Kulihat Mbak Sandra sudah bertukar pakaian. Yang lebih mengejutkan, dia mengenakan celana kolor dan baju kaus kepunyaan Mas Hearfy suamiku. Dasar perempuan gak punya malu! *** "Kok pulang lagi? nggak jadi ke butik? Tadi katanya mau ke sana." cecar ku ketika melihat keduanya baru turun dari motor. Baik Mas Hearfy atau pun Mbak Sandra tak ada yang menjawab pertanyaanku, keduanya berjalan tergesa hampir seperti berlari. Karena penasaran, aku pun akhirnya ikut juga keduanya ke dalam rumah. Oh, ternyata keduanya menuju ke toilet. Apakah keduanya buang air lagi? "Mbak Sandra sakit perut lagi? Ya ampun, itu pasti akibat mengonsumsi makanan yang terlalu asin semalam yang membuat kalian jadi seperti itu. Beruntung deh, aku tak memakannya jadi selamatlah aku dari makanan pembawa maut itu." ujarku sembari melihat Mbak San yang sedang mengurut perutnya sendiri. Tiba - tiba aku mendengar ada bunyi yang ke luar dari tubuh Mbak San, baunya sangat mengganggu indra penciuman. Tdak lam
"Oh...ah...Mas, enak, kapan kamu menceraikan istrimu itu, Mas? Aku nggak kuat kalau terus sembunyi- sembunyi seperti ini. Nggak bebas. oh..." Terdengar suara perempuan yang merengek diantara suara desahan dan rintihan. Itu kan suara... *** "Bagaimana? Apa Dek Dewi mau meminta bantuan dari tetangga untuk mengusir kakak iparmu itu? Nanti kalau mau kabarin saya biar saya yang mengumpulkan warga untuk menggerebek mereka berdua." Suara Ibu Rohaya terngiang - ngiang di telingaku. Ah, apa aku akan melakukan tindakan yang dikatakan oleh Bu Rohaya tadi? Tapi ini juga sekaligus akan menghancurkan rumah tanggaku sendiri karena mungkin itulah tujuan utama Mbak Sandra nginap di rumahku dan melakukan tindakan tindakan yang menantang yaitu ingin menghancurkan rumah tanggaku. Ah, tidak! Aku harus mencari cara sendiri untuk mengusir Mbak Sandra. Dia ini tipe wanita yang tidak mempan dengan ucapan yang kasar. Bayangkan saja, disaat aku mengusirnya saja dia malah anteng mengan
"Mas, panas, Mas, oh...perih." teriak Mbak Sandra histeris setelah menyadari ada sesuatu di organ vitalnya tersebut. "Sama, Yang, aku juga. Memangnya ada apa ini, Yang? kenapa kita kepanasan berdua?" Mas Hearfy menimpali.**** Tanpa berkata kata lagi, Mas Hearfy langsung melompat turun dari tubuh Mbak Sandra, sedang perempuan itu, sudah tak menghiraukan keadaan tubuhnya yang tak berbusana, ia sibuk menjerit dan berteriak histeris sambil memegang organ vitalnya tersebut. Ketika Mas Hearfy berbalik dan mendapati aku yang sedang berdiri di depan pintu sambil melipat tangan di dada, wajahnya seketika langsung berubah pias. "Apa yang sudah kau lakukan, Dek? Kau....? Dasar istri kurang ajar! Kenapa kamu sengaja melakukan perbuatan itu pada Sandra?! Apa kamu cemburu? Salah kamu sendiri, kenapa selama ini kamu selalu menolak keinginanku. Giliran aku jajan di luar, baru kamu marah - marah tak terima." Bola mata Mas Hearfy membelalak besar menatapku.
Rasakan! Itulah kalau berani merusak rumah. tangga orang.*** "Mas...panas, Mas, oh, aku nggak kuat." Tangisan yang menyayat hati terus ke luar dari mulut Mbak Sandra. Mau berdiri atau pun duduk ia jadi serba salah, semuanya jadi tak tenang. Rasa panas efek dari sambal terasi yang pedas mampu membakar di dinding organ vitalnya sehingga ia sangat menderita kepanasan yang teramat sangat. "Tenanglah, Dek , nanti saya usahakan mencari es batu barang beberapa batang dulu biar kamu berendam di dalamnya. Kalau adem kan enak biar cepat sembuhnya. Sekarang, berendam dulu di baskom yang sudah terisi dengan air ini. Aku ke luar sebentar mencari es batu dulu. Kamu aku tinggal ya, Yang?" Dari jarak yang cukup jauh antara kamar dan ruang tengah, aku melihat si ulat buluh itu mengangguk. Ia sesekali berdiri, sesekali duduk sambil memegang organ vitalnya. Demi melihat aku yang sedang santai menyusui anak di depan televisi, Mas Hearfy pun mendekatik
"Sandra!Ke luar kamu! Jangan ngumpet dengan suami orang!" teriak Bu Rohaya di depan pintu rumahku. Melihat kehebohan itu, aku cepat masuk ke dalam rumah untuk menggendong putra kecilku yang baru berusia sebulan setengah itu. Ya, aku Khawatir dia akan kaget mendengar suara kegaduhan di rumahku. Aman. Setelah bayi merah itu berada dalam dekapanku, aku cepat membawanya ke luar. "Sandra! Hearfy! ke luar kalian! Dasar manusia muka tembok tak punya malu! Kenapa kalian berselingkuh,hah?! Seharusnya kalian tuh sadar kalau perbuatan kalian telah menyusahkan banyak pihak."suara Bu Rohaya masih lantang berteriak di timpal dengan suara dari Ibu- ibu lainya. Dari tempat persembunyianku, aku melihat pintu rumah mulai terbuka, lalu muncul Mas Hearfy berdiri di depan pintu menghadap ke pada Ibu -ibu tersebut. Aku tersenyum, rupanya seperti biasa ia yang akan maju paling depan demi membela perempuan selingkuhannya. "Ada apa Bu, kenapa bikin gaduh di rumahku? Apa salah ku, Bu?" Suaranya tegas ber
"Diam kalian semua! Kalian sungguh keterlaluan! Ini masalah rumah tangga anakku, tapi kenapa kalian ikut campur? Apa karena kalian di rumah kurang kerjaan sehingga anakku menjadi bulan bulanan seperti ini?!" suara Ibu mertua terdengar lantang membela anaknya. Rupanya ia tidak terima anaknya diadili di depan umum seperti ini. Apa lagi Ayah Mas Hearfy yang dulu seorang kepala desa, mungkin dia merasa malu juga. Namun, ucapannya itu disambut dengan sorakan dan ejekan dari para tetangga. "Ya, Ibunya malah membela, mungkin dia yang menyuruh anaknya untuk berselingkuh dengan mantu nya yang janda itu. Secara kan yang janda itu punya pekerjaan. Tapi ingat ya, Bu, bila kamu ikut campur atas masalah ini, dosa kamu yang tanggung karena kamu yang menyuruh mereka berselingkuh." timpal Bu Rahma. "Betul, Bu. Mungkin ibunya ini adalah otak dari semua masalah yang menimpa rumah tangga anaknya. Secara, kalau orang baik- baik pasti malu. Ini dia sepertinya bangga
"Itu dia, Bu, sumber masalahnya. Dia telah menfitnah kami.!" teriak Mbak Sandra dari tempat duduknya. Ketika ia hendak berdiri, tangannya cepat ditahan oleh para hansip yang menjaganya sehingga ia pun terduduk kembali di tempatnya semula. "Emang benar begitu, Wi?" tanya Bu mertua padaku. Aku hanya menggeleng." Nggak, Bu, sahutku perlahan. Rupanya jawabanku yang singkat itu membuat Mbak Sandra tidak terima. Ia kembali mengadu ke Ibu mertua. "Alah! Jangan percaya, Bu. Si Dewi memang licik. Pura - pura alim di depan semua orang, tapi di belakang kelakuannya seperti binatang." Aku menatapnya sesaat. Belum kapok juga nih orang. Rasanya, efek dari sambal terasi itu belum pada hilang panas dan perihnya, eh, dia malah sudah mulai cari gara - gara kembali denganku. "Wi, Ibu sangat kecewa dengan kamu. Atas dasar apa kamu sampai melaporkan suamimu ke Pak RT seperti ini? Kamu tuh bikin malu tahu nggak? Kalau di rumah tangga ada terjadi suatu masalah, kan bisa diajak bicara baik - baik
Ia mengungkung tubuhku diantara kedua tangannya yang bertumpu di dinding, sementara kakinya ia gunakan untuk menutup pintu. "Mau apa dia?"*** "Kamu?" "Iya, saya. Kenapa? Kaget?" "Nggak, Mas, siapa juga yang kaget. Aku hanya heran aja kenapa kamu balik ke rumah ini? Bukankah seharusnya kamu bersama gundikmu itu?" tanyaku sinis padanya. "Itu urusanku, bukan urusanmu.!"sahut Mas Hearfy. "Baiklah. kalau begitu, cepat katakan padaku ada urusan apa kamu datang ke rumah ini, Mas, supaya, kalau seandainya telah selesai, kamu akan ku suruh ke luar secepatnya. Aku tak mau menampung lelaki tukang selingkuh yang sebentar lagi akan jadi mantanku." ucapku sengaja mengejek dirinya. Mendengar itu dia menatap ku dengan garang. Mas Hearfy mendekatiku hingga posisi berdiri kami tak berjarak. Dan itu membuatku. semakin jijik saja padanya. "Lekas menjauh dariku, Mas. Aku sangat jijik berdekatan dengan kamu! Bauh tubuhmu saja sudah