Share

Ayah Menyuruhku Bersiap

Penulis: Fetina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mereka memperkirakan jumlah hukuman sang ibu akan lebih lama dari hukuman sang menantu.

Di sana terlihat video dari Ibu dan Ranti yang memakai pakaian tahanan berwarna oranye. Mereka tak mau menatap kamera, tapi hanya bisa menunduk.

Aku tak tega melihat ibu. Pasti sangat berat baginya untuk masuk bui. Ia sudah menjadi seorang wanita paruh baya, kemudian punya penyakit tua serta harus kehilangan anaknya juga.

Pasti ibu mengalami tekanan psikologis. Aku sangat ingin membantunya karena menanggapi semua ini menggunakan perasaan.

Kemudian di hari yang sama, Ayah datang seakan tau apa yang kurasakan. Aku benar-benar butuh berkonsultasi dengan Ayah saat ini. Kedatangannya membuatku lega.

"Ayah tau kamu pasti sedang memikirkan nasib mantan mertuamu kan?" tanya Ayah.

"Kok Ayah tau?" tanyaku penasaran.

"Aku kan Ayahmu, Sarah. Aku sangat-sangat paham. Namun, Ayah inginkan kalau semua ini menjadi pembelajaran bagi ibu mertuamu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya."

Ayah memang pria yang tega
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Melamar lagi?

    Aku terus mengamati keadaan. Setelah terkaget-kaget melihat siapa yang datang, saat ini rasa penasaran berkecamuk dalam dada ini.Ternyata yang datang keluarga Om Agus. Ada Tante Tari, Mas Ari, Mas Anto. Semua lengkap hadir. Aku takut, Ayah masih saja menginginkan agar aku menikah dengan Mas Anto yang jelas-jelas sudah kutolak.Mereka duduk di ruang tamu. Sementara aku jadi tegang dan gemetar di sini. Aku takut sesuatu yang tidak kuinginkan terjadi.Lalu tanpa dipanggil, asisten rumah tangga di rumah ini menyuguhi minuman dan makanan bagi para tamu. Aku beranjak ke kamar terdekat yaitu kamar yang cmenjadi kamarku di rumah ini.Di dalam kamar, aku menenangkan diri ini, menghela napas dalam-dalam, serta mencoba berpikiran positif."Sarah! Sar." Suara Ibu membuat semuanya menjadi buyar. Ibu mencariku ke seluruh penjuru rumah, beliau tak tahu kalau aku sekarang sedang di dalam kamar."Iya, Bu." Aku mengeluarkan suara juga akhirnya.Kemudian Ibu memasuki kamar ini. Ia duduk di samping ranj

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Syok saat Dilamar Dia

    "Baiklah, insya Allah saya terima." Aku menjawab tanpa menatap mata siapapun. Walau seorang janda, rasanya malu jika harus menjawab pertanyaan macam itu. Saat ini pun, rasanya aku ingin memasukkan wajah ini diantara bantal-bantal di kamar."Alhamdulillah." Mereka semua bersyukur dengan jawabanku.Mas Anto dan Mas Ari sama-sama tersenyum. Aku jadi merasa bersalah karena sudah salah sangka di awal.Acara dilanjutkan dengan mengobrol dalam penentuan tanggal pernikahan. Aku manut saja, ikut hasil musyawarah.Dalam diskusi itu, aku tak mau banyak bicara karena aku masih syok dengan acara dadakan ini. Ya, bagiku dadakan karena Ayah juga mendadak memberitahukan padaku serta tak bilang akan ada lamaran. Mungkin maksud Ayah baik, ingin memberikan kejutan padaku.Alhamdulillah, pernikahan akan dilangsungkan dua bulan lagi. Karena statusku yang sudah janda, aku meminta pernikahan yang sederhana. Tidak ada pesta mewah nantinya. Semua setuju, aku juga lega jadinya. Alhamdulillah semua berjalan lan

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Janji Mas Ari

    "Bu, ini ada makanan buat ibu. Semoga ibu sehat-sehat ya di sini!""Makasih ya, Sarah. Maafkan kesalahan ibu. Ibu amat sangat menyesal. Semoga kamu memaafkan kesalahan ibu yang amat besar, Sarah," katanya."Aku sudah memaafkan kesalahan ibu. Jadi sekarang yang penting ibu sehat.""Terima kasih, Sarah. Insya Allah ibu ikhlas di sini. Membayar semua perbuatan jahat ibu. Mudah-mudahan tobat ibu diterima," ucap ibu.Kemudian aku duduk di samping ibu. Kubukakan makanan yang dibawa agar ia bisa memakannya sekarang."Bu, kita makan dulu sekarang."Kupersilahkan ibu mengambil nasi dan lauknya. Agar ibu bisa makan enak kali ini. Kurasa makanan di balik jeruji besi pasti rasanya nggak seenak yang kita inginkan.Selama makan, ibu terus meneteskan air matanya. Rasanya akupun sedih saat menatapnya. "Makan yang banyak ya, Bu. Semoga aku nanti bisa nengok ibu kembali," ucapku."Terima kasih sekali lagi, ya, Sarah. Kalau bukan karena kamu, ibu takkan bertahan di sini.""Benarkah, Bu?""Ya, ibu ingin

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Hari-hari yang Membahagiakan

    "Nanti ya. Sebentar lagi, Om Ari jadi papanya Reza.""Hore. Eza suka. Bener ya, Ma!""Bener dong, masa enggak," jawabku.Lalu setelah itu, kami menuju rumah kakek dan neneknya Reza.Kami pun tiba di sana. Mama sedang sibuk menelepon. Sepertinya Mama menelepon sodara-sodara kami di kampung.Aku, Reza dan Rere pengasuh Reza, duduk di ruang tamu. Kuminta ART untuk menyiapkan minum untuk kami."Gimana, Bu? Semua sodara sudah dihubungi semua?" tanyaku."Sudah, Sarah. Tante dan Ommu sudah dihubungi."Alhamdulillah. Terima kasih ya, Bu.""Semua juga sudah siap, termasuk ketring," tambahnya.Akad nikah dan resepsi sederhana diadakan di rumahku. Di sana, kami mengundang para tetangga. Aku tak mau ada pesta mewah karena menurutku tidak terlalu penting.Hal yang terpenting dari sebuah pernikahan bukan pestanya, tapi setelah pesta itu. Mau dibawa kemana bahtera keluarga itu. Makanya di awal kemarin aku juga meminta visi misi Mas Ari, agar pernikahan kami nanti sejalan.Aku tau maunya dia apa, dan

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Pertanyaan Reza

    Suara Ayah terngiang di pikiranku, akhirnya terdengar nyata."Eh, iya, Yah.""Sudah lah, tak usah dipikirkan. Kamu pikirkan saja pernikahanmu nanti. Lalu kehidupan kamu setelahnya. Tak usah memikirkan hal lainnya dulu. Biar jadi urusan Ayah," katanya.Luar biasa, ternyata Ayah bisa membaca pikiranku. Kemudian aku mengangguk, menyetujui apa yang dikatakannya.***Beberapa hari ini aku sudah di rumah. Ayah dan ibu setiap hari datang untuk persiapan menjelang hari pernikahan. Aku membantu sebisaku saja. Tak mau memikirkan yang terlalu berat. Karena saat ini ingin merelaksasi otak ini."Sarah, kamu sudah fitting baju akad nikah?""Sudah, Bu. Kemarin sore mereka datang lagi. Alhamdulillah kali ini sudah cocok dengan ukuran badanku.""Bagus.""Sudah siap semua, Bu?" tanyaku memastikan."Sudah. Besok Om dan Tantemu datang. Mereka akan menginap di hotel terdekat. Katanya mau menghadiri akad nikahmu lusa," sahut Ibu."Alhamdulillah. Kenapa nggak nginep di rumah ibu saja?" tanyaku sembari memak

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Alhamdulillah Sah

    "Iya. Nanti Om Ari jadi Papamu, Sayang," sahutku sembari memegangi Reza.Lalu Reza diambil oleh Rara."Ra, jagain Reza. Hati-hati ya, sekarang kan banyak orang. Kamu harus fokus jagain dia!""Baik, Bu."Aku mengangguk. Tak lama rombongan keluarga Mas Ari Datang. Keluargaku menyambut mereka di luar. Aku berdiam di kamar.Akad nikah akan dilaksanakan di ruang tengah. Pak penghulu sudah di dalam. Aku bisa mengintipnya dari kamar ini. Berkali-kali aku menghela napas agar lega. Rasanya dag dig dug sedari tadi. "Ya Allah, lancarkan acara hari ini,' doaku dalam hati.Tak lama terdengar suara mereka berkumpul di ruang tengah. Mas Ari duduk berhadapan dengan Ayahku. Sementara ayahnya berada tak jauh darinya.Lalu, mereka membicarakan kelengkapannya rukun pernikahan yaitu calon mempelai, wali, saksi dan nanti ijab Qabul.Setelah dicek semua lengkap, Ayahku diminta membacakan kata-kata untuk menikahkanku dengan Mas Ari. Tak lama terdengar ijab qabul yang dilakukan ayah dan Mas Ari."Saya nika

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Cobaan Awal Pernikahan

    "Apa? Reza hilang? Kok bisa nggak dijagain? Rara mana? Ra ... Rara?" Aku mencari keberadaan Rara. Bisa-bisanya Rara tak menjaga Reza."Rara sedang mencari Reza juga sekarang, Sarah. Kamu tenangkan dirimu dulu," jawab ibu yang menghampiri."Ya sudah, aku coba cari juga, ya! Kamu tunggu saja di sini!" Mas Ari tiba-tiba dengan sigap mencari keberadaan anakku juga."Aku ikut, Mas! Aku Mamanya!" Mas Ari memandangku, lalu menganggukkan kepalanya."Tapi, bajumu?""Ah, iya. Ya sudah kamu pergi duluan!""Ya sudah, Sayang. Sampai bertemu nanti!" Mas Ari mengecup pucuk kepalaku.Lalu Mas Ari pergi lebih dulu, aku harus mengganti baju dulu. Tak mungkin aku mencari Reza dalam kondisi seperti ini. Kondisi memakai baju kebaya.***Saat di kamar dan mengganti baju, aku selalu kepikiran Reza dan Mas Ari. Dimanakah Reza berada dan Mas Ari juga mencari kemana?Selesai juga aku mengganti baju dalam waktu 20 menit. Selanjutnya aku menyambar kunci mobil untuk segera meluncur juga.Saat tiba di ujung pintu

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Mas Ari Koma

    "Ya, Bu. Huhuhu." Aku terus saja menangis."Mas Ari, Yah. Mas Ari kecelakaan. Kata Mama ia sekarang mengalami koma," ungkapku.Saat aku akan melangkah menuju mobilku, tiba-tiba semua menjadi gelap.***"Aku dimana?" tanyaku. "Jam berapa sekarang?" Ada ibu di dekatku. "Kamu ada di kamarmu, Sarah. Tenanglah, Sarah. Yang terpenting sekarang kamu pulih dulu. Jika belum pulih, kamu tak bisa segera ke rumah sakit."Rumah sakit? Ya, aku ingat sekarang. Mas Ari sedang terbaring di rumah sakit. Aku ingin segera menemuinya. Laki-laki baik itu sedang sakit di sana."Bu, antar aku ke sana. Aku ingin bertemu Mas Ari. Kasihan dia, dengan siapa dia sekarang. Aku istrinya, Bu!" ucapku sambil bergetar. Rasanya seperti mimpi, semua terjadi tiba-tiba."Ada Ayah dan orang tuanya di sana. Kamu ke sana besok saja. Nggak boleh terlalu banyak orang juga, Sarah. Lagipula, badanmu demam saat ini," sahut Ibu.Aku tak sadar kalau aku sedang demam. Rasanya aku sehat-sehat saja. Demam dari mana?Saat kuletakkan t

Bab terbaru

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Berdua di Villa

    "Nggak, ah. Aku mau makan aja. Udah laper!" Kupegang perut ini yang sudah keroncongan. Mas Ari memegangi perutku juga."Ini isinya anak kita, Sayang," katanya.Aku tersipu. Anak? Rasanya aku lupa kalau menikah pasti ingin punya anak."Insya Allah, Mas. Nanti ada saatnya kita punya anak lagi," jawabku.Kami mengobrol sembari jalan ke arena bermain anak. Saat Reza melihatku, ia mengeluh laper. Padahal sudah ada bekal yang dibawanya tadi."Ra, bekalnya Reza dimakan kan?" "Iya, Bu. Ini udah habis, Bu," katanya."Alhamdulillah.""Iya, Ma. Udah abis, laper lagi," katanya.Kami mencari restoran yang cocok untuk lidah semuanya. Reza ingin makanan siap saji, kami pun ikuti keinginannya. Tak apalah sesekali.Reza memesan nasi, ayam, cola, kentang goreng dan burger. Kami hanya memesan nasi, ayam dan cola saja."Kamu bener akan menghabiskannya?" tanya Mas Ari ragu."Iya, pasti habis, dong."Lalu kami hanya memperhatikan ia makan setelah kami semua selesai. Tapi ia masih menyisakan burger dan ken

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Kejutan tak Terduga

    Mas Ari memberikan kejutan berupa reservasi sebuah vila di kawasan puncak. Katanya karena kami belum sempat bulan madu, jadi menginap di tempat dekat saja dulu.Mas Ari masih belum boleh melakukan perjalanan jauh. Kalau Jakarta-Bogor hanya sedikit jaraknya, jadi masih boleh."Terima kasih, Mas. Kejutan yang tak terduga bagiku. Rasanya aku benar-benar bahagia. Kamu sudah kembali seperti dulu. Mas Ari yang selalu berusaha membahagiakanku." Aku bersegera turun dari ranjang karena sudah waktunya pulang, kasihan Reza sudah ditinggal lama."Sama-sama, Dek. Sebagai permohonan maaf dan sejak menikah kita belum bulan madu, kamu pasti menantikan itu. Iya kan?" tanyanya.Aku tersenyum karena memang itu yang kurasakan kemarin. Hatiku benar-benar hancur saat tau Mas Ari kecelakaan, kehilangan ingatannya. Semua kujalankan dengan ikhlas."Iya, Mas. Kita pulang sekarang, yuk! Kasihan Reza pasti nungguin kita.""Siap, Dek. Ayo kamu bersiap saja dulu."Aku mencuci muka dan salat ashar dulu sebelum pula

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Ingatannya Kembali

    "Nanti aku jelaskan, sekarang kita masuk saja. Kita ketemu sama adik-adik mahasiswa," katanya."Baiklah, Mas." Aku manut saja. Kami menemui penghuni kost.Mereka terkejut dengan kedatangan kami. Mas Ari mengingat orang-orang di kostan ini. Aku rasa dugaanku benar, Mas Ari sudah mengingat semuanya.Setelah berbincang cukup lama, kami meninggalkan kostan. Mas Ari membawaku ke restoran tempat ia menyatakan akan menikahiku pertama kali.Ketika mengingat peristiwa itu, ada berbagai rasa tercampur. Kami duduk di meja yang dulu kami tempati."Mas, ini kan tempat yang kita duduki saat itu?""Benarkah?" tanya Mas Ari."Mas ajak aku ke sini, pasti Mas sudah ingat semuanya. Makanya Mas Ari membawaku ke kost-kostan dan ke tempat ini.""Silahkan pesan makanannya dulu," katanya."Jawab dulu," jawabku."Nggak mau. Pesan dulu! Apa mau pilih pesanan saat itu?" tanyanya."Apa?""Eh, iya. Kamu mau pesan makanan seperti saat itu?" tanyanya lagi. Aku mengangguk dengan senyum mengembang di bibir ini."Kena

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Mengenang Masa Lalu

    "Kamu belum tidur?" tanya Mas Ari."Enggak, Mas. Maafkan aku." Segera ku berbalik membelakanginya karena malu kepergok saat memperhatikan wajahnya."Hey! Kamu liat-liat wajah aku kenapa? Ganteng ya?" tanyanya. Aku pura-pura tidur dan tidak menggubrisnya. "Udah tidur?" Mas Ari bertanya lagi, aku tak menjawab. Akhirnya ia menyerah dan tak mau bertanya lagi padaku.***"Mas, mau sarapan apa?" tanyaku pada Mas Ari yang sedang duduk di meja makan."Apa saja, yang penting kamu siapkan," jawabnya."Oke." Alhamdulillah Mas Ari tidak merepotkanku. Dengan seperti itu, ia lebih memudahkanku.Reza datang dan langsung duduk di pangkuan Mas Ari. Aku takut suamiku marah, karena aku tau dia nggak suka menikah dengan orang yang sudah punya anak.Namun, setelah diperhatikan lagi, Mas Ari justru memegangi badan Reza yang sedang duduk di pangkuannya."Papa lama di rumah sakit," ucap Reza."Maafkan Papa, ya! Mungkin Papa harus sembuh dulu seperti ini, biar bisa main sama kamu," jawabnya."Iya, Pa. Papa ud

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Kembali ke Rumah

    Aku bingung membawanya ke rumah sakit, itu tidak memungkinkan. Namun, Mas Ari bisa pulang kapan pun, aku tak tau."Nanti ya, tunggu papa pulang saja. Anak-anak nggak bisa jenguk ke rumah sakit," jawabku.Reza cemberut. Ia ingin mengunjungi papanya segera."Jangan cemberut ya, Sayang! Insya Allah nanti kita ketemu Papa." Reza sangat dekat dengan Mas Ari, aku jadi sedih kalau ia kangen sama Papanya seperti ini.Aku menghibur Reza dengan membawanya ke minimarket dekat sekolah. Membelikan makanan kesukaannya agar ia kembali tersenyum.***Sore ini, aku sedang bersenda gurau dengan Reza sembari menemaninya makan di depan rumah. Rere juga ada bersama kami. Tak lama ada mobil Ayah datang. Saat turun, ia membukakan pintu sebelahnya. Ketika turun, aku terkejut ternyata Mas Ari turun dari sana."Papa Ari!" Reza langsung menyambut papanya. Ia berlari untuk memeluk papanya.Mas Ari memandangi Reza dengan heran. Namun ia berusaha tersenyum ramah pada anakku. Mudah-mudahan itu pertanda baik ia aka

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Saatnya Waktu Bersama Reza

    "Sarah, yakinlah aku pasti akan sembuh." Sebuah suara mirip suara Mas Ari terdengar di telingaku. Suara itu meyakinkanku kalau suamiku pasti akan sembuh.Dari situ, aku kembali bangkit untuk menghadapi semua kemungkinan yang terjadi. Mas Ari yang masih belum mengingatku, beberapa kali membuatku patah hati. Ia merasa yang paling menderita. Padahal justru ia yang membuatku memikirkannya.Lalu aku menitipkan pesan pada Ayah yang akan menemui Mas Ari. Kuhubungi Ayah melalui sambungan telepon."Yah, titip pesan buat Mas Ari kalau aku mencintainya," sahutku melalui sambungan telepon."Baiklah, nanti Ayah sampaikan."Aku bersiap untuk menemani Reza ke sekolahnya. Anakku masih belum bangun juga pagi ini. Segera aku membangunkannya."Eza, ayo kita berangkat ke sekolah!" ucapku."Ayo! Mama yan antar ya!""Iya, Mama antar ke sekolah. Kamu seneng?""Seneng, Ma."Reza kumandikan dan kami berangkat pagi-pagi sekali karena aku takut terlambat ke sekolah."Eza, seneng nggak diantar sama Mama?""Senen

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Curhat pada Ayah

    "Iya, ayah masih di kantor. Sebentar lagi juga datang."Ayah mengagetkanku dari belakang. Seperti biasa Ayah selalu memelukku dari belakang."Ayaaaah!" Aku berbalik memeluknya dari depan."Ya, Sayang. Ada apa?"Tak bisa dicegah, air mata ini tumpah. Sejak di rumah sakit aku menahan untuk tidak meluber. Baru sekarang aku bisa menumpahkan air mata ini. "Keluarkanlah semua air matamu, Sarah. Tumpahkan semua, Ayah siap menampungnya.""Terima kasih, Yah. Aku sedang sangat sedih."Aku dibawa duduk oleh Ayah. Kami duduk bersebelahan di ruang tengah. Aku bersender di pundak ayahku. Ibu pun duduk di sampingku juga."Coba jelaskan semuanya pada kami. Apa yang terjadi pada Ari?" tanya Ayah.Aku masih terisak, mencoba menenangkan diri terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Ayah."Mas Ari sudah sadar, tapi ia kehilangan ingatannya. Ia malah ingat mantan kekasihnya yang sudah meninggal, Yah. Ia marah ketika tau ada aku, apalagi tadi setelah kutunjukkan surat nikah kami dan tau kalau aku punya s

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Apa Aku Harus Bertahan?

    Mengapa Mas Ari memperlakukan aku seperti ini? Sakit rasanya tak dikenali oleh suami sendiri."Mas, aku tak mau apa-apa. Aku hanya ingin berbakti pada suamiku. Kamu harus mengerti aku, Mas. Aku tak mau menjadi musuh bagimu, karena itu tidak mungkin, Mas."Mas Ari sudah tak membalas kata-kataku. Mungkin saat ini ia kehabisan kata-kata. Aku diam, dia juga diam. Tak ada kata lagi diantara kami."Maafkan aku, Mas. Tapi, aku punya bukti kalau kita memang sudah menikah.""Apa buktinya?"Kukeluarkan bukti surat nikah kami kemarin. "Ini, Mas. Surat nikah. Kota baru dua bulan ini menikah. Tapi pada hari pernikahan kita, anakku hilang. Kamu ikut mencarinya, tapi nyatanya kamu mengalami kecelakaan. Kamu sempat tak sadarkan diri, lalu kamu sadar jadi seperti ini, Mas."Mas Ari memperhatikan surat nikah yang kini berada di tangannya. Ia membuk isinya."Aaarrrggghhh! Semua tidak mungkin! Aku tak percaya, aku bisa menikahi wanita yang memiliki seorang anak," ujarnya.Mas Ari terus saja mengatai aku

  • SUAMIKU MENIKAH LAGI DIAM-DIAM    Hilang Ingatan yang Menyakitiku

    "Ya udah, kamu siap-siap berangkat!"Reza segera berganti dengan pakaian seragamnya. Aku pun semangat segera mengantarnya.Di sekolah, Reza nggak mau ditinggalkan. Ia ingin aku menungguinya seperti Mama-mama yang lainnya. Sementara aku inginnya ke rumah sakit kali ini. Aku mau tau keadaan Mas Ari saat ini.Namun Reza selalu mencari Mamanya, walau ia ada di dalam kelas. Aku pun benar-benar tak bisa melarikan diri hingga akhirnya waktunya pulang bagi Reza. Aku harus mengantarkannya pulang."Ma, makasih udah ikut sekolah sama Eza," katanya."Sama-sama, Eza. Tapi Mama nggak bisa anter tiap hari, ya! Kamu hari lainnya sama Mbak Rara," ucapku."Ah, Mama. Sama Mama tiap hari, Ma!""Tapi Mama ada kesibukan juga di luar. Kamu harus nurut, ya! Pergi sama Mbak Rara, ya. Kalau sama Mama sesekali aja, oke!"Akhirnya Reza mengangguk, tapi wajah menahan tangisnya."Nggak usah nangis, Sayang. Kamu laki-laki loh, harus kuat dengan segala sesuatu. Oke!""Iya, Ma."Aku mengantarnya sampai rumah. Setelah

DMCA.com Protection Status