SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.
**
"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.
Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin.
"Maksud Ibu?"
"Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya.
"Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti.
"Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya.
"Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual."
"Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun. Kamu pikir gak pake uang gitu besarin kamu. Ibu udah rawat kamu minimal waktu kamu nikah, suami kamu kasih uang. Itu yang Ibu harapkan!" ucap Farida marah. Suaranya keras.
Tisa dan Bapak mendengar, adik bungsunya juga tetapi Leo memilih menutup pintu, malas ikut campur.
"Bu, ada apa ini? Itu mantumu lagi di rawat. Dia sakit. Udahlah, Bu. Biarkan Maya istirahat juga."
"Tapi, Pak ...."
"Sudah. Aku juga cepek lihat kamu ngereog gak jelas minta uang pernikahan. Ikhlas Bu ... ikhlas." Bapak memeringatkan Farida.
"Gimana aku bisa ikhlas, Pak. Wong gak dapat apapun."
"Sudah ini sudah malam. Lebih baik kita tidur saja. Biarkan mereka istirahat." kata Bapak.
Farida mendumel. Dia menatap Maya garang dan mau tak mau keluar juga dari kamar putrinya.
Sementara Maya makan di dalam kamar dalam keadaan menangis. Sudah jatuh tertimpa tangga. Dia tahu kalau ini memang salahnya.
Warga menghakimi seenaknya membuat dia harus menikah. Menikah dengan orang yang tak di kenalnya. Hanya hati kecil Maya saja yang yakin kalau Gala itu orang baik. Berharap perasaanya benar.
Kenapa nasib tak berpihak padanya. Maya pernah jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Yuda. Entah bagaimana satu kampung bisa tau kalau dia suka ke Yuda. Mungkin ada yang sebar gosip jadi para tetangga tahu.
Ibunya Yuda marah ke Maya dan menganggap Maya tak pantas untuk anaknya. Maya merasa terhina di ma-ki Ibunya Yuda. Tak berselang lama Farida dan Ibunya Yuda bertengkar karena kesalahpahaman. Sekarang Maya bahkan tak berani untuk menaruh hati ke lelaki manapun. Makanya saat warga menghakimi dan menyuruhnya menikah, dia terima saja tanpa perlawanan.
Sungguh derita Maya, hidup dalam Kungkungan orang tua NPD, di tambah lingkungan yang mengejeknya karena ekonomi. Itulah alasan Maya kuliah untuk mengangkat derajat keluarga supaya tak di remehkan orang lain juga di remehkan keluarga sendiri.
Selesai Makan, Maya menjalankan empat rakaat sembari berdoa untuk yang terbaik dalam hidupnya. Walau bagaimanapun dia harus menjalaninya. Walau dia marah dan kesal dengan Ibunya. Maya selalu mencoba memaafkannya.
Maya pun tertidur beralaskan tikar, ranjangnya sudah terisi Gala dan memang hanya untuk satu orang. Dalam lelap tidurnya, Maya sayup mendengar suara rintihan.
Wanita itu mengucek mata dan bangun. Maya menggeliat sejenak. Dia menatap Gala yang berusaha bangun dari posisi tidurnya. Maya segera membantu Gala. Dengan lemah lembut Maya membantu agar posisi duduk Gala nyaman. Maya juga refleks memegang dahinya untuk merasakan apakah masih demam atau tidak.
"Saya haus," ucap Gala.
Maya segera membuka termos kecil dan menuangkan air panas serta mencampurnya, dia pun memberikannya ke Gala.
Gala meminum perlahan dengan sedotan. Setelah minum Maya membantu meletakkan kembali di nakas.
"Mas, kamu belum makan. Saya panaskan bubur ya," kata Maya.
Maya bergegas ke dapur. Gala belum sempat menghentikannya Maya sudah pergi. Tapi, dia memang lapar, di tambah sekujur tubuhnya sakit.
Maya datang membawa bubur dan menyuapi sang suami penuh kelembutan. Gala merasakan kebahagiaan saat Maya perhatian padanya.
Diliriknya Maya, seorang gadis dengan kulit sawo matang, baik penyayang dan sabar. Dia sangat cantik, meskipun banyak yang bilang dia jelek termasuk Ibunya sendiri. Tapi, Gala bisa lihat kalau istrinya itu sangat cantik.
Jika di rawat dengan kasih sayang Maya akan jauh lebih cantik dari perempuan manapun. Gala merasa seakan menemukan berlian yang tak di dapatkannya di tempat lain.
"Terima kasih, Maya," kata Gala memanggil nama istrinya untuk pertama kali. Maya menggangguk.
"Iya, Mas, bagaimana kondisi kamu?" kata Maya. Gala merasa di hormati saat Maya berkata demikian.
"Sudah lebih baik. Maaf merepotkan mu."
"Gak lah. Kamu sekarang sudah menjadi suamiku. Susah senang kita hadapi bersama jika kamu tak keberatan," kata Maya.
"Jadi kamu mau menerima ku apa adanya?"
Maya menganggukkan kepalanya sambil menundukkan pandangan. Hatinya bergetar, meskipun tak terlalu mengenal, Maya yakin Gala lelaki yang baik, sebab hanya Gala yang bisa menerima Maya apa adanya disaat semua orang menolaknya.
"Maafkan juga perlakukan Ibuku dan keluargaku," kata Maya pelan.
Gala mengambil tangan Maya. Entah kenapa dia merasa kasihan ke wanita yang baru saja menjadi istrinya.
"Jangan bersedih. Semua akan baik-baik saja. Aku akan berikan uang ke Ibumu seperti yang dia mau. Dia tak akan kasar lagi padamu. Hanya uang kan yang dia mau."
Gala lebih bersahabat dengan menggunakan kata aku ke Mayra dan Maya segera melihat wajah Gala saat pria itu mengatakan hal tersebut. Memberikan Ibu uang?
"Memberikan uang ke Ibu? Apakah Mas Gala ada uang?"
"Yah, aku akan mengusahakannya. Kamu jangan khawatir. Uang halal kok."
Gala tersenyum ke Maya. Maya speechless dan tersenyum kecil juga. Jika di perhatikan suaminya ini sebenarnya tampan. Dia hanya bersembunyi di balik tampilan urakan, dengan tindik magnet di telinga serta jambang dan kumis yang dibiarkan tumbuh subur di wajahnya.
"Sebelumnya Aku mau tanya ke Maya," kata Gala.
"Tanya apa, Mas?"
"Siapa Yuda, May?" tanya Gala begitu saja.
Maya meringis bingung mau menjawab.
**
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 8.**Maya bingung mau menjawab apa ke Gala. Diam-diam lelaki yang menjadi suaminya itu mendengar detail tentang Yuda yang di bicarakan Ibunya."Anu, Mas. Itu hanya masa lalu saja. Saya akan jelaskan.""Baik, aku mendengarkan," kata Gala."Yuda itu guru olahraga, Mas. Dia guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri. Kami mengajar di yayasan yang sama. Bedanya saya hanya guru honor sekolah menengah pertama dan dia pegawai negeri Sekolah Menengah Atas."Gala tersenyum tipis saat Maya menjelaskan. Istrinya ini sangat polos."Saya yakin kamu wanita yang baik dan amanah. Kamu pasti menjaga komitmen dalam pernikahan. Itu hanya masa lalu kamu. Saya percaya padamu," kata Gala.Lelaki itu berniat kembali untuk rebahan. Maya dengan sigap membantunya."Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah memahami kondisi saya. Istirahatlah dulu."Maya menyelimuti kembali suaminya. Gala melirik ke bawah dan hanya melihat tikar dengan kain panjang yang menjadi
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 9.**Gala berkata tenang ke mertuanya kalau akan segera menghubungi keluarganya. Dia pun pamit hendak masuk kamar."Saya permisi mau telepon sebentar," kata Gala."Oh, silahkan, Nak," jawab Bapak.Farida hanya mencibir dan aura tak sukanya kelihatan jelas. Gala berlalu dari mereka, sementara Maya mengikuti sang suami masuk ke kamar.Di dalam kamar, Gala mengambil gawainya, memilih dan melihat kontak yang akan di hubungi."Mas, kamu yakin keluargamu akan datang?" tanya Maya."Iya," kata Gala mengulas senyum."Besok, Mas?" tanya Maya lagi."Iya, semoga besok bisa ke sini?"Maya hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit gugup jika mertuanya akan datang ke sini. Sepertinya Maya harus mempersiapkan diri."Mas, aku tunggu di luar ya buat makan bersama," kata Maya."Iya, Mas akan menghubungi teman dulu. Nanti di kabari kapan mereka datang," kata Gala."Iya, Mas."Kamaya keluar dari kamarnya membiarkan Gala menghubungi temannya. Gala pun menghubu
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 10.**"May, sebaiknya kamu tidur diatas. Biar saya yang di bawah," kata Gala saat sudah malam hari.Tempat tidur yang cuma muat untuk satu orang membuat Gala gak enak hati. Maya memaksa agar dia saja tidur diatas. Sementara sudah hampir lima hari dia terus tidur di atas dan Maya di bawah dengan beralaskan tikar dan kain panjang."Kamu lagi sakit, Mas. Baru saja pemulihan. Kondisi kesehatan kamu lebih penting. Kalau sakit lagi gimana?""Tapi, Mas kasihan sama Maya. Gimana kalau kasurnya taruh saja di bawah untuk kamu tidur, May,""Jangan, Mas. Kasurnya sudah banyak yang bolong. Biar aja begitu.""Kenapa gak beli yang baru saja, May? Kasihan kamu," jawab Gala.Kalau dipikir-pikir kasurnya emang tipis sekali dan kok bisa Maya nyaman tidur di sini. Sedangkan di rumah kontrakan Gala tempo hari sudah disediakan kasur sebelumnya makanya dia nyaman di sana.Maya menghela napas panjang saat pertanyaan dari Gala muncul. Dia memiringkan badannya dan
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 11.**"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Yuda. Dia bertanya sebanyak dua kali. Pertanyaan pertama secara formal dan yang kedua lebih informal dengan menggunakan kata kamu.Pertanyaan sok akrab seakan mereka dekat. Maya melirik Yuda jengah. Apa urusannya? Mau menikah atau tidak juga tak berarti untuknya. Masih teringat penghinaan orang tuanya dan Yuda hanya diam saja mengiyakan kalau mereka sebenarnya tak akrab.Maya menghela napas panjang berusaha bersikap profesional. Buat apa juga dia mengambil hati. Toh, perasannya ke Yuda dulunya hanya sebatas persinggahan yang tak terbalas."Iya, Pak. Benar. Saya sudah menikah.""Kok bisa, Bu May. Saya dengar kamu dinikahkan warga secara paksa? Kamu punya pacar seorang preman?" tanya Yuda penasaran."Tolong jangan ikut campur urusan privasi saya, Pak. Saya juga tidak perlu menjawab semua pertanyaan yang anda lontarkan."Maya berniat pergi dan Yuda segera mengikuti."May, maafkan Ibu saya. Maaf jika pe
"Walah, kok kejam amat, Bang. Gak bersahabat sama kamu. Kayak gak menghargai kamu sebagai suami anaknya."Gala menghela napas panjang. Dia menepuk bahu Bojes."Namanya, kami menikah karena paksaan warga.""Dia gak tau siapa elu, Bang. Kesel gue lihatnya."Bojes mendengkus kesal melihat sikap Ibunya Maya. Dia lalu melirik Gala lagi."Terus istri lu gak kayak dia kan, Bang?" tanya Bojes."Herannya dia beda. Dia perempuan berbeda yang gue kenal." Gala tersenyum sekilas menceritakan Maya.Bojes ikut tersenyum melihat Gala senang menceritakan istrinya."Wah, Bang. Istri lu baik ya. Masih ada perempuan baik yang mau menerima penampilan kayak kita. Beneran, Bang?"Gala hanya menganggukkan kepalanya. Teringat kebaikan Maya padanya."Wah, Bang. Beruntunglah kamu. Aku jadi ingin kenal kakak ipar yang sudah mengambil hati kamu," kata Bojes terkekeh.Gala juga tertawa sekilas. Dia sendiri belum yakin dengan perasannya. Tapi, dia bisa merasakan kalau Maya baik dan tulus. Maya juga mau mengajarinya
SUAMIKU YABG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 12.**Gala keluar dari kamar hendak menjumpai orang yang di hubunginya tadi. Farida yang sedang memetik kangkung melihat, sepertinya Gala akan keluar. Dia mengganti bajunya dengan kaos lain."Heh, kamu mau ke mana? Mau kabur kamu sama anak urakan di depan!" kata Farida ketus."Saya mau ke sekolah Maya. Ada perlu.""Ngapain kamu ke sekolah anak saya? Kamu mau buat masalah lagi ya. Awas kalau Maya di pecat gara-gara kamu. Dia belum bayar uang makan ke saya dan uang kuliah.""Saya akan selesaikan, Bu.""Kamu pikir saya percaya. Orang kayak kamu emang banyak nipunya. Kamu itu sampah masyarakat. Kalau kamu kabur bagaimana?" ucap Farida garang ke Gala.Di saat Farida melontarkan perkataan kasar itu. Gala sudah meradang dan ingin marah. Tapi, balik lagi dia sabar. Sabar seperti Maya selalu sabar menghadapi caci maki ibunya."Teman saya akan di sini. Saya gak akan kabur, Maya istri saya dan saya akan selalu ada bersamanya.""Heleh. Banyak ba-cot k
Yuda sendiri juga tak tahu perasaannya ke Maya. Mereka hanya dekat saja. Yuda sedikit kaget saat tau Maya menaruh rasa padanya. Dia dengar dari tetangga kalau Maya suka padanya. Entah bagaimana berita itu sampai ke telinga Ibunya.Ibu Yuda marah besar dan menganggap Maya tak pantas dengannya. Yuda juga akan di jodohkan dengan perempuan pilihan yang bekerja sebagai pegawai pemerintah. Jadi mereka se-level...Maya sudah berada di luar pekarangan sekolah. Dia speechless melihat suaminya. Pakaiannya sudah rapi, meskipun jambang dan tindik masih ada di wajah suaminya. Setidaknya Gala sudah berusaha merapikan dirinya. Dengan kemeja lengan panjang dan celana keper."Mas, makasih banget kamu mau datang ke sini membantuku," kata Maya.Gala tersenyum melihat Maya. Bagaimana mungkin dia bisa menolak permintaan istri yang begitu baik."Iya, May. Masalah apa yang akan kita hadapi bersama.""Yuk lah, Mas. Ke Kantor kepala Sekolah. Tadi dia sudah suruh buat silaturahmi."Gala pun memarkirkan seped
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 13.**Maya benar-benar senang kala naik motor bersama Gala. Beberapa kali dia di bonceng Leo adiknya saja. Pernah juga sekali dia di bonceng Yuda dan ketahuan Ibunya Yuda. Langsung sumpah serapah yang Maya dapatkan.Sekarang, sudah ada Gala sang suami jadi Maya tak perlu risau lagi. Hari ini meski terancam di pecat entah kenapa Maya tak terlalu risau. Rezeki bisa datang kapan saja dan dari arah yang tak terduga.Seperti hal nya Maya yang tiba-tiba menikahi Gala. Walau kata semua orang musibah, tapi, Maya merasa sedikit anugerah. Dia bisa berbagi rasa suka duka ke Gala. Sesungguhnya yang Maya butuhkan hanya teman berbagi.Dia tak terlalu percaya pada keluarganya. Ibunya seperti itu dan lebih suka menghakimi, apalagi adiknya,Tisa. Sedangkan Leo tak terlalu peduli urusannya. Jadi semua di pendam Maya sendiri. Istilahnya mentalnya sudah di kuras habis-habisan setiap hari."Kita sudah sampai, May," kata Gala."Oh ya, Mas."Maya segera turun dar
“Saya ucapkan terima kasih atas bantuannya tadi, tapi jangan berpikir bahwa hal ini mengubah apapun,” kata Bu Retno dengan dingin. "Kamu tetap tidak cocok untuk Yuda. Dia akan segera menikah dengan wanita pilihanku, seorang PNS juga. Kamu tidak punya tempat di hidupnya."Maya terdiam, hatinya seolah dicubit oleh kata-kata itu. Meski ia sudah menduganya, mendengar langsung dari mulut Bu Retno membuat semuanya terasa lebih nyata. Bagaimanapun, ia tidak bisa memaksakan perasaannya pada Yuda, apalagi jika keluarga Yuda menolaknya begitu keras.Kenapa ada manusia sampai bisa begitu meremehkan orang lain. Maya bersyukur di situasi ini dia sudah punya suami."Saya mengerti, Bu, Ibu tahu kalau saya juga sudah menikah," jawab Maya pelan. Tak ada gunanya membela diri atau memperpanjang perdebatan. Semua sudah jelas. Yuda akan segera menikah, dan bukan dengan dirinya. Kehidupan kini sudah berbeda. Maya juga sudah ikhlas dia tak bisa bersama Yuda. Tapi, kenapa hubungan ini malah di perburuk."Oh
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 20.Maya meraih dompet itu dengan tangan gemetar. Sejenak, ia terpaku melihat dompet yang tadinya ada di tangan copet kini berada di genggamannya. Suara riuh kejar-kejaran di belakangnya semakin menjauh ketika si copet lari kencang dikejar warga. Maya menarik napas lega. Setidaknya, ia berhasil mendapatkan dompet itu kembali.Ia segera berbalik dan mencari pemilik dompet tersebut. Di keramaian pasar yang sibuk, mata Maya tertumbuk pada seorang wanita paruh baya yang tampak gelisah. Wanita itu tampak cemas, sesekali meraba-raba tas di pinggangnya, seolah memastikan sesuatu. Maya mendekat dengan langkah cepat, hati-hati agar tidak terjatuh di jalanan berbatu.“Bu, ini dompetnya, kan?” Maya menyodorkan dompet itu kepada wanita tersebut.Wanita itu mengangkat wajah, matanya membulat terkejut saat melihat Maya. Maya pun merasakan hal yang sama. Wajah itu terlalu familiar untuk diabaikan. Wajah yang pernah ia lihat dalam beberapa kesempatan di ru
"Iya," jawab Maya. "May, kalau ada uang kamu jangan terlalu boros ingat Gala harus membayar dua ratus juta lagi ke ibu. Ya udah kalau kalian memang mau beli kasur baru juga nggak masalah. Tapi ingat juga kalian punya hutang ke ibu!" kata Farida. Maya terdiam saat Ibunya berkata begitu. Apa jadinya jika Ibunya tau kalau dia ada uang banyak yang diberikan Gala kemarin. Apa Ibunya akan mengambil semuanya. Gala berpesan tak perlu mereka tahu masalah uang yang di berikannya ke Maya. "Iya, Bu. Doakan ya Mas Gala bisa segera mendapatkan uang untuk memberikan Ibu 200 juta lagi," kata Maya. Farida hanya mencibir saja dan Tisa sedikit kesal. Dia juga di tuntut Ibu untuk memberikan uang seratus juta untuk lamaran. Tisa bingung bagaimana meminta ke Doni uang banyak begitu. "Mbak, makasih ya. Bang Gala dan kamu udah belanjain aku. Sayang sama kamu," kata Leo senang. Dia bisa mendapatkan peralatan sekolah dan semua serba baru. Maya hanya mengangguk saja dan membuat Tisa semakin kesal saja pad
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 19.**Gala sedikit kesal ketika ada panggilan dari Bojes. Ada apa anak buahnya menghubunginya? Mungkin ada sesuatu hal yang penting. Kalau tidak, tidak mungkin Bojes menghubunginya malam-malam."Dek May. Saya angkat dulu telepon ya," kata Gala."Iya, Mas," ucap Maya.Gala pun menekan tombol hijau dan terhubunglah dengan anak buahnya. Kira-kira informasi apa yang akan diberikannya ke Gala."Halo," kata Gala setelah tersambung."Bang, halo Bang ... gawat, gawat, Bang," katanya."Kenapa? Gawat kenapa?" tanya Gala."Ada kerusuhan di pasar, Bang. Geng Kelewang nyerang, Bang!" kata Bojes."Apa ... kok bisa kalian gak jaga keamanan. Dia nyerang gimana?!" tanya Gala sedikit marah.Maya terheran ketika ekspresi suaminya seperti itu. Mungkin sedang ada masalah."Jaga, Bang. Elu ke sini dah bang. Kami juga udah habis-habisan buat perhitungan!" katanya."Ya udah gue datang.""Salah satu anak buahnya kita Sandra juga, Bang," kata Bojes."Elu hajar dia?
"Sudah ku bilang. Jangan mabok! Jangan pake barang haram. Lihat si emprit gara-gara mabok dan pake n4rkoba, dia di tangkap Polisi. Kita gak perlu membawa itu di sini!" kata Maulana marah ke anggotanya. Ternyata dia adalah bos mereka. Mereka semua patuh pada Maulana. Gala hanya menceritakan masalahnya ke Maulana saja. Dan Maulana memperkenalkan Gala sebagai teman dan saudaranya ke para anak buahnya. Gala bergaul dengan mereka untuk misi tertentu. Maulana tahu, dia mau membantu. Penampilan Gala pun mulai berubah sama seperti mereka. Dia juga ikut aktif dalam kegiatan swiping dan keamanan. Anggota mereka banyak juga yang jadi tukang parkir, menjaga keamanan warga di pasar. Ternyata pasar juga ada kelompoknya. Ada Kelompok Maulana dan kelompok musuhnya. Maulana tak mentarif uang ke pedagang. Mereka memberikan seikhlasnya. Maulana juga ramah ke mereka. Mereka biasanya sewa tempat juga seadanya. Beberapa ruko besar di pasar juga harus kelompok Maulana jaga dari gangguan, contohnya kebaka
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 18.**"Mas, apa yang membuat resah hatimu. Kamu bisa berbagi denganku," kata Maya.Gala terlihat gusar. Mimpi itu sama seperti yang dia alami. Di pandangnya lagi Maya yang sibuk mengambilkan air minum untuknya. Air di nakas yang tertutup di berikan ke Gala. "Minum dulu, Mas," kata Gala. Gala mengambilnya dan meminumnya. Dia merasa lebih tenang setelah melihat Maya. Entah kenapa sikap lembut Maya membuat Gala begitu bahagia. Dia merasa di perlakukan dengan baik dan sepenuh hati. Jika dengan penampilan urakan, gak punya uang, Maya bisa sangat menghormatinya. Gala sangat bahagia berada di dekatnya. "Terima kasih ya, Dek May." Gala menghela napas panjang. Dia menatap wajah Maya lagi. Kasihan juga membangunkan istrinya. "May, Mas punya masa lalu yang cukup kelam. Tak bisa Mas lupakan. Sakit rasanya." Gala terlihat sedih mengatakan itu. Hatinya sakit mengingat hal itu. "Mas, jika aku bisa jadi pendengar mu. Aku akan mendengarkan. Mulutku
"Kamu tau nggak tadi keluarganya Gala datang kemari. Ibu pikir cuma datang-datang begitu aja. Nggak bawa apa-apa. Ternyata dia bawa uang 100 juta untuk memperistri Maya seutuhnya. Ya mana Ibu mau!" kata Farida."Maksudnya, Bu? Ibu nolak uang 100 juta yang diberikan keluarga Bang Gala?" tanya Tisa."Ya enggaklah. Cuman Ibu minta lagi kekurangannya 200 juta, mungkin Ibu bersedia cuma di kasih 100 juta. Ibu udah malu, jadi mereka harus bayar rasa malu Ibu!"Tisa menelan ludah mendengar Ibunya berkata begitu."Dari mana Bang Gala dapat uang, Bu?" tanyanya lagi."Dari jual kebonnya di kampung yang Ibu tau," kata Ibunya.Beberapa saat mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Tisa sedikit ragu apakah memberi mahar 40 juta ibunya akan terima ataukah meminta lebih. Jujur saja kalau meminta lebih mereka nggak punya uang."Doni, kamu harus berusaha keras ya memberikan yang terbaik untuk Tisa. Kamu tahu kan maksud ibu," kata Farida tersenyum dan masuk saja ke dalam rumah.Sebentar la
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 17.**"Dari mana kalian?" tanya Farida mengintrogasi.Matanya teralih ke belanjaan yang di pegang Maya dan Leo. Leo segera menghampiri Ibunya."Wah, mantap, Bu. Bang Gala traktir kita semua ini," kata Leo dengan senang.Farida mencibir dan menaikkan wajahnya tak senang. Dia hendak masuk ke rumah tetapi sebuah mobil yang datang ke rumahnya menghentikannya.Dua orang turun dari mobil merk X tersebut. Mata Farida melebar, dia merasa senang dan segera menyambut kedatangan keduanya."Ya ampun yang udah di tungguin akhirnya datang. Nak, Doni. Makasih mau mampir dan mengantar Tisa," katanya."Iya, Bu. Udah lama juga aku gak mampir ya," kata Doni.Lelaki yang dipuji-puji Farida itu tersenyum. Begitu pula Tisa yang sangat bangga ketika calon suaminya mendapat perhatian khusus dari ibunya. yang dibutuhkan ibunya hanya uang jadi Tisa harus menampilkan kemewahan dan sesuatu yang membuat Ibunya senang."Iya, Bu. Mas Doni ini baik banget loh. Padahal di
Selanjutnya mereka pergi ke Mall. Mereka jalan-jalan di sana. Semua menikmati sambil belanja-belanja. Maya mengatakan ke adiknya tak masalah membeli tas sekolah, sepatu, buku dan baju sekolah. Tentu Leo sangat senang. Bapak dan Ibu Gala juga di traktir Maya belanja. Begitupun Leo dan Bojes."Dek, May. Kamu sangat baik. Kamu masih sempat berbagi. Padahal uang itu pure untukmu," kata Gala saat mereka jalan bersama."Gak apa, Mas. Lagian, aku makasih Mas udah mau memberikan dan percaya padaku," kata Maya."Dek May kan istrinya Mas," ucap Gala.Beberapa saat mereka saling menatap satu sama lain. Gala melihat Maya yang sangat cantik. Kulitnya yang eksotis, bibir tipis serta hidung mancung. Kecantikan khas perempuan Indonesia. Ingin Gala marah pada orang-orang yang mengatai Maya jelek, dia sangat cantik.Maya merasa malu saat Gala menatapnya. Dia hanya tersenyum sekilas. Maya menarik tangan Gala agar mereka berjalan bersama. Setelah mendapat lampu hijau, Gala memegang tangan sang istri. Sen