"Ya, begitu kira-kira, karena Kenriki sedang masa pemulihan, oleh sebab itu ia tidak boleh tertekan dan merasa terancam, kau harus patuh untuk aturan itu Lyoudra, jangan menambah masalah lagi, paham?""Sial, kalau dia merawatku tapi ditempeli Laura buat apa? Aku tidak bisa berduaan juga dengan Kenriki, membosankan banget!"Lyoudra memaki demikian dengan suara yang pelan, ia berpikir suaranya tidak didengar oleh yang lain padahal itu salah, Laura mendengar, tapi pura-pura tak mendengar karena tidak mau membuat situasi kacau, Lyoudra tidak sadar hal itu dan ia mengarahkan pandangannya pada Kenriki yang mengalihkan tatapannya setiap kali sang kakak ipar memandang wajahnya. Membuat Lyoudra semakin sebal karena Kenriki selalu menghindari kontak mata dengannya."Ya, udah. Tapikan Laura itu lagi hamil muda emangnya enggak capek ikut ke rumah sakit terus? Mending di rumah aja, aku juga enggak mungkin gangguin pria yang sudah buat hamil saudaraku sendiri.""Kenriki ke sini saat dia usai kerja,
Bisikan Lyoudra cukup terdengar jelas di telinga Kenriki dan itu membuat sekujur tubuh Kenriki seolah membeku.Gerakan tangannya terhenti seketika, Kenriki ingin menarik tangannya yang mulai membersihkan keringat di wajah sang kakak ipar, tapi melihat gelagat Kenriki yang ingin menarik tangannya, satu tangan Lyoudra di bawah perlahan menyentuh paha Kenriki yang terlapisi celana kain berwarna hitam yang dipakainya untuk bekerja, sentuhan itu tidak diam di tempat. Jemari Lyoudra perlahan melakukan usapan lembut di sana, ini membuat Kenriki bergerak mundur namun posisinya tertahan dengan tiang infus dan peralatan kemoterapi hingga gerakan mundur yang dilakukan oleh Kenriki tidak membuat posisi mereka jadi berjauhan agar jemari tangan sang kakak ipar tidak mengenai pahanya."Jawab, Riki, kau tidak menikmati apa yang dilakukan oleh Laura padamu, bukan?" Kembali Lyoudra berbisik disertai jemari tangannya yang semakin jauh mengelus permukaan celana yang dikenakan Kenriki hingga kini jemari
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, Lyoudra benar-benar terlihat sangat terkejut sampai ia hanya bisa menatap adik iparnya dengan mulut terbuka.Detik berikutnya, perempuan itu kembali histeris meminta Kenriki dan Mitha untuk keluar dari ruangan kemoterapi. Apa yang dilakukan oleh Lyoudra membuat dokter segera meminta keduanya untuk keluar dari ruangan kemoterapi karena khawatir Lyoudra semakin tidak bisa dikendalikan.Ketika mereka di luar, Laura langsung menyambut dengan wajah yang terlihat khawatir lantaran melihat wajah suaminya yang pucat dan berkeringat."Apa yang terjadi? Kak Lyoudra bikin ulah lagi? Dia mengamuk?" tanyanya bertubi-tubi, dan Mitha menjawab singkat pertanyaan Laura sambil menatap ke arah Kenriki, untuk memastikan suami Laura itu tidak kenapa-kenapa."Kamu baik-baik saja?" tanyanya pada Kenriki, dan Kenriki hanya mengangguk mendengar pertanyaan Mitha."Kata-kata kamu tadi itu benar, meskipun Lyoudra mengamuk, tapi kamu enggak salah.""Tapi, harusnya aku bi
"Itu bukan kesalahan kamu, tapi kesalahan Kak Lyoudra sendiri, mungkin terdengar sakars, tapi itulah yang memang terjadi, bukan?"Kenriki ingin merespon perkataan sang istri, namun, tiba-tiba saja, pintu ruang kemoterapi terbuka, keduanya langsung berdiri, bersamaan dengan itu ayah serta ibunya Laura juga menyusul, dan mereka semua langsung menghampiri dokter yang berdiri di ambang pintu ruang kemoterapi tersebut."Apakah kemoterapi anak saya sudah selesai, Dok?" tanya ibunya Laura yang baru datang ke rumah sakit untuk menggantikan sang suami menjaga Lyoudra. "Maaf, kemoterapi hari ini terpaksa tidak bisa dituntaskan, kondisi pasien tidak stabil, terus mengamuk dan jika diteruskan percuma saja, nanti diatur kemoterapi kembali tapi pastikan kondisi pasien stabil dan psikisnya tidak tertekan."Ketika dokter itu baru saja selesai menjawab pertanyaan ibunya Laura, suster mendorong kursi roda di mana Lyoudra duduk di atasnya. Wajahnya terlihat kacau, jelas sekali Lyoudra tidak senang dili
Setelah bicara demikian, Mitha pamit dari hadapan kedua orang tua Laura dan Lyoudra. Perempuan itu sebenarnya hanya lewat, namun karena mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya Laura dan Lyoudra, sementara pintu ruang rawat inap Lyoudra terbuka, Mitha jadi mendengar apa yang diucapkan wanita itu dengan jelas dan ia akhirnya ikut bicara. Tadinya, setelah mengucapkan kata-kata itu, Mitha ingin langsung masuk untuk melihat keadaan Lyoudra, tapi dari tempatnya berdiri, ia sudah bisa melihat keadaan gadis itu, Mitha mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih pamit pergi dan kata pamit Mitha hanya ditanggapi oleh ayah Lyoudra yang sibuk menenangkan istrinya setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha."Apa benar Lyoudra melakukan itu, Pa? Mama seperti tidak percaya...."Suara sang istri masih terdengar bicara seperti itu berulangkali hingga membuat sang suami membawa istrinya keluar dari ruangan rawat inap Lyoudra, khawatir anaknya itu bangun dan mendengar apa yang sedang mereka bica
Rick memberikan isyarat pada Kenriki untuk menerima tawaran yang diberikan oleh Erna, namun Kenriki tidak bereaksi. Pria itu seolah ragu karena sudah pernah melakukan hal itu namun gagal, bahkan nyaris membahayakan nyawanya, bagaimana ia bisa mempercayai seorang Erna kembali?Rick menuliskan sesuatu di ponselnya agar Kenriki bisa membaca pesan yang ditulisnya tanpa diketahui oleh Erna yang menunggu jawaban dari Kenriki di seberang sana.Kenriki dan Laura membaca pesan yang ditulis Rick di ponselnya yang kemudian diperlihatkan pada keduanya agar Kenriki dan Laura paham apa yang ia maksudkan.Setelah membaca pesan dari Rick, Kenriki memandang istrinya dan istrinya memberikan isyarat agar Kenriki memutuskan sendiri menerima atau tidak saran dari Rick sebab, Laura percaya Kenriki tahu apa yang terbaik untuk dirinya.Kenriki menatap sesaat pada Rick, lalu, ia mendekatkan ponsel itu ke mulutnya untuk berbicara pada Erna.{Semua yang aku minta kamu kabulkan? Apakah kamu bisa dipercaya?}Pria
Untuk sesaat, Kenriki tidak menjawab pertanyaan Erna, sampai kemudian Rick memberikan isyarat padanya untuk tidak mengatakan pada Erna bahwa Kenriki datang bersama teman akrab, dan akhirnya Kenriki mengatakan pada Erna bahwa ia diantar oleh seorang teman karena tidak memiliki ongkos naik taksi sebab baru mulai bekerja.Setelah mendengar hal itu, Erna meminta Kenriki untuk masuk ke rumahnya, ia juga tidak mau teman Kenriki ikut masuk, dan Kenriki hanya mengiyakan saja sampai akhirnya pembicaraan mereka diakhiri."Bagaimana?" tanya Rick dan Laura bersamaan, dengan wajah yang tegang."Erna minta aku untuk masuk, tapi dia percaya kalau aku datang tidak dengan kalian, hanya saja, dia keberatan kalau kalian ikut masuk....""Orang tua dia enggak ada, kan? Ayahnya masih di luar, ibunya gimana?" tanya Laura bertubi-tubi."Aku tidak tahu kalau ibunya, mungkin ada di dalam, tapi dia minta aku meninggalkan kalian sendirian di luar, jadi bagaimana?""Kau harus tanya hatimu sendiri bagaimana, kalau
"Bukan seperti itu, bukankah ini kamar perempuan? Masuk kamar perempuan tidak dianjurkan untuk seorang muslim kalau perempuan itu bukan istrinya, kan?"Kenriki berusaha untuk mencari alasan agar ia tidak terlalu kentara untuk bersikap waspada. Erna tertawa kecil mendengar pernyataan Kenriki, dan entah kenapa tawa Erna membuat perasaannya tidak nyaman.Namun, karena ingin segera menyelesaikan masalah, Kenriki berusaha untuk mengesampingkan perasaan tidak nyamannya itu, dan berusaha untuk berpikir positif bahwa apa yang sekarang ia lakukan adalah bentuk usaha. "Duduklah, kau tidak melihat seberapa usahaku untuk menyambutmu?" Suara Erna terdengar, karena perempuan itu yakin di luar tidak ada orang dan baginya asisten rumah tangga tidak akan mungkin bisa mengganggunya, ia tidak lagi mempermasalahkan tentang pintu kamar yang dibiarkan Kenriki terbuka sedikit.Mendengar perintah Erna, Kenriki menarik kursi yang ada di samping tempat tidur dan menduduki kursi itu dengan jarak yang tidak be