Share

Pindah Rumah

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-24 18:24:22

Suamiku 90cm

Part 2 : Malam Pertama

Aku duduk di atas closet sambil memutar otak, mencari cara agar bisa terhindar dari pria cebol yang akan mengambil haknya sebagai suamiku itu.

Membayangkan saja aku sudah risi, apalagi melakukannya. Kuakui, aku memang sudah pernah melakukannya, tapi itu adalah kesalahan masa lalu yang ibu pun sudah mengetahuinya. Tapi aku belum siap jika harus melakukan itu bersama dia.

Kupejamkan mata mencoba menerka yang akan pria itu perbuat kepadaku. Aih, mengerikan sekali.

Oh, tidak!!! Aku menggeleng dan mengusap wajah dengan ngeri.

Kusandarkan kepala ke dinding dan menarik napas perlahan, mencoba mengusai diri dan menghilangkan ketakutan di hati.

'Tok-tok' terdengar suara pintu tempatku bersemedi diketuk seseorang.

"Dik, lama amat kamu di kamar mandinya? Kamu gak kenapa-kenapa, kan?" Teriakan pria itu seketika mengejutkan diriku yang ternyata sudah tertidur.

"Ya elah, aku tertidur rupanya." Dengan cepat kuusap bagian bawah bibir yang terkena air liur. "Entah air siapa juga ini kalau bukan air liurku?" Aku menyeringai kesal.

"Dik .... " Suara yang tak merdu itu terdengar lagi.

"Iya, Mas. Aku sakit perut," jawabku dengan berteriak pula.

"Oh, sakit perut. Coba keluar dulu, Dik, dari kamar mandinya! Minum obat sakit perut saja!"

"Masih mules, Mas, nanti bocor kalau keluar."

"Ya sudah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, segera panggil, Mas ya, Dik!"

"Iya, Mas, tidur aja duluan. Kalau sakit perutku udah sembuh nanti nyusul tidurnya."

Kutempelkan telinga ke pintu kamar mandi untuk mendengarkan langkah kakinya. Aku mengelus dada dan bernapas lega, semoga ia segera tertidur.

Beberapa saat kemudian, kubuka pelan pintu kamar mandi sedikit. Mengintip dari celah-celah, pria kecil itu sudah terbaring di tempat tidur dengan mata terpejam.

Semoga dia sudah tidur. Aku mengelus dada lega. Perlahan kulangkahkan kaki menuju sopa yang berada di samping tempat tidur. Segera kurebahkan tubuh yang sedari tadi sudah sangat lelah.

Rasanya belum lama mata ini terpejam, tapi adzan magrib sudah berkumandang di masjid dekat rumah. Dinginnya AC mulai menusuk kulit, sehingga aku harus melipat tubuh dengan lutut meringkuk di dada.

Tiba-tiba tersengar suara memanggil namaku, "Dik, dDik Zilla. Bangun, Dik, kita sholat subuh bersama!"

Perlahan ku buka mata, terlihatlah pria itu sudah rapi dengan kopiah terpasang di kapala. Baju koko warna putih dan sarung warna abu-abu melekat di tubuhnya. Dengan senyum tersungging dia menatapku dengan mata tajamnya.

Oh, my god. Aku harus terbiasa ketika membuka mata langsung melihat dia. Dia si mata tajam dengan senyum yang menyeramkan. Aku meringis ngeri.

"Mas duluan saja, nanti aku menyusul belakangan. Lagian waktunya masih lama kok," jawabku dan kemudian kembali menutup mata.

"Ayo, Dik, bangun dulu sebentar! Wudhu dan sholat. Jangan nanti-nanti lagi, nanti ketiduran dan kesiangan sholat subuhnya. Tidak baik menunda sholat," ucapnya lembut dengan suaranya yang jelek.

"Menyebalkan sekali pria ini!" rutukku dalam hati dan kemudian bangkit dengan mata yang setengah terpejam menuju toilet untuk berwudhu.

'Bruggg' Aku meringis sambil memegangi dahi yang terasa sakit.

"Hati-hati, Dik, jalannya," teriaknya dari belakang ketika melihat jidatku terbentur pintu toilet karena jalan sambil mata setengah terpejam.

Setelah berwudhu, aku sholat di belakang pria cebol itu dengan menjadi makmumnya. Rasanya janggal sekali diimami dia dan aku harus terbiasa berdiri di belakang pria kecil ini dan mencium punggung tangannya yang kecil itu setelah selesai sholat. Dan terbiasa melihat senyum jeleknya itu ketika menatapku.

Dengan cepat aku melipat sajadah dan mukena. Kemudian kembali berbaring di sofa kemudian memejamkan mata kembali.

"Dik, Mas mau jalan-jalan pagi dulu ya!" ucapnya sembari kudengar bunyi pintu terbuka dan kemudian tertutup kembali.

Aku kembali membuka mata dan langsung melompat ke tempat tidur empukku. Memeluk guling kesayangan dan menuju alam mimpi.

Lama sekali aku tertidur, sampai terdengar suara Ibu yang mengejutkanku.

"Bangun, Zilla. Sudah jam 10.00, mau tidur sampai jam berapa kamu?"

Dengan malas aku menggeliat dan membuka mata perlahan.

"Ayo bangun, jadi istri kok bangunnya siang begini!" omel ibu.

"Mumpung libur, Bu," jawabku kemudian berlalu ke kamar mandi karena malas banget pagi-pagi sudah mendengarkan omelannya.

Siang ini, aku duduk makan siang bersebelahan dengan pria itu. Iya,dia suamiku. Di samping kiriku ada ibu dan di depanku ada Bang Fraditya bersama kak Metha istrinya serta putri Farah yang berusian lima tahun.

Melirik Mas Syafril dan kemudian menatap keponakanku si Farah, tinggi mereka hampir sama. Aduh, suamiku kok pendeknya kebangetan sekali. Hatiku menjerit menangisi takdir tak indah ini.

Oh, my god. Dosaku semakin bertumpuk saja semenjak menjadi istri pria cebol ini, karena selalu mengumpat dirinya. Astagfirullahal'adzim, kuelus dada dalam yang terasa sesak.

Hatiku semakin dongkol ketika melihat kak Metha menahan senyum ketika melirik ke arahku kemudian beralih ke Mas Syafril.

Dih, pasti dia menetertawakan kekonyolan ini. Aku menarik napas kesal dan kemudian segera menyudahi makan.

Tapi ketika aku hendak bangkit dari duduk, ibu menghentikan langkahku.

"Mau ke mana kamu, Zil?" tanya ibu.

"Ke kamar, Bu. Zilla udah selesai makannya."

"Duduk kembali, Zil! Nak Syafril mau bicara kepada kita semua," ucap Ibu sembari memberi isyarat menyuruhku kembali ke tempat duduk.

Kutatap tajam mata ibu sembari menghembuskan napas kesal. Aku duduk kembali sambil menopang dagu dengan kedua tanganku.

"Ibu, Bang Fraditya dan kak Metha. Saya berniat ingin membawa Frazilla pindah ke rumah, bagaimana menurut Ibu dan Abang? Dan Frazilla, apa kamu bersedia?" ucapnya dengan mengedarkan pandangan ke kami satu persatu.

"Ibu sih setuju saja, sekarang Zilla sudah menjadi istrimu. Jadi, ya ... terserah kalian berdua saja. Bagaimana Zilla?" Ibu memandang ke arahku.

Hemm, bagaimana ini? Yes or No, ya? Kuputar bola sambil memacu kinerja otak.

Sebenarnya aku akan lebih leluasa bersikap jika tinggal terpisah dengan Ibu dan Bang Fradit. Tapi pria itu yang akan leluasa terhadapku. Ah ... itu tidak mungkin! Aku yang akan berkuasa jika hanya kami berdua yang tinggal bersama, dia tidak akan berani denganku. Kalau ado jotos dengan dia pun, sudah pasti aku yang akan menang.Cerocosku dalam hati dengan sambil tersenyum sendiri dan manggut-manggut.

"Bagaimana, zil?" Pertanyaan ibu mengagetkan aku.

Degggg....ternyata tanpa kusadari semua mata tertuju padaku.

"Ah iya, Zilla mau. Iya, mau," jawabku tergagap sembari membenarkan duduk dan mencoba tersenyum.

"Alhamdulillah kalau, Dik Zilla setuju." Kulihat pria itu begitu senang.

"Oh iya, kapan pindahnya, Mas? Kalo mau hari ini, Zilla oke-oke saja."

"Jangan hari inilah, besok saja," sanggah ibu.

"Biar sajalah, Bu, kalau mereka sudah tidak sabar lagi dan ingin pindah hari ini juga. Namanya juga pengantin baru, biar lebih tenang dan asyik berduaan. Iya kan, Fril?" Bang Fradit menggoda mas Syafril dengan senyum jahilnya.

Dan yang digoda pun tersenyum malu-malu.

"Ah ... Bang Fradit bisa saja." Mas Syafril mengelap keringat di dahinya.

Astaga, aku jengkel sekali melihatnya.

Bersambung ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nisa
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMIKU 90 CM   Pindah Rumah

    Suamiku 90cmPart 3 : Pindah RumahIbu ikutan tersenyum juga, begitupun kak Metha."Ya sudah, aku mau ke kamar dulu. Sekalian mengemaskan pakaian untuk segara pindah ke rumah mas Syafril. Kita pindahnya sore nanti, oke mas?" Aku bangkit dari duduk dan memandang sekilas dia, suamiku."Oke, Dik," jawabnya cepat.Dengan setengah berlari aku menaiki tangga menuju kamar yang terletak di lantai atas rumah kami. Aku sebal sekali melihat tingkah mereka semua, sungguh menyebalkan sekali.Sorenya, semua baju sudah ku masukkan ke dalam koper dan kami siap berangkat."Zilla pamit, Bu." Aku mencium punggung tangan ibu dan memeluknya."Iya, Nak. Jadilah istri yang baik untuk suamimu. Bersikap baik dan berbaktilah kepadanya. Surga seorang istri ada didalam ridho suami."Aku hanya mengangguk dan lanjut menyalami bang Fradit dan kak Metha."Tante pamit ya, centil. Kalau kangen, jenguk saja ke rumah," ucapku kepada Farah sembari mencubit gemas pipi montoknya."Iya, Tante jelek. Segera bikinkan Farah se

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • SUAMIKU 90 CM   Resah

    Suamiku 90cmPart 4 : ResahMalam pun tiba, aku mulai bimbang dengan ketakutan yang mulai menguasai. Kalau takut sama hantu, ya tinggal dibacakan Ayat kursi, hilang deh. Tapi kalau takut disentuh suami, apa yang akan kulakukan? Masa' harus tidur di kamar mandi lagi? Gak lucu deh, aku terus memutar otak.Tiba-tiba terdengar suara langkah kakinya menuju kamar, langsung saja aku segera berbaring dan pura-pura tidur. Aku berbaring menghadap dinding dan membelakanginya.Kalau dia mencoba menyentuhku, aku akan pura-pura mengigau saja. Aku menyusun siasat.Lama sekali aku menunggu reaksinya, bukannya aku kemauan disentuh. Cuma memastikan dia tidak akan memaksakan kehendaknya dan mengambil haknya secara diam-diam.Perlahan aku membenarkan posisi tubuh dan membuka sedikit mata melirik lalu ke arahnya. Ternyata dia sudah tertidur.Alhamdulillah, maafkan hamba ya Allah. Bukannya hamba mau menjadi istri durhaka. Tapi hamba belum siap. Ampuni hamba ya Allah. Aku menghembuskan napas lega dan kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • SUAMIKU 90 CM   Astaga

    Suamiku 90cmPart 5 : AstagaPagi pun tiba, aku sudah berpakaian rapi. Dengan kemeja ungu yang dibalut blezer hitam yang kupadukan rok selutut warna senada. Rambut kubiarkan terurai karena masih basah sehabis mandi keramas tadi.Aku sedikit mengomel dalam hati karena Hair drayer lupa kubawa, bisa jadi bahan ledekan kalau ke kantor dengan rambut basah kuyup begini. Sudah dilap dengan handuk dan nebeng depan kipas angin, masih juga belum kering."Dik, ayo sarapan!" panggil Mas Syafril seraya berdiri di depan pintu kamar."Iya, Mas," jawabku sambil berjalan di belakang pria kecil yang sudah rapi juga dengan dinas cokelat muda khas Pns setempat.Pria kecil itu, suamiku adalah guru di salah satu Sekolah Dasar di Kotaku. Begitu menurut cerita Ibu ketika mempromosikan dia untuk jadi suamiku tempo hari.Hemm, sarapan hari ini pun ludes tanpa bersisa. Apa saja yang dimasaknya selalu terasa enak di lidah, entah pakai jampi-jampi apa dia masaknya? Ah, lagi-lagi aku su'udzon."Astagfirullah," uca

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • SUAMIKU 90 CM   Telepon Ibu

    Suamiku 90cmPart 6 : Telepon Ibu"Iya, Bu, iya. Udah gituan dan dia biasa saja. Aman terkendali dan tidak ada masalah," jawabku akhirnya karena malas harus berbelit-belit dengan ibu. Aku mengenal betul wataknya, sebelum dia mendapatkan jawaban kebenaran, dia tidak akan berhenti mengorek informasi."Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Berarti ibu tidak salah memilihkan dia sebagai jodohmu. Pria lain belum tentu bisa menerima ini. Seperti anaknya teman ibu, ketahuan udah tidak original pas malam pengantin, besok paginya langsung diceraikan." ucap ibu antusias sekali."Iya, Bu, iya.""Nah, karena Syafril bisa menerimamu apa adanya maka kamu juga harus begitu ya, Zil. Terima dia apa adanya juga, Ibu selalu berdoa supaya kehidupan rumah tangga kalian langgeng dan adem. Dan semoga kamu cepat hamil dan memberi ibu cucu. Jangan galak-galak sama Syafril, dia pria yang baik maka perlakukanlah dia secara baik. Jadilah istri yang sholeha untuk dia." Ibu terus nyerocos."Iya bu, iya," jawabku

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • SUAMIKU 90 CM   Perjanjian Gladak-gluduk

    SUAMIKU 90CMBab 7 : Perjanjian Gladak-gludukOh, my god. Gimana cara ngomongnya ya biar dia tidak tersinggung? bimbangku dalam hati sembari menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal."Eh, anu ... emmm ... begini, Mas, tapi jangan marah dan tersinggung ya sebelumnya!" Aku mengelap keringat dingin yang mulai mengucur di dahi."Iya, Dik. Ngomong aja, Mas gak bakalan marah dan tersinggung kok," jawab Mas Syafril dengan tersenyum.Aku menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, "supaya hubungan kita lebih teratur, Zilla udah bikin jadwal dan surat perjanjian." Aku menggigit bibir dan meliriknya sekilas."Maksudnya?" Dia mengerutkan dahi."Coba baca surat perjanjian dan jadwalnya saja dulu Mas, hehee .... " aku mengulurkan kertas itu."Oh, jadwal 'gladak-gluduk'. Terserah Dik Zilla, Mas oke-oke saja," jawabnya terlihat agak kecewa tapi masih mencoba tersenyum."Maaf ya, Mas." Aku menundukkan kepala."Tidak apa-apa, Mas bisa mengerti. Jadi jadwalnya setiap tanggal 15 Mas baru bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • SUAMIKU 90 CM   Jamu Sehat

    SUAMIKU 90CMBab 8 : Jamu Sehat"Bunda senang sekali bisa berkumpul dengan anak-anak dan para menantu serta cucu-cucu. Selamat datang di rumah Bunda, nnak Zilla." Ibu mertua tak henti-hentinya tersenyum ke arahku."Iya, Bunda," jawabku sambil meringis mencoba tersenyum."Harap maklum saja kalau semua perabot di rumah ini serba mini, Nak Zilla." Ayah mertua terkesan tidak enak hati melihatku kesusahan dengan kaki panjang duduk di kursi mini milik mereka sehingga lutut ini hampir menyentuh dagu."Iya, Ayah. Tidak apa, saya sudah mulai terbiasa." Aku menelan ludah.Mereka semua kemudian mengobrol sambil menikmati makanan ringan yang disuguhkan oleh adik bungsu Mas Syafril. Namanya Safitri, tubuhnya juga mungil. Hanya dia saja yang belum menikah.Aku hanya mendengarkan obrolan mereka saja tanpa nimbrung sedikit pun, hanya sesekali ikut tersenyum seolah mengerti."Bunda senang sekali, Nak Zilla mau diajak Syafril ke sini," ucap bunda yang duduk di sampingku."Iya, Bunda." Aku menjawabku se

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • SUAMIKU 90 CM   Kebobolan

    Suamiku 90cmBab 9 : Kebobolan"Assalammualaikum, Zil. Udah di minum belum jamunya?""Belum, Bu." Kak Metha menunjukkan botol jamu ke arah ponsel."Buruan di minum, Zil!" perintah Ibu dengan wajah cerewetnya."Iya, Bu, iya." Aku mengambil botol jamu dari tangan kak Metha dan segera meminumnya sampai habis."Woek .... " aku menjulurkan lidah karena menahan rasa pahit."Nah, bagus. Insyallah kamu akan segera hamil, Zil. Pokoknya tetap usaha, Ibu gak mau tahu. Tahun ini kamu harus kasih Ibu cucu!""Iya, Bu, iya.""Ibu takutnya kamu udah gak bisa hamil, Zil. Maklum, umurmu tahun depan kan udah 35. Makanya kamu harus ikhtiar juga dengan minum jamu itu. Anak teman Ibu udah berhasil hamil loh, padahal umurnya sudah 40 tahun. Menikah 15 tahun.""Iya, Bu. Iya.""Jangan iya, iya saja. 'Gladak-gluduk'nya juga harus teratur. Jangan terlalu sering dan terlalu jarang." Ibu masih saja nyerocos.Kak Metha cuma cekikikan mendengar obrolanku dengan ibu."Udah deh, Bu, gak usah ngomongin masalah gituan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • SUAMIKU 90 CM   100% Benci

    Suamiku 90cmBab 10 : 100% BenciAku masuk ke rumah ibu dan langsung menuju kamar. Kurebahkan tubuh di atas ranjang dan memejamkan mata. Rasanya pengen liburan ke mana gitu, yang jauh dan tidak ada yang mengganggu. Tiga bulan menikah dengan pria kecil itu membuat hidupku menjadi tertekan. Aku semakin membenci dia, 100% benci. Benar-benar benci.Kok pahit gini sih hidupku? Pikiran menerawang sambil menatap langit-langit kamar.Kutarik napas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Aku harus bisa bercerai dengan Mas Syafril, aku tidak bisa selamanya hidup bersama orang yang membuatku jengah.Satu jam berusaha memejamkan mata dan mencoba tidur, tapi kerongkongan malah terasa dehidrasi. Aku keluar dari kamar dan menuju dapur."Tadi waktu di pasar, Metha ketemu Wildan," ucap kak Metha kepada Ibu yang berada di depannya."Ah, si bajingan itu. Lalu?" Ibu nampak geram mendengar namanya."Tapi dia pura-pura nggak kenal gitu, ya udah ... Metha juga biasa saja.""Sama siapa dia?""Sama istrinya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08

Bab terbaru

  • SUAMIKU 90 CM   I Love You

    Suamiku 90cmBab 35 : I Love YouBeberapa bulan kemudian, aku sudah masuk kantor setiap harinya. Suasana kantor mulai membaik, gosip tentang putri salju yang menikahi seorang kurcaci tak lagi terdengar. Heru si pebinor tak lagi terlihat."Heru dipecat Pak Alfin, Zil." Ucap Mona."Masa' sih? Kenapa?" tanyaku ketularan kepo dua ratu gosip si Mona dan si Ellis."Dia tertangkap tangan menggelapkan duit proyek." Ellis yang menjawab pertanyaanku.Bibirku hanya membentuk hurup 'O' mendengar cerita Ellis, "trus?""Dan akhirnya dia pulang kampung deh. Kan habis diceraikan istrinya dia gak punya apa-apa lagi." Ucap Mona."Jadi gembel deh, dia ... Haha" Ellis tertawa sambil menutupi bibir dowernya."Kasian, ya ... "ucapku agak iba juga mendengar cerita tentang nasib si Heru."Ih, orang kayak gitu gak pantas dikasiani.""Itu hukuman yang pantas untuk 'Pebinor dan Koruptor' kayak cecunguk Heru." Mona terkekeh.Aku ikut tertawa juga mendengar ocehan dua temanku ini, ada benarnya juga sih kata-kata

  • SUAMIKU 90 CM   Ulah Silvia dan Lidia

    Suamiku 90cmBab 34 : Ulah Silvia dan LidiaPaginya, ketika membuka mata kudapati mas Syafril sedang duduk di pinggir tempat tidur dan memperhatikan kami. Entah sejak dari kapan ia berada di sini."Dik, kok tidur di sini? Masih marah ya sama mas?" ucapnya pelan.Aku hanya diam dan kemudian beranjak menuju kamar mandi. Dan ketika membuka pintu kamar mandi hendak melangkah keluar, dia si pria kecil sedang berdiri di depanku.Oh, my god. Apalagi mau pria kecil ini? Aku menatapnya galak."Dik, jangan marah terus dong." Dia menarik ujung bajuku."Dik, senyum dong. Mas janji gak akan membandingkan dik Zilla dengan si .... lagi ... " ucapnya."Benaran janji? Asal mas tahu ya, Zilla paling tidak suka kalau dibandingkan dengan siapa pun. Zilla ya, Zilla. Angel ya, Angel. Kalau suka sama Angel, berarti ceraikan Zilla. Zilla, ya seperti ini adanya. Kalau gak bisa menerima, ya sudah. Akhiri saja semua ini." Ucapku."Iya, dik. Iya. Mas janji gak akan mengulanginya lagi." Mas Syafril mencium punggu

  • SUAMIKU 90 CM   Pembalasan Untuk Heru

    Suamiku 90cmBab 33 : Pembalasan Untuk HeruMalamnya, Mona dan Ellis menjemputku di rumah."Mau ke mana, Dik?" tanya mas Syafril kepadaku yang sudah berdandan rapi dan menghampiri Ellis dan Mona di ruang tamu."Mas Syafril, kita mau izin ajak Zilla pergi. Ada undangan selamatan teman kantor. Boleh kan, mas?" Mona yang menjawab pertanyaan si pria kecil."Oh, begitu. Ya sudah, hati-hati. Pulangnya jangan terlalu malam, ya!" ucap mas Syafril.Aku hanya menatapnya sekilas, masih ada sedikit kemarahanku padanya karena pertengkaran kecil tadi pagi.Kami bertiga pun berangkat menuju hotel tempat perjanjian dengan Heru. Di parkiran, seorang wanita dengan pakaian serba hitam sudah menunggu kami.Aku segera mengirim sebuah pesan Wa kepada Heru.[Aku akan mengenakan pakaian serba hitam + cadar hitam juga. Aku tidak mau ada yang mengenali diriku, tidak apa-apakan?][Oke, sayang. Tidak apa-apa. Langsung ke kamar 103 ya, aku tunggu!]Aku memperlihatkan pesan Wa kepada wanita berpakaian serba hitam

  • SUAMIKU 90 CM   Badai

    Suamiku 90cmBab 31 : BadaiDua hari ini pantatku bekas suntikan KB masih terasa sakit, apalagi kemaren malam mas Syafril habis ambil jatah. Aku terduduk lesu di depan cermin kamar sambil menyisir rambut yang basah sehabis mandi keramas tadi pagi. Taklama kemudian ponselku diatas tempata tidur berbunyi, tanda ada beberapa pesab Wa yang masuk. Segera kuraih dan membuka isi pesan itu.By. Mona[Zil, di kantor lagi heboh. Heru menyebarkan fotomu bersama mas Syafril.]Aku melompat kaget dari tempat tidur. Oh, my god. Aku belum siap dengan kenyataan ini, bagaimana? Langsung kubalas pesan Mona.[Kok bisa?] balasku.[Aku juga tidak tahu, tahu-tahu tadi pagi si Heru sudah meletakkan foto pernikahan kalian. Sontak, semua teman-teman kantor jadi heboh. Aku dan Ellis yang menjadi todongan pertanyaan mereka.][Terus kalian bilang apa?][Ya, kami dian saja. Takut salah bicara.][Oh, ya sudah. Besok aku ke kantor, makasih infonya mon.][Bukannya kamu masih cuti, Zil?][Iya, emang. Aku gak tahan den

  • SUAMIKU 90 CM   Suntik KB

    Suamiku 90cmBab 31: Suntik KBSampai malam, ART dan Baby Sister yang dipesan belum juga muncul. Aku sudah keluh kesah cemas, takut si baby Kim ngajak begadang malam ini. Oh, my god. Jadi mami itu berat, aku harus kuat."Dik Zilla tidur saja, biar mas yang jaga baby Kim," ucap mas Syafril ketika si baby bangun jam 01.00 malam dan gak mau dibobokan lagi."Okelah, Mas," jawabku lemas.Ketika merebahkan diri di ranjang, aku langsung terlelap tak sadarkan diri lagi. Dan ketika tersadar, saat mendengar tangisan si baby Kim. Aku langsung beranjak turun dari ranjang dan menuju box tempat tidur baby Kim.Oh, my god. Pantas saja si baby Kim menangis, botol susunya dimulut si papi yang tertidur duduk di samping box."Mas, mas ... Bangun! Gak sadar apa si Kim nangis dari tadi?" Aku mulai dongkol melihat kelakuan si pria kecil."Eh, iya Dik." Dia langsung terbangun dengan botol susu tersumpal dimulutnya dan sambil memegangi itu botol."Mas, pantas saja si Kim nangis. Susunya dia, papi yang minum.

  • SUAMIKU 90 CM   Memperkenalkannya

    Suamiku 90cmBab 30 : MemperkenalkannyaDari rumah sakit, kami langsung menuju ke rumah mas Syafril. Dengan rombongan 3 buah mobil. Mobil pertama berisi keluarga mas Syafril, mobil kedua ada bang Fradit beserta kak Metha juga Farah dan mobil yang ketiga ada kami. Aku duduk bersampingan dengan Ibu yang sedang memangku si baby Kim. Mas Syafril duduk di samping Pak Sugeng yang sedang mengemudi.Sesampainya di rumah, lagi-lagi si baby Kim menjadi rebutan semua orang. Terutama orangtua mas Syafril dan adik beradiknya. Mereka berebutan mengajak bicara bayi yang baru saja lahir itu. Aku hanya cekikikan dalam hati. Apalagi kak Metha, dia selalu menutup mulut untuk menyembunyikan tawanya.Sore harinya, hanya tinggal Ibu saja yang masih tinggal di rumah kami. Semuanya sudah pulang."Akhirnya bisa istirahat dengan tenang juga." Aku memejamkan mata."Kok ngomongnya gitu?" Ibu yang sedang mengganti popok si baby Kim menoleh ke arahku.Aku tersenyum kecut, "Emangnya tadi Ibu gak lihat apa, para ku

  • SUAMIKU 90 CM   Baby Kim

    Suamiku 90cm Bab 29 : Baby Kim Aku menatap bengong bayi laki-laki yang ada di dalam pangkuan sekarang. Apa benar ini bayiku? Bayi yang kukandung dan kubawa ke mana-mana selama sembilan bulan itu. "Anak kita tampan sekali ya, Dik." Mas Syafril duduk di pinggir ranjang dengan kaki terjuntai di kursi. Aku menatap Mas Syafril sejenak kemudian mengalihkan pandangan ke bayiku, sedikit pun gak ada mirip Mas Syafril. Alhamdulillah anakku normal dan ganteng. Matanya sipit, hidung mancung dan berkulit putih. Mirip 'Kim Soo Hyun'. Aku terkekeh tersenyum puas. "Terimakasih, Zilla. Sudah memberikan cucu yang begitu tampan kepada bunda," ujar mertuaku dengan senyum yang sumringah. "Dia pasti tinggi seperti Zilla, Bun." Ayah mertua tak kalah bahagianya. Hanya Silvia dan Lidia yang tampak tidak senang dengan kelahiran putraku, mereka sibuk berbisik-bisik. "Mau dikasih nama siapa, Fril? Atau ayah saja yang kasih nama?" ayah mertua menatap sang cucu dengan takjubnya. "Syafril udah siapkan nama,

  • SUAMIKU 90 CM   Keluar Tanda

    Suamiku 90cmBab 28 :Keluar Tanda"Kenapa gak bilang dari tadi, Zil? Sepertinya kamu akan segera melahirkan." Ibu mulai mengemasi perlengkapan untuk sang jabang bayi, memasukkannya ke dalam tas."Segera telepon Syafril, Metha!" perintah Ibu."Ayo, kita harus segera ke rumah sakit!" Bang Fraditya masuk ke kamarku."Nanti sajalah ke rumah sakitnya, Zilla mau bawa tidur saja dulu." Aku menarik selimut dan memejamkan mata.""Duh, nih anak. Udah mau melahirkan masih santai-santai saja!" omel abangku terdengar kesal."Ayo, Zilla! Kita ke rumah sakit sekarang." Ibu menggoyang punggungku."Apa dokternya gak bisa dipanggil ke sini saja, Bu?" aku membuka sedikit mata."Ya elah, mana bisa begitu. Biar diperiksa dulu sama dokter," ucap Ibu lembut."Zilla gak mau ke rumah sakit." Aku merengek seperti anak kecil"Kalau mau melahirkan di rumah, panggil dukun beranak saja!" nada suara abangku terdengar makin kesal.Sumpah, aku takut sekali menjelang masa persalinan ini. Apalagi sudah melihat video-vi

  • SUAMIKU 90 CM   Pulang

    Suamiku 90cmBab 27 : PulangKeesokan harinya, aku sedang berbaring di kursi pantai sambil mendengarkan musik di telinga. Memejamkan mata sembari menghirup udara segar."Hey, Zil." Terdengar suara Wildan di sampingku.Yeah, Wildan lagi. Aku membuka mata dan menatapnya jengah. Mau apa lagi dia? Bukankah urusanku dengannya sudah kelar?"Kamu belum pulang, Zil?""Belum, kenapa emang?""Barangkali aja mau bareng .... ""Hemm, kamu duluan aja pulangnya. Aku masih betah liburan di sini.""Emang mau berapa lama liburannya?""Yeah, sampai melahirkan," jawabku asal saja."Zil .... ""Ada apa lagi, Wildan?" aku memiringkan tubuh dan kemudian duduk. Membuka kacamata hitamku dan menatapnya."Suamimu itu yang .... " dia menatapku serius."Kenapa emangnya dengan suamiku? Udah deh ... jangan terlalu kepo!" aku menatapnya garang."Jujur deh, Zil. Suamimu itu yang tubuhnya kecil itu, kan?" dia menyipitkan sebelah mata."Apa sih urusan kamu? Bukannya urusan kita kemaren udah kelar. Terus sekarang apa l

DMCA.com Protection Status