Part 33
Saga tertegun selama beberapa detik. "Kamu serius?" tanyanya sembari menatap dalam-dalam.Damay mengangguk pelan dengan wajah tersipu."Apa kamu sudah siap?""Iya, Mas, aku sudah siap. Semoga saja aku bisa langsung hamil."Saga makin terbelalak mendengar pernyataan sang istri, 'kenapa dia jadi lebih berani dari sebelumnya?' Batinnya berbicara sendiri."Eh? Ka-kamu ingin hamil?"Damay justru tertawa kecil, ia meraih pipi suaminya dengan lembut. "Bukankah tujuan pernikahan selain untuk meraih kebahagiaan, salah satunya juga untuk mendapatkan keturunan?"Saga benar-benar merasa tidak menyangka dengan ucapan sang istri. Lalu kemudian ia tersenyum lega. Setidaknya cinta dan harapannya tidak bertepuk sebelah tangan.Namun tak dapat dipungkiri, mereka merasa canggung. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi campuran antara kegugupan dan harapan.Suasana membisu sejenak, mendadak hawa panas memenuPart 33b Seperti biasanya, dengan penuh perhatian, Sagara memakaikan helm untuk sang istri. Mereka pun segera melesat pergi menuju toko kue tempat Damay bekerja. Sementara Saga menunggu istrinya di tempat parkir. "Alhamdulillah, akhirnya Damay berangkat lagi. Gimana sudah membaik suasana hatimu?" "Alhamdulillah, sudah, Wi. Oh ya, Mas Aksara udah datang belom?" "Udah kok. Barusan aja dateng, mungkin masih di ruangannya belum ke dapur. Ada apa, May, tumben langsung ingin ketemu Mas Bos?" "Iya, Wi, mau izin berhenti kerja." "Haaahh? Apa? Kamu mau berhenti kerja? Serius?" "Iya, Wi. Aku mau berhenti kerja dulu." "Kok tiba-tiba? Ada apa, May? Apa suamimu melarang kamu bekerja?" tanya Dewi lagi, mendesak sahabatnya. "Sebenarnya bukan itu. Tapi aku ingin jadi istri sepenuhnya biar bisa cepat hamil." "Wuaaa waaaa waaahhh .... akhirnya, Damaaay!
Part 34Damay tersenyum tersipu. "Kamu juga tampan, Mas," puji Damay saat melihat penampilan sang suami yang sudah berganti setelan jas berwarna hitam.""Eheemm! Aura pasangan yang sedang jatuh cinta memang beda ya! Haha!" celetuk Devina sambil senyam-senyam sendiri melihat kecanggungan mereka.Damay tertawa kecil, begitu pula dengan Saga. "Emmh iya aku kesini mau lihat kamu sudah selesai apa belum.""Sudah selesai kok, Tuan Saga, kita langsung ke depan saja. Nona Damay juga sudah siap kan?""Mbak, tolong jangan panggil kami Tuan dan Nona, panggil saja nama saja biar lebih akrab," sahut Damay."Hahaha, padahal kan memang Tuan daj Nona pengantin.""Panggil nama saja ya, Mbak!""Oke, Mbak Damay. Ayo kita keluar!"Saga dan Damay berjalan berdampingan, sementara Devina berjalan dibelakangnya sembari membawa perlengkapan makeupnya.Mereka berdua menaiki mobil dan memulai perjalanan menuju lokasi. Di
Part 34bSementara itu, di sebuah ruangan kamar yang besar itu ... "Terima kasih, Mas. Acara tadi siang adalah hadiah terindah yang pernah kuterima," ucap Damay sambil tersenyum.Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur karena kegiatan siang tadi cukup melelahkan tetapi juga sangat mengesankan."Tidak ada yang lebih aku inginkan selain melihatmu bahagia, Sayang," jawab Saga sambil mencium kening Damay dengan penuh kasih.Damay tersenyum manis lagi."Oh iya, aku juga ingin mengatakan satu hal padamu.""Apa, Mas?""Kita akan pergi berlibur. Apa kamu sudah siap untuk petualangan liburan nanti?"Damay mengangguk. "Iya, Mas, aku jadi penasaran mau ke mana saja kita.""Banyak. Salah satunya kita ke tempat wisata air!" Saga menjawab sambil mengulurkan tangan untuk memberikan kertas informasi itu pada istrinya. Damay menerima kertas tersebut, membacanya dengan cepat. "Flyboarding?Wah, ini past
Part 35"Hutang?"Ibu mengangguk dengan wajah sedih. "Hutang yang mana yang ibu maksud?""Damay, kamu sih gak bakalan tau karena ibu gak bilang-bilang sama kalian semua. Biasanya sedikit demi sedikit ibu cicil bayar hutang yang ternyata itu cuma bunganya doang, tapi kali ini ibu gak sanggup lagi kalau harus lunas. Tolongin ibu, Damay, Saga ...." ucapnya dengan nada memohon.Damay dan Saga saling berpandangan sejenak. "Berapa hutang ibu?" tanya Saga."Emhh, hampir 10 juta, Nak Saga."Damay terkejut mendengar nominal yang disebutkan ibu tirinya. "Tapi Bu, itu kok banyak banget? Ibu buat apa uang sebanyak itu?"Bukannya menjawab, Bu Siti justtu menunduk lesu lalu kemudian menangis lagi."Ibu tunggu di sini sebentar!" ujar Saga, ia berjalan menjauh diikuti oleh Damay."Aku agak sangsi masalah hutang ibu ini, Mas. Setahuku baik bapak atau ibu gak punya hutang yang banyak kalaupun punya pa
Part 35bSaga tertawa kecil. "Gak ngerayu, emang kenyataannya begitu kok. Ayo kita lanjut sarapan, Sayang!"Damay mengangguk. Perasaannya sekarang jauh lebih baik setelah dihibur oleh suaminya.Usai sarapan, mereka berdua bersiap-siap untuk pergi. Menaiki mobil dan memulai perjalanan menuju lokasi. Sagara menelepon Pak Tom mengenai rencana liburannya kali ini."Iya, Bos, semuanya sudah beres. Selamat bersenang-senang ya!" ujar suara di seberang telepon.Ya, semua tentang reservasi hotel dan lain sebagainya di sana, sudah diurus oleh Pak Tom dan Jerry. Mereka hanya ingin bosnya itu menikmati liburan yang luar biasa tanpa dipusingkan oleh ini dan itu.Mobil itu mulai melaju meninggalkan area perumahan. "Apa perjalanan kita jauh, Mas?""Ya, lumayan jauh, sekitar 4 jam.""Kenapa gak pakai sopir, Mas?""Aku ingin menikmati perjalanan ini berdua denganmu."Damay tersenyum sesekali
Part 36Siang itu, sinar matahari begitu cerah. Saga dan Damay berjalan bergandengan tangan. Mereka berjalan menyusuri jalan di pinggir danau dimana air biru cerah itu memantulkan sinar matahari yang keemasan. Area itu juga dikelilingi oleh perbukitan hijau. Burung-burung bernyanyi riang di pepohonan di sekitar mereka, menambah kesan damai dari alam yang mempesona ini. "Mas, pemandangannya sangat indah ya," ucap Damay, matanya tak jemu melihat sekeliling, menatap kagum sekaligus takjub.Saga tersenyum lembut. "Benar sekali. Tempat ini juga begitu menenangkan."Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan langkah yang pelan, sesekali berhenti untuk mengambil napas dalam dan menikmati keindahan sekitar. Cahaya matahari membuat warna hijau bukit tampak semakin menakjubkan, seolah-olah memancarkan energi yang menyegarkan.Tiba-tiba, Damay menarik lengan Saga. "Mas, lihat! Ada kumpulan burung di sana!"Mereka berdua berhenti sejenak u
Part 36bJantung Damay berdetak lebih cepat "Aku juga merasa hal yang sama. Terima kasih, Mas, untuk hari yang luar biasa ini," ucap Damay langsung memeluk suaminya erat.Tanpa ragu lagi, Saga mendekatkan bibirnya pada bibir sang istri, menciptakan ciuman yang penuh kasih sayang. Saga merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan, menyadari betapa beruntungnya ia memiliki seseorang seperti Damay di hidupnya.Suasana senja merambat perlahan di langit, memancarkan warna oranye dan merah muda yang hangat di ufuk barat.Matahari akhirnya tenggelam di balik cakrawala, menciptakan adegan yang romantis dan indah di antara mereka berdua. "Sayang, tutuplah matamu sebentar saja!" pinta Saga.Damay mengangkat sebelah alisnya, tetapi tidak bertanya lebih lanjut. Ia pun menuruti permintaan sang suami untuk memejamkan matanya sejenak.Saga meraih sesuatu di dalam saku jaketnya dan mengeluarkan kotak kecil berpita merah muda. Dia menatap Dama
Part 37Beberapa saat sebelumnya ....Saat Damay ikut berlari menjauh dari bazar, tiba-tiba dua orang menguntitnya. "Mbak tunggu! Ada apa?" tanya orang asing yang memakai masker itu.Spontanitas Damay menoleh berhenti sembari mengambil napas yang terengah-engah. "Ah itu, ada jambret, Pak!" sahut Damay sambil menunjuk ke arah suami dan jambret itu berlari.Begitu ada kesempatan, mereka langsung membekap mulut Damay dalam waktu singkat dengan obat bius. Secepat kilat mereka pergi menjauh dari lokasi itu dengan sebuah mobil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kejadian itu berlalu begitu cepat karena mereka begitu terlatih, hingga tak ada yang menyadarinya.***'Damaaayy?! Astaga, kamu dimana, Sayang!' ucapnya dalam hati seraya meraup wajahnya dengan kasar. Saga berkeliling lagi, namun hal yang sama ia dapatkan, Ia tak menemukan dimana Damay berada.Saga mengepalkan tangannya kuat-kuat. Emosinya membunca