"Bagaimana, Mas? Apa kamu puas dengan pelayananku semalam? Aku tahu kamu puas karena kamu sudah lama dianggurin oleh istrimu itu." Sebuah chat masuk di ponselku. Aku heran, kok bisa ada kalimat seperti itu yang terkirim di ponselku? Apa ini sebuah Chat nyasar? tapi mana mungkin? tidak lama kemudian, muncul juga sebuah gambar, sepasang manusia tidak tahu malu sambil berpelukan mesra dengan pakaian yang tidak sopan.
Lekas aku mematikan ponselku karena emosiku yang yang tak terbendung. Dan ketika aku menghidupkan kembali ponselku, sebuah foto profil dengan gambar yang sama terpampang jelas di beranda fbku. "Kejam kamu, Mas, kejam! Baru sehari kabur dari rumah, ternyata main mu sudah sejauh itu." ucapku dengan hati yang hancur. Sungguh hatiku hancur melihat gambar yang diunggah di akun suamiku di F******k itu. Apa dia ingin membuat aku cemburu atau bagaimana hingga ia tega mengunggah gambar yang menunjukan kedekatan ia dengan kakak ipar. 'Ya, ampun, Mas, kenapa bersamaku kamu selalu marah - marah, sedang di luar sana bersama wanita lain yang bukan pasanganmu kamu bersikap begitu hangat? Apa salahku, Mas?Ataukah selama ini kamu hanya mencari gara -gara denganku agar bisa bermusuhan dan pergi dari rumah untuk bersama dengan kakak iparmu yang cantik itu? Karena aku sebenarnya tidak yakin kalau hubungan keduanya hanya sebagai kakak ipar dan adik ipar, melihat gambar mereka di vidio itu aku yakin keduanya mempunyai suatu hubungan khusus. "Ini Kak Sandra. Dia kakak iparku. Hubungan kami begitu dekat layaknya kakak dan adiknya sendiri." begitu ucap Mas Hearfy padaku waktu itu memperkenalkan Mbak Sandra padaku di depan kakaknya sendiri yang disambut oleh kakaknya dengan tersenyum ramah padaku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum melihat keakraban dia dengan Mbak Sandra, keduanya tanpa risih sedikit pun sering berpegangan tangan berangkulan walau didepan kakaknya sendiri. Aku masuk ke keluarga mereka waktu itu setelah kakak iparku itu sudah setahun berumah tangga. Mbak Sandra ini seorang wanita yang sangat cantik dengan postur tubuh yang montok. Badannya berisi dan tinggi dibalut kulit yang putih bersih. Dia tidak mempunyai anak dari pernikahannya bersama Kakaknya Mas Hearfy. Entah ada alasan apa yang membuat kedua suami istri itu dulu sampai tidak mempunyai momongan, padahal menurut yang kudengar dari Ibu mertua kalau keduanya sama -sama sehat dan subur, jadi tak ada kendala sedikit pun untuk memiliki momongan. Setelah kepergian suaminya, Mbak Sandra tetap tinggal di rumah mertua hampir dua tahun ini. Hubungan dia dengan orangtuanya Mas Hearfy sangat baik dan bisa dikatakan cukup harmonis. Tak pernah terjadi pertengkaran atau pun perselisihan diantara mereka. Begitu pun hubungannya dengan Mas Hearfy. Hubungan mereka selama ini sangat baik, seperti saudara kandung saja layaknya. "Dek, Dewi, Mbak pinjam suaminya sebentar ya, nggak lama kok, hanya mau nganterin Mbak ke rumah teman buat arisan." ucap Mbak Sandra padaku setiap kali ia meminta tolong pada Mas Hearfy. Atau kalau malam juga dia sering telepon padaku untuk meminta tolong pada suamiku itu. "Dek Dewi, tolong bilang suamimu ke rumah sebentar untuk menolong Mbak. Lampu di rumah Mbak mati ini makanya semua perabotan nggak jalan." Nah kalau sudah seperti itu, tak ada alasan apa pun yang mampu mencegah Mas Hearfy untuk tidak pergi ke rumah Mbak Sandra. Walau hujan lebat sekali pun dia tetap akan samperin ke sana. Bahkan demi mau menolong kakak iparnya itu, ia rela mengabaikan ku yang sedang hamil besar tinggal di rumah sendirian. Selama ini aku tak merasakan hal yang aneh sedikit pun dari hubungan mereka. Walau pun Mas Hearfy sering membantunya dalam hal apa pun, aku masih tetap percaya bahwa keduanya tidak akan melakukan sesuatu yang akan mengotori nama besar keluarga kami. "Aku percaya sama kamu, Mas, kamu tidak mungkin kan mau berbuat yang tidak tidak di belakangku?" ucapku setiap kali ketika ia mau ke rumah Mbak Sandra untuk menolongnya. Aku pun tak keberatan dengan kesanggupan Mas Hearfy yang sering mengantarnya untuk berpergian entah siang atau pun malam. Bila Mbak Sandra menelpon untuk meminta tolong padanya, Mas Hearfy tetap saja membantu dengan alasan kasihan pada Perempuan itu. "Iya, Dek, kalau bukan sama Mas, mau sama siapa lagi ia meminta tolong? karena selain dia sudah tidak mempunyai suami, dia juga seorang kakak ipar yang baik," itu menurut Mas Hearfy setiap kali ia akan pergi membantu Mbak Sandra. Dan aku pun tak pernah mau berpikiran yang bukan - bukan pada kedekatan mereka karena selain aku menjaga kondisi kandunganku, terlebih Mbak Sandra tinggal serumah dengan kedua mertuaku sehingga aku tak curiga sedikit pun terhadap kedekatan mereka. Kini aku baru sadar. Rasanya seperti ada yang janggal pada hubungan keduanya. Mereka begitu dekat dan begitu rapat, seolah tak ada jarak lagi diantara keduanya. *** Dengan emosi yang membara, sore itu juga dengan membawa serta bayiku aku memutuskan untuk pergi ke rumah mertuaku yang letaknya dekat kampung sebelah. Aku pikir, ini waktu yang sangat lah tepat, karena tak mungkin juga Mas Hearfy menyangkah kalau aku akan ke rumah orangtuanya disaat kami baru saja bertengkar hebat di rumah. "kita ke rumah nenekmu, Sayang. Ibu akan memperjuangkan apa yang sebenarnya menjadi hakmu." ucapku pada bayiku sekedar untuk menguatkan ku sendiri. Dengan mengendarai motor matic milikku aku pun gegas ke rumah mertuaku. Kali ini aku sengaja menepikan motorku agak jauh dari rumah mertua bermaksud untuk memberi kejutan pada mereka. Perlahan, aku pun melangkah menuju ke rumah mertuaku untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana. Aku tahu semua mereka pasti ada di dalam rumah walau pun kulihat pintu depan rumah yang sedang tertutup rapat. Sebab tidak mungkin mereka semua sudah bubar karena unggahan tadi baru di share sepuluh menit yang lalu. "Rupanya anakku sudah bahagia, Pak, ia tak bermuram durja seperti kedatangannya tadi pagi lagi." Tiba di depan rumah, kudengar suara Ibu mertua pada Mas Hearfy dan suara tawa yang sangat keras dari Mas Hearfy. rupanya mereka semua berada di dapur. Hatiku seketika terasa sakit. Di rumah ia benci dan membuatku terluka dan menangis. Akan tetapi, di rumah ibunya ia malah tertawa bahagia seolah tak ada masalah sedikit pun. Perlahan dan tanpa suara aku pun melangkah menuju ke dapur. "Ini karena ia mau menikah mungkin, Bu, makanya ia bahagia." sela Bak Sandra. "Ya, Ibu setuju kalau kalian nanti menikah. akan tetapi jangan dulu melakukan dalam waktu dekat ini. Kamu harus buat rumah tanggamu seolah kelihatan hancur parah dari luar. Supaya orang - orang tak akan berpikiran buruk tentang kalian." Suara Ibu mertua yang nyaring dan jelas terdengar sampai di telingaku dan membuat badanku limbung karena kehilangan keseimbangan secara mendadak. Sungguh aku tak percaya kalau dari mulut beliau ke luar pernyataan seperti itu untuk menghancurkan rumah tanggaku. "Iya, Bu. Aku juga sudah capek punya istri macam dia. Tak ada apa pun dari dirinya yang bisa aku banggakan pada teman temanku di luar. Ia terlalu membosankan apa lagi setelah hamil dan melahirkan. Duh, amit - amit dah, mual aku kalau dekat dia." suara Mas Hearfy kembali menghinaku. "Ah, masa, Yang, orang Dewi nya cantik kok. " kali ini kudengar suara dari Mbak Sandra. Aku rasa ia bukan ingin memujiku karena tak ada ketulusan dari suara itu, akan tetapi ia cuma memancing agar Mas Hearfy semakin menghinaku. Dan ternyata dugaanku memang benar adanya. karena setelah perkataan dari Mbak Sandra, Mas Hearfy pun menimpali dengan ucapan hinaan yang sangat menyakiti hatiku. "Duh, Yang, cantik dari mana dia sekarang? kalau dulu waktu gadis, iya, akan tetapi sekarang? Jangankan cantik, badannya saja penuh dengan bauh minyak telon. Mana bisa aku mau dengan perempuan macam begitu? Yang ada malah eneg." Demi mendengar kalimat demi kalimat hinaan yang dilontarkan oleh Mas Hearfy untuk menghinaku, harga diriku sebagai seorang wanita kurasa seperti terinjak- injak. Dan tak bisa dicegah lagi, aku pun gegas masuk ke dalam rumah untuk melabraknya. "Oh, jadi begitu sifat kalian di belakangku yang sebenarnya,hah?! Ternyata selama ini kamu hanya mencari alasan saja agar bisa bertengkar denganku?! Kamu memang lelaki tak punya hati! Dasar lelaki iblis. Aku benci kamu!" bentakku. Aku berpura- pura seolah tak mendengar pembicaraan mereka untuk menikah lagi. Seluruh pasang mata terbelalak melihat kehadiranku di situ. Apa lagi Mas Hearfy, wajahnya pucat pasi, mungkin ia tak menduga aku bisa samperin dia ke rumah orangtuanya. Melihat kehadiranku di situ sambil menggendong anak, Mas Hearfy bangun dari duduknya dan mengatakan permintaan maaf padaku. "Maafkan aku, Dek Dewi. Ini semua bukan seperti yang kau pikirkan."Aneh sekali suamiku ini. Berani beraninya dia bilang itu hanya salah paham saja. Seandainya kalau aku tak mendengar sendiri pembicaraan mereka mungkin saja aku langsung percaya pada wajahnya yang munafik itu. "Sudah, Dek, kamu hanya salah paham saja. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Maafkan aku ya, Dek, telah membuat kamu marah seperti ini." ucap Mas Hearfy dengan suara yang sangat lembut. Emang dia pikir aku tuli hingga tidak mendengar semua pembicaraan mereka tadi? huh dasar lelaki munafik! Baiklah, aku akan ikuti permainanmu yang licik ini. Aku akan lihat sendiri sampai di mana kamu bisa membohongiku. "Iya, Nak Dewi, suamimu memang benar tuh, kamu hanya salah paham saja. Mana ada kami berani berbicara jelek tentang kamu. Kamu kan menantu terbaik yang sudah memberikan Ibu seorang cucu." Timpal Ibu mertua dengan tersenyum padaku. Senyum yang dibuat- buat kurasa karena hatinya yang tidak menyukaiku. "Betul, Dek Dewi. Maaf, Mbak juga merasa bersal
"Cepat, Mas, yang kencang dong biar agak enak. Iya, Mas, gitu dong, ah, ini baru enak." terdengar suara Mbak Sandra yang mendesah desah dari arah dapur. Menjijikan. Mereka lagi buat apa sih di sana? Gegas aku mengintip di celah pintu yang terbuka yang mungkin sengaja tidak di tutup okeh mereka. Ya Ampun! Keduanya sedang... *** "Maaf, Dik Dewi, boleh kah malam ini saya nginap di sini? Saya Jenuh di rumah sendirian." tanya Mbak Sandra padaku saat kami berdua duduk di teras. Heran aku, bisa - bisanya dia bilang di rumah cuma sendiri, pada hal kan dia saat ini tinggal bersama dengan kedua mertuaku. Karena terlalu emosi dengan sikapnya yang suka berbohong, aku pun segera menegurnya. "Kok bisa sendiri, Mbak, terus Ibu mertua ke mana? Apa mereka Nggak ada di rumah?" Wajahnya Mbak Sandra seketika memerah, ketahuan kan kalau dia mau berbohong padaku. Dasar wanita ikat buluh! "Ada sih, Dek, tapi mereka sering ngobrol sendiri, sedang aku nya di kamar se
Dan satu lagi, kenapa ia berpakaian begitu seksi? Dress pendek ketat sebatas paha dengan leher yang sangat rendah sehingga memperlihatkan gundukan di dadanya. Apa ia sengaja mau menggoda suamiku? *** "Dek, ayo makan, aku sudah menyiapkan semua hidangan untuk makan malam di meja makan." panggil Mbak Sandra dari luar di depan pintu kamarku. Gegas aku ke luar dan mendapati Mbak Sandra yang sudah dalam keadaan segar bugar. ia seperti baru selesai mandi keramas terlihat dari rambut panjangnya yang basah tergerai sehingga membasahi mini dress yang dikenakannya. Aku jadi sangat heran, kok bisa dia mandi keramas pada hal cuacanya saat ini sangat dingin karena barusan diguyur hujan lebat. Di tengah malam seperti ini lagi? Apa dia nggak kedinginan? karena terlalu merasa curiga, aku pun langsung menanyakan padanya. "Mbak mandi keramas? Aneh, pada hal cuacanya sangat dingin karena baru saja diguyur hujan lebat tadi. Apa Mbak nggak merasa kedinginan?"tanyaku
"Eh, Mbak Sandra, kenapa wajahmu pucat begini?" tanyaku sembari melirik ke arah Mas Hearfy. Aku hanya tersenyum saat memandang wajah keduanya yang pucat pasi karena semalaman kurang tidur. Rasakan! Itulah kalau mau bermain main denganku.! *** Baguslah, keduanya masih berada di ruang makan. Mungkin betah berlama lama berdua. Dasar manusia tukang selingkuh, suka ambil kesempatan dalam kesempitan. Tak mau berlama- lama, aku gegas menuju ke kamar, mengambil obat pencahar dan ku pencet sedikit ke gelas lalu mengaduk dengan cepat, setelah itu ku tuang air itu ke galon, kebetulan air galonnya tinggal sedikit, pas lah bila dicampur sama obat ini, nanti sisanya bisa ku buang besok pagi. Tak lupa, aku memisahkan sedikit air untukku bawa ke kamar biar bisa diminum nanti kalau sedang haus tengah malam. "Belum selesai acara makannya, Mbak, Mas?" tanyaku sambil memperhatikan tingkah keduanya yang gelagapan. "Sudah, Dek, ini juga mau habis." sahut Mbak Sandra sambil menunjukan isi di piring
Kulihat Mbak Sandra sudah bertukar pakaian. Yang lebih mengejutkan, dia mengenakan celana kolor dan baju kaus kepunyaan Mas Hearfy suamiku. Dasar perempuan gak punya malu! *** "Kok pulang lagi? nggak jadi ke butik? Tadi katanya mau ke sana." cecar ku ketika melihat keduanya baru turun dari motor. Baik Mas Hearfy atau pun Mbak Sandra tak ada yang menjawab pertanyaanku, keduanya berjalan tergesa hampir seperti berlari. Karena penasaran, aku pun akhirnya ikut juga keduanya ke dalam rumah. Oh, ternyata keduanya menuju ke toilet. Apakah keduanya buang air lagi? "Mbak Sandra sakit perut lagi? Ya ampun, itu pasti akibat mengonsumsi makanan yang terlalu asin semalam yang membuat kalian jadi seperti itu. Beruntung deh, aku tak memakannya jadi selamatlah aku dari makanan pembawa maut itu." ujarku sembari melihat Mbak San yang sedang mengurut perutnya sendiri. Tiba - tiba aku mendengar ada bunyi yang ke luar dari tubuh Mbak San, baunya sangat mengganggu indra penciuman. Tdak lam
"Oh...ah...Mas, enak, kapan kamu menceraikan istrimu itu, Mas? Aku nggak kuat kalau terus sembunyi- sembunyi seperti ini. Nggak bebas. oh..." Terdengar suara perempuan yang merengek diantara suara desahan dan rintihan. Itu kan suara... *** "Bagaimana? Apa Dek Dewi mau meminta bantuan dari tetangga untuk mengusir kakak iparmu itu? Nanti kalau mau kabarin saya biar saya yang mengumpulkan warga untuk menggerebek mereka berdua." Suara Ibu Rohaya terngiang - ngiang di telingaku. Ah, apa aku akan melakukan tindakan yang dikatakan oleh Bu Rohaya tadi? Tapi ini juga sekaligus akan menghancurkan rumah tanggaku sendiri karena mungkin itulah tujuan utama Mbak Sandra nginap di rumahku dan melakukan tindakan tindakan yang menantang yaitu ingin menghancurkan rumah tanggaku. Ah, tidak! Aku harus mencari cara sendiri untuk mengusir Mbak Sandra. Dia ini tipe wanita yang tidak mempan dengan ucapan yang kasar. Bayangkan saja, disaat aku mengusirnya saja dia malah anteng mengan
"Mas, panas, Mas, oh...perih." teriak Mbak Sandra histeris setelah menyadari ada sesuatu di organ vitalnya tersebut. "Sama, Yang, aku juga. Memangnya ada apa ini, Yang? kenapa kita kepanasan berdua?" Mas Hearfy menimpali.**** Tanpa berkata kata lagi, Mas Hearfy langsung melompat turun dari tubuh Mbak Sandra, sedang perempuan itu, sudah tak menghiraukan keadaan tubuhnya yang tak berbusana, ia sibuk menjerit dan berteriak histeris sambil memegang organ vitalnya tersebut. Ketika Mas Hearfy berbalik dan mendapati aku yang sedang berdiri di depan pintu sambil melipat tangan di dada, wajahnya seketika langsung berubah pias. "Apa yang sudah kau lakukan, Dek? Kau....? Dasar istri kurang ajar! Kenapa kamu sengaja melakukan perbuatan itu pada Sandra?! Apa kamu cemburu? Salah kamu sendiri, kenapa selama ini kamu selalu menolak keinginanku. Giliran aku jajan di luar, baru kamu marah - marah tak terima." Bola mata Mas Hearfy membelalak besar menatapku.
Rasakan! Itulah kalau berani merusak rumah. tangga orang.*** "Mas...panas, Mas, oh, aku nggak kuat." Tangisan yang menyayat hati terus ke luar dari mulut Mbak Sandra. Mau berdiri atau pun duduk ia jadi serba salah, semuanya jadi tak tenang. Rasa panas efek dari sambal terasi yang pedas mampu membakar di dinding organ vitalnya sehingga ia sangat menderita kepanasan yang teramat sangat. "Tenanglah, Dek , nanti saya usahakan mencari es batu barang beberapa batang dulu biar kamu berendam di dalamnya. Kalau adem kan enak biar cepat sembuhnya. Sekarang, berendam dulu di baskom yang sudah terisi dengan air ini. Aku ke luar sebentar mencari es batu dulu. Kamu aku tinggal ya, Yang?" Dari jarak yang cukup jauh antara kamar dan ruang tengah, aku melihat si ulat buluh itu mengangguk. Ia sesekali berdiri, sesekali duduk sambil memegang organ vitalnya. Demi melihat aku yang sedang santai menyusui anak di depan televisi, Mas Hearfy pun mendekatik
Apakah dia sangat menyayangi putraku? Kalau benar iya, aku merasa sangat bersyukur dan beruntung dipertemukan dengan nya dan bisa bersahabat dengannya...***"Kurang ajar! beraninya kamu berjaya begitu padaku. Dasar wanita miskin tak tahu diri. Muak aku sama kamu." Sandra kulihat melangkah kakinya untuk mengejar ku yang sudah mulai turun dari atas tempat pengantin, tapi nas, mungkin karena ia menginjak gaunnya sendiri, makanya ia langsung terjatuh hingga terdengar bunyi gedebuk dari arah belakangku. Aku segera menengok ke belakang, dan juga semua turut berdiri dan mendekat ke arah pengantin wanita yang terjatuh hingga gaun putih panjangnya belepotan debu dan tanah yang menimbulkan warna lain di gaunnya. "Mas, cepatan tarik aku dong, Mas, aku nggak bisa berdiri nih " seru Mbak Sandra. Bagaimana dia mau berdiri? sementara gaun panjangnya tertindih kakinya sendiri. Walau pun mendengar teriakan minta tolong dari Mbak Sandra, akan tetapi baik para tamu undangan atau pun kedua mertua
Akhirnya, pernikahan antara Hearfy dan Sandra pun dilaksanakan juga, walau pada dasarnya ia belum menceraikan Dewi secara sah. Pernikahan itu digelar sangat meriah, hanya lebih meriah pernikahan pertamanya dengan Dewi dulu saat ayahnya masih menjabat sebagai kepala desa di kampung itu. Akan tetapi, bagi ukuran warga desa itu, pernikahan keduanya ini pun tergolong sangat mewah dan meriah, ketimbang para warga lain yang hanya mengadakan resepsi kecil kecilan atau istilahnya ramah tamah sederhana. Dan seperti yang dikatakan Sandra, ia memang mengundang Dewi mantan istri Hearfy untuk menghadiri acara syukuran pernikahan itu. Dilihatnya kiri kanan, semua manusia yang berjubel memadati halaman rumahnya, tapi ia tak melihat Dewi ada di situ. "Kurang ajar! Berani benar dia nggak menghargai undangan ku. Sudah miskin tapi belagu. Awas dia!" ia menggerutu sendiri. Hearfy yang berdiri di sebelahnya pun menasihati agar jangan uring uringan di depan tamu, takutnya ada yang berpikiran yang buk
"Mas, usir mantan istrimu itu, Mas, aku tidak suka mereka tinggal di situ.""Iya, sayang, nanti aku akan mengusir mereka." sahut Hearfy lirih. "Mas, nggak benar kan, apa yang mantan istrimu itu katakan, kalau rumah itu miliknya? Soalnya aku kepikiran terus tentang perkataannya itu.""Ya enggaklah sayang. Rumah dia dari mana? Itu rumah yang dibangun oleh Ayah untukku, bukan untuk dia. Jadi tenang saja besok atau lusa aku pastikan akan mengusir mereka."; Sahut Hearfy menipu calon istrinya tersebut. Sandra yang tidak tahu menahu masalah penjual belian tanah itu percaya saja akan ucapan Hearfy.Ia bangga akan dirinya yang bisa merebut Hearfy dari Dewi istrinya untuk menjadi suaminya."Ternyata usahaku nggak sia sia. Mas Hearfy sudah masuk dalam jebakan perangkap cintaku. Tak sia sia aku selalu menyenangkan hatinya dengan tubuhku, melayani kebutuhan batinnya selama istrinya mengandung dan melahirkan. Sebentar lagi aku nggak usah sembunyi sembunyi lagi bermesraan di depan orang karena
"Aduh, uang sebanyak ini mau kuapakan ya? Aku ingin membuka usaha saja atau bagaimana? Tapi kalau aku buka usaha, aku khawatir semua orang akan curiga padaku. Mereka pasti bertanya tanya, dari mana aku bisa mendapatkan modal sebanyak itu? Secara aku hanya seorang wanita rumahan dan Ibu rumah tangga pula. Pasti mereka akan mencurigai yang bukan bukan padaku nanti. Ah, lebih baik aku jangan gegabah. Aku tahu g saja dulu yang itu. nanti setelah waktunya tepat, barulah aku akan membuka usaha." Aku membatin sendiri. Akhirnya setelah berpikir cukup lama, aku pun mengambil sebuah keputusan, untuk menabung saja dulu. Kalau waktunya sudah tepat, barulah aku akan membuka usaha, apa pun itu. Semenjak aku sudah memperoleh penghasilan sendiri, kebutuhan aku dan anakku pun semua tercukupi. Aku bisa membelikan di kereta bayi. Yang mana kereta ini sangat bermanfaat untukku. Aku bisa nendudukan anakku di situ, di saat aku melakukan kegiatan harianku yaitu menulis novel. Seperti hati ini, kare
"Mbak Sandra, Mbak Sandra, aku tuh bukan seperti kamu, pura pura minta tolong, tapi ternyata mau bermain lato lato dengan suami orang. jaga saja suami Mbak, jangan sampai ..."***Akhirnya pada sore harinya, aku pergi ke rumah Bu Wati untuk berpamitan pada beliau kalau keesokan harinya aku akan kembali ke rumahku.Pada awalnya beliau terheran heran mendengar ucapanku, tapi setelah ku jelaskan bahwa aku telah membeli rumah itu dengan bantuan orangtuaku, beliau pun akhirnya mengangguk setuju."Ah, kalau begitu malah bagus, Nak, Ibu mau lihat bagaimana nanti tanggapan dari mertua dan suamimu saat tahu kamu sudah memiliki rumah itu. Biar mereka semakin kepanasan dan bila perlu jadi darah tinggi sekalian. Emosi Ibu melihat tingkah mereka yang sangat angkuh itu." ucap Bu Wati kesal.Keesokan harinya, aku segera berkemas untuk pindah ke rumahku kembali. Rasanya sangat lega, bisa kembali lagi ke rumah tersebut.Melihat kehadiranku kembali di rumahku, Bu Rohaya langsung datang bertam
Hari masih amat pagi, ketika Bu Rohaya datang ke rumah. Aku pun langsung membuka pintu dan mempersilakan dia untuk duduk. Wajah beliau terlihat sangat sumringah. Aku yakin, pasti ada kabar gembira untukku di pagi ini. "Maaf, Nak, kalau Ibu datangnya terlalu pagi. Apa ini tidak menggangu bayimu yang lagi tertidur?" tanya Bu Rohaya dengan suara perlahan. Aku tersenyum. "Tentu saja tidak, Bu. Ya ampun, kenapa Ibu sampai berpikiran seperti itu? Kayak saya ini orang lain saja." ucapku dan wanita paruh baya itu pun tersenyum. "Begini, Nak Dewi, Ibu mau mengantar buku sertifikat ini. Segala urusan mengenai penjual belian, dan tanda tangan serah terima pun sudah dilakukan oleh teman Ibu yaitu Bu Evi di kantor desa kemarin. Yang menjadi permasalahannya, besok, Bu Evi mau ikut suaminya yang bertugas di pedalaman. Menurut saran beliau, baiknya, pagi ini juga Nak Dewi harus mengurus surat jual beli lagi di kantor desa atas nama Bu Evi sebagai pihak pertama atau penjual dan Nak Dewi sendiri
"Nak Dewi, Ibu sudah mencaritahu seperti permintaan Nak Dewi. Memang betul, suamimu mau jual rumah itu. Dan teman yang Ibu minta tolong pun sudah membantu. Ia langsung menawar harga rumah itu sekaligus sama tanahnya." Bu Rohaya menyampaikan hasil investigasinya padaku. Aku tersenyum senang, sebentar lagi, rumah itu akan sah menjadi milikku. "Kira- kira harganya berapa, Bu kalau boleh saya tahu?" tanyaku antusias. Mudah mudahan harganya tak terlalu mahal, cukup dengan isi kantongku saja. "Tujuh puluh juta, Nak. Itu sudah sekalian sama tanahnya." sahut Bu Rohaya. "Wah, tujuh puluh juta? Mahal sekali ya, Bu? Apa tidak bisa dikurangi lagi, Bu? Tolong Ibu bilang ke temen Ibu untuk menawar lagi, siapa tahu bisa dinegosiasi, nanti aku kasih komisi." ujarku terus terang. Sebenarnya aku bisa saja membeli dengan harga seperti itu. Masih terjangkau sesuai dengan isi kantongku. Menurutku memang sudah pas atau bahkan sangat murah jual rumah lapis tanah sekalian hanya dengan harga sepert
Entah betul atau tidak, dari jauh aku seperti melihat Mas Hearfy dan Mbak Sandra. Keduanya berjalan bergandengan sambil berpelukan mesra. Untuk memperjelas pandanganku, aku pun segera memicingkan mataku. Ternyata benar yang kulihat, Itu mereka. Keduanya seperti sedang....***Tak menyangkah aku dengan diriku sendiri, ternyata walau hanya seorang Ibu rumah tangga biasa, aku bisa memperoleh penghasilan yang lumayan besar seperti ini. Dengan uang yang ku peroleh ini, aku ingin membahagiakan diriku sendiri dan juga Putra semata wayangku.Setelah selesai menghitung uang, dan menaruhnya di tempat yang aman, baru aku ke dapur membuat susu untuk anakku. Aku Tahu, uang yang aku peroleh saat ini, tak lain adalah rejeki putra kecilku. "Mimi dulu, Yang. Mimi yang banyak biar cepat besar. Nanti kalau udah besar, sekolah yang rajin ya, Nak, biar jadi orang sukses." Aku menggendong bayiku dan mulai memberikan dia susu. yah, semenjak aku kekurangan makanan hingga berimbas pada asi yang ta
Wanita yang melayaniku terlihat kaget mendengar penuturan ku. Dengan mulut menganga dan bola mata yang membeliak lebar, ia menatapku tak berkedip, ia seolah tak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Sepuluh ribu dolar? Emang Ibu kerja apaan sih hingga mempunyai uang dolar sebanyak itu?"Mungkin ia tak menyangkah kalau perempuan yang sepertiku, berambut cepol, sambil menggendong anak dengan dandanan seadanya, memakai sendal jepit, bisa menghasilkan ribuan dolar.***Pagi - Pagi benar aku sudah membereskan rumah serta memasak karena sekitar jam delapan nanti aku hendak pergi ke kantor BRI terdekat. Bu Wati yang merasa heran dengan kegiatan yang kulakukan yang tak seperti biasanya di setiap hari, mendatangi rumah dan menanyakan padaku apa ada acara hari ini, sehingga pagi -pagi sekali aku sudah sangat sibuk di dapur. "Iya, Nak Dewi, Ibu kira Nak Dewi mau adakan acara hari ini, makanya Ibu merasa heran. Tadi Bapak juga sempat menanyakan dan menyuruh Ibu mencaritahu sendiri ke si