SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 3
**
Mata Maya berkaca kaca saat Ibunya me-na-mpar keras wajahnya. Gala tak terima istrinya di perlakukan kasar.
"Apaan ini. Jangan sakiti dia!" kata Gala.
"Oh, ini suami kamu itu, May. Bapak! Ibu gak setuju Maya menikah dengan lelaki urakan begini. Di mana pikiran Bapak! Mikir gak sih ngasih anak ke orang macam ini!" kata Ibunya garang.
"Sabar, Bu. Malu sama Pak Kades, malu sama warga sini. Kita udah salah jangan bikin rusuh lagi," kata Bapak dengan suara pelan. Dia juga menenangkan istrinya supaya jangan terlalu bar-bar.
"Gak bisa, Pak! Gak bisa ... Ibu malu. Malu punya anak gak tahu di-ri kayak Kamaya. Pacaran sama lelaki gak ada masa depan. Mau taruh di mana muka Ibu! Huhuhu ..."
Wanita paruh baya itu memukul dadanya. Dia menangis-nangis meraung di depan Pak Kades, tokoh agama dan masyarakat setempat.
Pak Hasan, Bapaknya Maya sangat malu dengan kelakuan istrinya. Sudahlah anaknya di kawinkan karena paksaan warga dan membuatnya malu sekarang istrinya pula bertingkah.
"Bu ... Farida sudahlah ... semua sudah terjadi. Kita doakan Maya bahagia," kata Bapak mendekati Farida istrinya.
Wanita paruh baya itu masih meraung tak terima. Tisa dan Leo berusaha menenangkan Ibu mereka.
"Sudah, Bu. Malu," kata Tisa berbisik.
"Kamu, Tisa. Jangan ikuti keburukan kakakmu. Anak gak tahu diri. Udah di besarkan bukan membalas Budi malah berzi-na! Huhuhu ...."
"Bu, udah ..." sahut anak lajangnya, Leo memapah Ibunya untuk berdiri. Farida mencak-mencak di lantai tadinya karena tak terima.
Setelah Farida berdiri sempurna. Dia menolak Leo untuk menjauh. Tanpa ba-bi-bu, Farida semakin kalap, dia me-nyerang Maya secara brutal.
Hijabnya di tarik sampai lepas. Ibunya menjam-bak rambut Maya. Dia memba--bi buta menyerang Maya.
Leo dan Bapak berupaya merelai pertikaian. Gala juga begitu dia berusaha membuat wanita paruh baya itu berhenti. Pak Kades dan tokoh masyarakat juga ikut merelai.
Dengan kekuatan Gala menolak Farida hingga nyaris terjatuh, untung ada Bapak dan Leo menangkap Ibunya.
"Farida! Kamu dengar. Sudah cukup!" kata Pak Hasan marah. Kali ini dia beneran marah. Bapak membentak Farida.
Akhirnya, Farida sadar tak ada yang membelanya. Dia mengamuk juga percuma, hanya di jadikan tontonan warga.
"Bu ... tolong jangan buat keributan di sini. Semuanya sudah selesai. Gala dan Maya telah menikah. Kita doakan yang terbaik untuk mereka," kata Pak Kades menenangkan.
"Tapi ... saya gak terima, Pak!" kata Farida berkilah.
"Iya, saya tahu Ibu sakit hati dan gak terima. Yang penting kita sebagai orang tua mendoakan dan membimbing mereka ke jalan yang benar," kata Pak Kades lagi memberi arahan.
Farida diam. Percuma juga dia menjawab, akan selalu di salahkan. Bapak pasang badan menghadapi Pak Kades yang mungkin kesal di daerahnya terjadi tontonan.
"Maafkan istri saya, Pak. Maafkan kelakuan Ibunya Maya yang kelewatan," kata Bapak.
"Baik, jika semuanya sudah clear, bisa kembali ke rumah ya Pak. Selesaikan di rumah," ucap Pak Kades.
"Baik, Pak. Sekali lagi kami mohon maaf karena membuat kerusuhan."
Bapak dan yang lainnya bergegas meninggalkan kantor desa. Dia sangat malu, seluruh keluarganya datang.
Pak Hasan menikah dengan Farida memiliki tiga orang anak. Kamaya, Tisa dan Leo yang paling bungsu. Dia sungguh sedih kejadian begini menimpa Maya, anak pertamanya.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Gala lembut ke Maya. Saat mereka bersama akan pulang ke rumah.
Wanita itu menatap lelaki yang sudah menjadi suaminya sekilas sambil menggeleng.
"Maaf," lirih Gala pelan. Dia tahu semua ini salahnya.
"Semua sudah terjadi. Yang penting kita pulang dulu. Ini hanya fitnah dan hanya kita berdua yang tahu. Maaf juga kelakuan keluargaku yang seperti ini terutama Ibu."
Kamaya ingin menangis mengingat banyak sekali perilaku Ibunya yang kasar. Kadang dia berpikir, apakah dia anak tiri atau bagaimana.
Yang ada dalam benak Ibunya selalu saja harta dan harta. Ibunya tak segan memarahi, mema-ki dan main tangan dari kecil. Tak hanya kepadanya tapi ke adiknya juga jika kesal. Tapi, entah bagaimana Tisa bisa mengambil hatinya.
"Kamu mikirin apa?" tanya Gala resah melihat Maya menghapus wajahnya kasar.
"Enggak ada."
Maya berusaha tabah. Semua sudah terjadi dan pasti di rumah nanti Ibunya makin marah besar. Sesuatu yang biasa di alaminya.
"Kita pulang naik apa ini. Ibu datang ke sini sama Leo naik ojeg. Motor Leo di bengkel. Bapak bawa motor tadi, 'kan? Apa muat cuma naik motor bertiga!" kata Farida memandang sengit, terutama Maya dan Gala.
"Bu, aku udah telepon Mas Doni. Katanya dia mau jemput pakai mobil," jawab Tisa. Wajah masam Farida seketika cerah.
"Benarkah? Wah, syukurlah. Lihat, Maya. Cari calon suami seperti ini!" kata Farida ketus.
"Sudah, Bu. Jangan di perpanjang. Malu ini di jalan masih banyak orang. Kita semua pulang bersama," kata Bapak.
"Maaf, Pak. Saya mau ambil tas saya dulu." Gala memotong.
"Heh! Kamu mau kabur ya. Mau lari dari tanggung jawab!" seru Ibu.
"Iya, nih. Modus berandal emang begitu paling mau lari," kata Tisa mendumel sekaligus memainkan anak rambutnya.
"Istri saya ikut bersama saya," katanya lagi.
"Jangan. Nanti kayak di TV lagi Mbak Kamaya di apa-apakan," jawab Tisa lagi ketus.
"Nah, benar. Kita gak percaya!" sambung Ibu.
"Sudah begini saja, Leo ikut sama Gala dan Maya. Kalian pulang bersama nanti," jawab Bapak menengahi.
"Aku, Pak?" tanya Leo adik bungsu yang menunjuk dirinya tak setuju.
"Iya, jagain kakakmu," jawab Ibu ketus. Leo mendumel dalam hati, mau tak mau dia harus menurut karena tahu Ibunya seperti apa. Bila keinginannya tak terpenuhi dia bakal marah dan playing victim.
Akhirnya Leo, Gala dan Maya pergi lagi ke rumah kontrakan di mana mereka berdua di gerebek. Mereka naik sepeda motor Bapak tadi. Bapak dan yang lainnya di jemput pacarnya Tisa.
Sampai di sana, rumah sangat berantakan. Gala hanya ingin mengambil pakaiannya dan berbenah sebisanya. Dia tak diizinkan lagi tinggal di kontrakan ini.
"Astaga ... motorku hilang," sambung Gala.
**
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 4**Saat mereka baru sampai ke kontrakan Gala. Lelaki itu menyuruh duduk lebih dulu. Dia akan membereskan barang-barangnya. Pemilik kontrakan tak mengizinkannya lagi tinggal di sini.Maya dan Leo duduk di lantai sembari menunggu Gala. Maya menjadikan sandalnya sebagai alas duduk sedangkan Leo hanya berdiri saja."Dek, duduk di sini," kata Gala memberikan kursi plastik ke istrinya.Maya mengambilnya dan duduk menunggu. Leo mencibir karena kursinya hanya satu."Kok cuma satu. Mana untuk dudukku!" kata Leo. Gala hanya menepuk pundak adik iparnya."Sini ..." Maya membagi kursinya untuk adiknya duduk. Pemuda Eman belas tahun itu menggeleng tak mau."Gak lah. Aku berdiri aja," katanya."Kak, aku mau tanya, kok bisa kamu pacaran sama lelaki kayak dia. Kamu sering main ke mari. Lihat tempat tinggalnya aja begini," kata Leo mendekati kakaknya berbisik."Semua salah paham. Semua fitnah. Dijelaskan juga kamu gak akan percaya.""Loh, kok bisa. Kamu ta
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 5**Saat Gala memegang lembut tangan Maya. Wanita itu speechless, dia sangat jarang berdekatan dengan lelaki.Namun, Maya sebenarnya menyukai seorang lelaki biasa tetapi berakhir di tolak. Ibu sang lelaki itu juga gak suka dengan Maya.Sekarang, tiada angin dan hujan. Maya malah sudah jadi seorang istri. Dia sudah punya suami yang kini ada di sampingnya.Maya merasa bisa mengurangi sedikit kegugupan dalam dirinya. Rasa takutnya berkurang setengah, dulu dia menghadapi Ibunya sendiri jika marah sekarang ada Gala rasanya dia lebih tenang."Kita hadapi bersama," kata Gala.Maya hanya menganggukkan kepalanya. Dia dan Gala berjalan perlahan. Kondisi Gala juga masih kurang fit. Dia hampir mati ketabrak, seharusnya di rawat intens malah menghadapi kemarahan warga karena fitnah."Akhirnya kamu pulang juga. Kenapa lama sekali!" kata Farida, Ibunya itu sudah berkacak pinggang menyambut mereka."Bu, jangan ribut-ribut. Malu sama tetangga. Bicara di da
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 6.**"Kamu mau bayar pake apa? Ha. Mampu kamu memberi 50 juta bahkan lebih seperti juragan Harsa!" kata Farida menunjuk Gala.Suara Farida keras menunjukkan kekesalannya tak terima dengan apa yang terjadi."Bu, sudah ini musibah. Maya juga sudah menikah. Mau bagaimana lagi," kata Bapak menyela."Kamu May, memang bo--doh. Di mana harga diri kamu. Apa yang dia kasih ke kamu!"Farida tak berhenti merasa kecewa. Dia merasa di khianati. Padahal dulunya berpikir akan mendapat hantaran banyak dari anak perempuannya. Tapi sekarang zonk. Maya justru hanya menikah seadanya tanpa pesta maupun resepsi.Tiba-tiba tubuh Gala gemetar. Dia menjatuhkan kepalanya di pundak sang istri. Matanya tertutup, Gala menggigil.Dalam keadaan seperti itu, Farida masih saja mengomel, tak terima dengan apa yang terjadi pada Maya. Dia masih punya impian menikahkan Maya dengan juragan yang bisa memberinya 50 juta tanpa harus bekerja keras."Mas ... kamu kenapa? Mas?" tany
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.**"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin."Maksud Ibu?""Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya."Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti."Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya."Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual.""Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun.
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 8.**Maya bingung mau menjawab apa ke Gala. Diam-diam lelaki yang menjadi suaminya itu mendengar detail tentang Yuda yang di bicarakan Ibunya."Anu, Mas. Itu hanya masa lalu saja. Saya akan jelaskan.""Baik, aku mendengarkan," kata Gala."Yuda itu guru olahraga, Mas. Dia guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri. Kami mengajar di yayasan yang sama. Bedanya saya hanya guru honor sekolah menengah pertama dan dia pegawai negeri Sekolah Menengah Atas."Gala tersenyum tipis saat Maya menjelaskan. Istrinya ini sangat polos."Saya yakin kamu wanita yang baik dan amanah. Kamu pasti menjaga komitmen dalam pernikahan. Itu hanya masa lalu kamu. Saya percaya padamu," kata Gala.Lelaki itu berniat kembali untuk rebahan. Maya dengan sigap membantunya."Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah memahami kondisi saya. Istirahatlah dulu."Maya menyelimuti kembali suaminya. Gala melirik ke bawah dan hanya melihat tikar dengan kain panjang yang menjadi
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 9.**Gala berkata tenang ke mertuanya kalau akan segera menghubungi keluarganya. Dia pun pamit hendak masuk kamar."Saya permisi mau telepon sebentar," kata Gala."Oh, silahkan, Nak," jawab Bapak.Farida hanya mencibir dan aura tak sukanya kelihatan jelas. Gala berlalu dari mereka, sementara Maya mengikuti sang suami masuk ke kamar.Di dalam kamar, Gala mengambil gawainya, memilih dan melihat kontak yang akan di hubungi."Mas, kamu yakin keluargamu akan datang?" tanya Maya."Iya," kata Gala mengulas senyum."Besok, Mas?" tanya Maya lagi."Iya, semoga besok bisa ke sini?"Maya hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit gugup jika mertuanya akan datang ke sini. Sepertinya Maya harus mempersiapkan diri."Mas, aku tunggu di luar ya buat makan bersama," kata Maya."Iya, Mas akan menghubungi teman dulu. Nanti di kabari kapan mereka datang," kata Gala."Iya, Mas."Kamaya keluar dari kamarnya membiarkan Gala menghubungi temannya. Gala pun menghubu
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN.**"Gak sangka, Maya ... Kamaya .... Bapak gak sangka begini kelakuan kamu!""Enggak, Pak. Maya bisa jelaskan.""Apalagi yang bisa kamu jelaskan. Apa, Ha! Huhuhu ...."Lelaki paruh baya yang awalnya mendelik hingga bola mata nyaris keluar itu tiba tiba luruh. Dia jatuh terduduk bersandar di tembok yang penuh dengan segala tulisan dan coretan di dinding."Kawinkan aja ni berdua. Perempuan pake jilbab kok mendatangi lelaki preman. Di mana harga diri kamu!" sahut seorang wanita yang tak lain warga di sekitaran."Astaga, Mbak. Gak sangka aku kamu begini. Malu, Mbak. Kamu kuliahan tapi kelakuan begini. Apa kamu sengaja jual diri supaya bisa bayar kuliah!""Enggak seperti itu, Tisa."Kamaya berusaha menjelaskan ke Bapaknya kalau semua ini salah paham.Sang lelaki yang di Katai mereka preman tak luput dari amukan warga. Dia hendak di keroyok dan di pukuli."Jangan sentuh dia. Tolong. Jangan sentuh. Dia sedang sakit."Kamaya berlari ke kerumunan
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN Bag 2**Saat Gala memberikan kotak cincin ke Bapak. Pria paruh baya itu tak percaya. Dari mana be-ga-jul, urakan bisa punya sesuatu yang berharga untuk di berikan ke anaknya. Jangan-jangan dia mencuri."Dari mana kamu dapat ini, Ha! Apa kamu men-curi. Dasar gak punya moral kamu. Demi menikahi anak saya kamu mencuri!" hardik Bapak tajam."Wah, bagus banget. Seperti ada permata beneran di cincin ini," kata Tisa takjub merebutnya.Dengan cepat Gala segera mengambilnya, dia merebut itu secara kasar."Ini untuk calon istriku. Ini milikku dan aku tidak mencuri.""Terus kamu dapat dari mana, ha!" sentak Bapak tak terima. Mana mungkin mahar buat anaknya sesuatu yang haram, apalagi hasil curian."Ini punya almarhum Ibuku. Ini sesuatu yang sangat berharga untukku. Warisan keluargaku secara turun temurun dan akan di berikan ke calon istriku." Gala berkata tenang."Halah, paling juga imitasi. Banyak barang tiruan sekarang. Kalian percaya preman uraka
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 9.**Gala berkata tenang ke mertuanya kalau akan segera menghubungi keluarganya. Dia pun pamit hendak masuk kamar."Saya permisi mau telepon sebentar," kata Gala."Oh, silahkan, Nak," jawab Bapak.Farida hanya mencibir dan aura tak sukanya kelihatan jelas. Gala berlalu dari mereka, sementara Maya mengikuti sang suami masuk ke kamar.Di dalam kamar, Gala mengambil gawainya, memilih dan melihat kontak yang akan di hubungi."Mas, kamu yakin keluargamu akan datang?" tanya Maya."Iya," kata Gala mengulas senyum."Besok, Mas?" tanya Maya lagi."Iya, semoga besok bisa ke sini?"Maya hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit gugup jika mertuanya akan datang ke sini. Sepertinya Maya harus mempersiapkan diri."Mas, aku tunggu di luar ya buat makan bersama," kata Maya."Iya, Mas akan menghubungi teman dulu. Nanti di kabari kapan mereka datang," kata Gala."Iya, Mas."Kamaya keluar dari kamarnya membiarkan Gala menghubungi temannya. Gala pun menghubu
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 8.**Maya bingung mau menjawab apa ke Gala. Diam-diam lelaki yang menjadi suaminya itu mendengar detail tentang Yuda yang di bicarakan Ibunya."Anu, Mas. Itu hanya masa lalu saja. Saya akan jelaskan.""Baik, aku mendengarkan," kata Gala."Yuda itu guru olahraga, Mas. Dia guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri. Kami mengajar di yayasan yang sama. Bedanya saya hanya guru honor sekolah menengah pertama dan dia pegawai negeri Sekolah Menengah Atas."Gala tersenyum tipis saat Maya menjelaskan. Istrinya ini sangat polos."Saya yakin kamu wanita yang baik dan amanah. Kamu pasti menjaga komitmen dalam pernikahan. Itu hanya masa lalu kamu. Saya percaya padamu," kata Gala.Lelaki itu berniat kembali untuk rebahan. Maya dengan sigap membantunya."Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah memahami kondisi saya. Istirahatlah dulu."Maya menyelimuti kembali suaminya. Gala melirik ke bawah dan hanya melihat tikar dengan kain panjang yang menjadi
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.**"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin."Maksud Ibu?""Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya."Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti."Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya."Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual.""Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun.
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 6.**"Kamu mau bayar pake apa? Ha. Mampu kamu memberi 50 juta bahkan lebih seperti juragan Harsa!" kata Farida menunjuk Gala.Suara Farida keras menunjukkan kekesalannya tak terima dengan apa yang terjadi."Bu, sudah ini musibah. Maya juga sudah menikah. Mau bagaimana lagi," kata Bapak menyela."Kamu May, memang bo--doh. Di mana harga diri kamu. Apa yang dia kasih ke kamu!"Farida tak berhenti merasa kecewa. Dia merasa di khianati. Padahal dulunya berpikir akan mendapat hantaran banyak dari anak perempuannya. Tapi sekarang zonk. Maya justru hanya menikah seadanya tanpa pesta maupun resepsi.Tiba-tiba tubuh Gala gemetar. Dia menjatuhkan kepalanya di pundak sang istri. Matanya tertutup, Gala menggigil.Dalam keadaan seperti itu, Farida masih saja mengomel, tak terima dengan apa yang terjadi pada Maya. Dia masih punya impian menikahkan Maya dengan juragan yang bisa memberinya 50 juta tanpa harus bekerja keras."Mas ... kamu kenapa? Mas?" tany
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 5**Saat Gala memegang lembut tangan Maya. Wanita itu speechless, dia sangat jarang berdekatan dengan lelaki.Namun, Maya sebenarnya menyukai seorang lelaki biasa tetapi berakhir di tolak. Ibu sang lelaki itu juga gak suka dengan Maya.Sekarang, tiada angin dan hujan. Maya malah sudah jadi seorang istri. Dia sudah punya suami yang kini ada di sampingnya.Maya merasa bisa mengurangi sedikit kegugupan dalam dirinya. Rasa takutnya berkurang setengah, dulu dia menghadapi Ibunya sendiri jika marah sekarang ada Gala rasanya dia lebih tenang."Kita hadapi bersama," kata Gala.Maya hanya menganggukkan kepalanya. Dia dan Gala berjalan perlahan. Kondisi Gala juga masih kurang fit. Dia hampir mati ketabrak, seharusnya di rawat intens malah menghadapi kemarahan warga karena fitnah."Akhirnya kamu pulang juga. Kenapa lama sekali!" kata Farida, Ibunya itu sudah berkacak pinggang menyambut mereka."Bu, jangan ribut-ribut. Malu sama tetangga. Bicara di da
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 4**Saat mereka baru sampai ke kontrakan Gala. Lelaki itu menyuruh duduk lebih dulu. Dia akan membereskan barang-barangnya. Pemilik kontrakan tak mengizinkannya lagi tinggal di sini.Maya dan Leo duduk di lantai sembari menunggu Gala. Maya menjadikan sandalnya sebagai alas duduk sedangkan Leo hanya berdiri saja."Dek, duduk di sini," kata Gala memberikan kursi plastik ke istrinya.Maya mengambilnya dan duduk menunggu. Leo mencibir karena kursinya hanya satu."Kok cuma satu. Mana untuk dudukku!" kata Leo. Gala hanya menepuk pundak adik iparnya."Sini ..." Maya membagi kursinya untuk adiknya duduk. Pemuda Eman belas tahun itu menggeleng tak mau."Gak lah. Aku berdiri aja," katanya."Kak, aku mau tanya, kok bisa kamu pacaran sama lelaki kayak dia. Kamu sering main ke mari. Lihat tempat tinggalnya aja begini," kata Leo mendekati kakaknya berbisik."Semua salah paham. Semua fitnah. Dijelaskan juga kamu gak akan percaya.""Loh, kok bisa. Kamu ta
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 3**Mata Maya berkaca kaca saat Ibunya me-na-mpar keras wajahnya. Gala tak terima istrinya di perlakukan kasar."Apaan ini. Jangan sakiti dia!" kata Gala."Oh, ini suami kamu itu, May. Bapak! Ibu gak setuju Maya menikah dengan lelaki urakan begini. Di mana pikiran Bapak! Mikir gak sih ngasih anak ke orang macam ini!" kata Ibunya garang."Sabar, Bu. Malu sama Pak Kades, malu sama warga sini. Kita udah salah jangan bikin rusuh lagi," kata Bapak dengan suara pelan. Dia juga menenangkan istrinya supaya jangan terlalu bar-bar."Gak bisa, Pak! Gak bisa ... Ibu malu. Malu punya anak gak tahu di-ri kayak Kamaya. Pacaran sama lelaki gak ada masa depan. Mau taruh di mana muka Ibu! Huhuhu ..."Wanita paruh baya itu memukul dadanya. Dia menangis-nangis meraung di depan Pak Kades, tokoh agama dan masyarakat setempat.Pak Hasan, Bapaknya Maya sangat malu dengan kelakuan istrinya. Sudahlah anaknya di kawinkan karena paksaan warga dan membuatnya malu seka
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN Bag 2**Saat Gala memberikan kotak cincin ke Bapak. Pria paruh baya itu tak percaya. Dari mana be-ga-jul, urakan bisa punya sesuatu yang berharga untuk di berikan ke anaknya. Jangan-jangan dia mencuri."Dari mana kamu dapat ini, Ha! Apa kamu men-curi. Dasar gak punya moral kamu. Demi menikahi anak saya kamu mencuri!" hardik Bapak tajam."Wah, bagus banget. Seperti ada permata beneran di cincin ini," kata Tisa takjub merebutnya.Dengan cepat Gala segera mengambilnya, dia merebut itu secara kasar."Ini untuk calon istriku. Ini milikku dan aku tidak mencuri.""Terus kamu dapat dari mana, ha!" sentak Bapak tak terima. Mana mungkin mahar buat anaknya sesuatu yang haram, apalagi hasil curian."Ini punya almarhum Ibuku. Ini sesuatu yang sangat berharga untukku. Warisan keluargaku secara turun temurun dan akan di berikan ke calon istriku." Gala berkata tenang."Halah, paling juga imitasi. Banyak barang tiruan sekarang. Kalian percaya preman uraka
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN.**"Gak sangka, Maya ... Kamaya .... Bapak gak sangka begini kelakuan kamu!""Enggak, Pak. Maya bisa jelaskan.""Apalagi yang bisa kamu jelaskan. Apa, Ha! Huhuhu ...."Lelaki paruh baya yang awalnya mendelik hingga bola mata nyaris keluar itu tiba tiba luruh. Dia jatuh terduduk bersandar di tembok yang penuh dengan segala tulisan dan coretan di dinding."Kawinkan aja ni berdua. Perempuan pake jilbab kok mendatangi lelaki preman. Di mana harga diri kamu!" sahut seorang wanita yang tak lain warga di sekitaran."Astaga, Mbak. Gak sangka aku kamu begini. Malu, Mbak. Kamu kuliahan tapi kelakuan begini. Apa kamu sengaja jual diri supaya bisa bayar kuliah!""Enggak seperti itu, Tisa."Kamaya berusaha menjelaskan ke Bapaknya kalau semua ini salah paham.Sang lelaki yang di Katai mereka preman tak luput dari amukan warga. Dia hendak di keroyok dan di pukuli."Jangan sentuh dia. Tolong. Jangan sentuh. Dia sedang sakit."Kamaya berlari ke kerumunan