Suamiku 90cmBab 35 : I Love YouBeberapa bulan kemudian, aku sudah masuk kantor setiap harinya. Suasana kantor mulai membaik, gosip tentang putri salju yang menikahi seorang kurcaci tak lagi terdengar. Heru si pebinor tak lagi terlihat."Heru dipecat Pak Alfin, Zil." Ucap Mona."Masa' sih? Kenapa?" tanyaku ketularan kepo dua ratu gosip si Mona dan si Ellis."Dia tertangkap tangan menggelapkan duit proyek." Ellis yang menjawab pertanyaanku.Bibirku hanya membentuk hurup 'O' mendengar cerita Ellis, "trus?""Dan akhirnya dia pulang kampung deh. Kan habis diceraikan istrinya dia gak punya apa-apa lagi." Ucap Mona."Jadi gembel deh, dia ... Haha" Ellis tertawa sambil menutupi bibir dowernya."Kasian, ya ... "ucapku agak iba juga mendengar cerita tentang nasib si Heru."Ih, orang kayak gitu gak pantas dikasiani.""Itu hukuman yang pantas untuk 'Pebinor dan Koruptor' kayak cecunguk Heru." Mona terkekeh.Aku ikut tertawa juga mendengar ocehan dua temanku ini, ada benarnya juga sih kata-kata
Suamiku 90cmPart 1 : Pernikahan AjaibSeumur hidup tak pernah terbayang kalau akan bersuamikan pria cebol itu. Nasibku memang sungguh malang sekali, akan menghabiskan semua sisa umurku bersamanya. Nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi. Ijab kabul sudah selesai, dia begitu lancar mengucapkannya."Saya terima nikah dan kawinnya Frazilla melodi binti Ahmad Ansari(Almarhum) dengan maskawin tersebut dibayar, tunai.""Sah!" ucap Pak penghulu diikuti para saksi dan tamu undangan yang begitu ramai sekali. Tetangga jauh yang tidak diundang pun hadir di sini. Mereka semua mau menyaksikan pernikahan ajaib ini, aku yang sempurna nan cantik jelita menikahi pria cebol nan jelek itu."Alhamdulillah." Kulihat ibu begitu senang sekali menatap kami.Dia, si pria cebol itu yang tingginya menurutku tidak sampai 1 meter itu tersenyum kearahku dan mengulurkan tangannya."Yeah, dia sekarang sudah sah menjadi suamiku dan aku harus salim kepadanya," gumamku dalam hati dan mencium punggung tanganny
Suamiku 90cmPart 2 : Malam PertamaAku duduk di atas closet sambil memutar otak, mencari cara agar bisa terhindar dari pria cebol yang akan mengambil haknya sebagai suamiku itu.Membayangkan saja aku sudah risi, apalagi melakukannya. Kuakui, aku memang sudah pernah melakukannya, tapi itu adalah kesalahan masa lalu yang ibu pun sudah mengetahuinya. Tapi aku belum siap jika harus melakukan itu bersama dia.Kupejamkan mata mencoba menerka yang akan pria itu perbuat kepadaku. Aih, mengerikan sekali.Oh, tidak!!! Aku menggeleng dan mengusap wajah dengan ngeri.Kusandarkan kepala ke dinding dan menarik napas perlahan, mencoba mengusai diri dan menghilangkan ketakutan di hati.'Tok-tok' terdengar suara pintu tempatku bersemedi diketuk seseorang."Dik, lama amat kamu di kamar mandinya? Kamu gak kenapa-kenapa, kan?" Teriakan pria itu seketika mengejutkan diriku yang ternyata sudah tertidur."Ya elah, aku tertidur rupanya." Dengan cepat kuusap bagian bawah bibir yang terkena air liur. "Entah a
Suamiku 90cmPart 3 : Pindah RumahIbu ikutan tersenyum juga, begitupun kak Metha."Ya sudah, aku mau ke kamar dulu. Sekalian mengemaskan pakaian untuk segara pindah ke rumah mas Syafril. Kita pindahnya sore nanti, oke mas?" Aku bangkit dari duduk dan memandang sekilas dia, suamiku."Oke, Dik," jawabnya cepat.Dengan setengah berlari aku menaiki tangga menuju kamar yang terletak di lantai atas rumah kami. Aku sebal sekali melihat tingkah mereka semua, sungguh menyebalkan sekali.Sorenya, semua baju sudah ku masukkan ke dalam koper dan kami siap berangkat."Zilla pamit, Bu." Aku mencium punggung tangan ibu dan memeluknya."Iya, Nak. Jadilah istri yang baik untuk suamimu. Bersikap baik dan berbaktilah kepadanya. Surga seorang istri ada didalam ridho suami."Aku hanya mengangguk dan lanjut menyalami bang Fradit dan kak Metha."Tante pamit ya, centil. Kalau kangen, jenguk saja ke rumah," ucapku kepada Farah sembari mencubit gemas pipi montoknya."Iya, Tante jelek. Segera bikinkan Farah se
Suamiku 90cmPart 4 : ResahMalam pun tiba, aku mulai bimbang dengan ketakutan yang mulai menguasai. Kalau takut sama hantu, ya tinggal dibacakan Ayat kursi, hilang deh. Tapi kalau takut disentuh suami, apa yang akan kulakukan? Masa' harus tidur di kamar mandi lagi? Gak lucu deh, aku terus memutar otak.Tiba-tiba terdengar suara langkah kakinya menuju kamar, langsung saja aku segera berbaring dan pura-pura tidur. Aku berbaring menghadap dinding dan membelakanginya.Kalau dia mencoba menyentuhku, aku akan pura-pura mengigau saja. Aku menyusun siasat.Lama sekali aku menunggu reaksinya, bukannya aku kemauan disentuh. Cuma memastikan dia tidak akan memaksakan kehendaknya dan mengambil haknya secara diam-diam.Perlahan aku membenarkan posisi tubuh dan membuka sedikit mata melirik lalu ke arahnya. Ternyata dia sudah tertidur.Alhamdulillah, maafkan hamba ya Allah. Bukannya hamba mau menjadi istri durhaka. Tapi hamba belum siap. Ampuni hamba ya Allah. Aku menghembuskan napas lega dan kemudi
Suamiku 90cmPart 5 : AstagaPagi pun tiba, aku sudah berpakaian rapi. Dengan kemeja ungu yang dibalut blezer hitam yang kupadukan rok selutut warna senada. Rambut kubiarkan terurai karena masih basah sehabis mandi keramas tadi.Aku sedikit mengomel dalam hati karena Hair drayer lupa kubawa, bisa jadi bahan ledekan kalau ke kantor dengan rambut basah kuyup begini. Sudah dilap dengan handuk dan nebeng depan kipas angin, masih juga belum kering."Dik, ayo sarapan!" panggil Mas Syafril seraya berdiri di depan pintu kamar."Iya, Mas," jawabku sambil berjalan di belakang pria kecil yang sudah rapi juga dengan dinas cokelat muda khas Pns setempat.Pria kecil itu, suamiku adalah guru di salah satu Sekolah Dasar di Kotaku. Begitu menurut cerita Ibu ketika mempromosikan dia untuk jadi suamiku tempo hari.Hemm, sarapan hari ini pun ludes tanpa bersisa. Apa saja yang dimasaknya selalu terasa enak di lidah, entah pakai jampi-jampi apa dia masaknya? Ah, lagi-lagi aku su'udzon."Astagfirullah," uca
Suamiku 90cmPart 6 : Telepon Ibu"Iya, Bu, iya. Udah gituan dan dia biasa saja. Aman terkendali dan tidak ada masalah," jawabku akhirnya karena malas harus berbelit-belit dengan ibu. Aku mengenal betul wataknya, sebelum dia mendapatkan jawaban kebenaran, dia tidak akan berhenti mengorek informasi."Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Berarti ibu tidak salah memilihkan dia sebagai jodohmu. Pria lain belum tentu bisa menerima ini. Seperti anaknya teman ibu, ketahuan udah tidak original pas malam pengantin, besok paginya langsung diceraikan." ucap ibu antusias sekali."Iya, Bu, iya.""Nah, karena Syafril bisa menerimamu apa adanya maka kamu juga harus begitu ya, Zil. Terima dia apa adanya juga, Ibu selalu berdoa supaya kehidupan rumah tangga kalian langgeng dan adem. Dan semoga kamu cepat hamil dan memberi ibu cucu. Jangan galak-galak sama Syafril, dia pria yang baik maka perlakukanlah dia secara baik. Jadilah istri yang sholeha untuk dia." Ibu terus nyerocos."Iya bu, iya," jawabku
SUAMIKU 90CMBab 7 : Perjanjian Gladak-gludukOh, my god. Gimana cara ngomongnya ya biar dia tidak tersinggung? bimbangku dalam hati sembari menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal."Eh, anu ... emmm ... begini, Mas, tapi jangan marah dan tersinggung ya sebelumnya!" Aku mengelap keringat dingin yang mulai mengucur di dahi."Iya, Dik. Ngomong aja, Mas gak bakalan marah dan tersinggung kok," jawab Mas Syafril dengan tersenyum.Aku menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, "supaya hubungan kita lebih teratur, Zilla udah bikin jadwal dan surat perjanjian." Aku menggigit bibir dan meliriknya sekilas."Maksudnya?" Dia mengerutkan dahi."Coba baca surat perjanjian dan jadwalnya saja dulu Mas, hehee .... " aku mengulurkan kertas itu."Oh, jadwal 'gladak-gluduk'. Terserah Dik Zilla, Mas oke-oke saja," jawabnya terlihat agak kecewa tapi masih mencoba tersenyum."Maaf ya, Mas." Aku menundukkan kepala."Tidak apa-apa, Mas bisa mengerti. Jadi jadwalnya setiap tanggal 15 Mas baru bisa