SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN Bag 2
**
Saat Gala memberikan kotak cincin ke Bapak. Pria paruh baya itu tak percaya. Dari mana be-ga-jul, urakan bisa punya sesuatu yang berharga untuk di berikan ke anaknya. Jangan-jangan dia mencuri.
"Dari mana kamu dapat ini, Ha! Apa kamu men-curi. Dasar gak punya moral kamu. Demi menikahi anak saya kamu mencuri!" hardik Bapak tajam.
"Wah, bagus banget. Seperti ada permata beneran di cincin ini," kata Tisa takjub merebutnya.
Dengan cepat Gala segera mengambilnya, dia merebut itu secara kasar.
"Ini untuk calon istriku. Ini milikku dan aku tidak mencuri."
"Terus kamu dapat dari mana, ha!" sentak Bapak tak terima. Mana mungkin mahar buat anaknya sesuatu yang haram, apalagi hasil curian.
"Ini punya almarhum Ibuku. Ini sesuatu yang sangat berharga untukku. Warisan keluargaku secara turun temurun dan akan di berikan ke calon istriku." Gala berkata tenang.
"Halah, paling juga imitasi. Banyak barang tiruan sekarang. Kalian percaya preman urakan kayak dia punya sesuatu yang berharga." Seorang warga nyeletuk.
"Benar juga, Pak. Udahlah, memang Mbak Kamaya cocok sama dia. Sama sama selevel. Nikahkan saja mereka, Pak," sahut Tisa ke Bapaknya.
"Kamu bukannya membela tapi malah menyudutkan!" sergah Bapak ke Tisa. Gadis itu mendumel saat Bapak justru memarahi dia.
Dari dulu Tisa memang tak akur dengan Kamaya. Mereka seperti bukan saudara. Kamaya terus terusan mengalah untuk adiknya.
"Maya, kamu mau menikahi le-la-ki gak jelas begini?" tanya Bapak.
Maya menatap sekitar, semua orang dengan garang menghakiminya. Mau bagaimana lagi. Dia sudah basah dan kejebur lumpur, otomatis buat membersihkan semuanya juga butuh waktu. Mereka tak akan percaya apa yang sebenarnya terjadi.
"Iya, Pak. Maya bersedia."
Tak berselang lama, rumah kontrakan Gala semakin ramai. Pak Kades, tokoh agama, dan tokoh masyarakat juga sudah datang. Mereka akhirnya di bawa ke balai desa.
Bapak yang memang ayah kandung Maya menjadi wali nikah putrinya. Asalkan sah saja lebih dulu, mereka menikah secara agama.
Dengan tarikan nafas, Gala membacakan akad pernikahan yang sangat sakral itu dan para saksi mengatakan sah.
Derai air mata mengiringi Bapak melepaskan Kamaya, putrinya menjadi istri Gala. Bapak tak sangka kalau kejadian ini terjadi begitu cepat.
"Alhamdulillah. Sekarang kalian resmi menjadi suami istri. Pengantin lelaki bisa memasangkan cincin ke pengantin wanita. Serta pengantin wanita mencium tangan suaminya," kata tokoh agama yang memang berdomisili di kampung itu.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Gala memasangkan cincin warisan ibunya ke tangan Maya. Pria itu tak sangka kalau Maya sudah resmi menjadi istrinya.
Kamaya pun melirik Gala saat cincin itu sudah tersemat di jarinya. Sesuai arahan, gadis itu mencium tangan Gala yang sudah resmi jadi suaminya. Maya tak sangka cincin indah ini bisa di pakainya dan entah bagaimana nasib rumah tangganya nanti.
"Pernikahan kalian memang di awali dengan hal buruk. Tapi, kita tak bisa menghakimi sepihak. Daripada kalian pacaran dan menambah maksiat lebih baik menikah yang sah. Nak Gala setelah punya istri kamu harus lebih giat bekerja. Bekerja yang halal dan membahagiakan istri."
Gala dan Maya saling pandang. Rupanya memang mereka semua termakan fitnah. Para warga menganggap Gala dan Maya pacaran dan sering berbuat maksiat.
Bapak sendiri tak bisa berkata kata. Dia sangat pilu, wajahnya lesu dan tak sanggup lagi menyahut. Tisa sendiri lebih senang mengabadikan momen mereka menikah lewat kamera ponselnya.
"Mulai sekarang, kamu jangan tinggal lagi di kontrakan saya. Lebih baik kamu keluar!" kata salah satu warga di mana Gala mengontrak rumahnya.
Lelaki itu hanya diam saja tanpa menyahut. Tokoh agama melirik para warga yang sepertinya masih menghakimi.
"Mereka sudah menikah dan kalian bisa bubar. Gak baik terlalu menghakimi, mereka juga manusia yang bisa khilaf dan berdosa. Lebih baik kalian koreksi juga dosa masing-masih. Semua orang pernah berbuat salah dan mendapatkan hukuman. Semua orang juga punya hak bertaubat!" katanya.
"Hu ...!" seru sebagian warga yang masih senang menonton.
Suasana sudah cukup kondusif. Para warga juga sudah banyak yang pulang.
"Semuanya sudah selesai, Pak. Kalian bisa kembali. Ini masih pernikahan agama saja, besok atau lusa bisa di urus ke pernikahan resmi. Semoga pernikahan Kelian sakinah, mawadah warahmah," kata Kepala Desa memberi arahan.
"Terima kasih, Pak," sahut Bapaknya Maya masih dengan wajah lesu.
Mereka berniat meninggalkan Kantor Kepala Desa. Tiba tiba, seorang wanita paruh baya beserta anak laki-laki berusia 16 tahun muncul.
Plak!
Wanita itu dengan mata menyala akibat marah langsung mendaratkan amarahnya ke wajah Kamaya.
Maya memegang pipinya yang terasa sakit. Dia tak sangka dengan kemarahan wanita di depannya ini.
"Anak gak tahu diun-tung kamu, May. Sudah banyak aku berkorban untukmu malah kamu menikah sama preman. Di mana o-tak kamu!"
"Bu, maafkan Maya," kata Maya terisak berharap Ibunya memaafkannya.
**
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 3**Mata Maya berkaca kaca saat Ibunya me-na-mpar keras wajahnya. Gala tak terima istrinya di perlakukan kasar."Apaan ini. Jangan sakiti dia!" kata Gala."Oh, ini suami kamu itu, May. Bapak! Ibu gak setuju Maya menikah dengan lelaki urakan begini. Di mana pikiran Bapak! Mikir gak sih ngasih anak ke orang macam ini!" kata Ibunya garang."Sabar, Bu. Malu sama Pak Kades, malu sama warga sini. Kita udah salah jangan bikin rusuh lagi," kata Bapak dengan suara pelan. Dia juga menenangkan istrinya supaya jangan terlalu bar-bar."Gak bisa, Pak! Gak bisa ... Ibu malu. Malu punya anak gak tahu di-ri kayak Kamaya. Pacaran sama lelaki gak ada masa depan. Mau taruh di mana muka Ibu! Huhuhu ..."Wanita paruh baya itu memukul dadanya. Dia menangis-nangis meraung di depan Pak Kades, tokoh agama dan masyarakat setempat.Pak Hasan, Bapaknya Maya sangat malu dengan kelakuan istrinya. Sudahlah anaknya di kawinkan karena paksaan warga dan membuatnya malu seka
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 4**Saat mereka baru sampai ke kontrakan Gala. Lelaki itu menyuruh duduk lebih dulu. Dia akan membereskan barang-barangnya. Pemilik kontrakan tak mengizinkannya lagi tinggal di sini.Maya dan Leo duduk di lantai sembari menunggu Gala. Maya menjadikan sandalnya sebagai alas duduk sedangkan Leo hanya berdiri saja."Dek, duduk di sini," kata Gala memberikan kursi plastik ke istrinya.Maya mengambilnya dan duduk menunggu. Leo mencibir karena kursinya hanya satu."Kok cuma satu. Mana untuk dudukku!" kata Leo. Gala hanya menepuk pundak adik iparnya."Sini ..." Maya membagi kursinya untuk adiknya duduk. Pemuda Eman belas tahun itu menggeleng tak mau."Gak lah. Aku berdiri aja," katanya."Kak, aku mau tanya, kok bisa kamu pacaran sama lelaki kayak dia. Kamu sering main ke mari. Lihat tempat tinggalnya aja begini," kata Leo mendekati kakaknya berbisik."Semua salah paham. Semua fitnah. Dijelaskan juga kamu gak akan percaya.""Loh, kok bisa. Kamu ta
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 5**Saat Gala memegang lembut tangan Maya. Wanita itu speechless, dia sangat jarang berdekatan dengan lelaki.Namun, Maya sebenarnya menyukai seorang lelaki biasa tetapi berakhir di tolak. Ibu sang lelaki itu juga gak suka dengan Maya.Sekarang, tiada angin dan hujan. Maya malah sudah jadi seorang istri. Dia sudah punya suami yang kini ada di sampingnya.Maya merasa bisa mengurangi sedikit kegugupan dalam dirinya. Rasa takutnya berkurang setengah, dulu dia menghadapi Ibunya sendiri jika marah sekarang ada Gala rasanya dia lebih tenang."Kita hadapi bersama," kata Gala.Maya hanya menganggukkan kepalanya. Dia dan Gala berjalan perlahan. Kondisi Gala juga masih kurang fit. Dia hampir mati ketabrak, seharusnya di rawat intens malah menghadapi kemarahan warga karena fitnah."Akhirnya kamu pulang juga. Kenapa lama sekali!" kata Farida, Ibunya itu sudah berkacak pinggang menyambut mereka."Bu, jangan ribut-ribut. Malu sama tetangga. Bicara di da
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 6.**"Kamu mau bayar pake apa? Ha. Mampu kamu memberi 50 juta bahkan lebih seperti juragan Harsa!" kata Farida menunjuk Gala.Suara Farida keras menunjukkan kekesalannya tak terima dengan apa yang terjadi."Bu, sudah ini musibah. Maya juga sudah menikah. Mau bagaimana lagi," kata Bapak menyela."Kamu May, memang bo--doh. Di mana harga diri kamu. Apa yang dia kasih ke kamu!"Farida tak berhenti merasa kecewa. Dia merasa di khianati. Padahal dulunya berpikir akan mendapat hantaran banyak dari anak perempuannya. Tapi sekarang zonk. Maya justru hanya menikah seadanya tanpa pesta maupun resepsi.Tiba-tiba tubuh Gala gemetar. Dia menjatuhkan kepalanya di pundak sang istri. Matanya tertutup, Gala menggigil.Dalam keadaan seperti itu, Farida masih saja mengomel, tak terima dengan apa yang terjadi pada Maya. Dia masih punya impian menikahkan Maya dengan juragan yang bisa memberinya 50 juta tanpa harus bekerja keras."Mas ... kamu kenapa? Mas?" tany
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.**"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin."Maksud Ibu?""Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya."Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti."Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya."Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual.""Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun.
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 8.**Maya bingung mau menjawab apa ke Gala. Diam-diam lelaki yang menjadi suaminya itu mendengar detail tentang Yuda yang di bicarakan Ibunya."Anu, Mas. Itu hanya masa lalu saja. Saya akan jelaskan.""Baik, aku mendengarkan," kata Gala."Yuda itu guru olahraga, Mas. Dia guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri. Kami mengajar di yayasan yang sama. Bedanya saya hanya guru honor sekolah menengah pertama dan dia pegawai negeri Sekolah Menengah Atas."Gala tersenyum tipis saat Maya menjelaskan. Istrinya ini sangat polos."Saya yakin kamu wanita yang baik dan amanah. Kamu pasti menjaga komitmen dalam pernikahan. Itu hanya masa lalu kamu. Saya percaya padamu," kata Gala.Lelaki itu berniat kembali untuk rebahan. Maya dengan sigap membantunya."Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah memahami kondisi saya. Istirahatlah dulu."Maya menyelimuti kembali suaminya. Gala melirik ke bawah dan hanya melihat tikar dengan kain panjang yang menjadi
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 9.**Gala berkata tenang ke mertuanya kalau akan segera menghubungi keluarganya. Dia pun pamit hendak masuk kamar."Saya permisi mau telepon sebentar," kata Gala."Oh, silahkan, Nak," jawab Bapak.Farida hanya mencibir dan aura tak sukanya kelihatan jelas. Gala berlalu dari mereka, sementara Maya mengikuti sang suami masuk ke kamar.Di dalam kamar, Gala mengambil gawainya, memilih dan melihat kontak yang akan di hubungi."Mas, kamu yakin keluargamu akan datang?" tanya Maya."Iya," kata Gala mengulas senyum."Besok, Mas?" tanya Maya lagi."Iya, semoga besok bisa ke sini?"Maya hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit gugup jika mertuanya akan datang ke sini. Sepertinya Maya harus mempersiapkan diri."Mas, aku tunggu di luar ya buat makan bersama," kata Maya."Iya, Mas akan menghubungi teman dulu. Nanti di kabari kapan mereka datang," kata Gala."Iya, Mas."Kamaya keluar dari kamarnya membiarkan Gala menghubungi temannya. Gala pun menghubu
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN.**"Gak sangka, Maya ... Kamaya .... Bapak gak sangka begini kelakuan kamu!""Enggak, Pak. Maya bisa jelaskan.""Apalagi yang bisa kamu jelaskan. Apa, Ha! Huhuhu ...."Lelaki paruh baya yang awalnya mendelik hingga bola mata nyaris keluar itu tiba tiba luruh. Dia jatuh terduduk bersandar di tembok yang penuh dengan segala tulisan dan coretan di dinding."Kawinkan aja ni berdua. Perempuan pake jilbab kok mendatangi lelaki preman. Di mana harga diri kamu!" sahut seorang wanita yang tak lain warga di sekitaran."Astaga, Mbak. Gak sangka aku kamu begini. Malu, Mbak. Kamu kuliahan tapi kelakuan begini. Apa kamu sengaja jual diri supaya bisa bayar kuliah!""Enggak seperti itu, Tisa."Kamaya berusaha menjelaskan ke Bapaknya kalau semua ini salah paham.Sang lelaki yang di Katai mereka preman tak luput dari amukan warga. Dia hendak di keroyok dan di pukuli."Jangan sentuh dia. Tolong. Jangan sentuh. Dia sedang sakit."Kamaya berlari ke kerumunan
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 9.**Gala berkata tenang ke mertuanya kalau akan segera menghubungi keluarganya. Dia pun pamit hendak masuk kamar."Saya permisi mau telepon sebentar," kata Gala."Oh, silahkan, Nak," jawab Bapak.Farida hanya mencibir dan aura tak sukanya kelihatan jelas. Gala berlalu dari mereka, sementara Maya mengikuti sang suami masuk ke kamar.Di dalam kamar, Gala mengambil gawainya, memilih dan melihat kontak yang akan di hubungi."Mas, kamu yakin keluargamu akan datang?" tanya Maya."Iya," kata Gala mengulas senyum."Besok, Mas?" tanya Maya lagi."Iya, semoga besok bisa ke sini?"Maya hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit gugup jika mertuanya akan datang ke sini. Sepertinya Maya harus mempersiapkan diri."Mas, aku tunggu di luar ya buat makan bersama," kata Maya."Iya, Mas akan menghubungi teman dulu. Nanti di kabari kapan mereka datang," kata Gala."Iya, Mas."Kamaya keluar dari kamarnya membiarkan Gala menghubungi temannya. Gala pun menghubu
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 8.**Maya bingung mau menjawab apa ke Gala. Diam-diam lelaki yang menjadi suaminya itu mendengar detail tentang Yuda yang di bicarakan Ibunya."Anu, Mas. Itu hanya masa lalu saja. Saya akan jelaskan.""Baik, aku mendengarkan," kata Gala."Yuda itu guru olahraga, Mas. Dia guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri. Kami mengajar di yayasan yang sama. Bedanya saya hanya guru honor sekolah menengah pertama dan dia pegawai negeri Sekolah Menengah Atas."Gala tersenyum tipis saat Maya menjelaskan. Istrinya ini sangat polos."Saya yakin kamu wanita yang baik dan amanah. Kamu pasti menjaga komitmen dalam pernikahan. Itu hanya masa lalu kamu. Saya percaya padamu," kata Gala.Lelaki itu berniat kembali untuk rebahan. Maya dengan sigap membantunya."Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah memahami kondisi saya. Istirahatlah dulu."Maya menyelimuti kembali suaminya. Gala melirik ke bawah dan hanya melihat tikar dengan kain panjang yang menjadi
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.**"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin."Maksud Ibu?""Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya."Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti."Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya."Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual.""Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun.
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 6.**"Kamu mau bayar pake apa? Ha. Mampu kamu memberi 50 juta bahkan lebih seperti juragan Harsa!" kata Farida menunjuk Gala.Suara Farida keras menunjukkan kekesalannya tak terima dengan apa yang terjadi."Bu, sudah ini musibah. Maya juga sudah menikah. Mau bagaimana lagi," kata Bapak menyela."Kamu May, memang bo--doh. Di mana harga diri kamu. Apa yang dia kasih ke kamu!"Farida tak berhenti merasa kecewa. Dia merasa di khianati. Padahal dulunya berpikir akan mendapat hantaran banyak dari anak perempuannya. Tapi sekarang zonk. Maya justru hanya menikah seadanya tanpa pesta maupun resepsi.Tiba-tiba tubuh Gala gemetar. Dia menjatuhkan kepalanya di pundak sang istri. Matanya tertutup, Gala menggigil.Dalam keadaan seperti itu, Farida masih saja mengomel, tak terima dengan apa yang terjadi pada Maya. Dia masih punya impian menikahkan Maya dengan juragan yang bisa memberinya 50 juta tanpa harus bekerja keras."Mas ... kamu kenapa? Mas?" tany
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 5**Saat Gala memegang lembut tangan Maya. Wanita itu speechless, dia sangat jarang berdekatan dengan lelaki.Namun, Maya sebenarnya menyukai seorang lelaki biasa tetapi berakhir di tolak. Ibu sang lelaki itu juga gak suka dengan Maya.Sekarang, tiada angin dan hujan. Maya malah sudah jadi seorang istri. Dia sudah punya suami yang kini ada di sampingnya.Maya merasa bisa mengurangi sedikit kegugupan dalam dirinya. Rasa takutnya berkurang setengah, dulu dia menghadapi Ibunya sendiri jika marah sekarang ada Gala rasanya dia lebih tenang."Kita hadapi bersama," kata Gala.Maya hanya menganggukkan kepalanya. Dia dan Gala berjalan perlahan. Kondisi Gala juga masih kurang fit. Dia hampir mati ketabrak, seharusnya di rawat intens malah menghadapi kemarahan warga karena fitnah."Akhirnya kamu pulang juga. Kenapa lama sekali!" kata Farida, Ibunya itu sudah berkacak pinggang menyambut mereka."Bu, jangan ribut-ribut. Malu sama tetangga. Bicara di da
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 4**Saat mereka baru sampai ke kontrakan Gala. Lelaki itu menyuruh duduk lebih dulu. Dia akan membereskan barang-barangnya. Pemilik kontrakan tak mengizinkannya lagi tinggal di sini.Maya dan Leo duduk di lantai sembari menunggu Gala. Maya menjadikan sandalnya sebagai alas duduk sedangkan Leo hanya berdiri saja."Dek, duduk di sini," kata Gala memberikan kursi plastik ke istrinya.Maya mengambilnya dan duduk menunggu. Leo mencibir karena kursinya hanya satu."Kok cuma satu. Mana untuk dudukku!" kata Leo. Gala hanya menepuk pundak adik iparnya."Sini ..." Maya membagi kursinya untuk adiknya duduk. Pemuda Eman belas tahun itu menggeleng tak mau."Gak lah. Aku berdiri aja," katanya."Kak, aku mau tanya, kok bisa kamu pacaran sama lelaki kayak dia. Kamu sering main ke mari. Lihat tempat tinggalnya aja begini," kata Leo mendekati kakaknya berbisik."Semua salah paham. Semua fitnah. Dijelaskan juga kamu gak akan percaya.""Loh, kok bisa. Kamu ta
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 3**Mata Maya berkaca kaca saat Ibunya me-na-mpar keras wajahnya. Gala tak terima istrinya di perlakukan kasar."Apaan ini. Jangan sakiti dia!" kata Gala."Oh, ini suami kamu itu, May. Bapak! Ibu gak setuju Maya menikah dengan lelaki urakan begini. Di mana pikiran Bapak! Mikir gak sih ngasih anak ke orang macam ini!" kata Ibunya garang."Sabar, Bu. Malu sama Pak Kades, malu sama warga sini. Kita udah salah jangan bikin rusuh lagi," kata Bapak dengan suara pelan. Dia juga menenangkan istrinya supaya jangan terlalu bar-bar."Gak bisa, Pak! Gak bisa ... Ibu malu. Malu punya anak gak tahu di-ri kayak Kamaya. Pacaran sama lelaki gak ada masa depan. Mau taruh di mana muka Ibu! Huhuhu ..."Wanita paruh baya itu memukul dadanya. Dia menangis-nangis meraung di depan Pak Kades, tokoh agama dan masyarakat setempat.Pak Hasan, Bapaknya Maya sangat malu dengan kelakuan istrinya. Sudahlah anaknya di kawinkan karena paksaan warga dan membuatnya malu seka
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN Bag 2**Saat Gala memberikan kotak cincin ke Bapak. Pria paruh baya itu tak percaya. Dari mana be-ga-jul, urakan bisa punya sesuatu yang berharga untuk di berikan ke anaknya. Jangan-jangan dia mencuri."Dari mana kamu dapat ini, Ha! Apa kamu men-curi. Dasar gak punya moral kamu. Demi menikahi anak saya kamu mencuri!" hardik Bapak tajam."Wah, bagus banget. Seperti ada permata beneran di cincin ini," kata Tisa takjub merebutnya.Dengan cepat Gala segera mengambilnya, dia merebut itu secara kasar."Ini untuk calon istriku. Ini milikku dan aku tidak mencuri.""Terus kamu dapat dari mana, ha!" sentak Bapak tak terima. Mana mungkin mahar buat anaknya sesuatu yang haram, apalagi hasil curian."Ini punya almarhum Ibuku. Ini sesuatu yang sangat berharga untukku. Warisan keluargaku secara turun temurun dan akan di berikan ke calon istriku." Gala berkata tenang."Halah, paling juga imitasi. Banyak barang tiruan sekarang. Kalian percaya preman uraka
SUAMIKU YANG DI HINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN.**"Gak sangka, Maya ... Kamaya .... Bapak gak sangka begini kelakuan kamu!""Enggak, Pak. Maya bisa jelaskan.""Apalagi yang bisa kamu jelaskan. Apa, Ha! Huhuhu ...."Lelaki paruh baya yang awalnya mendelik hingga bola mata nyaris keluar itu tiba tiba luruh. Dia jatuh terduduk bersandar di tembok yang penuh dengan segala tulisan dan coretan di dinding."Kawinkan aja ni berdua. Perempuan pake jilbab kok mendatangi lelaki preman. Di mana harga diri kamu!" sahut seorang wanita yang tak lain warga di sekitaran."Astaga, Mbak. Gak sangka aku kamu begini. Malu, Mbak. Kamu kuliahan tapi kelakuan begini. Apa kamu sengaja jual diri supaya bisa bayar kuliah!""Enggak seperti itu, Tisa."Kamaya berusaha menjelaskan ke Bapaknya kalau semua ini salah paham.Sang lelaki yang di Katai mereka preman tak luput dari amukan warga. Dia hendak di keroyok dan di pukuli."Jangan sentuh dia. Tolong. Jangan sentuh. Dia sedang sakit."Kamaya berlari ke kerumunan