Share

SANG PENOLONG

Author: Alya Snitzky
last update Last Updated: 2025-02-11 12:11:53

"Eh, tidak usah! Terima kasih!" tolak Celine dengan gugup.

Pria itu rambutnya sudah setengah botak dan berperut buncit. Bahkan kemejanya terlihat sesak di perutnya. Terbukti dari kancing kemejanya yang sudah nyaris terlepas tak kuat menahan perut pria buncit itu. Dari wajahnya sudah menunjukkan kira-kira pria itu sudah berusia hampir mendekati akhir empat puluhan. Celine merasa jijik dan takut sekaligus, namun pria itu tidak menerima penolakan Celine sama sekali.

"Ayolah, Manis. Aku akan mentraktir minum. Kita bisa mengobrol dan kemudian bisa melanjutkan ke hal-hal yang lebih menggoda," pria buncit itu memaksa bahkan ia dengan berani mulai memegang paha Celine membuat Celine sontak langsung mendorong tubuhnya ke belakang berusaha menjauhi pria menjijikkan itu.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari kakinya!" 

Celine menoleh ke asal pemilik suara yang menawarkannya untuk membelikan minuman.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah belakang mereka. Baik Celine maupun pria buncit itu menoleh. Celine menganga saking terkejutnya. Pria itu adalah pria tampan yang tadi duduk di sebelahnya di dalam pesawat.

"Memangnya kau siapanya?" tanya pria buncit itu dengan suara keras mulai menarik perhatian banyak pengunjung lainnya.

"Aku kekasihnya! Jadi jika kau tidak mau jari-jarimu patah, sebaiknya kau jauhkan dirimu dari kekasihku!" jawab pria itu mantap.

Jawaban itu membuat Celine terpana sekaligus bingung. Namun sesaat kemudian ia sadar bahwa pria itu berkata seperti itu pasti hanya karena untuk menolongnya. 

Pria buncit itupun memutuskan untuk mundur perlahan setelah melihat tatapan dingin dari pria yang memiliki mata unik tersebut. Melihat betapa tegap dan kekar tubuh lawannya, pria buncit itu yakin bahwa ia akan dengan mudah dibuat menjadi samsak tinju.

"Terima kasih!" ucap Celine tulus segera setelah pria buncit itu pergi.

Pria itu tidak memperdulikan ataupun merespon Celine. Ia duduk di samping Celine dan memesan courvoisier cognac untuk dirinya sendiri dan minum dalam diam. Celine jadi merasa jengah. Jadi Celine memutuskan untuk ikut memesan vodka. 

Celine sadar bahwa memesan vodka sama saja artinya dengan bunuh diri. Ia pasti akan mabuk dan bertingkah tak karuan. Tapi Celine sedang patah hati dan merasa hidupnya kacau. Apalagi ia tadi hampir mati pula. Jadi setidaknya sekali dalam seumur hidupnya, Celine memutuskan bahwa tidak apa melanggar prinsip hidupnya.

Diperhatikannya bahwa bar tersebut ternyata tidak seperti bayangannya selama ini yang ia tonton di film-film. Gelap dan kotor. Celine memang belum pernah masuk ke bar manapun karena ia memiliki alasan tersendiri untuk itu. Tapi bar yang ini terlihat cukup bersih dan bahkan di dekorasi dengan baik dan berkelas. Cukup padat juga pengunjung meski hari sudah malam. Musik menghentak cukup kencang.

Pria di sebelahnya itu sudah berganti pakaian rupanya. Kini ia mengenakan polo shirt berwarna biru laut dan celana denim abu serta masih mengenakan sepatu booth yang sama seperti yang dikenakan di pesawat tadi. Gaya pakaiannya kali ini justru semakin memperkuat ketampanannya. 

'Dia lebih tampan dari Jason!' Celine mengakui dalam hati.

Tak lama menunggu, Cocktail Vodka yang masih bercampur dengan sari buah peach pesanannya dihidangkan oleh bartender di depannya. Minuman itu berwarna merah muda yang menarik dan disajikan dalam gelas highball. Terlihat sangat segar dan enak. Tanpa pikir panjang lagi, Celine langsung menenggak minuman itu dan hampir memuntahkannya lagi.

Rasanya sedikit pedas namun ada sedikit sensasi manis dari buah peach dan setelahnya terasa tawar. Celine harus membiasakan diri setelah tegukan pertama. Setelah yakin bahwa ia masih sanggup, ia mulai menenggaknya lagi sedikit demi sedikit. 

Lama kelamaan tubuhnya mulai terasa rileks dan hangat. Dan ia menjadi lebih santai. Minuman itu telah memberikan efek ketenangan padanya dan ia mulai menertawakan hidupnya yang kacau. Tawanya semakin lama semakin kencang sehingga membuat pria yang duduk di sebelahnya dan beberapa orang lainnya ikut menoleh.

"Kenapa kau tertawa sendiri seperti orang yang sudah tidak waras?" tanya pria di sebelahnya sambil menaikkan sebelah alisnya yang tebal.

"Tidak apa-apa," jawab Celine masih sambil terkikik geli. Bagi sebagian orang cocktail merupakan minuman yang ringan. Tapi bagi Celine minuman itu sangat keras sehingga langsung membuatnya melayang dan meracau. Padahal belum ada setengah gelas yang diminumnya.

"Aku hanya merasa hidup ini begitu lucu. Ketika kau sedang berusaha untuk menata masa depanmu dengan baik tetapi akhirnya yang terjadi malah sebaliknya! Segala sesuatu yang kukira akan lancar ternyata harus berakhir tragis," Celine terceguk sekali.

Pria itu tidak menjawab, tapi jelas bahwa ia tertarik mendengarkan cerita Celine. Di pesawat tadi meski keadaannya cukup kacau, tapi ia masih bisa mendengar apa yang dikatakan wanita itu. Jadi ia menolehkan kepalanya ke arah Celine sambil menyesap minumannya dengan santai dan menyimak setiap patah kata kalimat yang diucapkan oleh Celine.

"Kau tahu? Aku berusaha mati-matian agar bisa dipromosikan menjadi marketing manager di perusahaan tempat aku bekerja. Tapi aku yakin sekarang aku pasti gagal karena aku telah menampar calon customer gara-gara ia mencoba untuk menyentuh dadaku."

"Maksudku, wanita mana yang akan diam saja diperlakukan dengan kurang ajar seperti itu?"

"Kekesalanku belum hilang ketika atasanku menelepon aku dan mengatakan bahwa aku gila dan telah berbuat kesalahan dan membuat perusahaan merugi satu juta dollar!" Celine kembali meneguk cocktailnya dan cekikikan lagi.

Pria yang duduk disampingnya duduk diam sambil mendengarkan dengan tertarik.

"Dan seolah itu semua belum cukup. Aku hampir bertemu dengan sang pencipta di pesawat itu. Aku yang takut terbang, syok dan hanya ingin pulang ke dalam pacarku mencari keamanan dan kenyamanan. Tapi malah menemukan dia sedang bercinta dengan wanita lain di rumahnya," Celine terceguk lagi.

"Bayangkan!" Celine meraih kerah kaos pria itu dan mendekatkan wajahnya ke wajah pria asing itu dan menatapnya dengan tatapan tidak fokus.

"Ia sudah berselingkuh dibelakangku dengan wanita jalang itu selama lima bulan dan aku tidak tahu sama sekali! Hah! Dan selama ini  aku berusaha untuk menjaga kesucianku demi dirinya. Tapi ia malah mengkhianati aku!" pandangan mata Celine semakin tidak fokus. Kepalanya terasa semakin pusing.

Pria asing disamping Celine menaikkan kedua alisnya, terkejut, ketika mendengar bahwa Celine masih perawan. Tadi sepertinya ia memang sudah mendengarnya ketika di pesawat. Tapi ia mengira itu hanya racauan biasa karena Celine sedang panik. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk tetap tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam dan mendengarkan Celine berbicara membiarkan Celine mencengkram kerah kaosnya.

"Dan semua masalah itu mendatangiku hanya dalam waktu satu hari!" tawa Celine kini berubah menjadi histeris dan ia separuh menangis. Membuat para pengunjung lain kembali menoleh dan memperhatikannya.

Celine melepaskan cengkramannya pada kaos polo pria itu, merapikan kerahnya dan tiba-tiba berdiri sambil menenggak habis cocktail vodkanya kemudian ia berteriak.

"Hei, kalian semua yang ada di sini! Apakah kalian ingin bersenang-senang dan melihatku menari strip …."

Pria yang duduk di samping Celine itu langsung berdiri dan menutup mulut Celine dengan telapak tangannya yang besar sambil memeluk pinggang Celine yang ramping untuk menahan wanita itu agar tidak terjatuh.

"Oke, young lady! Kau sudah terlalu mabuk! Jangan permalukan dirimu sendiri di sini. Akan ada banyak orang yang menyaksikan jika kau menjalankan aksimu! Dan percayalah, kau akan menyesalinya saat kau sudah sadar nanti!" Pria itu dengan tegas langsung membimbing Celine kembali ke tempat duduknya. Tapi Celine yang saat itu sudah dalam kuasa penuh alkohol malah memberontak. 

"Lepaskan aku! Siapa kau berani mengatur-ngatur hidupku? Hari ini aku akan bertindak semauku!" Kemudian Celine tiba-tiba muntah dan membasahi kaos pria itu, sampai mengenai lantai. Pria asing itu memandangi kaos polonya yang terkena muntahan Celine.

"Hei, Bro! Kurasa lebih baik kau mengantar kekasihmu itu pulang. Kelihatannya dia sudah mabuk berat," ucap seorang bartender yang sedari tadi melayani mereka.

Pria asing itu menoleh ke arah si bartender yang kembali menunjuk ke arah Celine yang ternyata sudah sukses tak sadarkan diri dalam pelukan pria tak dikenalnya itu.

Pria itu menghela nafas kemudian dengan sebelah tangannya ia merogoh sakunya dan memberikan sejumlah uang kepada bartender tersebut.

"Bantu aku untuk memesan taksi! Dan simpan saja kembaliannya," pinta pria itu kepada bartender.

Bartender itu menerima uang tersebut dengan senang hati. Selain cukup untuk membayar tagihan kedua orang itu, sisa kembaliannya masih terhitung sangat banyak. Ia sama sekali tidak berkeberatan untuk membantu memanggilkan taksi. Bahkan pada akhirnya ia juga membantu membawakan koper milik Celine sampai ke dalam taksi.

Pria asing itu menggendong Celine dengan gaya bride style. Celine yang sudah terlalu mabuk sama sekali tidak sadar dirinya sedang berada dalam gendongan seorang pria.

"Bro, aku rasa pacarmu itu perlu banyak belajar minum. Dia hanya minum satu gelas cocktail saja tapi sudah teler sedemikian rupa," bartender itu memberikan nasihat kemudian ia meninggalkan mereka berdua dengan supir taksi.

"Grand Central Hotel, tolong!" ucap pria asing itu kepada supir taksi. Supir taksi tua itu mengangguk dan langsung menjalankan taksi menuju ke tempat tujuan. Tak membutuhkan waktu lama, mereka segera sampai di hotel dimana pria asing itu menginap. Dengan dibantu oleh supir taksi pria itu turun sambil kembali menggendong Celine yang masih tertidur pulas dan terkadang masih sedikit meracau tak jelas.

Sesungguhnya ia ragu membawa wanita itu ke hotel tempatnya menginap. Tapi ia tidak tahu sama sekali dimana wanita itu tinggal. Rasanya kurang sopan jika ia membuka tas tangannya dan memeriksa isi dompet serta ponsel wanita itu untuk mencari tahu dimana dia tinggal.

Satu-satunya pilihan yang masuk akal adalah membawa wanita itu ke kamar hotelnya dan membiarkan wanita itu tidur di sana sampai ia sadar. Jadi itulah yang dilakukan oleh pria itu sekarang. Seorang petugas hotel melihatnya masuk ke dalam sambil menggendong Celine, dengan pandangan bertanya-tanya.

"Kekasihku terlalu mabuk untuk berjalan. Bantu aku untuk memencet tombol lift!" pinta pria itu sambil menggeram sedikit. Celine tidak berat. Tapi Celine tidak berhenti bergerak dan kadang ia cekikikan dalam tidurnya.

"Baik Tuan Steven!" 

Pelayan hotel itu dengan sigap langsung melangkah menuju ke lift hotel dan menekan tombol naik ke atas untuk membantu pria yang ternyata bernama Steven tersebut.

Lift dengan cepat membawa  Steven dan Celine ke lantai paling atas. Sementara pelayan hotel ikut menemani mereka sambil membawa koper Celine dan membantu Steven untuk membuka kunci pintu kamar hotel dan mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Steven meletakkan Celine dengan perlahan di atas tempat tidurnya dan wanita itu langsung bergelung dengan nyaman di atas tempat tidur. Terlelap. Steven memberikan tips yang cukup besar untuk pelayan yang telah membantunya dan menutup pintu kamar. 

Bau tak sedap tercium dari pakaiannya dan membuatnya ingin segera mandi. Dengan cepat Steven membuka pakaiannya dan melangkah ke bawah pancuran air hangat. Ia membersihkan diri dengan teliti agar bau tak sedap itu menghilang. Selesai mandi, ia keluar hanya dengan berbalutkan handuk di pinggangnya dan bermaksud untuk mengambil pakaian.

Tapi sewaktu sedang mengambil pakaian, ia kembali mendengar suara Celine. Kali ini suara terisak. Steven menoleh dan melihat bahwa kedua mata Celine masih terpejam rapat tapi sudut matanya mengeluarkan cairan sebening kristal. Celine menangis.

"Kenapa kau begitu kejam padaku? Aku mempercayaimu, Jason! Tapi kau malah mengkhianati aku dengan perempuan lain!" Tak sadar Celine kembali meracau sambil menangis.

"Hatiku sakit sekali. Aku pikir kau adalah satu-satunya orang yang bisa kujadikan sandaran setelah kedua orang tuaku tiada. Tapi ternyata aku salah!"

Steven yang mendengarkan ocehan Celine merasa heran. Perlahan ia melangkah ke arah tempat tidur, tak jadi mengambil pakaian. Ia penasaran dengan wanita itu.

Celine tertidur seperti anak kecil. Tubuh rampingnya yang tinggi semampai meringkuk seperti bola. Selimutnya telah tersingkap. Steven membungkuk dan memandangi wajah Celine dengan seksama. 

Wanita ini cantik alami. Rambutnya yang panjang dan sewarna madu tampak halus berkilau, membingkai wajahnya yang berbentuk hati. Hidungnya mancung dan bibirnya penuh berwarna merah muda menggoda. Kulitnya putih mulus seperti kulit bayi. Bahkan bulu matanya juga terlihat menarik meski wanita itu sama sekali tidak mengenakan make up di wajahnya.

Tiba-tiba Celine membuka kedua matanya membuat Steven terkejut dan langsung berdiri tegak.

"Jason, kaukah itu?" tanya Celine jelas sekali ia sudah bangun tapi masih belum sadar. Kepalanya masih pusing dan ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berdiri di hadapannya.

"Jason, kalau aku mau menyerahkan keperawananku untukmu sekarang, apakah kau mau kembali padaku?" tanya Celine dengan putus asa.

"Aku bukan Jason. Kau sedang mabuk. Tidurlah lagi sampai mabukmu hilang," ucap Steven lembut.

"Tunggu! Kalau kau bukan Jason, lalu kau siapa? Dimana aku sekarang? Bukankah aku sedang berada di rumah Jason?" 

Jelas sekali Celine sama sekali tidak sadar ia berada dimana dan dengan siapa. Ia pikir ia sedang berada di rumah kekasihnya.

"Kau mabuk dan aku tidak tahu kau tinggal dimana. Jadi terpaksa aku membawamu ke hotel tempat aku menginap. Sekarang kembalilah tidur!" Steven bermaksud untuk menyelimuti Celine dan menyuruhnya untuk kembali tidur.

Tapi Celine yang masih bingung malah menarik handuk yang melilit pinggang Steven. Spontan Steven langsung memegangi handuknya agar tidak copot. Ia tidak mengenakan apapun dibalik handuk itu.

"Jadi aku tidak mengenalmu? Menarik juga. Sepertinya sesekali aku perlu keluar dari garis batas yang telah kubuat. Aku ingin membalas perbuatan Jason terhadapku. Jika ia bisa berselingkuh dan mendapatkan wanita lain, maka aku juga pasti bisa!"

"Hei, kau! Kau ini pria kan? Apakah kau mau tidur denganku?" tanya Celine dengan nada kacau.

'Astaga! Bahkan wanita ini tidak tahu apakah aku ini seorang pria atau bukan. Alkohol pasti telah merusak otak dan matanya sedemikian parah.' Steven menggeleng tak percaya.

"Tolong lepaskan handukku!" pinta Steven berusaha untuk bersikap sesopan mungkin terhadap Celine.

"Oke!" jawab Celine menurut. Tapi detik berikutnya ia benar-benar melepaskan handuk yang melilit pinggang Steven sehingga pria itu kini tampil polos tanpa secarik kain pun yang menutupi tubuhnya.

Related chapters

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   KACAU

    Pandangan Celine masih tak fokus dan buram. Dengan bingung ia mengamati benda pusaka milik Steven. Pusaka itu langsung tegak berdiri. Ia mengerjapkan matanya."Benda apa itu?" tanya Celine dengan polos.Steven buru-buru menunduk untuk mencari handuknya di lantai tapi Celine kembali membuat ulah lagi."Jason! Kau Jasonkan? Kenapa kau berbohong padaku? Apakah karena wanita itu maka kau berpura-pura tak mengenalku?" tuntut Celine mulai marah. Celine bermaksud untuk bangun dari tempat tidur. Ia mengayunkan kakinya ke bawah namun naasnya malah mengenai sisi kepala Steven."Aduh!" keluh Steven."Jason? Maafkan aku," ucap Celine meminta maaf pada lampu tidur yang berada di atas meja buffet di samping tempat tidur. Steven kembali menggeleng melihat kelakuan Celine yang di luar nalar."Sudahlah! Aku ini bukan kekasihmu! Kembalilah tidur. Besok pagi jika sudah sadar kau bisa pergi dari sini!" ucap Steven lelah. Ia sudah berhasil menemukan handuknya dan hendak kembali melilitkan dipinggangnya.

    Last Updated : 2025-02-11
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   DIPECAT

    Celine menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Teriakan si penelpon membuat telinganya berdenging. Terutama karena disebabkan ia masih dalam keadaan pengar setelah mabuk berat.Untungnya si penelpon langsung mematikan sambungan dan tidak bicara panjang lebar. Celine melirik jam yang terpampang di layar ponselnya dan langsung terbelalak. "Astaga! Pukul 9 pagi. Aku terlambat ke kantor!" seru Celine dengan panik. Dengan tergesa ia mencari koper miliknya dan menemukannya. Dengan sembarang ia mencari pakaian kerjanya yang masih bersih, mengenakannya dengan susah payah dan langsung membereskan koper dan berlari keluar bagaikan sedang dikejar oleh seekor anjing.Selama berlari Celine baru sadar bahwa ia ternyata berada di sebuah hotel dan akhirnya ia mencari lift untuk turun.Dengan tak sabar ia mengetukkan kakinya yang mengenakan sepatu bertumit rendah sambil menunggu lift membawanya turun ke lobby. Begitu pintu lift terbuka, Celine segera melesat keluar."Selamat pagi, Mrs. Plummer!" sapa

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   WELCOME TO HELL

    "Welcome to hell, Celine!"Celine menghela nafas lelah dan perlahan ia melangkah menaiki undakan yang terbuat dari batu sambil membawa barang-barang miliknya. Celine menekan bel dengan gugup, menunggu pintu dibukakan. Pintu terbuka dan seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan dengan rambut keriting pendek dan hidung seperti jangkar."Celine! Untuk apa kau datang kemari?" tanya wanita tua itu jelas-jelas terkejut dengan tampang tidak suka."Nana memintaku untuk datang. Dan selain itu, aku butuh tempat tinggal sementara, Mrs. Reynolds," Celine berkata berusaha meramahkan suaranya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum meski dalam hati ia malas setengah mati."Tempat tinggal? Apa kau pikir rumahku ini adalah penginapan gratis bagi para gelandangan?" tanya Mrs. Reynolds dengan wajah angkuh. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Oh ya, aku lupa. Kau memang datang kemari sebagai gelandangan dan yatim piatu!" ujar Mrs. Reynolds dengan nada menghina."Aku memang datang kesini sebagai ya

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN RUMAH, HANYA PERSINGGAHAN

    Wajah Celine menegang. Tubuhnya mendadak menjadi kaku dan otomatis menjadi defensif ketika mendengar suara Tanner. Ia tidak berbalik dan tetap berusaha fokus pada masakannya."Putraku! Akhirnya kau pulang juga. Betapa sepinya rumah ini terasa tanpa kehadiran kalian!" sambut Mrs. Reynolds sambil memeluk dan menciumi wajah putranya dengan hangat dan bahagia. Sebagai bagian dari keluarga Reynolds, Tanner terbilang tampan. Jika saja kelakuannya tidak menyebalkan maka mungkin saja Celine bisa menaruh hati pada Tanner."Wah, kau hanya memeluknya, Bu? Tidak memelukku juga?" tiba-tiba terdengar suara lain yang terdengar centil dan membuat telinga Celine terasa sakit.Qiana, anak bungsu dari keluarga Reynolds juga memiliki penampilan yang menawan. Karena ia memang memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang model semenjak ia di perguruan tinggi. Kakinya yang jenjang, pinggang ramping, dengan mata biru, dan rambut pirang membuatnya terlihat seperti boneka barbie."Qiana! Tentu tidak, Sayangku

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   TAWARAN MENARIK

    "Kemari kau dasar wanita gila!" teriak Qiana marah besar. Ia berusaha menyambar-nyambar Celine yang duduk di seberang meja tapi Celine lebih cepat. Ia menghindar."Cukup, hentikan kalian berdua!" Mr. Reynolds membentak keduanya dengan marah. Keduanya langsung berhenti.'PLAAAKKK!!!'Tiba-tiba Mr. Reynolds menampar Celine dengan keras. Suara tamparannya sampai menggema ke seluruh ruangan."Kau berada di rumahku, jadi kau harus menjaga sikapmu dan jangan berani-berani kau berbuat kasar terhadap putriku!" Mr. Reynolds yang Celine kira sudah tua dan tidak begitu kuat lagi ternyata memiliki kekuatan melebihi pria seusianya.Celine merasakan pipinya yang terasa perih dan sakit. Seisi ruangan menjadi sunyi. Air mata mulai menggenang di sudut mata Celine karena mendapat perlakuan buruk seperti itu dari orang-orang yang disebutnya sebagai keluarga."Ian! Jangan membeda-bedakan Celine. Lagipula dalam hal ini yang mulai duluan adalah Qiana. Seharusnya Qiana meminta maaf pada Celine."Nana yang s

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   PERTEMUAN KEMBALI

    Ada apa? Aku sibuk. Bukankah kau bilang kau tidak tertarik?" tanya Qiana dengan sengaja."Aku tarik kembali kata-kataku. Aku akan mencoba untuk melamar di sana! Apa kau bisa membantuku, Qiana?" tanya Celine penuh harap."Oh, entahlah! Kau sudah menolak kesempatan yang kuberikan padamu tadi!" jawab Qiana acuh sambil memeriksa kuku-kukunya yang cantik."Ayolah, Qiana. Aku minta maaf, oke?" Celine benar-benar mengharapkan pekerjaan itu sehingga ia bahkan sampai bersedia untuk mengalah pada Qiana."Ehm! Tergantung!" balas Qiana singkat."Tergantung apa?" tanya Celine penasaran."Tergantung apakah kau akan menurut padaku atau tidak selama bekerja di sana," balas Qiana lagi."Baiklah! Aku akan menuruti semua perkataanmu selama bekerja di sana asalkan kau bisa merekomendasikan aku untuk diterima bekerja di sana!" Celine langsung setuju tanpa berpikir panjang.Selama ini toh ia berhasil bertahan menghadapi Qiana. Apa yang bisa lebih buruk daripada itu sih? Pikir Celine."Baiklah. Kalau begitu

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN SAUDARA YANG BAIK

    Celine berusaha berteriak tapi suaranya teredam dalam bekapan telapak tangan pria itu. Dalam keadaan panik, Celine mulai mencoba untuk mengingat cara membela diri dari orang berniat jahat dari kursus yang pernah diikutinya ketika masih bersekolah dulu."Jangan berteriak!" Steven memperingatkan Celine.Tapi Celine justru malah makin panik. Ia mengangkat lututnya ke atas dan mengarahkannya ke bagian selangkangan Steven kemudian dengan menggunakan lututnya, ia sekuat tenaga menendang bagian pribadi Steven.Pria itu langsung melepaskan bekapannya terhadap Celine dan membungkuk kesakitan."Rasakan itu dasar pria aneh mesum!" seru Celine memberanikan diri. Terjebak di dalam lift hanya berdua dengan pria mesum seperti ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan oleh Celine seumur hidupnya."Ah, sial! Tak bisakah kau berlaku normal seperti layaknya wanita lain?" Omel Steven masih sambil menahan rasa sakit dan ngilu yang dialaminya.Celine melihat penampilan pria itu kini tampak berbeda. Ia m

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   JEBAKAN

    "Qi … Qiana?" Celine kebingungan. Mengapa tiba-tiba ia berubah seperti ini?"Jangan menyentuhku! Ingat, jangan sampai ada yang tahu kalau kau diadopsi oleh keluargaku! Aku bisa malu kalau mereka tahu kau adalah saudara tiriku!" Qiana memberikan peringatan.Tiba-tiba Celine mengerti mengapa sikap Qiana tiba-tiba berubah di kantor. Hubungan mereka sebagai saudara tiri memang tidak akan pernah bisa akur. Tapi setidaknya Qiana telah berbaik hati mau membantunya. Jadi tidak masalah jika Qiana tidak mau mengakuinya sebagai saudara tiri. Malahan itu akan lebih baik bagi Celine. Semua orang akan mengira bahwa Celine bisa masuk ke Diamond Corporation dengan kemampuannya sendiri."Oke, baiklah aku mengerti. Maafkan aku!" Alie segera meminta maaf dan menjaga jarak dengan Qiana."Ikuti aku!" perintah Qiana pada Celine.Celine segera menurut dan mengikuti Qiana yang mengantarkannya sampai ke sebuah pintu tertutup bertuliskan Mr. Martin."Ruangannya ada di sini!" ucap Qiana kemudian ia langsung men

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   ASISTEN ATAU BABU?

    "Apaaa???" Celine tersentak kaget."Jadi kau tidak tahu? Memangnya kau tidak membaca dulu kontraknya?" tanya Qiana pura-pura terkejut, padahal ia sudah mengetahuinya dari Mr. Martin.Celine sadar bahwa Qiana memang benar. Ia tidak membaca kontraknya sama sekali. Jadi ia tidak tahu bahwa ia akan bekerja sebagai asisten pribadi Qiana. Ia kira ia akan menjadi asisten pribadi Mr. Martin."Eh, tidak! Gara-gara terlambat, posisi itu sudah diambil oleh orang lain." jawab Celine menunduk malu."Kau memang bodoh, Celine! Sudah, cepat buatkan kopi untukku. Aku tidak bisa bekerja tanpa minum kopi!" Qiana sudah kembali ke sifatnya semula.Oke! Sudah terlanjur untuk menyesali kebodohannya. Bekerja untuk Qiana mungkin tidak seburuk yang disangkanya. Karena Qiana sudah berbaik hati untuk memberitahunya mengenai lowongan pekerjaan di Diamond Corporation.Celine segera berdiri dan mencari pantry. Ia sudah tahu takaran racikan kopi yang disukai oleh Qiana karena dulu ia memang menyiapkannya untuk wanit

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   JEBAKAN

    "Qi … Qiana?" Celine kebingungan. Mengapa tiba-tiba ia berubah seperti ini?"Jangan menyentuhku! Ingat, jangan sampai ada yang tahu kalau kau diadopsi oleh keluargaku! Aku bisa malu kalau mereka tahu kau adalah saudara tiriku!" Qiana memberikan peringatan.Tiba-tiba Celine mengerti mengapa sikap Qiana tiba-tiba berubah di kantor. Hubungan mereka sebagai saudara tiri memang tidak akan pernah bisa akur. Tapi setidaknya Qiana telah berbaik hati mau membantunya. Jadi tidak masalah jika Qiana tidak mau mengakuinya sebagai saudara tiri. Malahan itu akan lebih baik bagi Celine. Semua orang akan mengira bahwa Celine bisa masuk ke Diamond Corporation dengan kemampuannya sendiri."Oke, baiklah aku mengerti. Maafkan aku!" Alie segera meminta maaf dan menjaga jarak dengan Qiana."Ikuti aku!" perintah Qiana pada Celine.Celine segera menurut dan mengikuti Qiana yang mengantarkannya sampai ke sebuah pintu tertutup bertuliskan Mr. Martin."Ruangannya ada di sini!" ucap Qiana kemudian ia langsung men

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN SAUDARA YANG BAIK

    Celine berusaha berteriak tapi suaranya teredam dalam bekapan telapak tangan pria itu. Dalam keadaan panik, Celine mulai mencoba untuk mengingat cara membela diri dari orang berniat jahat dari kursus yang pernah diikutinya ketika masih bersekolah dulu."Jangan berteriak!" Steven memperingatkan Celine.Tapi Celine justru malah makin panik. Ia mengangkat lututnya ke atas dan mengarahkannya ke bagian selangkangan Steven kemudian dengan menggunakan lututnya, ia sekuat tenaga menendang bagian pribadi Steven.Pria itu langsung melepaskan bekapannya terhadap Celine dan membungkuk kesakitan."Rasakan itu dasar pria aneh mesum!" seru Celine memberanikan diri. Terjebak di dalam lift hanya berdua dengan pria mesum seperti ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan oleh Celine seumur hidupnya."Ah, sial! Tak bisakah kau berlaku normal seperti layaknya wanita lain?" Omel Steven masih sambil menahan rasa sakit dan ngilu yang dialaminya.Celine melihat penampilan pria itu kini tampak berbeda. Ia m

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   PERTEMUAN KEMBALI

    Ada apa? Aku sibuk. Bukankah kau bilang kau tidak tertarik?" tanya Qiana dengan sengaja."Aku tarik kembali kata-kataku. Aku akan mencoba untuk melamar di sana! Apa kau bisa membantuku, Qiana?" tanya Celine penuh harap."Oh, entahlah! Kau sudah menolak kesempatan yang kuberikan padamu tadi!" jawab Qiana acuh sambil memeriksa kuku-kukunya yang cantik."Ayolah, Qiana. Aku minta maaf, oke?" Celine benar-benar mengharapkan pekerjaan itu sehingga ia bahkan sampai bersedia untuk mengalah pada Qiana."Ehm! Tergantung!" balas Qiana singkat."Tergantung apa?" tanya Celine penasaran."Tergantung apakah kau akan menurut padaku atau tidak selama bekerja di sana," balas Qiana lagi."Baiklah! Aku akan menuruti semua perkataanmu selama bekerja di sana asalkan kau bisa merekomendasikan aku untuk diterima bekerja di sana!" Celine langsung setuju tanpa berpikir panjang.Selama ini toh ia berhasil bertahan menghadapi Qiana. Apa yang bisa lebih buruk daripada itu sih? Pikir Celine."Baiklah. Kalau begitu

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   TAWARAN MENARIK

    "Kemari kau dasar wanita gila!" teriak Qiana marah besar. Ia berusaha menyambar-nyambar Celine yang duduk di seberang meja tapi Celine lebih cepat. Ia menghindar."Cukup, hentikan kalian berdua!" Mr. Reynolds membentak keduanya dengan marah. Keduanya langsung berhenti.'PLAAAKKK!!!'Tiba-tiba Mr. Reynolds menampar Celine dengan keras. Suara tamparannya sampai menggema ke seluruh ruangan."Kau berada di rumahku, jadi kau harus menjaga sikapmu dan jangan berani-berani kau berbuat kasar terhadap putriku!" Mr. Reynolds yang Celine kira sudah tua dan tidak begitu kuat lagi ternyata memiliki kekuatan melebihi pria seusianya.Celine merasakan pipinya yang terasa perih dan sakit. Seisi ruangan menjadi sunyi. Air mata mulai menggenang di sudut mata Celine karena mendapat perlakuan buruk seperti itu dari orang-orang yang disebutnya sebagai keluarga."Ian! Jangan membeda-bedakan Celine. Lagipula dalam hal ini yang mulai duluan adalah Qiana. Seharusnya Qiana meminta maaf pada Celine."Nana yang s

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN RUMAH, HANYA PERSINGGAHAN

    Wajah Celine menegang. Tubuhnya mendadak menjadi kaku dan otomatis menjadi defensif ketika mendengar suara Tanner. Ia tidak berbalik dan tetap berusaha fokus pada masakannya."Putraku! Akhirnya kau pulang juga. Betapa sepinya rumah ini terasa tanpa kehadiran kalian!" sambut Mrs. Reynolds sambil memeluk dan menciumi wajah putranya dengan hangat dan bahagia. Sebagai bagian dari keluarga Reynolds, Tanner terbilang tampan. Jika saja kelakuannya tidak menyebalkan maka mungkin saja Celine bisa menaruh hati pada Tanner."Wah, kau hanya memeluknya, Bu? Tidak memelukku juga?" tiba-tiba terdengar suara lain yang terdengar centil dan membuat telinga Celine terasa sakit.Qiana, anak bungsu dari keluarga Reynolds juga memiliki penampilan yang menawan. Karena ia memang memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang model semenjak ia di perguruan tinggi. Kakinya yang jenjang, pinggang ramping, dengan mata biru, dan rambut pirang membuatnya terlihat seperti boneka barbie."Qiana! Tentu tidak, Sayangku

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   WELCOME TO HELL

    "Welcome to hell, Celine!"Celine menghela nafas lelah dan perlahan ia melangkah menaiki undakan yang terbuat dari batu sambil membawa barang-barang miliknya. Celine menekan bel dengan gugup, menunggu pintu dibukakan. Pintu terbuka dan seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan dengan rambut keriting pendek dan hidung seperti jangkar."Celine! Untuk apa kau datang kemari?" tanya wanita tua itu jelas-jelas terkejut dengan tampang tidak suka."Nana memintaku untuk datang. Dan selain itu, aku butuh tempat tinggal sementara, Mrs. Reynolds," Celine berkata berusaha meramahkan suaranya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum meski dalam hati ia malas setengah mati."Tempat tinggal? Apa kau pikir rumahku ini adalah penginapan gratis bagi para gelandangan?" tanya Mrs. Reynolds dengan wajah angkuh. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Oh ya, aku lupa. Kau memang datang kemari sebagai gelandangan dan yatim piatu!" ujar Mrs. Reynolds dengan nada menghina."Aku memang datang kesini sebagai ya

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   DIPECAT

    Celine menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Teriakan si penelpon membuat telinganya berdenging. Terutama karena disebabkan ia masih dalam keadaan pengar setelah mabuk berat.Untungnya si penelpon langsung mematikan sambungan dan tidak bicara panjang lebar. Celine melirik jam yang terpampang di layar ponselnya dan langsung terbelalak. "Astaga! Pukul 9 pagi. Aku terlambat ke kantor!" seru Celine dengan panik. Dengan tergesa ia mencari koper miliknya dan menemukannya. Dengan sembarang ia mencari pakaian kerjanya yang masih bersih, mengenakannya dengan susah payah dan langsung membereskan koper dan berlari keluar bagaikan sedang dikejar oleh seekor anjing.Selama berlari Celine baru sadar bahwa ia ternyata berada di sebuah hotel dan akhirnya ia mencari lift untuk turun.Dengan tak sabar ia mengetukkan kakinya yang mengenakan sepatu bertumit rendah sambil menunggu lift membawanya turun ke lobby. Begitu pintu lift terbuka, Celine segera melesat keluar."Selamat pagi, Mrs. Plummer!" sapa

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   KACAU

    Pandangan Celine masih tak fokus dan buram. Dengan bingung ia mengamati benda pusaka milik Steven. Pusaka itu langsung tegak berdiri. Ia mengerjapkan matanya."Benda apa itu?" tanya Celine dengan polos.Steven buru-buru menunduk untuk mencari handuknya di lantai tapi Celine kembali membuat ulah lagi."Jason! Kau Jasonkan? Kenapa kau berbohong padaku? Apakah karena wanita itu maka kau berpura-pura tak mengenalku?" tuntut Celine mulai marah. Celine bermaksud untuk bangun dari tempat tidur. Ia mengayunkan kakinya ke bawah namun naasnya malah mengenai sisi kepala Steven."Aduh!" keluh Steven."Jason? Maafkan aku," ucap Celine meminta maaf pada lampu tidur yang berada di atas meja buffet di samping tempat tidur. Steven kembali menggeleng melihat kelakuan Celine yang di luar nalar."Sudahlah! Aku ini bukan kekasihmu! Kembalilah tidur. Besok pagi jika sudah sadar kau bisa pergi dari sini!" ucap Steven lelah. Ia sudah berhasil menemukan handuknya dan hendak kembali melilitkan dipinggangnya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status