Setelah bicara demikian, Mitha pamit dari hadapan kedua orang tua Laura dan Lyoudra. Perempuan itu sebenarnya hanya lewat, namun karena mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya Laura dan Lyoudra, sementara pintu ruang rawat inap Lyoudra terbuka, Mitha jadi mendengar apa yang diucapkan wanita itu dengan jelas dan ia akhirnya ikut bicara. Tadinya, setelah mengucapkan kata-kata itu, Mitha ingin langsung masuk untuk melihat keadaan Lyoudra, tapi dari tempatnya berdiri, ia sudah bisa melihat keadaan gadis itu, Mitha mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih pamit pergi dan kata pamit Mitha hanya ditanggapi oleh ayah Lyoudra yang sibuk menenangkan istrinya setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha."Apa benar Lyoudra melakukan itu, Pa? Mama seperti tidak percaya...."Suara sang istri masih terdengar bicara seperti itu berulangkali hingga membuat sang suami membawa istrinya keluar dari ruangan rawat inap Lyoudra, khawatir anaknya itu bangun dan mendengar apa yang sedang mereka bica
Rick memberikan isyarat pada Kenriki untuk menerima tawaran yang diberikan oleh Erna, namun Kenriki tidak bereaksi. Pria itu seolah ragu karena sudah pernah melakukan hal itu namun gagal, bahkan nyaris membahayakan nyawanya, bagaimana ia bisa mempercayai seorang Erna kembali?Rick menuliskan sesuatu di ponselnya agar Kenriki bisa membaca pesan yang ditulisnya tanpa diketahui oleh Erna yang menunggu jawaban dari Kenriki di seberang sana.Kenriki dan Laura membaca pesan yang ditulis Rick di ponselnya yang kemudian diperlihatkan pada keduanya agar Kenriki dan Laura paham apa yang ia maksudkan.Setelah membaca pesan dari Rick, Kenriki memandang istrinya dan istrinya memberikan isyarat agar Kenriki memutuskan sendiri menerima atau tidak saran dari Rick sebab, Laura percaya Kenriki tahu apa yang terbaik untuk dirinya.Kenriki menatap sesaat pada Rick, lalu, ia mendekatkan ponsel itu ke mulutnya untuk berbicara pada Erna.{Semua yang aku minta kamu kabulkan? Apakah kamu bisa dipercaya?}Pria
Untuk sesaat, Kenriki tidak menjawab pertanyaan Erna, sampai kemudian Rick memberikan isyarat padanya untuk tidak mengatakan pada Erna bahwa Kenriki datang bersama teman akrab, dan akhirnya Kenriki mengatakan pada Erna bahwa ia diantar oleh seorang teman karena tidak memiliki ongkos naik taksi sebab baru mulai bekerja.Setelah mendengar hal itu, Erna meminta Kenriki untuk masuk ke rumahnya, ia juga tidak mau teman Kenriki ikut masuk, dan Kenriki hanya mengiyakan saja sampai akhirnya pembicaraan mereka diakhiri."Bagaimana?" tanya Rick dan Laura bersamaan, dengan wajah yang tegang."Erna minta aku untuk masuk, tapi dia percaya kalau aku datang tidak dengan kalian, hanya saja, dia keberatan kalau kalian ikut masuk....""Orang tua dia enggak ada, kan? Ayahnya masih di luar, ibunya gimana?" tanya Laura bertubi-tubi."Aku tidak tahu kalau ibunya, mungkin ada di dalam, tapi dia minta aku meninggalkan kalian sendirian di luar, jadi bagaimana?""Kau harus tanya hatimu sendiri bagaimana, kalau
"Bukan seperti itu, bukankah ini kamar perempuan? Masuk kamar perempuan tidak dianjurkan untuk seorang muslim kalau perempuan itu bukan istrinya, kan?"Kenriki berusaha untuk mencari alasan agar ia tidak terlalu kentara untuk bersikap waspada. Erna tertawa kecil mendengar pernyataan Kenriki, dan entah kenapa tawa Erna membuat perasaannya tidak nyaman.Namun, karena ingin segera menyelesaikan masalah, Kenriki berusaha untuk mengesampingkan perasaan tidak nyamannya itu, dan berusaha untuk berpikir positif bahwa apa yang sekarang ia lakukan adalah bentuk usaha. "Duduklah, kau tidak melihat seberapa usahaku untuk menyambutmu?" Suara Erna terdengar, karena perempuan itu yakin di luar tidak ada orang dan baginya asisten rumah tangga tidak akan mungkin bisa mengganggunya, ia tidak lagi mempermasalahkan tentang pintu kamar yang dibiarkan Kenriki terbuka sedikit.Mendengar perintah Erna, Kenriki menarik kursi yang ada di samping tempat tidur dan menduduki kursi itu dengan jarak yang tidak be
"Kau tidak takut kalau masalah ini aku bawa ke jalur hukum?" tanya Kenriki dengan nada suara yang datar, mencoba untuk tetap menguasai diri."Kau punya uang untuk menyewa pengacara?""Ada sejumlah orang yang akan membantuku untuk memperkarakan hal ini.""Sakti, Dewa dan psikiater itu?""Dan Dokter Linda.""Kalau aku masuk penjara, apakah kau pikir kau akan mendapatkan obat ini?"Erna mempermainkan botol obat yang ada di tangannya, hingga suara isinya yang bergerak di dalam botol tersebut terdengar jelas di telinga."Kau benar-benar keterlaluan, Erna. Baiklah, terserah kamu saja, aku tidak akan mengharapkan kamu memberikan obat itu lagi, terserah kau mau bicara apa, aku sudah lelah berdebat dengan kamu."Kembali Kenriki bergerak untuk berbalik, namun, gerakannya lagi-lagi tertahan saat Erna bersuara lagi dengan nada suara yang meninggi."Aku akan memberikan obat ini, tapi dengan satu syarat!""Apakah kau tidak bisa memberikan sesuatu tanpa syarat?""Tentu saja tidak bisa, karena tidak
"Kau gila, Erna!"Kenriki memaki dengan suara tersendat, dan Erna tidak peduli dengan makian yang diberikan oleh Kenriki. Perempuan itu terlanjur bersemangat untuk mempergunakan kesempatan, di mana sekarang ia bisa menguasai suami Laura tersebut. Ia mencondongkan tubuhnya, tidak peduli dengan keadaan dirinya yang memakai pakaian setengah terbuka lantaran tadi Kenriki salah tarik pakaian. Obat yang ia tawarkan pada Kenriki ia jepitkan di antara bibirnya, dan gerakannya terhenti ketika bibirnya yang menjepit obat sudah mendekati bibir Kenriki, Kenriki ingin memalingkan wajahnya, agar Erna tidak merealisasikan apa yang dipikirkan gadis tersebut, namun kedua tangan perempuan itu memegang wajah Kenriki, hingga Kenriki yang tidak bisa bergerak lantaran sekujur tubuhnya terasa berubah menjadi batu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghindari apa yang dilakukan oleh Erna. Dengan isyarat, Erna meminta Kenriki membuka mulut. Obat penawar yang dijepitkan di antara bibirnya menyentuh bibir Kenr
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rick, Pak Erwin segera membawa Laura dan Rick untuk masuk ke rumahnya. Wajahnya terlihat tegang. Mereka segera naik ke lantai atas dan lamat-lamat mereka mendengar suara bising di lantai atas pertanda di atas memang sedang terjadi kekacauan.Saat mereka bertiga masuk, mereka melihat ibunya Erna dibantu oleh asisten rumah tangganya menahan Erna yang histeris. Sementara itu, Laura yang melihat suaminya tergeletak di lantai segera memburu sang suami untuk memeriksa keadaan suaminya begitu juga Rick. PLAKK!!Sebuah tamparan diberikan oleh Pak Erwin pada Erna karena Erna tidak mau mendengar kalimat bujukan yang diucapkan oleh istri dan dirinya sendiri, justru sang anak semakin histeris hingga situasi kamar semakin kacau terdengar dan hal itu membuat Pak Erwin langsung menampar sang anak, agar Erna bisa sadar dan menghentikan aksinya yang membabi buta. Spontan Erna terdiam menerima perlakuan sang ayah yang tidak ia sangka, sementara sang ibu membenarkan p
Kenriki hanya mengeratkan pelukannya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri padanya. Ia ingin bicara bahwa ia suka mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri tapi tetap saja tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, namun dari dekapan erat Kenriki, Laura tahu bahwa saat ini suaminya senang dengan apa yang tadi dikatakannya.Hingga beberapa saat lamanya, Kenriki perlahan menarik diri ketika tubuhnya mulai merasa aman setelah mendapatkan pelukan dari istrinya beberapa menit."Terima kasih...."Ucapan itu akhirnya bisa keluar dari mulut Kenriki, dan Laura menarik napas lega mendengar suaminya sudah mulai bisa mengeluarkan suara.Jemari tangannya mengusap wajah suaminya yang penuh keringat, dan perlahan Laura mendekat lalu tahu-tahu mengecup bibir Kenriki seolah memberikan kekuatan pada laki-laki itu untuk bisa bicara dengan lancar."Tarik napas dan keluarkan perlahan, lakukan itu berulang kali, biar kamu enggak merasa sesak."Laura bicara seperti itu karena ia merasa san