"Kau ingin memerasku?""Aku tidak minta uang darimu, Pak Kinardo, aku hanya ingin anakmu balas budi, membalas semua yang pernah aku lakukan untuknya, apakah itu terlalu berlebihan? Hitung saja berapa tahun Kenriki berada di luar negeri, dan berapa tahun Anda tidak bisa memberikan dana untuk pendidikannya? Itulah jasaku, Pak! Anda tidak boleh menutup mata untuk hal itu!""Tapi, Kenriki bekerja, dia bekerja sambil kuliah, tidak menggunakan uang kamu! Kalau memang Kenriki memakai uang kamu, sebutkan berapa, berikan buktinya setelah itu aku akan menggantikannya.""Mengganti? Bagaimana cara Anda mengganti uangku? Perusahaan Anda saja sekarang sedang tidak baik kondisinya, kenapa sangat angkuh bisa mengganti? Sudahlah, aku juga tidak perlu diganti dengan uang! Aku ingin anakmu yang membalas budi, bukan diwakili olehmu!"Pak Kinardo untuk sesaat tidak bisa berkata-kata merespon apa yang diucapkan oleh Erna. Apa yang dikatakan Erna tidak sepenuhnya salah, ia berlagak angkuh bisa membayar semua
"Aku punya cara sendiri, karena aku psikiater!""Cara apa? Ingat, Fani, kalau kau bertindak sembarangan, karirmu taruhannya, kau akan mencoreng nama baikmu sendiri!"Fani tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Dokter Linda. Keinginannya yang meminta nomor ponsel Kenriki tidak bisa ia realisasikan karena Dokter Linda tidak mau memberikan, dengan perasaan dongkol, perempuan itu akhirnya keluar dari ruang dokter tersebut, dan ia masih sempat mendengar, Dokter Linda memberikan dirinya peringatan agar ia tidak bertindak gila karena akan membuat dirinya sendiri terbelit masalah pada akhirnya, dan Fani hanya mengiyakan tanpa berniat benar-benar mengiyakan lantaran perempuan itu terlanjur penasaran.Sementara itu, Dewa yang sudah mendapatkan kabar dari Kenriki dan Laura bahwa keduanya sudah sampai di rumah yang direkomendasikan oleh Dewa menghubungi Ari, karena ia merasa Ari seperti tahu dengan apa yang terjadi dengan Kenriki saat di luar negeri, dan ia ingin memecahkan misteri ten
"Salah satu istri pejabat penting di luar negeri itu bilang kalo mereka itu pacaran.""Kau mendengar sendiri hal itu?""Gue kenal, makanya gue tau.""Kau kenal? Jadi kau bisa menghadirkan orang itu untuk menjadi saksi?""Kagak mungkin.""Apa?""Ya, kagak mungkin dia mau jadi saksi karena ya, itu pasti bikin nama baik dia rusak.""Dia tidak mau nama baiknya rusak, tapi dia merusak nama baik orang lain.""Itu karena Kenriki perlu uang, kan? Mereka saling menguntungkan, apa yang harus dibahas lagi setelah itu?""Masalahnya mental orang rusak, Ari, apa kau tidak paham juga untuk masalah itu?""Setiap apa yang kita putuskan itu ada risikonya, jadi gue yakin sebelum melakukan itu juga Kenriki tau risikonya.""Ah, aku sudah bicara panjang lebar, tapi kau tidak paham juga apa yang jadi maksudku, kau payah sekali.""Bukan macam itu, gue paham maksud lu, tapi yang jadi pertanyaan gue, masa gue harus bawa itu nyonya ke elo, malas amat gue, jauh cuy, luar negeri, gue punya uang pun malas bawa dia
"Ada apa?" tanya Ari karena wajah Dewa terlihat aneh di matanya."Kenriki bilang, Erna mengancam ayahnya, kalau dalam jangka waktu 5 hari, Kenriki tidak kembali ke rumah, lalu bersedia menikah dengan Erna, maka kejadian di luar negeri itu akan disebarkan oleh Erna, kau tahu risikonya apa bagi ayah Kenriki? Perusahaannya pasti akan hancur berantakan.""Heeem, terus?""Ayolah, kau tidak mau membantu dia menyelesaikan masalah ini? Hanya kamu saksi kunci itu, Ari, kau tidak boleh diam saja ketika ada seseorang ditindas seperti itu."Ari menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Dewa. Pria yang biasanya bawel dan banyak bicara itu sekarang berubah menjadi kalem dan terlihat sulit untuk ditebak isi hatinya.Sampai kemudian...."Gue pamit dulu, maaf, untuk apa yang lu mau, gue jadi saksi Kenriki, gue tetap bilang kagak bisa, tapi kalo lu mau tau siapa orang yang merencanakan itu semua, ya emang seperti yang gue bilang di awal, Erna itu adalah dalangnya, dan gue bilang mereka
"Kenapa? Tidak mau? Tidak masalah, aku juga tidak akan repot dengan permintaan dan tugas kamu yang banyak itu."Lyoudra mengepalkan telapak tangannya, ingin memaki tapi tidak bisa karena apa yang dikatakan oleh Combro memang tidak bisa ia sangkal sebab apa yang diinginkannya di luar dari target Combro dan bosnya, tentu saja Lyoudra tidak mampu untuk membantah meskipun ia sebal juga karena merasa diperas oleh Combro.Akan tetapi, jika ia sendirian untuk mengurus semua orang yang menjadi penghalangnya dalam menjerat Kenriki, Lyoudra merasa tidak sanggup juga, karena itulah, perempuan itu akhirnya mau tidak mau menuruti apa yang diinginkan oleh Combro meskipun setengah hati.Mereka berpisah setelah mencapai kesepakatan. Baik Combro maupun Lyoudra sama-sama sudah berpikir harus melakukan apa yang sudah mereka rencanakan.Di waktu yang sama, Kenriki dan Laura yang sekarang tidak lagi berada di kota Samarinda sedikit mulai beradaptasi dengan tempat baru mereka.Sebenarnya, rumah milik Dewa
Kenriki mengarahkan pandangannya pada sang isteri ketika Laura melontarkan pertanyaan seperti itu padanya.Wajahnya terlihat suram, dan Laura semakin dibuat penasaran dengan ekspresi wajah suaminya tersebut."Ngomong aja, aku janji enggak akan menyalahkan siapapun meski mungkin apa yang akan kamu katakan itu akan membuat hatiku terluka."Suara Laura terdengar kembali dan genggamannya di jemari tangan sang suami semakin erat seolah menguatkan Kenriki agar bicara saja sepahit apapun hal yang ingin disampaikan."Ayahku bilang kalau kita memang tidak saling mencintai, maka kita harus mengakhiri semuanya dan aku harus menikah dengan Erna agar dia tidak lagi membuat sebuah ancaman yang bisa membuat perusahaan hancur sampai habis.""Dan menurutmu?" tanya Laura masih dengan suara perlahan, agar ia tidak menambah rasa kalut yang dialami oleh suaminya. "Aku mencintaimu, Laura, dan kau?""Aku lebih mencintai kamu, Ken, jadi artinya, ayahmu tidak ada alasan untuk meminta kita mengakhiri semuanya
"Kita pasti bisa melewati ini semua, asalkan kita saling mencintai, aku yakin, kita bisa melewati ini semua." Kenriki bungkam, ia tidak tahu apalagi yang harus ia katakan karena sekarang seluruh kata-kata di kepalanya seolah hilang lantaran otaknya sedang kacau."Kita shalat magrib dulu, biar pikiran juga tenang, kita berdoa semoga masalah yang sedang kita hadapi ada jalan keluarnya, yuk...."Laura bangkit sambil menarik satu tangan sang suami untuk ikut bangkit agar mereka bisa mengambil air wudhu, sebelum akhirnya mereka shalat magrib bersama karena adzan sudah berkumandang, terdengar dari kejauhan.Kenriki hanya menurut. Memang, tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi selain berdoa meminta pertolongan dari Tuhan, meskipun berpikir agar dapat jalan keluar pun, sekarang pikiran juga sedang buntu hingga tidak mungkin mendapatkan solusi dan jalan keluar, mungkin ada baiknya menenangkan pikiran dahulu agar tidak terlintas ingin berbuat yang tidak-tidak saat sedang stress seperti sekara
"Pak Kinardo...."Wajah Lyoudra pucat seketika melihat ayah Kenriki sudah berdiri di antara ia dan Mitha. Sementara itu, Mitha yang awalnya tidak tahu bahwa pria yang bicara seperti tadi itu siapa jadi tahu ketika mendengar Lyoudra menyebut nama laki-laki tersebut. Mitha pernah mendengar dari Laura bahwa ayah Kenriki bernama Kinardo, dan setelah melihat wajah pria di antara ia dan Lyoudra itu Mitha bisa memastikan, laki-laki berpakaian formal tersebut adalah ayah Kenriki karena wajahnya sedikit mirip dengan Kenriki."Anda ayah Kenriki Ryutama?" tanya Mitha memberanikan diri untuk memastikan.Pria yang memang ayah Kenriki itu mengalihkan pandangannya ke arah Mitha. "Ya, saya ayah Kenriki, saya datang ke sini mencari seorang wanita bernama Mithavic Himura, dia penulis yang bekerja di rumah sakit ini kalau tidak salah membantu penderita penyakit leukimia yang kesulitan untuk menerima anjuran kemoterapi dari dokter...."Pria itu bicara panjang lebar ke arah Mitha dan Mitha membungkukkan