Share

DIPECAT

Author: Alya Snitzky
last update Last Updated: 2025-02-12 12:03:46

Celine menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Teriakan si penelpon membuat telinganya berdenging. Terutama karena disebabkan ia masih dalam keadaan pengar setelah mabuk berat.

Untungnya si penelpon langsung mematikan sambungan dan tidak bicara panjang lebar. Celine melirik jam  yang terpampang di layar ponselnya dan langsung terbelalak. 

"Astaga! Pukul 9 pagi. Aku terlambat ke kantor!" seru Celine dengan panik. Dengan tergesa ia mencari koper miliknya dan menemukannya. Dengan sembarang ia mencari pakaian kerjanya yang masih bersih, mengenakannya dengan susah payah dan langsung membereskan koper dan berlari keluar bagaikan sedang dikejar oleh seekor anjing.

Selama berlari Celine baru sadar bahwa ia ternyata berada di sebuah hotel dan akhirnya ia mencari lift untuk turun.

Dengan tak sabar ia mengetukkan kakinya yang mengenakan sepatu bertumit rendah sambil menunggu lift membawanya turun ke lobby. Begitu pintu lift terbuka, Celine segera melesat keluar.

"Selamat pagi, Mrs. Plummer!" sapa pelayan hotel yang kemarin membantu Steven untuk membuka lift.

Celine berpikir pasti orang itu salah mengenali dirinya sebagai orang lain. Ia toh bukan merupakan tamu resmi di hotel ini. Tapi demi kesopanan ia tetap mengangguk sambil tersenyum seraya berjalan cepat menuju pintu keluar dan dengan segera naik taksi menuju ke kantornya.

Malang bagi Celine, seberapa cepat pun ia berusaha untuk sampai ke kantornya, tetap saja ia terlambat. Jalanan yang macet dan jarak yang jauh membuatnya harus berulang kali memantau jam diponselnya. 

Tapi akhirnya ia sampai juga di kantornya. Celine turun dari taksi dan membayar ongkosnya kemudian ia memasuki gedung perkantorannya dengan terburu-buru sambil menyeret kopernya.

Ia naik lift menuju ke lantai 10 dimana atasannya Mr. Dave Carmichael menunggunya. Ia tak sadar bahwa beberapa orang terang-terangan memandangi dirinya. Pikiran Celine hanya terpusat pada satu hal. Yakni bagaimana caranya ia meyakini Dave, atasannya itu, bahwa ia tidak bersalah dan bahwa klien merekalah yang mencari gara-gara terlebih dahulu.

Namun baru saja ia memasuki ruangan tempat Dave berada, ia langsung dihadiahi oleh lemparan berkas yang nyaris mengenai kepalanya. Beruntung ia keburu menghindar.

"Mereka membatalkan kerja sama dengan kita!" ucap Dave kesal kepada Olivia, seorang rekan sejawat Celine yang juga sedang berada di dalam ruangan Dave.

"Dan penyebab utamanya baru saja tiba di sini setelah ia datang terlambat kemari dengan seenaknya …." Dave menghentikan kalimatnya ketika melihat Celine masuk ke dalam dengan tergesa.

Pria bertubuh gempal, botak licin, serta berusia pertengahan 50 tahunan itu berhenti bicara dan mulutnya ternganga lebar seperti seekor ikan yang baru saja dipancing.

"Mr. Carmichael! Aku bisa menjelaskan. Aku sama sekali tidak bersalah. Calon klien kita itu terus menggodaku selama aku melakukan presentasi dan terakhir ia mencoba menyentuhku. Tentu saja aku menolaknya karena aku bukan wanita tipe seperti itu!" Celine menjelaskan dengan terburu-buru.

"Yah, Celine! Kau bisa saja bilang kau bukan wanita seperti itu. Tapi sulit bagiku untuk mempercayai kata-katamu dengan bukti-bukti yang kulihat dengan mataku sendiri. Olive, kau lihat sendirikan?" Dave berkata dengan nada menyindir. Kumisnya yang tebal bagaikan singa laut ikut bergerak-gerak naik turun ketika ia berbicara.

Olive sendiri memandang Celine dengan tatapan merendahkan dan ia tertawa mengejek. Olive, wanita yang bertubuh montok itu memang merupakan saingan terberat Celine di kantor. Mereka berdua sama-sama mengincar posisi marketing manager yang tadinya diberikan kesempatan kepada Celine. Sekarang sepertinya Olivelah yang akan mendapatkan jabatan tersebut. Tapi Celine masih belum mau menyerah.

"Yah, Mr. Carmichael. Setelah saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, saya yakin bahwa calon klien itu mengatakan hal yang sejujurnya." Olive memandang dengan puas ke arah Celine karena bisa memiliki kesempatan untuk menjatuhkan reputasi Celine.

"Apa yang kau maksud, Olive?" tanya Celine masih tak sadar.

"Celine Sayang, apakah kau sudah sempat mandi dan berkaca sebelum datang kemari?" tanya Olive masih dengan senyum memuakkannya.

Celine yang masih bingung bagaimana Olive bisa tahu bahwa ia belum mandi ataupun berkaca langsung menunduk dan mengamati penampilannya sendiri.

"Oh, astaga!" 

Wajah Celine langsung berubah pucat. Ia malu sekali pada atasannya dan Olive. Entah bagaimana Celine jadi salah mengancingkan pakaiannya ke lubang yang lain. Dan bukan hanya karena itu saja. Ketika ia terburu-buru tadi, ia langsung meraih pakaian kerja pertama yang bisa diraihnya.

Celine mengenakan kemeja lengan pendek berwarna merah dengan kerah lebar yang memperlihatkan lehernya yang jenjang dan bawahan rok pendek berwarna hitam.

Celine benar-benar lupa bahwa ia memiliki tanda di sekujur tubuhnya yang dibuat oleh lelaki itu. Dan tanda itu kini terlihat jelas dengan pakaian yang dikenakannya.

"Calon klien kita mengatakan bahwa kau mencoba menggoda dia agar mau menandatangani perjanjian kontrak pembelian," Dave kembali mengulangi apa yang sudah dikatakannya melalui telepon kemarin.

"Aku tidak …."

Celine berhenti. Wajahnya memerah karena menahan malu. Ia sadar bahwa percuma saja ia mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada atasannya itu karena bukti yang ada malah menunjukkan hal yang sebaliknya. Pantas saja tadi orang-orang melihat ke arahnya dengan tatapan aneh.

Ah, Celine menyesali tindakan gila yang dilakukannya kemarin dengan pria itu. Demi membalas Jason, ia malah kena batunya sendiri.

"Mr. Carmichael, bisakah kau memaafkan aku dan memberikan kesempatan kepadaku satu kali lagi saja! Aku berjanji tidak akan mengacaukannya lagi kali ini!"

Celine memutuskan bahwa sudah saatnya ia mengaku salah daripada atasannya marah dan memecatnya meski sebenarnya ia sama sekali tidak bersalah.

"Sudah terlambat Celine! Calon klien itu malah menuduh perusahaan ini sengaja mengirimkan karyawan gadungan yang menyerupai wanita malam. Mereka minta ganti rugi atau mereka akan menyebarkan berita bahwa perusahaan ini menggunakan wanita penghibur untuk memperlancar kontrak bisnis."

"Aku tidak bisa membiarkannya, Celine!  Kau telah membuat perusahaan merugi hingga satu juta dollar. Aku terpaksa menghentikan kontrak kerjamu tanpa tunjangan," Dave pada  akhirnya menyampaikan maksudnya.

"Tunggu dulu, Mr. Carmichael. Ini tidak adil. Tolong beri aku kesempatan satu kali lagi. Aku janji aku akan memperbaikinya dan mendapatkan nilai kontrak yang lebih besar lagi!" Celine mulai panik. Ia tidak bisa kehilangan pekerjaannya dengan cara tidak terhormat seperti ini. 

"Dengan cara apalagi kau akan mendapatkan nilai kontrak yang lebih tinggi? Memperlihatkan bagian tubuhmu lebih banyak lagi kepada klien kita yang lain?" tuduh Olive dengan nada sarkatis.

"Tidak, bukan begitu! Aku akan berlaku profesional. Aku tidak mungkin melakukan semua itu!" Celine hampir menangis tapi ia menahan diri agar Dave tidak melihatnya sebagai pekerja yang lemah. Ia hanya perlu mendapatkan kembali kepercayaan Dave kepadanya.

"Sudah terlambat Celine! Kau sudah menyia-nyaiakam kesempatan yang kuberikan padamu. Kesempatanmu sudah habis kini!" Dave bersikeras.

"Tapi, Mr. Carmichael …."

"Celine cukup! Kau masih beruntung karena perusahaan tidak memintamu untuk ganti rugi. Jadi sebaiknya kau bereskan saja barang-barangmu dan tinggalkan kantor ini!" potong Dave habis kesabarannya.

Sadar bahwa ia telah kalah, Celine akhirnya berjalan dengan langkah gontai menuju meja kerjanya dan mulai membereskan barang-barangnya.

Dipecat secara tidak terhormat bukanlah hal yang bagus untuk resume kerjanya dimasa depan. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Dengan lesu Celine berjalan sambil membawa barang-barang miliknya beserta koper bepergiannya meninggalkan ruangan kerjanya. Saat sampai di pintu ia berpapasan dengan Olive yang memberikan senyuman manis tapi maut kepadanya.

"Selamat tinggal Celine. Terima kasih karena sudah membantuku. Mr. Carmichael baru saja memberitahu aku bahwa posisi marketing manager akan diserahkan kepadaku!" ungkap Olive dengan wajah berpuas diri. Ia telah berhasil menyingkirkan Celine, rival terberatnya.

Ingin rasanya Celine menghajar wajah bundar Olive sampai jadi tak berbentuk. Tapi jika ia melakukan itu maka daftar resumenya pasti akan menjadi semakin buruk. 

"Selamat, Olive! Sebaiknya mulai sekarang kau berharap keberuntungan akan selalu menyertaimu. Sebab dengan kemampuan yang kau miliki, jabatan itu tidak akan bertahan lama ditanganmu!" Celine mengucapkan selamat dengan nada sarkastis yang telak mengena.

Ia keluar dari ruangan kerjanya sambil dengan sengaja menabrak bahu Olive, membuat wanita bertubuh montok itu merasa kesal luar biasa.

Celine sekarang berada di jalanan yang sedang ramai tanpa tahu kemana ia harus pergi. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Celine menerima panggilan telepon itu dengan susah payah, karena tangannya penuh dengan barang.

"Halo, Nana?" 

"Celine? Kau dimana, Sayang?" terdengar suara seorang wanita yang sudah renta.

"Ada apa, Nana? Apakah kau sakit?" tanya Celine khawatir.

"Aku merindukanmu, Celine. Bisakah kau pulang ke rumah?" terdengar lagi suara permohonan dari wanita tua itu. Kemudian wanita tua itu terbatuk-batuk lemah.

"Nana, apakah kau tidak apa-apa?" tanya Celine khawatir mendengar suara Nana yang lemah.

"Tidak apa-apa, Celine. Hanya sudah lama sekali kau tidak pernah kemari lagi. Aku ingin kau pulang, Celine Sayang!" Kembali wanita tua itu mengungkapkan harapannya.

"Aku akan segera ke sana, Nana!" Tanpa membuang waktu, Celine langsung menyetujui.

Begitu percakapan berakhir, Celine baru sadar bahwa Nana (nenek) memintanya untuk 'pulang' ke rumah. Bukan 'mampir atau datang' ke rumah. Itu berarti sang Nana ingin Celine datang dan tinggal di sana.

Kebetulan, saat ini Celine juga sedang bingung dimana ia harus tinggal. Selama ini dirinya tinggal bersama dengan Jason.  Tapi kini Jason sudah mengusirnya dari rumah. Kini ia tidak punya rumah lagi.

Untuk mencari tempat tinggal lain juga tidak mungkin. Gajinya bulan ini serta pesangon benar-benar tidak dibayarkan oleh perusahaan. Sementara tabungannya hanya tersisa sedikit. 

Tidak ada jalan baginya selain pulang ke rumah orang tua adopsinya, meski ia merasa enggan. Akhirnya Celine menyetop taksi dan naik ke dalamnya. Ia menyebutkan sebuah alamat dan supir taksi itupun mengarahkan mobilnya ke tempat yang disebutkan oleh Celine. Setengah jam kemudian, ia sampai di depan sebuah rumah dua lantai yang dicat dengan dominan warna abu muda.

Celine turun dari taksi dan menatap rumah itu dengan perasaan enggan. 

"Welcome to hell, Celine!" 

Related chapters

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   WELCOME TO HELL

    "Welcome to hell, Celine!"Celine menghela nafas lelah dan perlahan ia melangkah menaiki undakan yang terbuat dari batu sambil membawa barang-barang miliknya. Celine menekan bel dengan gugup, menunggu pintu dibukakan. Pintu terbuka dan seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan dengan rambut keriting pendek dan hidung seperti jangkar."Celine! Untuk apa kau datang kemari?" tanya wanita tua itu jelas-jelas terkejut dengan tampang tidak suka."Nana memintaku untuk datang. Dan selain itu, aku butuh tempat tinggal sementara, Mrs. Reynolds," Celine berkata berusaha meramahkan suaranya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum meski dalam hati ia malas setengah mati."Tempat tinggal? Apa kau pikir rumahku ini adalah penginapan gratis bagi para gelandangan?" tanya Mrs. Reynolds dengan wajah angkuh. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Oh ya, aku lupa. Kau memang datang kemari sebagai gelandangan dan yatim piatu!" ujar Mrs. Reynolds dengan nada menghina."Aku memang datang kesini sebagai ya

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN RUMAH, HANYA PERSINGGAHAN

    Wajah Celine menegang. Tubuhnya mendadak menjadi kaku dan otomatis menjadi defensif ketika mendengar suara Tanner. Ia tidak berbalik dan tetap berusaha fokus pada masakannya."Putraku! Akhirnya kau pulang juga. Betapa sepinya rumah ini terasa tanpa kehadiran kalian!" sambut Mrs. Reynolds sambil memeluk dan menciumi wajah putranya dengan hangat dan bahagia. Sebagai bagian dari keluarga Reynolds, Tanner terbilang tampan. Jika saja kelakuannya tidak menyebalkan maka mungkin saja Celine bisa menaruh hati pada Tanner."Wah, kau hanya memeluknya, Bu? Tidak memelukku juga?" tiba-tiba terdengar suara lain yang terdengar centil dan membuat telinga Celine terasa sakit.Qiana, anak bungsu dari keluarga Reynolds juga memiliki penampilan yang menawan. Karena ia memang memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang model semenjak ia di perguruan tinggi. Kakinya yang jenjang, pinggang ramping, dengan mata biru, dan rambut pirang membuatnya terlihat seperti boneka barbie."Qiana! Tentu tidak, Sayangku

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   TAWARAN MENARIK

    "Kemari kau dasar wanita gila!" teriak Qiana marah besar. Ia berusaha menyambar-nyambar Celine yang duduk di seberang meja tapi Celine lebih cepat. Ia menghindar."Cukup, hentikan kalian berdua!" Mr. Reynolds membentak keduanya dengan marah. Keduanya langsung berhenti.'PLAAAKKK!!!'Tiba-tiba Mr. Reynolds menampar Celine dengan keras. Suara tamparannya sampai menggema ke seluruh ruangan."Kau berada di rumahku, jadi kau harus menjaga sikapmu dan jangan berani-berani kau berbuat kasar terhadap putriku!" Mr. Reynolds yang Celine kira sudah tua dan tidak begitu kuat lagi ternyata memiliki kekuatan melebihi pria seusianya.Celine merasakan pipinya yang terasa perih dan sakit. Seisi ruangan menjadi sunyi. Air mata mulai menggenang di sudut mata Celine karena mendapat perlakuan buruk seperti itu dari orang-orang yang disebutnya sebagai keluarga."Ian! Jangan membeda-bedakan Celine. Lagipula dalam hal ini yang mulai duluan adalah Qiana. Seharusnya Qiana meminta maaf pada Celine."Nana yang s

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   PERTEMUAN KEMBALI

    Ada apa? Aku sibuk. Bukankah kau bilang kau tidak tertarik?" tanya Qiana dengan sengaja."Aku tarik kembali kata-kataku. Aku akan mencoba untuk melamar di sana! Apa kau bisa membantuku, Qiana?" tanya Celine penuh harap."Oh, entahlah! Kau sudah menolak kesempatan yang kuberikan padamu tadi!" jawab Qiana acuh sambil memeriksa kuku-kukunya yang cantik."Ayolah, Qiana. Aku minta maaf, oke?" Celine benar-benar mengharapkan pekerjaan itu sehingga ia bahkan sampai bersedia untuk mengalah pada Qiana."Ehm! Tergantung!" balas Qiana singkat."Tergantung apa?" tanya Celine penasaran."Tergantung apakah kau akan menurut padaku atau tidak selama bekerja di sana," balas Qiana lagi."Baiklah! Aku akan menuruti semua perkataanmu selama bekerja di sana asalkan kau bisa merekomendasikan aku untuk diterima bekerja di sana!" Celine langsung setuju tanpa berpikir panjang.Selama ini toh ia berhasil bertahan menghadapi Qiana. Apa yang bisa lebih buruk daripada itu sih? Pikir Celine."Baiklah. Kalau begitu

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN SAUDARA YANG BAIK

    Celine berusaha berteriak tapi suaranya teredam dalam bekapan telapak tangan pria itu. Dalam keadaan panik, Celine mulai mencoba untuk mengingat cara membela diri dari orang berniat jahat dari kursus yang pernah diikutinya ketika masih bersekolah dulu."Jangan berteriak!" Steven memperingatkan Celine.Tapi Celine justru malah makin panik. Ia mengangkat lututnya ke atas dan mengarahkannya ke bagian selangkangan Steven kemudian dengan menggunakan lututnya, ia sekuat tenaga menendang bagian pribadi Steven.Pria itu langsung melepaskan bekapannya terhadap Celine dan membungkuk kesakitan."Rasakan itu dasar pria aneh mesum!" seru Celine memberanikan diri. Terjebak di dalam lift hanya berdua dengan pria mesum seperti ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan oleh Celine seumur hidupnya."Ah, sial! Tak bisakah kau berlaku normal seperti layaknya wanita lain?" Omel Steven masih sambil menahan rasa sakit dan ngilu yang dialaminya.Celine melihat penampilan pria itu kini tampak berbeda. Ia m

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   JEBAKAN

    "Qi … Qiana?" Celine kebingungan. Mengapa tiba-tiba ia berubah seperti ini?"Jangan menyentuhku! Ingat, jangan sampai ada yang tahu kalau kau diadopsi oleh keluargaku! Aku bisa malu kalau mereka tahu kau adalah saudara tiriku!" Qiana memberikan peringatan.Tiba-tiba Celine mengerti mengapa sikap Qiana tiba-tiba berubah di kantor. Hubungan mereka sebagai saudara tiri memang tidak akan pernah bisa akur. Tapi setidaknya Qiana telah berbaik hati mau membantunya. Jadi tidak masalah jika Qiana tidak mau mengakuinya sebagai saudara tiri. Malahan itu akan lebih baik bagi Celine. Semua orang akan mengira bahwa Celine bisa masuk ke Diamond Corporation dengan kemampuannya sendiri."Oke, baiklah aku mengerti. Maafkan aku!" Alie segera meminta maaf dan menjaga jarak dengan Qiana."Ikuti aku!" perintah Qiana pada Celine.Celine segera menurut dan mengikuti Qiana yang mengantarkannya sampai ke sebuah pintu tertutup bertuliskan Mr. Martin."Ruangannya ada di sini!" ucap Qiana kemudian ia langsung men

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   ASISTEN ATAU BABU?

    "Apaaa???" Celine tersentak kaget."Jadi kau tidak tahu? Memangnya kau tidak membaca dulu kontraknya?" tanya Qiana pura-pura terkejut, padahal ia sudah mengetahuinya dari Mr. Martin.Celine sadar bahwa Qiana memang benar. Ia tidak membaca kontraknya sama sekali. Jadi ia tidak tahu bahwa ia akan bekerja sebagai asisten pribadi Qiana. Ia kira ia akan menjadi asisten pribadi Mr. Martin."Eh, tidak! Gara-gara terlambat, posisi itu sudah diambil oleh orang lain." jawab Celine menunduk malu."Kau memang bodoh, Celine! Sudah, cepat buatkan kopi untukku. Aku tidak bisa bekerja tanpa minum kopi!" Qiana sudah kembali ke sifatnya semula.Oke! Sudah terlanjur untuk menyesali kebodohannya. Bekerja untuk Qiana mungkin tidak seburuk yang disangkanya. Karena Qiana sudah berbaik hati untuk memberitahunya mengenai lowongan pekerjaan di Diamond Corporation.Celine segera berdiri dan mencari pantry. Ia sudah tahu takaran racikan kopi yang disukai oleh Qiana karena dulu ia memang menyiapkannya untuk wanit

    Last Updated : 2025-02-12
  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   AWAL MULA

    "Lebih kuat lagi, Sayang." Suara seorang perempuan terdengar dari dalam membuat Celine yang ingin mengetuk pintu menghentikan niatannya.Rasa penasaran membuat gadis cantik itu menempelkan tubuhnya di pintu tetapi sayang suara itu tidak terdengar lagi.Keingintahuan Celine semakin membesar tatkala dia mendengar suara desahan disusul dengan erangan-erangan yang semakin lama semakin terdengar liar memalukan."Suara itu, suara siapa?"Berbagai pikiran berkelebat dalam otak Celine. Dia berusaha mendengarkan lebih jelas lagi khawatir dia hanya salah dengar. Akan tetapi, suara memalukan itu kembali terdengar meski tidak terlalu kentara."Oh, tidak! Kau tidak mungkin berselingkuh dari aku kan Jas?" Dengan wajah yang mulai terlihat sedikit panik, Celine berusaha membuka pintu depan, tetapi... .Pintu itu sama sekali tidak bergerak meski Celine sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membukanya.Celine membuka tasnya dan memasukkan tangannya seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya terlihat

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   ASISTEN ATAU BABU?

    "Apaaa???" Celine tersentak kaget."Jadi kau tidak tahu? Memangnya kau tidak membaca dulu kontraknya?" tanya Qiana pura-pura terkejut, padahal ia sudah mengetahuinya dari Mr. Martin.Celine sadar bahwa Qiana memang benar. Ia tidak membaca kontraknya sama sekali. Jadi ia tidak tahu bahwa ia akan bekerja sebagai asisten pribadi Qiana. Ia kira ia akan menjadi asisten pribadi Mr. Martin."Eh, tidak! Gara-gara terlambat, posisi itu sudah diambil oleh orang lain." jawab Celine menunduk malu."Kau memang bodoh, Celine! Sudah, cepat buatkan kopi untukku. Aku tidak bisa bekerja tanpa minum kopi!" Qiana sudah kembali ke sifatnya semula.Oke! Sudah terlanjur untuk menyesali kebodohannya. Bekerja untuk Qiana mungkin tidak seburuk yang disangkanya. Karena Qiana sudah berbaik hati untuk memberitahunya mengenai lowongan pekerjaan di Diamond Corporation.Celine segera berdiri dan mencari pantry. Ia sudah tahu takaran racikan kopi yang disukai oleh Qiana karena dulu ia memang menyiapkannya untuk wanit

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   JEBAKAN

    "Qi … Qiana?" Celine kebingungan. Mengapa tiba-tiba ia berubah seperti ini?"Jangan menyentuhku! Ingat, jangan sampai ada yang tahu kalau kau diadopsi oleh keluargaku! Aku bisa malu kalau mereka tahu kau adalah saudara tiriku!" Qiana memberikan peringatan.Tiba-tiba Celine mengerti mengapa sikap Qiana tiba-tiba berubah di kantor. Hubungan mereka sebagai saudara tiri memang tidak akan pernah bisa akur. Tapi setidaknya Qiana telah berbaik hati mau membantunya. Jadi tidak masalah jika Qiana tidak mau mengakuinya sebagai saudara tiri. Malahan itu akan lebih baik bagi Celine. Semua orang akan mengira bahwa Celine bisa masuk ke Diamond Corporation dengan kemampuannya sendiri."Oke, baiklah aku mengerti. Maafkan aku!" Alie segera meminta maaf dan menjaga jarak dengan Qiana."Ikuti aku!" perintah Qiana pada Celine.Celine segera menurut dan mengikuti Qiana yang mengantarkannya sampai ke sebuah pintu tertutup bertuliskan Mr. Martin."Ruangannya ada di sini!" ucap Qiana kemudian ia langsung men

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN SAUDARA YANG BAIK

    Celine berusaha berteriak tapi suaranya teredam dalam bekapan telapak tangan pria itu. Dalam keadaan panik, Celine mulai mencoba untuk mengingat cara membela diri dari orang berniat jahat dari kursus yang pernah diikutinya ketika masih bersekolah dulu."Jangan berteriak!" Steven memperingatkan Celine.Tapi Celine justru malah makin panik. Ia mengangkat lututnya ke atas dan mengarahkannya ke bagian selangkangan Steven kemudian dengan menggunakan lututnya, ia sekuat tenaga menendang bagian pribadi Steven.Pria itu langsung melepaskan bekapannya terhadap Celine dan membungkuk kesakitan."Rasakan itu dasar pria aneh mesum!" seru Celine memberanikan diri. Terjebak di dalam lift hanya berdua dengan pria mesum seperti ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan oleh Celine seumur hidupnya."Ah, sial! Tak bisakah kau berlaku normal seperti layaknya wanita lain?" Omel Steven masih sambil menahan rasa sakit dan ngilu yang dialaminya.Celine melihat penampilan pria itu kini tampak berbeda. Ia m

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   PERTEMUAN KEMBALI

    Ada apa? Aku sibuk. Bukankah kau bilang kau tidak tertarik?" tanya Qiana dengan sengaja."Aku tarik kembali kata-kataku. Aku akan mencoba untuk melamar di sana! Apa kau bisa membantuku, Qiana?" tanya Celine penuh harap."Oh, entahlah! Kau sudah menolak kesempatan yang kuberikan padamu tadi!" jawab Qiana acuh sambil memeriksa kuku-kukunya yang cantik."Ayolah, Qiana. Aku minta maaf, oke?" Celine benar-benar mengharapkan pekerjaan itu sehingga ia bahkan sampai bersedia untuk mengalah pada Qiana."Ehm! Tergantung!" balas Qiana singkat."Tergantung apa?" tanya Celine penasaran."Tergantung apakah kau akan menurut padaku atau tidak selama bekerja di sana," balas Qiana lagi."Baiklah! Aku akan menuruti semua perkataanmu selama bekerja di sana asalkan kau bisa merekomendasikan aku untuk diterima bekerja di sana!" Celine langsung setuju tanpa berpikir panjang.Selama ini toh ia berhasil bertahan menghadapi Qiana. Apa yang bisa lebih buruk daripada itu sih? Pikir Celine."Baiklah. Kalau begitu

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   TAWARAN MENARIK

    "Kemari kau dasar wanita gila!" teriak Qiana marah besar. Ia berusaha menyambar-nyambar Celine yang duduk di seberang meja tapi Celine lebih cepat. Ia menghindar."Cukup, hentikan kalian berdua!" Mr. Reynolds membentak keduanya dengan marah. Keduanya langsung berhenti.'PLAAAKKK!!!'Tiba-tiba Mr. Reynolds menampar Celine dengan keras. Suara tamparannya sampai menggema ke seluruh ruangan."Kau berada di rumahku, jadi kau harus menjaga sikapmu dan jangan berani-berani kau berbuat kasar terhadap putriku!" Mr. Reynolds yang Celine kira sudah tua dan tidak begitu kuat lagi ternyata memiliki kekuatan melebihi pria seusianya.Celine merasakan pipinya yang terasa perih dan sakit. Seisi ruangan menjadi sunyi. Air mata mulai menggenang di sudut mata Celine karena mendapat perlakuan buruk seperti itu dari orang-orang yang disebutnya sebagai keluarga."Ian! Jangan membeda-bedakan Celine. Lagipula dalam hal ini yang mulai duluan adalah Qiana. Seharusnya Qiana meminta maaf pada Celine."Nana yang s

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   BUKAN RUMAH, HANYA PERSINGGAHAN

    Wajah Celine menegang. Tubuhnya mendadak menjadi kaku dan otomatis menjadi defensif ketika mendengar suara Tanner. Ia tidak berbalik dan tetap berusaha fokus pada masakannya."Putraku! Akhirnya kau pulang juga. Betapa sepinya rumah ini terasa tanpa kehadiran kalian!" sambut Mrs. Reynolds sambil memeluk dan menciumi wajah putranya dengan hangat dan bahagia. Sebagai bagian dari keluarga Reynolds, Tanner terbilang tampan. Jika saja kelakuannya tidak menyebalkan maka mungkin saja Celine bisa menaruh hati pada Tanner."Wah, kau hanya memeluknya, Bu? Tidak memelukku juga?" tiba-tiba terdengar suara lain yang terdengar centil dan membuat telinga Celine terasa sakit.Qiana, anak bungsu dari keluarga Reynolds juga memiliki penampilan yang menawan. Karena ia memang memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang model semenjak ia di perguruan tinggi. Kakinya yang jenjang, pinggang ramping, dengan mata biru, dan rambut pirang membuatnya terlihat seperti boneka barbie."Qiana! Tentu tidak, Sayangku

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   WELCOME TO HELL

    "Welcome to hell, Celine!"Celine menghela nafas lelah dan perlahan ia melangkah menaiki undakan yang terbuat dari batu sambil membawa barang-barang miliknya. Celine menekan bel dengan gugup, menunggu pintu dibukakan. Pintu terbuka dan seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan dengan rambut keriting pendek dan hidung seperti jangkar."Celine! Untuk apa kau datang kemari?" tanya wanita tua itu jelas-jelas terkejut dengan tampang tidak suka."Nana memintaku untuk datang. Dan selain itu, aku butuh tempat tinggal sementara, Mrs. Reynolds," Celine berkata berusaha meramahkan suaranya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum meski dalam hati ia malas setengah mati."Tempat tinggal? Apa kau pikir rumahku ini adalah penginapan gratis bagi para gelandangan?" tanya Mrs. Reynolds dengan wajah angkuh. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Oh ya, aku lupa. Kau memang datang kemari sebagai gelandangan dan yatim piatu!" ujar Mrs. Reynolds dengan nada menghina."Aku memang datang kesini sebagai ya

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   DIPECAT

    Celine menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Teriakan si penelpon membuat telinganya berdenging. Terutama karena disebabkan ia masih dalam keadaan pengar setelah mabuk berat.Untungnya si penelpon langsung mematikan sambungan dan tidak bicara panjang lebar. Celine melirik jam yang terpampang di layar ponselnya dan langsung terbelalak. "Astaga! Pukul 9 pagi. Aku terlambat ke kantor!" seru Celine dengan panik. Dengan tergesa ia mencari koper miliknya dan menemukannya. Dengan sembarang ia mencari pakaian kerjanya yang masih bersih, mengenakannya dengan susah payah dan langsung membereskan koper dan berlari keluar bagaikan sedang dikejar oleh seekor anjing.Selama berlari Celine baru sadar bahwa ia ternyata berada di sebuah hotel dan akhirnya ia mencari lift untuk turun.Dengan tak sabar ia mengetukkan kakinya yang mengenakan sepatu bertumit rendah sambil menunggu lift membawanya turun ke lobby. Begitu pintu lift terbuka, Celine segera melesat keluar."Selamat pagi, Mrs. Plummer!" sapa

  • SUAMIKU YANG SEMPURNA, TERNYATA ....   KACAU

    Pandangan Celine masih tak fokus dan buram. Dengan bingung ia mengamati benda pusaka milik Steven. Pusaka itu langsung tegak berdiri. Ia mengerjapkan matanya."Benda apa itu?" tanya Celine dengan polos.Steven buru-buru menunduk untuk mencari handuknya di lantai tapi Celine kembali membuat ulah lagi."Jason! Kau Jasonkan? Kenapa kau berbohong padaku? Apakah karena wanita itu maka kau berpura-pura tak mengenalku?" tuntut Celine mulai marah. Celine bermaksud untuk bangun dari tempat tidur. Ia mengayunkan kakinya ke bawah namun naasnya malah mengenai sisi kepala Steven."Aduh!" keluh Steven."Jason? Maafkan aku," ucap Celine meminta maaf pada lampu tidur yang berada di atas meja buffet di samping tempat tidur. Steven kembali menggeleng melihat kelakuan Celine yang di luar nalar."Sudahlah! Aku ini bukan kekasihmu! Kembalilah tidur. Besok pagi jika sudah sadar kau bisa pergi dari sini!" ucap Steven lelah. Ia sudah berhasil menemukan handuknya dan hendak kembali melilitkan dipinggangnya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status