini, selain kekayaan dan kepuasan yang tak terhingga. Manusia menyukai kepuasan dan mencintai kekayaan. Mereka adalah makhluk tamak yang dapat melakukan apa pun untuk dirinya sediri, termasuk jika harus menumbalkan anaknya, mungkin akan ia tumbalkan. Ketamakkan yang menurutnya adalah sebuah keputusan yang tepat bagi manusia, padahal hanya jurang dalam yang dipenuhi batu runcing. Mereka berpikir mereka benar sampai, tetapi pada akhirnya hanyalah penyeselan yang mereka terima. Manusia suka menusuk punggung manusia lainnya tanpa memikirkan hubungan yang mereka miliki.Memang bukan semua manusia. Namun, tragedi itu yang sering terjadi di dunia fana, saling menusuk untuk mendapatkan kepuasan, saling menusuk untuk melindungi kekayaan, dan saling menusuk agar benteng yang dibangun tak retak. Manusia ada yang tidak suka menusuk manusia lainnya, tetapi mereka langka sebab terlalu banyaknya tragedi tusuk menusuk yang hadir, membuat ma
Langit selalu menjadi kontinen bagi para burung yang siap menjelajahi dunianya dari seluruh mata angin. Kebebasan selalu menjadi kehidupan para burung. Ribuan burung melebarkan, mengepakkan sayap cepat-cepat lalu membelah kontinen mereka yang dipenuhi oleh kapas putih yang larut di kanvas biru. Kehidupan yang indah dan kebebasan yang pasti diharapkan banyak manusia yang hidupnya dipenuhi gelombang permasalahan yang tak ada habisnya. Manusia, makhluk yang diciptakan paling sempurna, tetapi menjadi malapetaka paling besar untuk kehidupan. Kesempurnaan yang mengelilingi mereka membuat mereka semena-mena terhadap makhluk lain yang memiliki hak hidup yang sama seperti mereka, bedanya makhluk lain tidak diberikan kemampuan untuk berbicara bahasa manusia. Hanya perbedaan kecil itu yang menjadikan manusia merasa hebat dan memiliki hak penuh untuk merusak bumi. Setelah dirusak dengan sebegitu parahnya. Mereka tinggalkan bumi yang sudah terkuras habis lalu berinvasi ke
Nora melipat kedua tangannya di depan dada dengan raut masam yang tertatah di wajahnya. Entah apa yang membuat membuat suasana hati Nora turun drastis, Christ pun tak tahu, sebab jika ia mencoba untuk bertanya, ia mungkin kira-kira akan terkena amarah Nora. Jadi, ia memilih untuk membisu dan menyetir dengan tenang tanpa mengganggu Nora.Nora melirik kecil Christ. Sebenarnya ia tidak kesal dengan siapa pun, tetapi suasana hatinya turun karena Christ menertawai baju yang ia pakai, padahal ia tidak merasa ada yang salah dengan bajunya, walaupun memang sedikit tidak tepat berpakaian seperti itu di kantor, tetapi ia tetap kesal ditertawai begitu.Alhasil Christ menyerah, ia menghembus napas lembut. “Kau kenapa Nora? Apakah ada yang salah dengan cara bicaraku?” Ia bertanya dengan intonasi yang lembut sekali untuk menghindari kesalahpahaman.Nora menoleh tahu-tahu menolah terburu-buru. “Kau ini tidak sadar ya kalau menyebalkan. Kau menertawai pa