Part 31b
Kami mengundang kerabat dekat doang kok, mereka ingin lihat istri kamu, Saga," sahut Nova sambil tersenyum.Nova langsung menggamit lengan suaminya dan berjalan mendahului.Saga menatap Damay sejenak. "Jangan takut, ada aku di sini.""Tapi aku malu, Mas, aku takut nanti kamu malah dihina karena kita tidak sepadan.""Ssstt, jangan merasa rendah diri seperti itu. Kamu sudah jadi bagian hidupku. Aku tak peduli dengan penilaian orang." Saga menggenggam erat tangan istrinya yang terasa dingin.Benar saja, sampai di halaman belakang .... Damay terkesima. Latar makan malam mewah yang terpampang di depan matanya melebihi ekspektasinya. Meja besar dipenuhi dengan perabotan porselen antik, dan lilin-lilin mewah menyala dengan lembut, menambahkan sentuhan romantis yang elegan."Tuan dan Nona, selamat datang," sapa seorang pelayan dengan sopan, memecah keheningan yang menggantung di udara.Damay berjalan mendekatPart 32"Aku mungkin tidak bisa menyamai status atau kekayaan keluarga Anda, tapi saya punya hati dan cinta yang tulus, menurutku itu adalah kekayaan yang sejati. Dan lagi untuk Mbak Selina, kamu mungkin wanita yang seharusnya dijodohkan dengan Mas Saga. Tapi, pemenang hati Mas Saga adalah aku.""Pemenang hati? Benarkah? Apa sekarang kau sudah berhasil hamil?" tanya Selina dengan nada sinis."Maksudmu?" Damay mengernyitkan keningnya. Selina berjalan menghampiri Damay lalu duduk di sebelahnya."Apa kau tidak tahu? Kalau kau tidak hamil dalam waktu tiga bulan. Maka siap-siap saja kau akan diceraikan oleh Saga. Dan tentu saja setelah itu dia akan menikahiku! Itu kesepakatannya dengan ayahnya," bisik Selina di telinga Damay.Rona wajah Damay berubah seketika, seolah ada yang remuk di hati Damay. Tapi ia berusaha untuk tidak terpancing. 'Apakah itu hanya akal-akalan Selina saja?'Damay menggeleng pelan lalu tersenyum dan ber
Part 32bMobil yang dikendarai Saga melesat membelah jalanan malam, ditemani irama musik yang mengalun syahdu agar tak terlalu kesepian."Gimana makan malam tadi, menyenangkan?""Iya, Mas.""Aku minta maaf ya bila ada kerabat yang tak suka padamu, ataupun berkata kasar padamu.""Hei, kenapa kamu yang meminta maaf? Aku tahu diri kok. Aku tidak bisa memaksa semua orang menyukai kita. Hak mereka mau menyukaiku atau tidak. Dan lagi, perkataan kasar atau buruk, itu akan kembali pada diri sendiri. Jadi itu tak masalah, Mas."Saga mengelus kepala Damay dengan lembut. "Kamu benar."Suasana hening sejenak. Baik Damay maupun Saga masih fokus melihat ke depan. Jalanan malam yang gelap, hanya terang karena cahaya-cahaya kendaraan bermotor."Kalau kamu ngantuk, tidur saja, Sayang.""Sepertinya aku ingin menemani kamu, Mas."Saga tertawa kecil. Ia pun meminta Damay untuk bercerita supaya bisa mengusir sepi.
Part 33Saga tertegun selama beberapa detik. "Kamu serius?" tanyanya sembari menatap dalam-dalam. Damay mengangguk pelan dengan wajah tersipu. "Apa kamu sudah siap?""Iya, Mas, aku sudah siap. Semoga saja aku bisa langsung hamil."Saga makin terbelalak mendengar pernyataan sang istri, 'kenapa dia jadi lebih berani dari sebelumnya?' Batinnya berbicara sendiri."Eh? Ka-kamu ingin hamil?"Damay justru tertawa kecil, ia meraih pipi suaminya dengan lembut. "Bukankah tujuan pernikahan selain untuk meraih kebahagiaan, salah satunya juga untuk mendapatkan keturunan?"Saga benar-benar merasa tidak menyangka dengan ucapan sang istri. Lalu kemudian ia tersenyum lega. Setidaknya cinta dan harapannya tidak bertepuk sebelah tangan. Namun tak dapat dipungkiri, mereka merasa canggung. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi campuran antara kegugupan dan harapan.Suasana membisu sejenak, mendadak hawa panas memenu
Part 33b Seperti biasanya, dengan penuh perhatian, Sagara memakaikan helm untuk sang istri. Mereka pun segera melesat pergi menuju toko kue tempat Damay bekerja. Sementara Saga menunggu istrinya di tempat parkir. "Alhamdulillah, akhirnya Damay berangkat lagi. Gimana sudah membaik suasana hatimu?" "Alhamdulillah, sudah, Wi. Oh ya, Mas Aksara udah datang belom?" "Udah kok. Barusan aja dateng, mungkin masih di ruangannya belum ke dapur. Ada apa, May, tumben langsung ingin ketemu Mas Bos?" "Iya, Wi, mau izin berhenti kerja." "Haaahh? Apa? Kamu mau berhenti kerja? Serius?" "Iya, Wi. Aku mau berhenti kerja dulu." "Kok tiba-tiba? Ada apa, May? Apa suamimu melarang kamu bekerja?" tanya Dewi lagi, mendesak sahabatnya. "Sebenarnya bukan itu. Tapi aku ingin jadi istri sepenuhnya biar bisa cepat hamil." "Wuaaa waaaa waaahhh .... akhirnya, Damaaay!
Part 34Damay tersenyum tersipu. "Kamu juga tampan, Mas," puji Damay saat melihat penampilan sang suami yang sudah berganti setelan jas berwarna hitam.""Eheemm! Aura pasangan yang sedang jatuh cinta memang beda ya! Haha!" celetuk Devina sambil senyam-senyam sendiri melihat kecanggungan mereka.Damay tertawa kecil, begitu pula dengan Saga. "Emmh iya aku kesini mau lihat kamu sudah selesai apa belum.""Sudah selesai kok, Tuan Saga, kita langsung ke depan saja. Nona Damay juga sudah siap kan?""Mbak, tolong jangan panggil kami Tuan dan Nona, panggil saja nama saja biar lebih akrab," sahut Damay."Hahaha, padahal kan memang Tuan daj Nona pengantin.""Panggil nama saja ya, Mbak!""Oke, Mbak Damay. Ayo kita keluar!"Saga dan Damay berjalan berdampingan, sementara Devina berjalan dibelakangnya sembari membawa perlengkapan makeupnya.Mereka berdua menaiki mobil dan memulai perjalanan menuju lokasi. Di
Part 34bSementara itu, di sebuah ruangan kamar yang besar itu ... "Terima kasih, Mas. Acara tadi siang adalah hadiah terindah yang pernah kuterima," ucap Damay sambil tersenyum.Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur karena kegiatan siang tadi cukup melelahkan tetapi juga sangat mengesankan."Tidak ada yang lebih aku inginkan selain melihatmu bahagia, Sayang," jawab Saga sambil mencium kening Damay dengan penuh kasih.Damay tersenyum manis lagi."Oh iya, aku juga ingin mengatakan satu hal padamu.""Apa, Mas?""Kita akan pergi berlibur. Apa kamu sudah siap untuk petualangan liburan nanti?"Damay mengangguk. "Iya, Mas, aku jadi penasaran mau ke mana saja kita.""Banyak. Salah satunya kita ke tempat wisata air!" Saga menjawab sambil mengulurkan tangan untuk memberikan kertas informasi itu pada istrinya. Damay menerima kertas tersebut, membacanya dengan cepat. "Flyboarding?Wah, ini past
Part 35"Hutang?"Ibu mengangguk dengan wajah sedih. "Hutang yang mana yang ibu maksud?""Damay, kamu sih gak bakalan tau karena ibu gak bilang-bilang sama kalian semua. Biasanya sedikit demi sedikit ibu cicil bayar hutang yang ternyata itu cuma bunganya doang, tapi kali ini ibu gak sanggup lagi kalau harus lunas. Tolongin ibu, Damay, Saga ...." ucapnya dengan nada memohon.Damay dan Saga saling berpandangan sejenak. "Berapa hutang ibu?" tanya Saga."Emhh, hampir 10 juta, Nak Saga."Damay terkejut mendengar nominal yang disebutkan ibu tirinya. "Tapi Bu, itu kok banyak banget? Ibu buat apa uang sebanyak itu?"Bukannya menjawab, Bu Siti justtu menunduk lesu lalu kemudian menangis lagi."Ibu tunggu di sini sebentar!" ujar Saga, ia berjalan menjauh diikuti oleh Damay."Aku agak sangsi masalah hutang ibu ini, Mas. Setahuku baik bapak atau ibu gak punya hutang yang banyak kalaupun punya pa
Part 35bSaga tertawa kecil. "Gak ngerayu, emang kenyataannya begitu kok. Ayo kita lanjut sarapan, Sayang!"Damay mengangguk. Perasaannya sekarang jauh lebih baik setelah dihibur oleh suaminya.Usai sarapan, mereka berdua bersiap-siap untuk pergi. Menaiki mobil dan memulai perjalanan menuju lokasi. Sagara menelepon Pak Tom mengenai rencana liburannya kali ini."Iya, Bos, semuanya sudah beres. Selamat bersenang-senang ya!" ujar suara di seberang telepon.Ya, semua tentang reservasi hotel dan lain sebagainya di sana, sudah diurus oleh Pak Tom dan Jerry. Mereka hanya ingin bosnya itu menikmati liburan yang luar biasa tanpa dipusingkan oleh ini dan itu.Mobil itu mulai melaju meninggalkan area perumahan. "Apa perjalanan kita jauh, Mas?""Ya, lumayan jauh, sekitar 4 jam.""Kenapa gak pakai sopir, Mas?""Aku ingin menikmati perjalanan ini berdua denganmu."Damay tersenyum sesekali