"Tidak!"kemudian wanita itu berbalik dan mulai mengumpulkan barang-barangnya yang terjatuh tadi."Tidak?" Steven menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti akan sikap keras kepala Celine.Ia mengambil posisi agar berhadapan dengan Celine lagi kemudian ikut berjongkok dan membantu Celine untuk memungut barang-barang yang terjatuh. Celine masih tidak merespons. Barang yang sudah dikumpulkan Steven langsung direbut kembali oleh Celine."Jangan sentuh barang-barangku!" tukas Celine galak sambil berdiri dan mengangkat barang bawaannya. Ia hampir saja terjungkal ke belakang karena beratnya kotak yang ia bawa dan ia menggunakan sepatu bertumit tinggi ketika itu yang membuatnya kehilangan keseimbangan.Untung saja ada Steven yang menahan punggungnya sehingga ia tidak jadi jatuh terlentang dan terlihat memalukan. Serta merta Steven langsung mengambil alih kotak barang yang dibawa Celine."Kembalikan barang-barangku!" Celine meminta. Kemarahannya sudah mulai berkurang, tapi harga dirinya seb
Tiba-tiba lobby ruang kantor serasa hampir akan runtuh oleh karena kerasnya suara sorakan dari para karyawan lainnya.Mereka sepertinya semua baru sadar secara bersamaan bahwa Steven yang mereka kenal selama ini ternyata adalah CEO mereka yang sedang menyamar.Hanya beberapa saja yang sedikit pucat ketika mendengar kabar mengejutkan ini karena sebelumnya mereka pernah berlaku buruk pada Steven dan sebagian lagi pernah menggosipkan CEO mereka yang mereka kira adalah Noah.Tapi Steven tidak terlalu ambil pusing dengan mereka. Ia akan menyelesaikan urusan itu dengan mereka nanti. Hatinya sedang diliputi oleh kegembiraan kali ini karena Celine sudah tak marah lagi terhadapnya.Dan sebagian lagi yang tidak ikut bersorak adalah mereka para wanita yang iri pada keberuntungan Celine. Mereka tidak dekat dengan Celine tapi kurang lebih mereka tahu bahwa Celine belum terlalu lama bergabung di Diamond Corporation. Bagaimana mungkin Celine bisa berhasil menggaet seorang CEO dengan begitu cepat? S
"Siapkan cincin pernikahan yang bagus untuk Celine. Aku akan melamar Celine!" Steven mengulangi perintahnya."Tindakan aku tadi terjadi dengan begitu saja karena spontanitas aku menunjukkan kebahagiaanku. Sama sekali tidak terpikirkan olehku bahwa nenekku pasti akan mengetahuinya. Jadi, jika aku tidak bisa mencegah nenekku untuk mengetahuinya, mungkin aku bisa menunda nenekku untuk mengetahuinya. Agar ketika ia mengetahuinya semua sudah terlambat dan aku sudah menikahi Celine dan mau tak mau nenekku akan setuju dengan pernikahan kami dan ikut berpura-pura," Steven menjelaskan idenya.Noah menatap ke arah Steven dengan sangsi. Baginya ide Steven itu terdengar tidak masuk di akal. Terlalu banyak cacatnya."Mr. Gagnon, ide Anda sepertinya tidak akan berjalan dengan baik. Anda tahu perangai Nyonya Besar seperti apa dan watak nona Celine seperti apa," Noah mencoba untuk menasehati."Jika Anda meneruskan rencana Anda ini dan suatu hari rahasia Anda terbongkar, menurut Anda bagaimana perasa
Celine tak sanggup berkata-kata ketika ia melihat Steven berlutut di hadapannya dengan sebuah kotak berisi cincin yang sangat indah di hadapannya.Cincin itu begitu indah dan cantik. Dan sikap Steven barusan membuat Celine merasa sangat dihargai setelah selama ini ia hidup seperti seekor peliharaan yang menyedihkan di rumah keluarga Reynolds.Mengetahui ada seorang lain yang mencintainya dengan tulus selain almarhum kedua orang tuanya dan Nana, membuat hati Celine serasa diguyur air yang telah diberkati."Celine … maukah kau menikah denganku dan menjadi Mrs. Gagnon?" tanya Steven sekali lagi. Wajahnya yang tampan terlihat sangat berharap.Celine mengibas-ngibaskan tangannya berusaha mengipasi matanya yang berair dan hampir menangis. Tapi tangis gembira."Astaga, kau membuatku hampir menangis, Steven!" Allaie tertawa bahagia."Jawabanku adalah ya, Steven! Aku bersedia untuk menikah denganmu terlepas dari kau adalah pewaris Diamond Corporation. Aku tak peduli akan semua itu," ucap Celin
Celine tersenyum sendiri, tiba-tiba saja ia teringat pertemuan pertamanya dengan Steven. _FLASHBACK ON_"Kau cantik! Kau berbakat! Dan kau pasti bisa mengatasi semua ini!" Celine Walton, wanita cantik berusia 25 tahun itu terus menggumamkan kalimat-kalimat penyemangat untuk dirinya sendiri di atas sebuah pesawat airbus A320 yang akan membawanya terbang pulang ke Toronto dari perjalanan bisnisnya di New York, malam itu.Kedua telapak tangannya basah dan berkeringat. Gugup karena ia tidak suka naik pesawat, dan ia juga takut akan ketinggian. Ia menyapukan telapak tangannya yang basah ke atas celana kerjanya yang berwarna hitam. Kemeja satinnya yang berwarna hijau pupus basah oleh keringat."Fiiuuhh!!!" Celine menghembuskan nafas tegang. "Gugup terbang?" tanya seorang pramugari muda dengan dada membusung seksi sambil tersenyum menyapa Celine."Eh, ya! Aku tak suka terbang. Dan ini bukan hari yang baik bagiku. Aku gagal dalam meyakinkan calon customerku, karena aku menamparnya ketika ia
"Aaaaaaa ………"Sekali lagi semua penumpang berteriak kencang ketakutan. Celine semakin kencang berpelukan di leher pria itu."Tak … bisa … bernafas! Lepaskan!" Pria asing itu menepuk lengan Celine menyuruhnya untuk melepaskan cekikannya. Namun Celine yang ketakutan sama sekali tidak menyadarinya."Ya Tuhan! Aku akan mati! Kita akan mati! Aku tidak mau mati! Tolong!" Celine terus berteriak histeris ketakutan sebelah tangannya masih mencekik leher pria itu sementara sebelah tangannya malah turun beralih mencengkeram pusaka kebanggaan pria itu."Aaaarrggghhh!!!!" Kini pria asing itupun ikut berteriak kesakitan. Tangannya berusaha menarik tangan Celine agar melepaskan cengkramannya. Tapi justru Celine yang ketakutan malah mencengkramnya semakin erat.Keduanya masih berteriak untuk alasan yang saling berbeda, tak sadar bahwa guncangan di pesawat telah berhenti dan lampu kabin telah kembali menyala. Para penumpang sedang kembali mengumpulkan ketenangannya yang tadi sempat hilang kini malah m
"Aku mempercayaimu, Steven!" ucap Celine pelan dan tersenyum dengan cantik sekali, membuat Steven semakin tambah merasa bersalah dalam hati.'Tenanglah, Steven! Selama rahasia itu tidak terungkap, maka Celine tidak akan tahu dan kau juga tidak akan kehilangan wanita yang kau cintai!' Suara hati Steven berupaya untuk menenangkan batin Steven yang sedang begitu merasa tersiksa.Tanpa disadari oleh Steven, ternyata Celine telah mendekati bibir Steven dan memberikan kecupan hangat singkat di bibir Steven. Pria itu termangu dan kembali fokus kepada Celine."Terima kasih karena sudah menjadi seseorang yang bisa kupercaya, Steven. Aku tak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun selain dirimu," bisik Celine sambil tersenyum senang.Lagi-lagi senyum itu membuat hati Steven menjadi resah, tidak tenang. Celine telah menpercayainya tapi Steven justru malah diam-diam mengkhianati kepercayaan Celine. Mungkin memang benar kata Noah. Ia harus jujur dan mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya
"Apa katamu tadi Steven?" tanya Celine takut ia salah dengar."Aku mau mengatakan padamu bahwa sesungguhnya kau masih perawan. Kita tidak pernah melakukan hal sampai sejauh itu." Steven akhirnya berhasil mengakuinya."Tapi waktu itu kau … aku …." Celine merasa bingung berusaha mengingat kejadian waktu di hotel, tapi gagal karena waktu itu ia sudah terlalu mabuk."Tanda yang kau buat ditubuhku!" Seru Celine ketika ia dapat mengingat bagian itu."Aku memang membuat tanda di sekujur tubuhmu. Aku tidak bisa menahan diriku untuk melakukan itu karena kau terlalu cantik dan menggoda. Tapi aku tidak ingin mengambil kesempatan lebih banyak lagi dari seorang wanita yang sedang mabuk." Steven menjelaskan dengan kesulitan, berusaha untuk menyusun kata yang akhirnya malah akan membuat hubungan mereka jadi memburuk lagi."Kau bilang kau tidak ingin mengambil kesempatan tapi kau malah memberi tanda disekujur tubuhku?" tanya Celine dengan suara pelan, tapi justru terdengar seperti suara ultimatum ba
"Apa katamu tadi Steven?" tanya Celine takut ia salah dengar."Aku mau mengatakan padamu bahwa sesungguhnya kau masih perawan. Kita tidak pernah melakukan hal sampai sejauh itu." Steven akhirnya berhasil mengakuinya."Tapi waktu itu kau … aku …." Celine merasa bingung berusaha mengingat kejadian waktu di hotel, tapi gagal karena waktu itu ia sudah terlalu mabuk."Tanda yang kau buat ditubuhku!" Seru Celine ketika ia dapat mengingat bagian itu."Aku memang membuat tanda di sekujur tubuhmu. Aku tidak bisa menahan diriku untuk melakukan itu karena kau terlalu cantik dan menggoda. Tapi aku tidak ingin mengambil kesempatan lebih banyak lagi dari seorang wanita yang sedang mabuk." Steven menjelaskan dengan kesulitan, berusaha untuk menyusun kata yang akhirnya malah akan membuat hubungan mereka jadi memburuk lagi."Kau bilang kau tidak ingin mengambil kesempatan tapi kau malah memberi tanda disekujur tubuhku?" tanya Celine dengan suara pelan, tapi justru terdengar seperti suara ultimatum ba
"Aku mempercayaimu, Steven!" ucap Celine pelan dan tersenyum dengan cantik sekali, membuat Steven semakin tambah merasa bersalah dalam hati.'Tenanglah, Steven! Selama rahasia itu tidak terungkap, maka Celine tidak akan tahu dan kau juga tidak akan kehilangan wanita yang kau cintai!' Suara hati Steven berupaya untuk menenangkan batin Steven yang sedang begitu merasa tersiksa.Tanpa disadari oleh Steven, ternyata Celine telah mendekati bibir Steven dan memberikan kecupan hangat singkat di bibir Steven. Pria itu termangu dan kembali fokus kepada Celine."Terima kasih karena sudah menjadi seseorang yang bisa kupercaya, Steven. Aku tak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun selain dirimu," bisik Celine sambil tersenyum senang.Lagi-lagi senyum itu membuat hati Steven menjadi resah, tidak tenang. Celine telah menpercayainya tapi Steven justru malah diam-diam mengkhianati kepercayaan Celine. Mungkin memang benar kata Noah. Ia harus jujur dan mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya
"Aaaaaaa ………"Sekali lagi semua penumpang berteriak kencang ketakutan. Celine semakin kencang berpelukan di leher pria itu."Tak … bisa … bernafas! Lepaskan!" Pria asing itu menepuk lengan Celine menyuruhnya untuk melepaskan cekikannya. Namun Celine yang ketakutan sama sekali tidak menyadarinya."Ya Tuhan! Aku akan mati! Kita akan mati! Aku tidak mau mati! Tolong!" Celine terus berteriak histeris ketakutan sebelah tangannya masih mencekik leher pria itu sementara sebelah tangannya malah turun beralih mencengkeram pusaka kebanggaan pria itu."Aaaarrggghhh!!!!" Kini pria asing itupun ikut berteriak kesakitan. Tangannya berusaha menarik tangan Celine agar melepaskan cengkramannya. Tapi justru Celine yang ketakutan malah mencengkramnya semakin erat.Keduanya masih berteriak untuk alasan yang saling berbeda, tak sadar bahwa guncangan di pesawat telah berhenti dan lampu kabin telah kembali menyala. Para penumpang sedang kembali mengumpulkan ketenangannya yang tadi sempat hilang kini malah m
Celine tersenyum sendiri, tiba-tiba saja ia teringat pertemuan pertamanya dengan Steven. _FLASHBACK ON_"Kau cantik! Kau berbakat! Dan kau pasti bisa mengatasi semua ini!" Celine Walton, wanita cantik berusia 25 tahun itu terus menggumamkan kalimat-kalimat penyemangat untuk dirinya sendiri di atas sebuah pesawat airbus A320 yang akan membawanya terbang pulang ke Toronto dari perjalanan bisnisnya di New York, malam itu.Kedua telapak tangannya basah dan berkeringat. Gugup karena ia tidak suka naik pesawat, dan ia juga takut akan ketinggian. Ia menyapukan telapak tangannya yang basah ke atas celana kerjanya yang berwarna hitam. Kemeja satinnya yang berwarna hijau pupus basah oleh keringat."Fiiuuhh!!!" Celine menghembuskan nafas tegang. "Gugup terbang?" tanya seorang pramugari muda dengan dada membusung seksi sambil tersenyum menyapa Celine."Eh, ya! Aku tak suka terbang. Dan ini bukan hari yang baik bagiku. Aku gagal dalam meyakinkan calon customerku, karena aku menamparnya ketika ia
Celine tak sanggup berkata-kata ketika ia melihat Steven berlutut di hadapannya dengan sebuah kotak berisi cincin yang sangat indah di hadapannya.Cincin itu begitu indah dan cantik. Dan sikap Steven barusan membuat Celine merasa sangat dihargai setelah selama ini ia hidup seperti seekor peliharaan yang menyedihkan di rumah keluarga Reynolds.Mengetahui ada seorang lain yang mencintainya dengan tulus selain almarhum kedua orang tuanya dan Nana, membuat hati Celine serasa diguyur air yang telah diberkati."Celine … maukah kau menikah denganku dan menjadi Mrs. Gagnon?" tanya Steven sekali lagi. Wajahnya yang tampan terlihat sangat berharap.Celine mengibas-ngibaskan tangannya berusaha mengipasi matanya yang berair dan hampir menangis. Tapi tangis gembira."Astaga, kau membuatku hampir menangis, Steven!" Allaie tertawa bahagia."Jawabanku adalah ya, Steven! Aku bersedia untuk menikah denganmu terlepas dari kau adalah pewaris Diamond Corporation. Aku tak peduli akan semua itu," ucap Celin
"Siapkan cincin pernikahan yang bagus untuk Celine. Aku akan melamar Celine!" Steven mengulangi perintahnya."Tindakan aku tadi terjadi dengan begitu saja karena spontanitas aku menunjukkan kebahagiaanku. Sama sekali tidak terpikirkan olehku bahwa nenekku pasti akan mengetahuinya. Jadi, jika aku tidak bisa mencegah nenekku untuk mengetahuinya, mungkin aku bisa menunda nenekku untuk mengetahuinya. Agar ketika ia mengetahuinya semua sudah terlambat dan aku sudah menikahi Celine dan mau tak mau nenekku akan setuju dengan pernikahan kami dan ikut berpura-pura," Steven menjelaskan idenya.Noah menatap ke arah Steven dengan sangsi. Baginya ide Steven itu terdengar tidak masuk di akal. Terlalu banyak cacatnya."Mr. Gagnon, ide Anda sepertinya tidak akan berjalan dengan baik. Anda tahu perangai Nyonya Besar seperti apa dan watak nona Celine seperti apa," Noah mencoba untuk menasehati."Jika Anda meneruskan rencana Anda ini dan suatu hari rahasia Anda terbongkar, menurut Anda bagaimana perasa
Tiba-tiba lobby ruang kantor serasa hampir akan runtuh oleh karena kerasnya suara sorakan dari para karyawan lainnya.Mereka sepertinya semua baru sadar secara bersamaan bahwa Steven yang mereka kenal selama ini ternyata adalah CEO mereka yang sedang menyamar.Hanya beberapa saja yang sedikit pucat ketika mendengar kabar mengejutkan ini karena sebelumnya mereka pernah berlaku buruk pada Steven dan sebagian lagi pernah menggosipkan CEO mereka yang mereka kira adalah Noah.Tapi Steven tidak terlalu ambil pusing dengan mereka. Ia akan menyelesaikan urusan itu dengan mereka nanti. Hatinya sedang diliputi oleh kegembiraan kali ini karena Celine sudah tak marah lagi terhadapnya.Dan sebagian lagi yang tidak ikut bersorak adalah mereka para wanita yang iri pada keberuntungan Celine. Mereka tidak dekat dengan Celine tapi kurang lebih mereka tahu bahwa Celine belum terlalu lama bergabung di Diamond Corporation. Bagaimana mungkin Celine bisa berhasil menggaet seorang CEO dengan begitu cepat? S
"Tidak!"kemudian wanita itu berbalik dan mulai mengumpulkan barang-barangnya yang terjatuh tadi."Tidak?" Steven menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti akan sikap keras kepala Celine.Ia mengambil posisi agar berhadapan dengan Celine lagi kemudian ikut berjongkok dan membantu Celine untuk memungut barang-barang yang terjatuh. Celine masih tidak merespons. Barang yang sudah dikumpulkan Steven langsung direbut kembali oleh Celine."Jangan sentuh barang-barangku!" tukas Celine galak sambil berdiri dan mengangkat barang bawaannya. Ia hampir saja terjungkal ke belakang karena beratnya kotak yang ia bawa dan ia menggunakan sepatu bertumit tinggi ketika itu yang membuatnya kehilangan keseimbangan.Untung saja ada Steven yang menahan punggungnya sehingga ia tidak jadi jatuh terlentang dan terlihat memalukan. Serta merta Steven langsung mengambil alih kotak barang yang dibawa Celine."Kembalikan barang-barangku!" Celine meminta. Kemarahannya sudah mulai berkurang, tapi harga dirinya seb
"Awalnya iya!" Noah melotot ngeri ketika ia menyadari bahwa ia kelepasan bicara."Ma … mak … maksud saya, tidak! Anda sangat lurus, Mr. Gagnon! Sangat … sangat … lurus!" Noah langsung meralat ucapannya. Bisa-bisanya ia salah ucap disaat seperti ini."Hanya … setelah saya melihat Anda dekat dengan Nona Celine, perangai Anda jadi berubah, Sir!" Noah nekat meneruskan."Berubah? Apa maksudmu?" tanya Steven masih kesal."Lebih manusiawi!" jawab Noah cepat."Apa kau sedang mencari gara-gara denganku, Noah? Atau kau sudah bosan bekerja untukku?" tanya Steven sambil menggertakkan jari-jari tangannya. Jakun Noah bergerak-gerak ketika ia menelan lidahnya gugup."Sama sekali tidak, Mr. Gagnon! Saya berani mengatakan ini karena sejak Anda mengenal dan dekat dengan Nona Celine, Anda jadi lebih santai dan lebih banyak tertawa. Tidak melulu hanya tentang pekerjaan dan kaku seperti robot," Noah menjawab dengan lancar dan jujur. "Dan saya senang dengan perubahan positif itu, Mr. Gagnon! Anda terlihat