Suamiku 90cmBab 16 : Wildan"Jangan ikut campur urusanku, awas kamu ya!" teriak Heru geram dan berdiri dengan tubuhnya yang sempoyongan."Tapi aku tidak akan membiarkan kamu melakukan kejahatan di sini," ucap pria itu. Sepertinya aku tidak asing dengan suara pria ini."Ini Hotel milikku, jadi kamu jangan ikut campur!""Tapi hotel ini juga milik kakakmu, istriku. Apa kamu lupa itu?"Oh, jadi pria ini abang iparnya Heru. Sebaiknya aku segera pergi. Dengan cepat aku berlari menuruni tangga dan menuju lantai dasar. Tapi seseorang mengejarku dari belakang dan kini ia berdiri tepat di hadapanku."Maafkan kelakuan adik ipar saya," ujarnya.Deggggg....jantung hampir mau copot melihat pria yang sedang berdiri di hadapanku sekarang. Orang yang tidak ingin kulihat lagi seumur hidup."Wildan .... " batinku."Zilla .... " dia menatapku agak kaget.Tanpa berkata apa pun, aku segera berlari melewati tubuh tinggi itu menuju pintu keluar. Lalu naik ke mobil dan menyuruh pak Sugeng untuk segera tancap
Suamiku 90cmBab 17 : Bawaan Hamil"Zilla gak ke kantor, Mas. Jadi, duluan saja berangkat kerjanya," ucapku sembari berbaring membelakanginya yang berdiri di samping tempat tidur."Iya, Dik. Cuma Mas bimbang juga mau meninggalkan Dik Zilla sendirian di rumah.""Gak apa kok, Mas.""Gimana kalau Mas telpon Ibu saja? biar bisa menemani dik Zilla," usulnya."Boleh juga, mas." Aku setuju dan kemudian memejamkan mata.Dan tiba-tiba rasa mual itu kembali lagi, dengan cepat aku segera berlari menuju kamar mandi."Sebentar lagi Ibu datang ke sini, Dik." Suara Mas Syafril terdengar samar-samar dan kemudian meninjauku di kamar mandi."Aduh, Dik. Kasian sekali kamu," ucapnya prihatin dan hanya berdiri saja di belakang, kemudian menyentuh pinggangku.Ya elah, inilah resiko punya suami kecil. Aku berharap disaat seperti ini akan ada suami yang memijit pundak untuk meredakan mualku seperti disinetron-sinetron. Ini mah boro-boro bisa mijit, gak sampai atuh tangannya ke pundak. Tangannya cuma sampai p
Suamiku 90cmBab 18 : Air Doa"Matamu harus dicuci pakai air tolak bala, Zil! Karena sudah kepergok ngeliat si bajingan itu." Ibu berbisik ditelingaku."Gak usah segitunya, Bu. Biasa sajalah," jawabku berusaha santai, sebenarnya masih berdebar."Tidur di rumah Ibu saja malam ini, biar nanti minta bacakan air doa selamat dengan abangmu, ya," bisiknya lagi."Terserah Ibu sajalah." Aku melipat tangan di dada dan memejamkan sedikit mata. Malas membantah omongan Ibu, karena urusannya akan panjang lebar."Syafril, hari ini Zilla pulang ke rumah Ibu saja dulu ya? Biar Ibu bisa ngurusin dia, gimana menurut kamu?" ucap Ibu kepada Mas Syafril yang duduk di samping Pak Sugeng yang sedang mengemudikan mobil kami."Boleh, Bu. Syafril setuju, mana baiknya sajalah. Jadi sekarang kita langsung ke rumah Ibu nih?" tanya Mas Syafril."Iya, Fril. Syukur kalau kamu memberi izin Zilla nginap di rumah Ibu. Makasih ya, Nak.""Iya, Bu," jawab mas Syafril dengan memamerkan senyum jeleknya. Oh, my god. Aku benc
Suamiku 90cmBab 19 : CurigaTiga menit kemudian, Mas Syafril datang dengan membawa pesananku."Ini, Dik, ayo di makan." Dia tersenyum lebar sembari menghidangkan sate kerang yang terlihat begitu menggoda selera.Dari aroma wangi baunya saja, air liurku serasa mau tumpah. Segera saja ku santap, satu per satu tusuk sudah berpindah ke dalam perut."Gimana, Dik? Enak?" dia tersenyum menatapku."Enak, Mas," jawabku senang.Beberapa saat kemudian, semua tusuknya sudah bersih. Aku terbaring kekenyangan sambil mengelus perut."Ya sudah kalau gitu, Mas simpan ke dapur dulu piringnya," ujarnya sembari mengambil ponsel dan membawa piring kotor bekas sate kerang ke dapur.***Dengan malas aku berjalan menuju kamar dan kemudian memejamkan mata. Tapi kulirik ke samping, Mas Syafril masih sibuk dengan ponselnya dan sesekali tersenyun sendiri.Hemmm, awas saja kalau kamu sampai selingkuh, Mas! Udah kecil, hitam, jelek dan kalau kamu juga buaya darat. Kusedekahkan bulat-bulat kamu kepada pelakor itu,
Suamiku 90cmBab 20 : Bertemu Mantan"Okelah, Pak," jawabku setuju sambil membayangkan asyiknya pergi liburan."Bagus, ini berkas untuk besok. Pelajari baik-baik, jangan kecewakan saya!" dia memberikan setumpuk berkas di hadapanku."Insyallah, pak Alfin. Kalau begitu saya permisi."Pak Alfin hanya menjawab dengan anggukan kepala. Aku keluar dari ruangannya dan duduk kembali di meja kerja. Si Heru memperhatikanku dari mejanya yang terpisah empat meja dengan karyawan lain.Ah, si Heru alias Pebinor itu pasti mengiranya aku melaporkan kelakuannya kepada bos. Huh, gak lah, aku gak sepicik itu. Aku masih punya rasa kasihan dan lagi pula rahasiaku di dia harus tetap aman sampai aku siap mempublikasikan si pria kecil, itu pun kalau sudah kepepet nanti.***Malamnya, langsung kupelajari berkas untuk rapat besok. Hemmm, semoga saja 'Si Kim' gak bikin repot besok ya. Aku mengelus perut. Oh iya, sejak pulang dari kantor tadi sore aku belum melihat Mas Syafril. Ke mana dia? Ah, biar sajalah. Biar
Suamiku 90cmBab 21 : JengkelDengan tak bersemangat aku duduk di depan meja kerja, pikiran melayang ke mana-mana. Jengkel sekali rasanya hati ini."Zil, dipanggil Pak Alfin ke ruangannya," ujar Stefany si sekretaris bos."Oh, iya. Oke." Aku segera melangkah masuk ke ruangan setelah mengetuk pintu terlebih dahulu."Ayo, Zilla, silakan duduk!" Pak Alfin menyambutku dengan senyum hangat."Iya, Pak." Aku duduk di depannya dengan tampang letih."Ini, Zil." Dia meletakkan amplop cokelat di depanku. "Sesuai janji saya kemaren, itu bonus untuk kamu.""Hemm, makasih, Pak." Aku meraih amplop tebal itu. Mungkin 10juta kali isinya, asik. Senyumku mulai terkembang."Terus cuti sebulannya, gimana, Pak? Jadi,kan?" aku menatapnya penuh harap."Emang kamu mau ke mana sih, Zil? Pakai mau ambil cuti sebulan segala?""Kan, Pak Alfin yang nawarin, saya maulah. Lumayan bisa liburan ke Bali rencananya. Heheee .... " ucapku bersemangat."Kamu kan lagi hamil dan sedang masa ngidam. Emang bisa bepergian jauh
Suamiku 90cmBab 22 : Dua KurcaciKeesokan harinya, aku sengaja ingin berangkat agak siang saja ke kantornya. Karena tadi malam sudah lembur mengerjakan proyek si mantan sialan itu. Tapi baru sebagian saja, sisanya besok-besok lagi. Ngapain juga sih maunya harus aku yang mendesain? Bikin acara liburan batal saja. Dari dulu sampai sekarang selalu senang bikin orang susah. Kusumpahi cepat botak kami, ckckckck. Aku ngedumel kesal sambil menonton film kartun di tv.Taklama berselang, terdengar ada suara mobil yang datang. Ah, mungkin Pak Sugeng balik mengantar Mas Syafril. Tapi kemudian terdengar suara pintu diketuk."Siapa sih yang bertamu pagi-pagi begini?" omelku kesal sembari beranjak menuju pintu depan."Assalammualaikum.""Waalaikumsalam." Ternyata dua orang adik iparnya Mas Syafril yang datang. Silvia dan Lidia."Ayo, masuk mbak!" aku tersenyun ramah pada mereka."Di sini sajalah, Zil," ucap Silvia yang dandanannya agak norak menurutku. Perhiasannya bergelantungan, gak takut di ram
Suamiku 90cmBab 23 : Foto dari Masa LaluAku kembali ke meja kerja dan Heru menatapku dari mejanya. Hemm, abang ipar sama adik ipar sama-sama kelewat waras. Aku menatapnya berang, berani kamu nyamperin aku ke sini. Pokoknya kuhajar, habisnya lagi pengen makan orang nih."Heh, ada apa sih? Kok sadis gitu tampangnya?" Ellis menghampiriku."Yang tadi itu ... klien baru kita, ya? Yang ingin membangun 'Perumahan Mewah' kan?" tanya Ellis lagi karena pertanyaan pertamanya kuabaikan."Iya, sumpah ... Nyebelin banget tuh orang," omelku kesal."Emang dia ngapain kamu, Zil?""Gak diapa-apain sih. Tanda tangan kontrak baru kemaren, tapi hari sudah datang minta desainnya. Kan sinting tuh orang?" aku mulai berapi-api lagi."Duh, Zil. Cup, cup ... Bumil dilarang marah-marah terus. Nih, diademin dulu tuh hati!" Mona menyodorkan teh botol dingin ke tanganku."Ya sudah, Zil. Tarik napas dari hidung, hembuskan dari mulut," ucap Ellis sambil memperagakan sistem pernapasan diafragma.Aku pun mengikuti ar
Suamiku 90cmBab 35 : I Love YouBeberapa bulan kemudian, aku sudah masuk kantor setiap harinya. Suasana kantor mulai membaik, gosip tentang putri salju yang menikahi seorang kurcaci tak lagi terdengar. Heru si pebinor tak lagi terlihat."Heru dipecat Pak Alfin, Zil." Ucap Mona."Masa' sih? Kenapa?" tanyaku ketularan kepo dua ratu gosip si Mona dan si Ellis."Dia tertangkap tangan menggelapkan duit proyek." Ellis yang menjawab pertanyaanku.Bibirku hanya membentuk hurup 'O' mendengar cerita Ellis, "trus?""Dan akhirnya dia pulang kampung deh. Kan habis diceraikan istrinya dia gak punya apa-apa lagi." Ucap Mona."Jadi gembel deh, dia ... Haha" Ellis tertawa sambil menutupi bibir dowernya."Kasian, ya ... "ucapku agak iba juga mendengar cerita tentang nasib si Heru."Ih, orang kayak gitu gak pantas dikasiani.""Itu hukuman yang pantas untuk 'Pebinor dan Koruptor' kayak cecunguk Heru." Mona terkekeh.Aku ikut tertawa juga mendengar ocehan dua temanku ini, ada benarnya juga sih kata-kata
Suamiku 90cmBab 34 : Ulah Silvia dan LidiaPaginya, ketika membuka mata kudapati mas Syafril sedang duduk di pinggir tempat tidur dan memperhatikan kami. Entah sejak dari kapan ia berada di sini."Dik, kok tidur di sini? Masih marah ya sama mas?" ucapnya pelan.Aku hanya diam dan kemudian beranjak menuju kamar mandi. Dan ketika membuka pintu kamar mandi hendak melangkah keluar, dia si pria kecil sedang berdiri di depanku.Oh, my god. Apalagi mau pria kecil ini? Aku menatapnya galak."Dik, jangan marah terus dong." Dia menarik ujung bajuku."Dik, senyum dong. Mas janji gak akan membandingkan dik Zilla dengan si .... lagi ... " ucapnya."Benaran janji? Asal mas tahu ya, Zilla paling tidak suka kalau dibandingkan dengan siapa pun. Zilla ya, Zilla. Angel ya, Angel. Kalau suka sama Angel, berarti ceraikan Zilla. Zilla, ya seperti ini adanya. Kalau gak bisa menerima, ya sudah. Akhiri saja semua ini." Ucapku."Iya, dik. Iya. Mas janji gak akan mengulanginya lagi." Mas Syafril mencium punggu
Suamiku 90cmBab 33 : Pembalasan Untuk HeruMalamnya, Mona dan Ellis menjemputku di rumah."Mau ke mana, Dik?" tanya mas Syafril kepadaku yang sudah berdandan rapi dan menghampiri Ellis dan Mona di ruang tamu."Mas Syafril, kita mau izin ajak Zilla pergi. Ada undangan selamatan teman kantor. Boleh kan, mas?" Mona yang menjawab pertanyaan si pria kecil."Oh, begitu. Ya sudah, hati-hati. Pulangnya jangan terlalu malam, ya!" ucap mas Syafril.Aku hanya menatapnya sekilas, masih ada sedikit kemarahanku padanya karena pertengkaran kecil tadi pagi.Kami bertiga pun berangkat menuju hotel tempat perjanjian dengan Heru. Di parkiran, seorang wanita dengan pakaian serba hitam sudah menunggu kami.Aku segera mengirim sebuah pesan Wa kepada Heru.[Aku akan mengenakan pakaian serba hitam + cadar hitam juga. Aku tidak mau ada yang mengenali diriku, tidak apa-apakan?][Oke, sayang. Tidak apa-apa. Langsung ke kamar 103 ya, aku tunggu!]Aku memperlihatkan pesan Wa kepada wanita berpakaian serba hitam
Suamiku 90cmBab 31 : BadaiDua hari ini pantatku bekas suntikan KB masih terasa sakit, apalagi kemaren malam mas Syafril habis ambil jatah. Aku terduduk lesu di depan cermin kamar sambil menyisir rambut yang basah sehabis mandi keramas tadi pagi. Taklama kemudian ponselku diatas tempata tidur berbunyi, tanda ada beberapa pesab Wa yang masuk. Segera kuraih dan membuka isi pesan itu.By. Mona[Zil, di kantor lagi heboh. Heru menyebarkan fotomu bersama mas Syafril.]Aku melompat kaget dari tempat tidur. Oh, my god. Aku belum siap dengan kenyataan ini, bagaimana? Langsung kubalas pesan Mona.[Kok bisa?] balasku.[Aku juga tidak tahu, tahu-tahu tadi pagi si Heru sudah meletakkan foto pernikahan kalian. Sontak, semua teman-teman kantor jadi heboh. Aku dan Ellis yang menjadi todongan pertanyaan mereka.][Terus kalian bilang apa?][Ya, kami dian saja. Takut salah bicara.][Oh, ya sudah. Besok aku ke kantor, makasih infonya mon.][Bukannya kamu masih cuti, Zil?][Iya, emang. Aku gak tahan den
Suamiku 90cmBab 31: Suntik KBSampai malam, ART dan Baby Sister yang dipesan belum juga muncul. Aku sudah keluh kesah cemas, takut si baby Kim ngajak begadang malam ini. Oh, my god. Jadi mami itu berat, aku harus kuat."Dik Zilla tidur saja, biar mas yang jaga baby Kim," ucap mas Syafril ketika si baby bangun jam 01.00 malam dan gak mau dibobokan lagi."Okelah, Mas," jawabku lemas.Ketika merebahkan diri di ranjang, aku langsung terlelap tak sadarkan diri lagi. Dan ketika tersadar, saat mendengar tangisan si baby Kim. Aku langsung beranjak turun dari ranjang dan menuju box tempat tidur baby Kim.Oh, my god. Pantas saja si baby Kim menangis, botol susunya dimulut si papi yang tertidur duduk di samping box."Mas, mas ... Bangun! Gak sadar apa si Kim nangis dari tadi?" Aku mulai dongkol melihat kelakuan si pria kecil."Eh, iya Dik." Dia langsung terbangun dengan botol susu tersumpal dimulutnya dan sambil memegangi itu botol."Mas, pantas saja si Kim nangis. Susunya dia, papi yang minum.
Suamiku 90cmBab 30 : MemperkenalkannyaDari rumah sakit, kami langsung menuju ke rumah mas Syafril. Dengan rombongan 3 buah mobil. Mobil pertama berisi keluarga mas Syafril, mobil kedua ada bang Fradit beserta kak Metha juga Farah dan mobil yang ketiga ada kami. Aku duduk bersampingan dengan Ibu yang sedang memangku si baby Kim. Mas Syafril duduk di samping Pak Sugeng yang sedang mengemudi.Sesampainya di rumah, lagi-lagi si baby Kim menjadi rebutan semua orang. Terutama orangtua mas Syafril dan adik beradiknya. Mereka berebutan mengajak bicara bayi yang baru saja lahir itu. Aku hanya cekikikan dalam hati. Apalagi kak Metha, dia selalu menutup mulut untuk menyembunyikan tawanya.Sore harinya, hanya tinggal Ibu saja yang masih tinggal di rumah kami. Semuanya sudah pulang."Akhirnya bisa istirahat dengan tenang juga." Aku memejamkan mata."Kok ngomongnya gitu?" Ibu yang sedang mengganti popok si baby Kim menoleh ke arahku.Aku tersenyum kecut, "Emangnya tadi Ibu gak lihat apa, para ku
Suamiku 90cm Bab 29 : Baby Kim Aku menatap bengong bayi laki-laki yang ada di dalam pangkuan sekarang. Apa benar ini bayiku? Bayi yang kukandung dan kubawa ke mana-mana selama sembilan bulan itu. "Anak kita tampan sekali ya, Dik." Mas Syafril duduk di pinggir ranjang dengan kaki terjuntai di kursi. Aku menatap Mas Syafril sejenak kemudian mengalihkan pandangan ke bayiku, sedikit pun gak ada mirip Mas Syafril. Alhamdulillah anakku normal dan ganteng. Matanya sipit, hidung mancung dan berkulit putih. Mirip 'Kim Soo Hyun'. Aku terkekeh tersenyum puas. "Terimakasih, Zilla. Sudah memberikan cucu yang begitu tampan kepada bunda," ujar mertuaku dengan senyum yang sumringah. "Dia pasti tinggi seperti Zilla, Bun." Ayah mertua tak kalah bahagianya. Hanya Silvia dan Lidia yang tampak tidak senang dengan kelahiran putraku, mereka sibuk berbisik-bisik. "Mau dikasih nama siapa, Fril? Atau ayah saja yang kasih nama?" ayah mertua menatap sang cucu dengan takjubnya. "Syafril udah siapkan nama,
Suamiku 90cmBab 28 :Keluar Tanda"Kenapa gak bilang dari tadi, Zil? Sepertinya kamu akan segera melahirkan." Ibu mulai mengemasi perlengkapan untuk sang jabang bayi, memasukkannya ke dalam tas."Segera telepon Syafril, Metha!" perintah Ibu."Ayo, kita harus segera ke rumah sakit!" Bang Fraditya masuk ke kamarku."Nanti sajalah ke rumah sakitnya, Zilla mau bawa tidur saja dulu." Aku menarik selimut dan memejamkan mata.""Duh, nih anak. Udah mau melahirkan masih santai-santai saja!" omel abangku terdengar kesal."Ayo, Zilla! Kita ke rumah sakit sekarang." Ibu menggoyang punggungku."Apa dokternya gak bisa dipanggil ke sini saja, Bu?" aku membuka sedikit mata."Ya elah, mana bisa begitu. Biar diperiksa dulu sama dokter," ucap Ibu lembut."Zilla gak mau ke rumah sakit." Aku merengek seperti anak kecil"Kalau mau melahirkan di rumah, panggil dukun beranak saja!" nada suara abangku terdengar makin kesal.Sumpah, aku takut sekali menjelang masa persalinan ini. Apalagi sudah melihat video-vi
Suamiku 90cmBab 27 : PulangKeesokan harinya, aku sedang berbaring di kursi pantai sambil mendengarkan musik di telinga. Memejamkan mata sembari menghirup udara segar."Hey, Zil." Terdengar suara Wildan di sampingku.Yeah, Wildan lagi. Aku membuka mata dan menatapnya jengah. Mau apa lagi dia? Bukankah urusanku dengannya sudah kelar?"Kamu belum pulang, Zil?""Belum, kenapa emang?""Barangkali aja mau bareng .... ""Hemm, kamu duluan aja pulangnya. Aku masih betah liburan di sini.""Emang mau berapa lama liburannya?""Yeah, sampai melahirkan," jawabku asal saja."Zil .... ""Ada apa lagi, Wildan?" aku memiringkan tubuh dan kemudian duduk. Membuka kacamata hitamku dan menatapnya."Suamimu itu yang .... " dia menatapku serius."Kenapa emangnya dengan suamiku? Udah deh ... jangan terlalu kepo!" aku menatapnya garang."Jujur deh, Zil. Suamimu itu yang tubuhnya kecil itu, kan?" dia menyipitkan sebelah mata."Apa sih urusan kamu? Bukannya urusan kita kemaren udah kelar. Terus sekarang apa l