SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 7.
**
"Mana May cincin kamu itu?" tanya Ibunya.
Maya kaget saat Ibunya berkata demikian. Bisa-bisanya saat suaminya sakit, Ibunya malah bertanya masalah cincin.
"Maksud Ibu?"
"Tisa cerita kalau dia ngasih kamu cincin waktu akad seadanya di kantor balai desa," kata Farida menunjuk Gala yang sedang di rawat dan infus membelenggu tangannya.
"Iya, Mas Gala memang memberikan cincin itu, Bu. Tapi, itu mahar pernikahanku. Mas Gala juga bilang kalau cincin itu warisan keluarganya jadi itu milik Ibunya yang juga dulu di berikan ayahnya Mas Gala untuk Ibunya. Warisan turun temurun, Bu," sahut Maya supaya Farida mengerti.
"Mahar kan bisa di jual, May. Lagian masa Ibu gak dapat apa-apa!" kata Farida menunjuk wajah Maya.
"Bu, tolong jangan jual. Ini amanah dari Mas Gala meskipun sudah jadi milik saya tetapi saya gak bisa jual."
"Terus kamu tinggal di sini gratis. Kamu pikir biaya membesarkan kamu berapa, ha! Ibu gak bisa May kalau gak dapat sepeserpun. Kamu pikir gak pake uang gitu besarin kamu. Ibu udah rawat kamu minimal waktu kamu nikah, suami kamu kasih uang. Itu yang Ibu harapkan!" ucap Farida marah. Suaranya keras.
Tisa dan Bapak mendengar, adik bungsunya juga tetapi Leo memilih menutup pintu, malas ikut campur.
"Bu, ada apa ini? Itu mantumu lagi di rawat. Dia sakit. Udahlah, Bu. Biarkan Maya istirahat juga."
"Tapi, Pak ...."
"Sudah. Aku juga cepek lihat kamu ngereog gak jelas minta uang pernikahan. Ikhlas Bu ... ikhlas." Bapak memeringatkan Farida.
"Gimana aku bisa ikhlas, Pak. Wong gak dapat apapun."
"Sudah ini sudah malam. Lebih baik kita tidur saja. Biarkan mereka istirahat." kata Bapak.
Farida mendumel. Dia menatap Maya garang dan mau tak mau keluar juga dari kamar putrinya.
Sementara Maya makan di dalam kamar dalam keadaan menangis. Sudah jatuh tertimpa tangga. Dia tahu kalau ini memang salahnya.
Warga menghakimi seenaknya membuat dia harus menikah. Menikah dengan orang yang tak di kenalnya. Hanya hati kecil Maya saja yang yakin kalau Gala itu orang baik. Berharap perasaanya benar.
Kenapa nasib tak berpihak padanya. Maya pernah jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Yuda. Entah bagaimana satu kampung bisa tau kalau dia suka ke Yuda. Mungkin ada yang sebar gosip jadi para tetangga tahu.
Ibunya Yuda marah ke Maya dan menganggap Maya tak pantas untuk anaknya. Maya merasa terhina di ma-ki Ibunya Yuda. Tak berselang lama Farida dan Ibunya Yuda bertengkar karena kesalahpahaman. Sekarang Maya bahkan tak berani untuk menaruh hati ke lelaki manapun. Makanya saat warga menghakimi dan menyuruhnya menikah, dia terima saja tanpa perlawanan.
Sungguh derita Maya, hidup dalam Kungkungan orang tua NPD, di tambah lingkungan yang mengejeknya karena ekonomi. Itulah alasan Maya kuliah untuk mengangkat derajat keluarga supaya tak di remehkan orang lain juga di remehkan keluarga sendiri.
Selesai Makan, Maya menjalankan empat rakaat sembari berdoa untuk yang terbaik dalam hidupnya. Walau bagaimanapun dia harus menjalaninya. Walau dia marah dan kesal dengan Ibunya. Maya selalu mencoba memaafkannya.
Maya pun tertidur beralaskan tikar, ranjangnya sudah terisi Gala dan memang hanya untuk satu orang. Dalam lelap tidurnya, Maya sayup mendengar suara rintihan.
Wanita itu mengucek mata dan bangun. Maya menggeliat sejenak. Dia menatap Gala yang berusaha bangun dari posisi tidurnya. Maya segera membantu Gala. Dengan lemah lembut Maya membantu agar posisi duduk Gala nyaman. Maya juga refleks memegang dahinya untuk merasakan apakah masih demam atau tidak.
"Saya haus," ucap Gala.
Maya segera membuka termos kecil dan menuangkan air panas serta mencampurnya, dia pun memberikannya ke Gala.
Gala meminum perlahan dengan sedotan. Setelah minum Maya membantu meletakkan kembali di nakas.
"Mas, kamu belum makan. Saya panaskan bubur ya," kata Maya.
Maya bergegas ke dapur. Gala belum sempat menghentikannya Maya sudah pergi. Tapi, dia memang lapar, di tambah sekujur tubuhnya sakit.
Maya datang membawa bubur dan menyuapi sang suami penuh kelembutan. Gala merasakan kebahagiaan saat Maya perhatian padanya.
Diliriknya Maya, seorang gadis dengan kulit sawo matang, baik penyayang dan sabar. Dia sangat cantik, meskipun banyak yang bilang dia jelek termasuk Ibunya sendiri. Tapi, Gala bisa lihat kalau istrinya itu sangat cantik.
Jika di rawat dengan kasih sayang Maya akan jauh lebih cantik dari perempuan manapun. Gala merasa seakan menemukan berlian yang tak di dapatkannya di tempat lain.
"Terima kasih, Maya," kata Gala memanggil nama istrinya untuk pertama kali. Maya menggangguk.
"Iya, Mas, bagaimana kondisi kamu?" kata Maya. Gala merasa di hormati saat Maya berkata demikian.
"Sudah lebih baik. Maaf merepotkan mu."
"Gak lah. Kamu sekarang sudah menjadi suamiku. Susah senang kita hadapi bersama jika kamu tak keberatan," kata Maya.
"Jadi kamu mau menerima ku apa adanya?"
Maya menganggukkan kepalanya sambil menundukkan pandangan. Hatinya bergetar, meskipun tak terlalu mengenal, Maya yakin Gala lelaki yang baik, sebab hanya Gala yang bisa menerima Maya apa adanya disaat semua orang menolaknya.
"Maafkan juga perlakukan Ibuku dan keluargaku," kata Maya pelan.
Gala mengambil tangan Maya. Entah kenapa dia merasa kasihan ke wanita yang baru saja menjadi istrinya.
"Jangan bersedih. Semua akan baik-baik saja. Aku akan berikan uang ke Ibumu seperti yang dia mau. Dia tak akan kasar lagi padamu. Hanya uang kan yang dia mau."
Gala lebih bersahabat dengan menggunakan kata aku ke Mayra dan Maya segera melihat wajah Gala saat pria itu mengatakan hal tersebut. Memberikan Ibu uang?
"Memberikan uang ke Ibu? Apakah Mas Gala ada uang?"
"Yah, aku akan mengusahakannya. Kamu jangan khawatir. Uang halal kok."
Gala tersenyum ke Maya. Maya speechless dan tersenyum kecil juga. Jika di perhatikan suaminya ini sebenarnya tampan. Dia hanya bersembunyi di balik tampilan urakan, dengan tindik magnet di telinga serta jambang dan kumis yang dibiarkan tumbuh subur di wajahnya.
"Sebelumnya Aku mau tanya ke Maya," kata Gala.
"Tanya apa, Mas?"
"Siapa Yuda, May?" tanya Gala begitu saja.
Maya meringis bingung mau menjawab.
**
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 8.**Maya bingung mau menjawab apa ke Gala. Diam-diam lelaki yang menjadi suaminya itu mendengar detail tentang Yuda yang di bicarakan Ibunya."Anu, Mas. Itu hanya masa lalu saja. Saya akan jelaskan.""Baik, aku mendengarkan," kata Gala."Yuda itu guru olahraga, Mas. Dia guru yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri. Kami mengajar di yayasan yang sama. Bedanya saya hanya guru honor sekolah menengah pertama dan dia pegawai negeri Sekolah Menengah Atas."Gala tersenyum tipis saat Maya menjelaskan. Istrinya ini sangat polos."Saya yakin kamu wanita yang baik dan amanah. Kamu pasti menjaga komitmen dalam pernikahan. Itu hanya masa lalu kamu. Saya percaya padamu," kata Gala.Lelaki itu berniat kembali untuk rebahan. Maya dengan sigap membantunya."Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah memahami kondisi saya. Istirahatlah dulu."Maya menyelimuti kembali suaminya. Gala melirik ke bawah dan hanya melihat tikar dengan kain panjang yang menjadi
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 9.**Gala berkata tenang ke mertuanya kalau akan segera menghubungi keluarganya. Dia pun pamit hendak masuk kamar."Saya permisi mau telepon sebentar," kata Gala."Oh, silahkan, Nak," jawab Bapak.Farida hanya mencibir dan aura tak sukanya kelihatan jelas. Gala berlalu dari mereka, sementara Maya mengikuti sang suami masuk ke kamar.Di dalam kamar, Gala mengambil gawainya, memilih dan melihat kontak yang akan di hubungi."Mas, kamu yakin keluargamu akan datang?" tanya Maya."Iya," kata Gala mengulas senyum."Besok, Mas?" tanya Maya lagi."Iya, semoga besok bisa ke sini?"Maya hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit gugup jika mertuanya akan datang ke sini. Sepertinya Maya harus mempersiapkan diri."Mas, aku tunggu di luar ya buat makan bersama," kata Maya."Iya, Mas akan menghubungi teman dulu. Nanti di kabari kapan mereka datang," kata Gala."Iya, Mas."Kamaya keluar dari kamarnya membiarkan Gala menghubungi temannya. Gala pun menghubu
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 10.**"May, sebaiknya kamu tidur diatas. Biar saya yang di bawah," kata Gala saat sudah malam hari.Tempat tidur yang cuma muat untuk satu orang membuat Gala gak enak hati. Maya memaksa agar dia saja tidur diatas. Sementara sudah hampir lima hari dia terus tidur di atas dan Maya di bawah dengan beralaskan tikar dan kain panjang."Kamu lagi sakit, Mas. Baru saja pemulihan. Kondisi kesehatan kamu lebih penting. Kalau sakit lagi gimana?""Tapi, Mas kasihan sama Maya. Gimana kalau kasurnya taruh saja di bawah untuk kamu tidur, May,""Jangan, Mas. Kasurnya sudah banyak yang bolong. Biar aja begitu.""Kenapa gak beli yang baru saja, May? Kasihan kamu," jawab Gala.Kalau dipikir-pikir kasurnya emang tipis sekali dan kok bisa Maya nyaman tidur di sini. Sedangkan di rumah kontrakan Gala tempo hari sudah disediakan kasur sebelumnya makanya dia nyaman di sana.Maya menghela napas panjang saat pertanyaan dari Gala muncul. Dia memiringkan badannya dan
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 11.**"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Yuda. Dia bertanya sebanyak dua kali. Pertanyaan pertama secara formal dan yang kedua lebih informal dengan menggunakan kata kamu.Pertanyaan sok akrab seakan mereka dekat. Maya melirik Yuda jengah. Apa urusannya? Mau menikah atau tidak juga tak berarti untuknya. Masih teringat penghinaan orang tuanya dan Yuda hanya diam saja mengiyakan kalau mereka sebenarnya tak akrab.Maya menghela napas panjang berusaha bersikap profesional. Buat apa juga dia mengambil hati. Toh, perasannya ke Yuda dulunya hanya sebatas persinggahan yang tak terbalas."Iya, Pak. Benar. Saya sudah menikah.""Kok bisa, Bu May. Saya dengar kamu dinikahkan warga secara paksa? Kamu punya pacar seorang preman?" tanya Yuda penasaran."Tolong jangan ikut campur urusan privasi saya, Pak. Saya juga tidak perlu menjawab semua pertanyaan yang anda lontarkan."Maya berniat pergi dan Yuda segera mengikuti."May, maafkan Ibu saya. Maaf jika pe
"Walah, kok kejam amat, Bang. Gak bersahabat sama kamu. Kayak gak menghargai kamu sebagai suami anaknya."Gala menghela napas panjang. Dia menepuk bahu Bojes."Namanya, kami menikah karena paksaan warga.""Dia gak tau siapa elu, Bang. Kesel gue lihatnya."Bojes mendengkus kesal melihat sikap Ibunya Maya. Dia lalu melirik Gala lagi."Terus istri lu gak kayak dia kan, Bang?" tanya Bojes."Herannya dia beda. Dia perempuan berbeda yang gue kenal." Gala tersenyum sekilas menceritakan Maya.Bojes ikut tersenyum melihat Gala senang menceritakan istrinya."Wah, Bang. Istri lu baik ya. Masih ada perempuan baik yang mau menerima penampilan kayak kita. Beneran, Bang?"Gala hanya menganggukkan kepalanya. Teringat kebaikan Maya padanya."Wah, Bang. Beruntunglah kamu. Aku jadi ingin kenal kakak ipar yang sudah mengambil hati kamu," kata Bojes terkekeh.Gala juga tertawa sekilas. Dia sendiri belum yakin dengan perasannya. Tapi, dia bisa merasakan kalau Maya baik dan tulus. Maya juga mau mengajarinya
SUAMIKU YABG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 12.**Gala keluar dari kamar hendak menjumpai orang yang di hubunginya tadi. Farida yang sedang memetik kangkung melihat, sepertinya Gala akan keluar. Dia mengganti bajunya dengan kaos lain."Heh, kamu mau ke mana? Mau kabur kamu sama anak urakan di depan!" kata Farida ketus."Saya mau ke sekolah Maya. Ada perlu.""Ngapain kamu ke sekolah anak saya? Kamu mau buat masalah lagi ya. Awas kalau Maya di pecat gara-gara kamu. Dia belum bayar uang makan ke saya dan uang kuliah.""Saya akan selesaikan, Bu.""Kamu pikir saya percaya. Orang kayak kamu emang banyak nipunya. Kamu itu sampah masyarakat. Kalau kamu kabur bagaimana?" ucap Farida garang ke Gala.Di saat Farida melontarkan perkataan kasar itu. Gala sudah meradang dan ingin marah. Tapi, balik lagi dia sabar. Sabar seperti Maya selalu sabar menghadapi caci maki ibunya."Teman saya akan di sini. Saya gak akan kabur, Maya istri saya dan saya akan selalu ada bersamanya.""Heleh. Banyak ba-cot k
Yuda sendiri juga tak tahu perasaannya ke Maya. Mereka hanya dekat saja. Yuda sedikit kaget saat tau Maya menaruh rasa padanya. Dia dengar dari tetangga kalau Maya suka padanya. Entah bagaimana berita itu sampai ke telinga Ibunya.Ibu Yuda marah besar dan menganggap Maya tak pantas dengannya. Yuda juga akan di jodohkan dengan perempuan pilihan yang bekerja sebagai pegawai pemerintah. Jadi mereka se-level...Maya sudah berada di luar pekarangan sekolah. Dia speechless melihat suaminya. Pakaiannya sudah rapi, meskipun jambang dan tindik masih ada di wajah suaminya. Setidaknya Gala sudah berusaha merapikan dirinya. Dengan kemeja lengan panjang dan celana keper."Mas, makasih banget kamu mau datang ke sini membantuku," kata Maya.Gala tersenyum melihat Maya. Bagaimana mungkin dia bisa menolak permintaan istri yang begitu baik."Iya, May. Masalah apa yang akan kita hadapi bersama.""Yuk lah, Mas. Ke Kantor kepala Sekolah. Tadi dia sudah suruh buat silaturahmi."Gala pun memarkirkan seped
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 13.**Maya benar-benar senang kala naik motor bersama Gala. Beberapa kali dia di bonceng Leo adiknya saja. Pernah juga sekali dia di bonceng Yuda dan ketahuan Ibunya Yuda. Langsung sumpah serapah yang Maya dapatkan.Sekarang, sudah ada Gala sang suami jadi Maya tak perlu risau lagi. Hari ini meski terancam di pecat entah kenapa Maya tak terlalu risau. Rezeki bisa datang kapan saja dan dari arah yang tak terduga.Seperti hal nya Maya yang tiba-tiba menikahi Gala. Walau kata semua orang musibah, tapi, Maya merasa sedikit anugerah. Dia bisa berbagi rasa suka duka ke Gala. Sesungguhnya yang Maya butuhkan hanya teman berbagi.Dia tak terlalu percaya pada keluarganya. Ibunya seperti itu dan lebih suka menghakimi, apalagi adiknya,Tisa. Sedangkan Leo tak terlalu peduli urusannya. Jadi semua di pendam Maya sendiri. Istilahnya mentalnya sudah di kuras habis-habisan setiap hari."Kita sudah sampai, May," kata Gala."Oh ya, Mas."Maya segera turun dar
"Kamu tau nggak tadi keluarganya Gala datang kemari. Ibu pikir cuma datang-datang begitu aja. Nggak bawa apa-apa. Ternyata dia bawa uang 100 juta untuk memperistri Maya seutuhnya. Ya mana Ibu mau!" kata Farida."Maksudnya, Bu? Ibu nolak uang 100 juta yang diberikan keluarga Bang Gala?" tanya Tisa."Ya enggaklah. Cuman Ibu minta lagi kekurangannya 200 juta, mungkin Ibu bersedia cuma di kasih 100 juta. Ibu udah malu, jadi mereka harus bayar rasa malu Ibu!"Tisa menelan ludah mendengar Ibunya berkata begitu."Dari mana Bang Gala dapat uang, Bu?" tanyanya lagi."Dari jual kebonnya di kampung yang Ibu tau," kata Ibunya.Beberapa saat mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Tisa sedikit ragu apakah memberi mahar 40 juta ibunya akan terima ataukah meminta lebih. Jujur saja kalau meminta lebih mereka nggak punya uang."Doni, kamu harus berusaha keras ya memberikan yang terbaik untuk Tisa. Kamu tahu kan maksud ibu," kata Farida tersenyum dan masuk saja ke dalam rumah.Sebentar la
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 17.**"Dari mana kalian?" tanya Farida mengintrogasi.Matanya teralih ke belanjaan yang di pegang Maya dan Leo. Leo segera menghampiri Ibunya."Wah, mantap, Bu. Bang Gala traktir kita semua ini," kata Leo dengan senang.Farida mencibir dan menaikkan wajahnya tak senang. Dia hendak masuk ke rumah tetapi sebuah mobil yang datang ke rumahnya menghentikannya.Dua orang turun dari mobil merk X tersebut. Mata Farida melebar, dia merasa senang dan segera menyambut kedatangan keduanya."Ya ampun yang udah di tungguin akhirnya datang. Nak, Doni. Makasih mau mampir dan mengantar Tisa," katanya."Iya, Bu. Udah lama juga aku gak mampir ya," kata Doni.Lelaki yang dipuji-puji Farida itu tersenyum. Begitu pula Tisa yang sangat bangga ketika calon suaminya mendapat perhatian khusus dari ibunya. yang dibutuhkan ibunya hanya uang jadi Tisa harus menampilkan kemewahan dan sesuatu yang membuat Ibunya senang."Iya, Bu. Mas Doni ini baik banget loh. Padahal di
Selanjutnya mereka pergi ke Mall. Mereka jalan-jalan di sana. Semua menikmati sambil belanja-belanja. Maya mengatakan ke adiknya tak masalah membeli tas sekolah, sepatu, buku dan baju sekolah. Tentu Leo sangat senang. Bapak dan Ibu Gala juga di traktir Maya belanja. Begitupun Leo dan Bojes."Dek, May. Kamu sangat baik. Kamu masih sempat berbagi. Padahal uang itu pure untukmu," kata Gala saat mereka jalan bersama."Gak apa, Mas. Lagian, aku makasih Mas udah mau memberikan dan percaya padaku," kata Maya."Dek May kan istrinya Mas," ucap Gala.Beberapa saat mereka saling menatap satu sama lain. Gala melihat Maya yang sangat cantik. Kulitnya yang eksotis, bibir tipis serta hidung mancung. Kecantikan khas perempuan Indonesia. Ingin Gala marah pada orang-orang yang mengatai Maya jelek, dia sangat cantik.Maya merasa malu saat Gala menatapnya. Dia hanya tersenyum sekilas. Maya menarik tangan Gala agar mereka berjalan bersama. Setelah mendapat lampu hijau, Gala memegang tangan sang istri. Sen
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 16.**Seperti halnya Maya, mata adiknya Leo juga membola ketika melihat mereka di mana turun. Apa nggak salah mereka makan di Restoran besar?Seumur-umur Leo nggak pernah makan di Restoran seperti ini. Apalagi kakaknya Maya. Dia tahu betul Seperti apa keadaan ekonomi keluarganya.Kalaupun ada uang Maya mungkin lebih memprioritaskan bayar uang kuliah daripada pergi ke Restoran yang memang harganya sangat mahal dan mereka nggak mampu.Makan bersama keluarganya di kafe ataupun Restoran aja mereka nggak pernah. Bahkan warung biasa juga nggak pernah, ibunya itu masak seadanya dan terlalu irit. Paling cuma makan seblak atau bakso biasa aja."Elu mau turun gak?" tanya Bojes ke Leo."Iya, Bang. Serius kita makan di sini, Bang? Terus siapa yang bayar. Gue nggak punya uang." Dengan polos Leo berkata."Ya elu juga harus bayar," gurau Jono."Bayar pake apa, Bang? Uang jajan gue juga udah nggak ada lagi!""Cuci piring elu kan bisa. Hahaha ..." katanya l
"Ya enggak lah. Ngapain juga aku masakin mereka.""Bu, kamu udah dapat uang dari Gala. Alangkah baiknya kamu masak," ucap Bapak."Duh, mana ku tahu mereka bakal bawa uang. Lagian kalau mereka gak bawa ya rugi lah aku udah masak." Farida mendumel gak terima di kasih tau.Gala semakin kesal dengan Ibu mertuanya yang sama sekali gak menganggapnya dan keluarganya."Pak, gak apa. Saya bawa dulu ya Bapak dan Ibu di depan buat keliling sekalian makan. Bapak sama Ibu apa mau ikut?" tanya Maya sopan.Farida langsung menggelengkan kepalanya. Dia gak nyaman dengan keluarga Gala. Tadi saja mereka gak suka sama dia. Apalagi Farida sudah minta dua ratus juta lagi. Dia malas berkumpul dengan mereka.Pak Hasan juga malu dengan kelakuan istrinya. Sudahlah dikasih uang, gak masak, ketus sama tamu. Lengkaplah sisi buruk Farida. Apalagi dia tahu mereka semua gak suka dengan sikap Farida."Gak lah, May. Kalian saja yang pergi.""Ya udah pergi sana. Gak ada apapun juga di rumah ini yang mau di makan!" kata
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 15.**Maya membawa suaminya ke kamar. Gala mengikuti sang istri saja, dia tahu begitu banyak hal yang ingin ditanyakan Maya.Begitu sampai di kamar. Maya lalu menutup pintunya dan menguncinya. Dia sebenarnya ingin sekali bertanya ke Gala apa yang terjadi. Begitu banyak yang ingin ditanyakannya ke Gala."Ada apa, Dek May?" tanya Gala."Mas, kenapa kamu menjanjikan Ibu uang yang begitu banyak. Lagian kamu juga udah ngasih Ibu uang 100 juta. Uang 100 juta itu uang siapa, Mas? Kamu kok bisa punya uang sebanyak itu?" tanya Maya."Ya memang sudah Mas janjikan sebelumnya. Maya pernah dengar kalau saya akan memberikan uang seperti yang diinginkan ibumu. Dek Maya jangan khawatir itu uang halal."Gala tersenyum melihat keresahan yang ada pada diri sang istri. Dia tahu Maya adalah anak yang baik. Walaupun orang tuanya terutama ibunya seperti itu. Tetapi Maya selalu bersikap baik dan itu meluluhkan hati Gala."Dek, May. Mas juga ingin memberitahu sesu
Farida mendengkus kesel karena semua orang seakan-akan menyalahkannya. Tetapi tetap saja dia nggak mau hanya mendapatkan uang 100 juta. Kalau boleh keluarga Gala jual saja aset mereka lagi.Rugi sekali rasanya hanya mendapatkan 100 juta. Kalau bisa lebih kenapa tidak. Dia juga bisa pamer ke tetangga meskipun Maya berzina tetapi dia mendapatkan uang lebih banyak daripada tetangga yang menikahkan anak mereka."Usaha dong kamu. Kamu bisa mendapatkan anak saya. Anak saya ini sudah susah payah kuliah dan sebentar lagi akan menjadi sarjana sedangkan kamu ini apa!" lanjut Farida tetap dengan pendiriannya.Mereka yang ada di sana memandang Farida dengan heran serta tidak menyangka dengan sikapnya. Gala sendiri bersikap dingin seperti biasa dan sudah muak dengan ibu mertuanya.Sebenarnya dia bisa saja memberikan uang lebih tetapi Gala memang sengaja hanya memberikan uang 100 juta. mau melihat dulu reaksinya karena dia begitu tahu ibu mertuanya itu mata duitan."Berapa yang Ibu mau?" tanya Gala
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 14.**Mata Farida membulat sempurna ketika melihat sesuatu di dalam plastik berwarna hitam. Tidak percaya apa yang dilihatnya dikuceknya matanya berkali-kali."Uang," katanya.Dengan rasa bahagia Farida segera memegang uang itu. Uang yang selama ini dia inginkan dan dia idam-idamkan. Kini uang itu benar-benar ada di depan matanya. Uang yang dalam jumlah banyak. Farida tidak menyangka kalau dia bisa mendapatkan uang ini.Tidak hanya Farida, suaminya Hasan juga terkejut dengan apa yang dilihatnya begitu pula dengan Maya yang heran bagaimana mungkin Jono temannya Gala bisa memberikan uang kepada ibunya. Apakah itu uang Gala?Farida masih belum bisa berkata-kata karena dia begitu speechless mendapatkan uang dan hati yang sangat bahagia berbunga-bunga. Memang inilah tujuannya kalaupun Maya harus dijual juga tidak mengapa yang penting dia mendapatkan uang. Tujuan Farida adalah supaya bisa mendapatkan keuntungan dari anak-anak perempuannya.Keing
"Kamu pikir tamu itu penting. Lagian gula mahal. Belum lagi es batu itu mahal. Ingat kamu belum kasih uang ke Ibu!" kata Farida sengit.Maya menghela napas panjang. Dia tak menggubris ibunya yang memandangnya dengan tidak suka. Maya pun lewat belakang untuk ke kedai yang tak jauh dari rumahnya, membeli air mineral atau air es teh dalam botol kemasan. Heran dengan ibunya, Maya benci dengan sikapnya. Maya hendak menangis saat Ibunya seperti itu tapi, dia tetap berusaha sabar.Beberapa saat Maya pun datang dengan minuman. Keluarga sang suami di persilahkan minum. Bojes dan Jono langsung mengambil minuman itu karena haus. Gala tau kalau Maya pergi ke warung membeli minuman kemasan ini. Mertuanya tak memberi izin membuatkan minuman untuk tamunya. Kesal, Gala melirik Ibu mertuanya. Farida tak peduli dia tetap tenang sambil mengerucutkan bibirnya."Wah, kakak ipar. Terima kasih banyak. Saya sudah haus dari tadi. Suruh tunggu di luar," kata Bojes."Wah, iya saya juga haus," lanjut Jono."Iya,