Sandra menutup map ditangannya lalu melayangkan pandangannya pada Alexa yang sejak tadi hanya diam terpaku di hadapannya dengan tatapan kosong. Ia merasa sedikit aneh dengan gelagat Alexa hari ini karena tidak biasanya Alexa hanya diam saja.
“Alexa,” panggil Sandra.
Tak ada jawaban.
“Alexa,” panggil Sandra untuk ke dua kalinya.
Masih tak ada jawaban.
“ALEXA!” seru Sandra dengan intonasi meninggi.
Alexa tersentak dan langung menoleh menatap Sandra. “Ada apa Bu Presiden?” tanyanya dengan terburu-buru.
Sandra menatap cemas Alexa. “Apakah kau baik-baik saja?”
Alexa mengangguk sopan. “Saya hanya sedikit tidak enak badan.”
“Kalau kau ingin pulang, pulang saja,” suruh Sandra dengan lembut.
“Tidak usah Bu presiden. Bu Presiden sebenarnya saya ingin meminta sesuatu. Apakah boleh?” tanyanya dengan hati-hati.
Sandra mengangguk pelan.
“Kakak saya yang seorang peneliti ingin meminta izin untuk pergi ke Bumi karena tanaman yang akan dijadikan obat sangat langka di sini, tetapi tumbuh subur di Bumi. Dia ingin mencoba ke Bumi melalui jalur ERA, tetapi akan butuh waktu yang lama….“ Kalimat Alexa terpotong karena seseorang tiba-tiba saja menyergah ucapannya.
Mata Sandra langsung membulat. “ YA BOLEH. TENTU SAJA BOLEH,” sergahnya dengan membara.
Sandra tidak mungkin menolak kesempatan emas ini karena jujur saja ia memang masih kekurangan dua orang untuk penelitian M+V. Ia baru mendapatkan tiga orang untuk penelitian ini, yaitu dirinya, Nora dan Natasha. Ia memang berencana untuk menjadikan Natasha sebagai bagian dari tim penelitian ini sejak mengetahui bahwa Natasha diculik salah satu penduduk Mars. Entah dari mana ide tersebut, tetapi tiba-tiba saja terbesit pemikiran untuk mengajak Natasha bergabung ke dalam penelitian ini, padahal belum tentu juga Natasha akan menerimanya.
Alexa sempat terperanjat mendengar Sandra yang setengah berteriak. Ia hanya sedikit kelimpungan karena tiba-tiba saja Sandra menyetujuinya tanpa mendengarkan penjelasannya hingga akhir.
Sandra bangkit dari kursinya dan meraih tangan Alexa dengan bersemangat lalu menangkupkan tangan Alexa dengan kedua tangannya. “Oh iya. Kau boleh ajak kakakmu ke sini, malam ini juga. Pukul Sembilan. Sekarang aku ingin pergi dulu ke suatu tempat karena jadwalku kosong.” Sandra melepaskan tangkupan tangannya lalu mengambil tas merahnya dan melangkah pergi.
Alexa masih terdiam di tempatnya mencoba memahami dan mencerna situasi yang terjadi. Terkadang ia tidak mengerti dan tidak bisa menebak bagaimana jalan pikiran presiden Venus itu. Sandra tidak dapat ditebak. Padahal ia belum menjelaskan sampai akhir, tetapi Sandra langsung menyetujui tanpa berpikir panjang. Alexa tersenyum kecil dan menggeleng pelan tak habis pikir.
***
Natasha melihat ke luar jendela spaceship. Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Perjalanan dari Mars menuju Venus tidak memakan waktu yang berbulan-bulan seperti ratusan tahun lalu karena spaceship dilengkapi dengan wrap Time yang membuatnya menjadi lebih cepat dan menjadikan perjalanan Mars menuju Venus hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Dalam perjalanan, spaceship akan melewati Bumi. Bumi akan terlihat sangat jelas dari spaceship.
Natasha menatap Bumi sekejap lalu kembali menoleh ke depan. Ia menghirup udara dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Planet yang didominasi kelir hijau dan biru itu terlihat indah, tetapi sunyi dan senyap pada saat bersamaan. Hari ini merupakan hari baru dan menyenangkan baginya. Selain dapat melihat bumi seperti sekarang, ia juga dapat bertemu sosok yang selama ini hanya ia dengar dan baca di buku saja. Orang-orang di Venus selalu menganggap bahwa pendudukan Mars adalah makhluk rebel dan tak mengerti belas kasih. Namun, kepercayaan itu dipatahkan ketika ia bertemu sosok mereka secara langsung.
Ia baru menyadari bahwa pria tidak sedingin yang dikatakan gurunya kala. Penduduk Venus memang selalu diajarkan dari kecil bahwa penduduk Mars hanyalah pria dingin yang selalu mementingkan diri sendiri, egois, dan tidak peduli dengan sekitarnya, tetapi ketika dirinya bertemu Gerald, ia sadar bahwa definisi pria tidak sedangkal itu.
Penduduk Mars adalah manusia yang baik dan perhatian, walaupun bisa dikatakan sedikit gila karena dengan beraninya menculik penduduk Venus. Namun, ia tidak dapat memungkiri bahwa ucapan gurunya kala tidak sesuai dengan kenyataannya. Pria yang ia temui sangat lembut dan perhatian, tidak seperti yang selama ini ia pikirkan.
“Permisi Nona Natasha.”
Natasha melongok ke sumber suara dan melihat seorang wanita berpakaian rapih tersenyum kepadanya.
“Setelah sampai di Venus. Anda akan diantar untuk bertemu dengan Presiden Venus. Beliau ingin bertemu dengan anda karena ada hal penting yang ingin dibicarakan,” tukasnya dengan sopan.
Natasha sedikit terkejut dengan pernyataan wanita di depannya, tetapi ia hanya mengangguk sopan dan mengikuti wanita tersebut dengan langkah panjang.
***
Nora mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman yang memiliki penerangan redum sambil melahap es krimnya. Ia memandangi taman bermain anak-anak seraya tersenyum kecil mengenang masa lalu. Sekarang taman bermain itu terlihat using karena tak ada lagi yang menaiki. Terkadang terbesit di pikiran Nora untuk kembali ke masa lalu kala anak kecil belum punah seperti saat ini. Ia ingin melihat anak kecil yang bermain, saling berteriak dan tertawa, tetapi semuanya hanya angan-angannya saja. Sudah bertahun-tahun terlewati dan sekarang tak ada lagi anak kecil.
“Ada telepon Nona.” Suara dari cincinnya.
Nora berdecak kesal karena seseorang mengganggu waktunya menyendiri. Ia menekan cincinnya dan melihat nama kakaknya tertera di layar ponsel hologramnya. Nora mengusap tanda hijau dan menyambungkan suara kakaknya dengan anting yang ia pakai. Di zaman ini, sudah tidak ada lagi earphone atau airpod. Hanya ada sebuah anting yang berfungsi sebagai earphone.
“Kenapa?” tanya Nora singkat dengan wajah masam.
“Datang ke kantorku malam ini jam sembilan.”
“Ya. Baiklah.” Lalu Nora langsung memutus sambungannya karena ia tidak ingin merasa pening karena mendengar kakaknya berbicara panjang.
***
Julia mengusap tanda hijau di ponsel hologramnya. “Ada apa Lex?...Demi apa?!...Baiklah aku akan segera ke sana sekarang.” Julia langsung terburu-buru merapihkan barang-barangnya. Ia tidak bisa menyembunyikan betapa gembirnya ia karena presiden Venus bersedia bertemu dengannya. Ia bergegas memakai mantel dan mengambil kunci mobilnya.
Julia berhenti di depan Blue House atau Kantor Kepresidenan Venus. Ia langsung dihampiri oleh empat orang penjaga yang menunjukkan fotonya. Julia hanya mengangguk ketika para penjaga itu meminta dirinya untuk mengikuti mereka.
Julia melangkahkan tungkai jenjangnya masuk ke dalam kantor presiden ditemani beberapa penjaga di belakangnya. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap sisi yang ia lewati dan hal itu membuatnya terkesima. Julia sampai di depan sebuah pintu megah dengan tiga penjaga di setiap sisinya. Para penjaga membuka pintu megah bercorak putih dengan perlahan. Julisa menetralkan napasnya dan melangkah masuk ke dalam ruang Presiden.
Sontak dirinya mereka terperanjat Julia kala dirinya diberikan sambutan hangat oleh Sandra. “Selamat datang.” Sambil mengulurkan tangannya.
Julia dengan senang hati menyambut uluran tangan Sandra. “Selama malam, Bu Presiden. Maaf mengganggu waktunya.”
“Silahkan duduk. Kita akan memulai pembicaran ketika yang lainnya sudah datang.”
Julia dengan sedikit canggung mendudukkan dirinya di sofa putih besar.
Sandra duduk di hadapannya dengan senyuman yang terus ia sunggingkan. “Aku sudah memanggil Alexa, sebentar lagi dia sampai. Dia sedang menjemput seseorang..”
Julia hanya dapat tersenyum kecil dan mengangguk sopan tanda mengerti.
Alexa melangkah menuju ruang kerja Sandra bersama dengan Natasha. Ia baru saja menjemput Natasha di bandara Spaceship. Langkah cepat mereka terhenti ketika seorang wanita memanggilnya.
“Alexa!”
Alexa menoleh dan melihat Nora sedang melangkah cepat ke arahnya. “Tunggu aku.”
“Sedang apa kau di sini?” tanya Alexa dengan alis berkerut.
Nora mengangkat kedua bahunya. “Entah. Kakak memanggilku.”
“Aku juga ingin ke kantor Bu presiden. Ayo kita ke sana bersama.”
Nora mengangguk dan melangkah duluan.
Alexa membuka pintu ruangan Sandra dan melihat Julia sedang duduk di hadapan sandra sambil tersenyum.
Sandra bangkit dari sofa dan sontak menarik sudut ranumnya ketika melihat mereka datang. “Silahkan masuk dan duduk.”
Mereka bertiga melangkah mendekati sofa. Nora langsung mendudukkan dirinya samping Julia, sementara Natasha yang terlihat sedikit canggung mencoba mendudukkan dirinya di samping Nora. Sedangkan Alexa berdiri di samping Sandra.
Sandra menoleh ke samping kanannya dan menatap Alexa dengan salah satu alis terangkat. “Kenapa kau masih berdiri. Duduk di hadapanku seperti yang lain,” titahnya.
Alexa mengangguk sopan dan duduk di samping Natasha. Sofa yang berada di ruangan Sandra memang cukup panjang. Sedangkan, sofa yang menjadi tempat Sandra bermukim adalah sofa single yang dibuat khusus untuk Sandra.
Sandra menatap serius keempat wanita di hadapannya. “Jadi sebenarnya aku mengumpulkan kalian di sini karena aku ingin memberitahu kalian kalau kalian terpilih menjadi bagian dari penelitian M+V dan besok sore kita akan berangkat ke bumi.” Kalimatnya diakhiri dengan nada riang sambil bertepuk tangan seakan berita yang ia sampaikan adalah berita bahagia.
Julia terlihat senang dengan pengumuman Sandra dan ikut bertepuk tangan. Nora hanya menatap kakaknya datar. Natasha terlihat sangat terkejut dan Alexa merasa kesadarannya akan menghilang karena terlalu terperanjat dengan berita yang terlalu tiba-tiba..
Alexa sedikit menyongsongkan torsonya. “Mak-maksud Bu Presiden bagaimana? Saya sedikit bingung.” Ia masih berusaha mencerna ucapan Sandra.
Nora menghela napas panjang dan memutar bola matanya lalu berkata, “Maksudnya kita akan di kirim ke Bumi besok sore dan menjadi kelinci percobaan di sana. Tamat.”
Sandra langsung menatap tajam adiknya dan mendesis.
“Kelinci percobaan?” tanya julia dengan sedikit bingung.
“Hahhh?!” pekik Natasha.
Sementara, Alexa terpaku tak bergeming di tempat.
Sandra sontak bangkit dan mecoba menenangkan ketiga wanita yang terlihat panik dengan raut wajah yang sarat akan rasa khawatir karena penjelasan adik kurang ajarnya. “Bukan kelinci percobaan, tetapi lebih seperti relawan yang membantu itu menyelamatkan populasi umat manusia.” Sandra mencoba menjelaskan dengan kalimat yang lebih baik dan mudah dicerna.
Ketiga wanita itu langsung menghembuskan napas lega.
Julia mencondongkan tubuhnya ke depan. “Apakah saya tetap boleh mengambil tanaman Anuma dan melakukan penelitian?”
Sandra menatap Julia dengan senang. “Tentu saja. Di sana juga terdapat laboratorium dan penelitianmu akan dibantu oleh negara. Jadi, tenang saja. Everything is fine. Selebihnya akan saya jelaskan besok ketika kita sudah sampai di Bumi.”
“Baiklah. Aku balik sekarang ya, kak. Aku sedang menikmati waktuku ketika kau memanggil,” jelas Nora datar.
Sandra menatap jengkel adiknya. “Yasudah. Sana pergi,” usirnya.
Nora memutar bola matanya acuh lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan Sandra.
“Maafkan adik saya. Dia memang sedikit menyebalkan.” Sambil tertawa kecil yang terkesan dibuat-buat.
“Apakah ada yang ingin kalian tanyakan lagi?” tanya Sandra.
Natasha mengangkat tangan kanannya. “Apakah saya akan tetap di gaji?” tanya Natasha dengan raut wajah sedikit cemas.
Sandra tertawa kecil. “Tentu saja, bahkan saya akan menggaji kalian dua kali lipat.”
Sorot mata Natasha dan Alexa kembali riang usai mendengar tentang gajinya yang akan meningkat.
Sandra bangkit dan membuat ketiga wanita itu ikut bangkit dari sofa. “Baiklah. Kalian bisa pulang untuk menyiapkan diri. Sekali lagi terima kasih.”
Ketiga wanita itu membungkuk hormat dan melangkah pergi dari ruangan Sandra.
Sandra menatap kepergian ke tiga gadis itu. Setelahnya, ia langsung menghela napas lelah sambil menjatuhkan dirinya ke sofa. “Akhirnya.”
“Venus adalah salah satu benda langit yang bersinar terang dan paling terang diantara planet lainnya. Selayaknya seorang wanita yang selalu bersinar terang, cahayanya tak pernah redup dan terus bersinar di kala segalanya terasa berat dan melelahkan, tetapi wanita tetap tersenyum dan bersinar.”
Christ dan Gerald memandang luar angkasa dengan sangat takjub. Untuk pertama kalinya mereka melihat Mars luar angkasa. Mereka baru menyadari bahwa planet yang mereka huni selama tiga puluh lima tahun lamanya sangatlah indah. Namun, ketika Spaceship mulai menjauh dan mereka hanya dapat melihat kegelapan. Mereka sadar jika luar angkasa sangat menyeramkan, gelap, luas dan tak berdasar. Christ memalingkan pandangannya dari luar. Terlalu mengerikan memandang keluar. Ia memutuskan untuk menutup jendela disampingnya dan membuka ipadnya yang setipis dan sebening kertas mika Gerald tidak begitu gusar kala melihat luar angkasa, ia hanya terbesit pemikiran bahwa ternyata ia hanya makhluk kecil di luasnya alam semesta dan luar angkasa lebih luas dari pada yang ia pikirkan selama ini. Gerald menggeleng pelan dan memutuskan untuk menarik selimutnya lalu memejamkan matanya. Sementara Calvin terlihat tidak terpukau dengan pemandangan gelap di luar karena ia sudah te
Nora melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Christ yang bersusah payah mengeluarkan barang-barang mereka dari dalam mobil. Ia menabirkan pandangannya ke sekeliling rumah. Rumahnya berkelir putih dan tidak terlalu megah, tetapi bagian dalamnya terlihat sangat nyaman. Halamannya sangat luas dan ada kolam renang yang dapat di tutup dan di buka. Rumahnya memang terlihat bagus, walaupun tidak sebagus rumah Nora di Venus, tetapi layak untuk ditempati dua manusia. Awalnya Nora merasa akan betah menetap di rumah ini sampai akhirnya ia tahu hanya ada satu kamar di rumah ini. Ia menarik kata-katanya. Christ masuk ke dalam rumah sembari menarik kopernya dan koper Nora dengan susah payah, tetapi ia malah dikejutkan dengan Nora yang berlari menuruni tangga dengan wajah tertekuk. “Christ. Ada hal buruk terjadi. Di rumah ini hanya memiliki satu kamar saja,” pekiknya dengan mata membulat. Christ menatap aneh Nora. “So?” tanya singkat. Nora melayangkan puk
Gerald memasukkan barang-barang mereka berdua ke dalam kamar dengan ke dua tangannya sediri. Sejak tadi Natasha tidak diperbolehkan membawa atau memegang kopernya. Ia hanya dapat diam dan memperhatikan Gerald yang terlihat sedikit kelelahan. Sebenarnya Natasha bisa saja membawa kopernya, tetapi mungkin akan memakan waktu sedikit lebih lama. Jadi Natasha berasumsi bahwa mungkin saja Gerald tidak suka jika melakukan suatu kegiatan dengan lamban. Padahal Gerald membantu Natasha karena dirinya tidak tega melihat Natasha kesulitan dan kelelahan. Wanita memang seperti itu, senang sekali berasumsi dan berujung menjadi kesalahpahaman. Natasha yang merasa tidak enak karena menyusahkan Gerald memutuskan untuk ke dapur dan mencari sesuatu yang dapat diminum oleh Gerald. Ia membuka kulkas dengan sedikit terperanjat karena kulkas tersebut penuh dengan makanan dan minuman. Ia mengambil salah satu botol yang berisi jus jeruk dan menuangkannya ke dalam gelas lalu menghampiri Gerald yang sed
Sesampainya di rumah, Lay dan Julia langsung sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Julia yang sibuk mengurus penelitiannya dan Lay yang sibuk mengerjakan tugasnya sebagai asisten Presiden. Mereka beberapa kali bercakap, tetapi sesaat kemudian mereka kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing. Tidak seperti pasangan yang lainnya, mereka benar-benar tidak mengatakan hal yang lain selain berbasa-basi. Julia merapihkan bajunya dan memasukkannya ke dalam lemari dengan teratur. Sedangkan, Lay sibuk menggantungkan bajunya karena ia tidak terlalu puas jika bajunya dilipat. Julia menyelesaikan kegiatannya dan menoleh ke arah Lay yang masih sibuk berkutat dengan baju-bajunya. “Aku akan memasakkan makan malam.” Lalu Julia melangkah keluar tanpa mengucapkan hal lain. Lay tetap fokus dengan pekerjaannya sampai ketika ia mendengar suara dentuman dari arah tangga lalu diikuti dengan suara memekik kesakitan. Lay langsung menghentikan kegiatannya dan b
Alexa mendesis geram karena Calvin sama sekali tidak ada inisiatif untuk membantunya merapihkan rumah. Pria rebel itu hanya sibuk dengan ponsel hologramnya. Entah apa yang dilakukan pria itu, Alexa tidak tertarik untuk mengetahui karena ia hanya ingin Calvin membantunya merapihkan rumah. Ia tahu rumah ini sudah rapih, tetapi menurutnya rumahnya sedikit berdebu. Jadi, ia memutuskan untuk merapihkan lagi rumah ini. Alexa menepuk pundak Calvin dengan kesal. Calvin mematikan ponsel hologramnya dan menoleh ke belakang. “Ada apa Nona?” Tanpa rasa bersalah. Alexa mendecak. “Jangan panggil aku Nona. Kita sudah berkenalan. Jadi, panggil saja aku Lexa.” Calvin mengangguk dan tersenyum usil. “Baiklah Lexa. Ada yang bisa Calvin bantu?” cibirnya. Alexa mengernyit sewot. “Bantu aku bereskan rumah.” Calvin bangkit dari sofanya dan mengacak puncuk rambut Alexa. “Harusnya kau katakan dari tadi. Aku tidak akan mengerti jika kau marah-marah saja dan tida
Sandra dan Andrew masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Sandra yang dengan apik memasukkan bajunya ke dalam lemari dan Andrew yang sedang membaca berkasnya. Sejak tadi mereka tidak banyak berbicara. Usai menunggu tantara Mars dan tantara Venus sampai di bumi untuk melakukan penjagaan, mereka kembali ke rumah dengan pikiran yang terfokus pada diri masing-masing. Sandra dan Andrew juga merasa canggung untuk memulai pembicaraan karena sebelumnya mereka tidak pernah membicarakan sesuatu di luar pekerjaan, bahkan perangai Sandra yang terkesan dingin terhadap Andrew, membuat Andrew tak memiliki keberanian melangkaui garis yang Sandra ciptakan. Dalam diam, Sandra beberapa kali mencuri pandang ke arah Andrew. Ada sececah rasa tak enak yang membelam dari dalam dirinya. Ia sadar jika Andrew merasa sungkan karena dirinyalah yang secara terang-terangan menarik garis yang tak dapat pria itu lewati. Ia mendesah jengkel karena dirinya yang menciptakan suasana canggung sekarang. S
Julia terbangun dari tidur. Ia mengusap sudut matanya pelan dan melemparkan tatapannya ke sekitar ruangan. Ia tidak menemukan keberadaan Lay di mana pun. Julia mencoba untuk turun dari ranjang perlahan dengan tangan yang bertumpu pada dinding. Ia mencoba bangkit walau awalnya sempat tergelincir karena tumpuan tangannya yang kurang kuat. Ia mendengus kesal karena dirinya harus bersusah payah hanya untuk berdiri tegap. Setelah merasa kuat, ia mulai melangkahkan tungkainya perlahan menuruni anak tangga. Namun, pada tangga ke empat, tangannya kembali tergelincir. Ia memejamkan matanya dan bersiap untuk jatuh, tetapi bukannya merasa sakit atau terbentur, ia justru merasa rengkuhan hangat yang menahan dirinya. Lay memegang erat pinggang Julia. Sebenarnya ia sedikit kesulitan karena pada saat bersamaan ia juga harus menjaga agar tubuhnya seimbang. “Kau ini susah sekali ya diberitahu.” Suaranya sarat akan datar bercampur risau dan kesal. Dalam jarak
Nora menatap Christ yang masih terlelap pulas di sampingnya. Ia mengamati wajah Christ beberapa saat dan tiba-tiba senyuman merekah di bibirnya. Ia baru tersadar bahwa penduduk Mars tidak seburuk yang ada di dalam pikirannya selama ini. penduduk Mars adalah manusia yang bertanggung jawab atas wanita, mereka juga sopan kepada penduduk Venus. Selama sekolah Nora hanya tahu kalau penduduk Mars sangat egois dan tidak mementingkan orang lain, tetapi sekarang pandangannuya mulai berubah dan terbuka. Pandangan buruknya dipatahkan oleh bagaiman Christ memperlakukan dirinya kemarin. Nora keluar dari dalam selimutnya dan bangun dari ranjang lalu melangkah ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Setelahnya ia melangkah menuruni anak tangga untuk ke bawah sambil membawa laptop tipisnya dan mengintip ke arah dapur. Ia berencana untuk memasak roti dan membuat kopi walaupun sebenarnya ia tidak mengosumsi kopi. Ia selalu meminum jus pada pagi hari, tetapi karena penduduk Mars menyukai sarapan
Sandra melangkahkan tungkai jenjangnya masuk ke dalam kediaman ibunya, Sherine. Sudah bertahun-tahun sejak ia terakhir kali menginjakkan kakinya di tempat dimana ia tumbuh dewasa. Tak ada yang banyak berubah, hanya beberapa teknologi baru yang ditambahkan ke dalam rumah. Ia membawa tungkainya kakinya untuk mengelilingi rumah masa kecil. Ia sudah menghubungi Sherine sebab ternyata Sherine sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di luar sana. Mungkin akan tiba satu jam lagi. Sandra menabirkan pandangannya ke seluruh ruangan. Namun, ada satu ruangan yang menarik atensinya. Ruang yang tertutup rapat dengan pintu ruangan berwarna coklat berat dengan dua pot tanaman di ke dua sisi pintu tersebut. Ukirannya membuat Sandra tertarik untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam ruang yang membuatnya tertarik. Kala ia mencoba untuk membuka pintu ruangan tersebut, pintunya terkunci dengan kata sandi, tetapi ia tak menyerah karena ia benar-benar pena
Sandra dan Andrew bermukim di sebuah ruangan pemantau. Mereka berdiri di belakang kaca sembari memantau dan mendengar percakapan antara Benedict dan Marilyn dengan pelaku penembakan melalui audio. Mereka memandang ke luar kaca dimana Benedict dan Marilyn berusaha mengulik informasi sebisa mereka sebab pelaku tersebut terus bungkam dengan enggan untuk mengangkat wajahnya untuk menatap orang yang sedang mengajaknya berbicara.“Mario, katakan yang sejujurnya,” pinta Benedict dengan tegas.Marilyn menghembuskan napas keras. Ia bangkit dari duduknya. Segalanya terjadi begitu cepat sampai membuat Benedict, Andrew dan Sandra terperanjat. Marilyn menarik revolvernya keluar dari holsternya lalu menodongkan moncong revolvernya pada kepala belakang Mario.Mario yang awalnya terlihat tenang, mulai merasa gemetar. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Ia memang tidak takut dengan senjata api, tetapi ia takut mati dengan cara mengenaskan seperti ini. Apalagi dengan kep
Sebenarnya Sandra dan Andrew benar-benar tidak bisa membendung emosinya lantaran mereka tidak mendapati satu pun tentara yang harusnya ditugaskan untuk menjaga setiap halaman belakang rumah di komplek perumahan Bumi. Mereka berjalan dengan tegap bersama Benedict untuk menghampiri para tentara yang lalai dalam tugasnya dan menyebabkan pelaku penembakkan sampai masuk ke dalam rumah lalu mengancam salah satu penduduk Venus, bahkan sampai menodongkan senjata.Para tentara yang berasal dari Mars dan Venus sontak merasa takut dengan kehadiran Sandra dan Andrew yang menatap mereka dengan amarah. Di belakang Kedua presiden tersebut terdapat Benedict dan Marilyn yang hanya membisu dan memandang kecewa pasukan kebanggaan mereka.“Kenapa kalian tidak mengerjakan tugas dengan benar?” tanya Andrew dengan suara rendah bersamaan dengan nada tegas.Para tentara di hadapan mereka masih menunduk membisu.“JAWAB!” perintah Sandra dengan intonasi naik
Nora berdiri di samping Christ yang sedang tertidur di sofa. Ia tadi terbagun dari tidurnya dan mendapati Christ sedang tertidur di atas sofa dengan laptop di atas pangkuannya. Ia jadi merasa bersalah karena menyita waktu Christ untuk menemaninya menonton. Sejak seminggu yang lalu, Christ selalu menemaninya menghabiskan film yang Nora beli. Ia pikir Christ akan menolak, tetapi ternyata salah, Christ selalu menerima ajakannya tanpa berpikir panjang. Christ benar-benar menghargai keberadaannya. Sejak pernyataanya satu minggu yang lalu, ia tetapi tidak menjawab, tetapi Christ tetap menjadi Christ sebelumnya dan sedikit lebih perhatian sepertinya.Nora hela napa lembut seraya menutup laptop Christ dan menaruhnya di meja. Ia meraih selimut kecil miliknya, lantas melingkupi Christ dengan selimut di tangannya sampi leher Christ. Setelahnya, mata Nora tak sengaja menatap keluar jendela yang menghadap langsung pada rumah di sebelahnya, yaitu rumah Gerald dan Natasha. Ia memutuskan unt
Nora hanya dapat tertegun mendengar ucapan Christ yang tiba-tiba.Beberapa saat kemudian, sontak Nora memukul Christ dengan bantal sofa. “Jangan bercanda seperti itu atau aku akan memukulmu lebih kencang,” ancamnya.Christ berusaha menangkis pukulan Nora dengan kedua tangannya. “Aku hanya berbicara sesuai yang ada di film.”“Awas saja kau berbicara seperti itu lagi,” ancam Nora untuk kedua kalinya.“Oke. Dengarkan aku terlebih dahulu. Di film tadi dijelaskan jika kita menyukai orang, kita akan merasa senang dengan kehadirannya, Jantung akan berdegup lebih cepat dari biasanya lantaran perasaan antusias bertemu seseorang yang disukai, kita akan merasa nyaman dengan dengannya, dan yang paling penting, Kita merasa memiliki hidup yang lebih bahagia dengan kehadirannya. Semua itu aku rasakan saat bersama kau.”Nora menurunkan tangannya yang sedari tadi memegang bantal sofa untuk melayangkan pu
Andrew dan Sandra masih masing-masing bergeming di tempatnya untuk beberapa detik. Hanya ada kesunyian dan kebisuan di antara mereka, usai perkataan Sandra yang terlontar beberapa saat lalu. Sontak senyuman menenangkan terpatri di wajah Andrew. “Aku juga merindukanmu, walaupun kita terus bertemu dan bersama-sama.” Sandra awalnya merasa malu setelah sebuah kalimat yang tak ia sadari terlontar dari lisannya begitu saja dan berpikiran untuk meluruskan bahwa dirinya sedang kehilangan fokus, tetapi usai mendengar tuturan Andrew yang begitu tegas dan jelas, ia mengurungkan niatnya. “Kenapa kau merindukanku juga?” Sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Sepertinya kepercayaan diri Sandra yang hilang untuk beberapa saat sudah kembali. “Tidak ada alasan. Kalau kau kenapa merindukanku?” Andrew bertanya balik. Sandra mendelik kesal. “Ihhh. Memangnya aku juga perlu alasan?” tanyanya dengan kesal padahal ia yang menanyakan hal itu pertama kali.
Sebenarnya apa yang manusia tahu tentang dunia fana ini, selain kekayaan dan kepuasan yang tak terhingga. Manusia menyukai kepuasan dan mencintai kekayaan. Mereka adalah makhluk tamak yang dapat melakukan apa pun untuk dirinya sediri, termasuk jika harus menumbalkan anaknya, mungkin akan ia tumbalkan. Ketamakkan yang menurutnya adalah sebuah keputusan yang tepat bagi manusia, padahal hanya jurang dalam yang dipenuhi batu runcing. Mereka berpikir mereka benar sampai, tetapi pada akhirnya hanyalah penyeselan yang mereka terima. Manusia suka menusuk punggung manusia lainnya tanpa memikirkan hubungan yang mereka miliki.Memang bukan semua manusia. Namun, tragedi itu yang sering terjadi di dunia fana, saling menusuk untuk mendapatkan kepuasan, saling menusuk untuk melindungi kekayaan, dan saling menusuk agar benteng yang dibangun tak retak. Manusia ada yang tidak suka menusuk manusia lainnya, tetapi mereka langka sebab terlalu banyaknya tragedi tusuk menusuk yang hadir, membuat ma
Langit selalu menjadi kontinen bagi para burung yang siap menjelajahi dunianya dari seluruh mata angin. Kebebasan selalu menjadi kehidupan para burung. Ribuan burung melebarkan, mengepakkan sayap cepat-cepat lalu membelah kontinen mereka yang dipenuhi oleh kapas putih yang larut di kanvas biru. Kehidupan yang indah dan kebebasan yang pasti diharapkan banyak manusia yang hidupnya dipenuhi gelombang permasalahan yang tak ada habisnya. Manusia, makhluk yang diciptakan paling sempurna, tetapi menjadi malapetaka paling besar untuk kehidupan. Kesempurnaan yang mengelilingi mereka membuat mereka semena-mena terhadap makhluk lain yang memiliki hak hidup yang sama seperti mereka, bedanya makhluk lain tidak diberikan kemampuan untuk berbicara bahasa manusia. Hanya perbedaan kecil itu yang menjadikan manusia merasa hebat dan memiliki hak penuh untuk merusak bumi. Setelah dirusak dengan sebegitu parahnya. Mereka tinggalkan bumi yang sudah terkuras habis lalu berinvasi ke
Nora melipat kedua tangannya di depan dada dengan raut masam yang tertatah di wajahnya. Entah apa yang membuat membuat suasana hati Nora turun drastis, Christ pun tak tahu, sebab jika ia mencoba untuk bertanya, ia mungkin kira-kira akan terkena amarah Nora. Jadi, ia memilih untuk membisu dan menyetir dengan tenang tanpa mengganggu Nora.Nora melirik kecil Christ. Sebenarnya ia tidak kesal dengan siapa pun, tetapi suasana hatinya turun karena Christ menertawai baju yang ia pakai, padahal ia tidak merasa ada yang salah dengan bajunya, walaupun memang sedikit tidak tepat berpakaian seperti itu di kantor, tetapi ia tetap kesal ditertawai begitu.Alhasil Christ menyerah, ia menghembus napas lembut. “Kau kenapa Nora? Apakah ada yang salah dengan cara bicaraku?” Ia bertanya dengan intonasi yang lembut sekali untuk menghindari kesalahpahaman.Nora menoleh tahu-tahu menolah terburu-buru. “Kau ini tidak sadar ya kalau menyebalkan. Kau menertawai pa