"Kau gila, Erna!"Kenriki memaki dengan suara tersendat, dan Erna tidak peduli dengan makian yang diberikan oleh Kenriki. Perempuan itu terlanjur bersemangat untuk mempergunakan kesempatan, di mana sekarang ia bisa menguasai suami Laura tersebut. Ia mencondongkan tubuhnya, tidak peduli dengan keadaan dirinya yang memakai pakaian setengah terbuka lantaran tadi Kenriki salah tarik pakaian. Obat yang ia tawarkan pada Kenriki ia jepitkan di antara bibirnya, dan gerakannya terhenti ketika bibirnya yang menjepit obat sudah mendekati bibir Kenriki, Kenriki ingin memalingkan wajahnya, agar Erna tidak merealisasikan apa yang dipikirkan gadis tersebut, namun kedua tangan perempuan itu memegang wajah Kenriki, hingga Kenriki yang tidak bisa bergerak lantaran sekujur tubuhnya terasa berubah menjadi batu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghindari apa yang dilakukan oleh Erna. Dengan isyarat, Erna meminta Kenriki membuka mulut. Obat penawar yang dijepitkan di antara bibirnya menyentuh bibir Kenr
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rick, Pak Erwin segera membawa Laura dan Rick untuk masuk ke rumahnya. Wajahnya terlihat tegang. Mereka segera naik ke lantai atas dan lamat-lamat mereka mendengar suara bising di lantai atas pertanda di atas memang sedang terjadi kekacauan.Saat mereka bertiga masuk, mereka melihat ibunya Erna dibantu oleh asisten rumah tangganya menahan Erna yang histeris. Sementara itu, Laura yang melihat suaminya tergeletak di lantai segera memburu sang suami untuk memeriksa keadaan suaminya begitu juga Rick. PLAKK!!Sebuah tamparan diberikan oleh Pak Erwin pada Erna karena Erna tidak mau mendengar kalimat bujukan yang diucapkan oleh istri dan dirinya sendiri, justru sang anak semakin histeris hingga situasi kamar semakin kacau terdengar dan hal itu membuat Pak Erwin langsung menampar sang anak, agar Erna bisa sadar dan menghentikan aksinya yang membabi buta. Spontan Erna terdiam menerima perlakuan sang ayah yang tidak ia sangka, sementara sang ibu membenarkan p
Kenriki hanya mengeratkan pelukannya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri padanya. Ia ingin bicara bahwa ia suka mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri tapi tetap saja tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, namun dari dekapan erat Kenriki, Laura tahu bahwa saat ini suaminya senang dengan apa yang tadi dikatakannya.Hingga beberapa saat lamanya, Kenriki perlahan menarik diri ketika tubuhnya mulai merasa aman setelah mendapatkan pelukan dari istrinya beberapa menit."Terima kasih...."Ucapan itu akhirnya bisa keluar dari mulut Kenriki, dan Laura menarik napas lega mendengar suaminya sudah mulai bisa mengeluarkan suara.Jemari tangannya mengusap wajah suaminya yang penuh keringat, dan perlahan Laura mendekat lalu tahu-tahu mengecup bibir Kenriki seolah memberikan kekuatan pada laki-laki itu untuk bisa bicara dengan lancar."Tarik napas dan keluarkan perlahan, lakukan itu berulang kali, biar kamu enggak merasa sesak."Laura bicara seperti itu karena ia merasa san
"Aku enggak suka kamu ngomong begitu! Aku sudah bilang, Pasha itu cuma masa lalu aku, masa depan aku itu kamu, jadi apapun yang terjadi, aku ingin tetap kamu yang bersamaku di masa sekarang dan masa depanku!""Tapi, aku sudah memutuskan untuk tidak mau mengharapkan obat penawar itu lagi, Laura...."Suara Kenriki masih terdengar lemah saat mengucapkan kata-kata itu, namun dari sorot matanya, Laura bisa melihat suaminya memang serius sekarang ini hingga ia akhirnya tidak meneruskan kalimatnya yang sebenarnya belum semuanya ia keluarkan lewat kata-kata karena ia tidak suka sang suami bicara seperti tadi."Baiklah. Aku paham. Untuk masalah obat itu, enggak perlu dipikirkan, yang penting sekarang kamu dan aku baik-baik saja, untuk resiko yang mungkin akan timbul akibat perbuatan para perempuan yang membeli kamu dulu, semoga aja, itu enggak akan seperti yang dikatakan oleh Erna, seperti halnya sekarang, aku yang hamil anak kamu, bukankah dulu juga kita merasa ini seperti mimpi? Kamu enggak
"Tidak, Erna. Mami tidak bisa membantu lagi, karena selama ini juga Mami sudah berusaha untuk membantu kamu, tapi kamu yang tidak pernah menjaga kepercayaan yang Mami berikan, Mami bilang kamu tidak boleh melakukan sesuatu yang sekiranya membahayakan Kenriki lagi, tapi kamu menyentuh dia seperti itu, sama saja membuat dirinya celaka.""Jadi, Mami tidak mau membuat Riki sembuh? Obat ini perlu untuk dia minum, Mi!""Kenriki sudah tidak berharap obat itu lagi!"Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar, dan Erna juga ibunya spontan berpaling. Pak Erwin masuk ke kamar sang anak sambil bicara seperti tadi."Pi, apa maksudnya? Riki perlu obat itu, kenapa dia enggak berharap obat itu lagi?" Sebenarnya, Erna masih melakukan aksi mogok bicara dengan sang ayah karena ayahnya sudah menamparnya tadi. Namun, karena ayahnya bicara tentang Kenriki, mau tidak mau, Erna melupakan sejenak apa yang dilakukan oleh sang ayah padanya dan merespon perkataan itu dengan wajah yang terlihat tidak percaya. Pak Er
"Wajah lu macam kagak senang? Emang kagak suka bini lu hamil, sorry, gue berbicara santai seperti ini, itu karena gue udah anggap lu temen gue juga, apa lu keberatan?"Suara Pasha membuat lamunan Kenriki yang sudah sampai ke mana-mana terberai. Ia menarik napas sesaat.Dia menganggap aku ini teman, apakah itu artinya dia sudah tidak mencintai Laura lagi?Hati Kenriki bicara, sebelum akhirnya, ia merespon apa yang dikatakan oleh Pasha."Artinya kita sekarang teman?""Apa lu keberatan? Kalo lu keberatan, kagak papa, gue kagak maksa, gue akan merubah cara bicara gue dengan lu.""Aku tidak keberatan....""Tapi, bahasa tubuh lu seperti keberatan berteman sama gue!" bantah Pasha tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh Kenriki yang mengatakan dirinya tidak keberatan bahwa mereka sekarang berteman. "Maksudnya?""Lu kagak santai bersikap sama gue, jadi gue rasa lu keberatan.""Kagak ...."Pasha tersenyum mendengar Kenriki merubah cara bicaranya menjadi lebih santai, tidak formal lagi seper
"Kenapa diam? Lu kagak bisa menjamin masalah ini kagak lu bahas lagi di depan Laura?"Karena Kenriki diam saja ketika ia melontarkan pertanyaan, Pasha mengulang pertanyaannya pada Kenriki hingga Kenriki menarik napas panjang mendengar itu diucapkan kembali padanya."Riki, rasa takut dan khawatir lu yang berlebihan itu yang bikin lu ntar kagak bisa sembuh, lu harus ingat, sebelum lu kenal Laura, apa lu bisa disentuh wanita? Kagak, kan? Bagaimana Laura yang yakin lu bisa sembuh, lu juga harus yakin macam Laura, jadi lu punya semangat untuk tetap berusaha sehat.""Kelihatannya memang kagak sulit, tapi entah kenapa sangat sulit.""Kenapa lu bisa bertahun-tahun menderita trauma dan ketika lu nikah sama Laura, baru lu bisa disentuh? Karena lu kagak berusaha untuk keluar dari rasa takut lu itu jadi lu selalu bersembunyi dan kagak lu sadari lu bahkan bikin diri lu semakin terjerumus dalam keterpurukan lu itu.""Iya, lu benar, cuma emang untuk bisa seperti sekarang, Laura udah berkorban terlal
Dokter Linda sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Kenriki, tidak menyangka saja Kenriki justru tahu bahwa ia sekarang sedang menyembunyikan sesuatu. Perempuan berambut sebahu itu menghela napas sesaat, sampai akhirnya...."Sebenarnya, aku tidak berniat berbohong padamu, aku hanya tidak mau menjawab sekarang untuk pertanyaan yang kamu ajukan itu, tapi nanti, aku akan menjawabnya dengan detail, ketika kamu sudah merasa semakin membaik, setidaknya, kamu tidak kepikiran karena itu akan mengganggu kondisimu, Riki...."Akhirnya, Dokter Linda bicara demikian pada Kenriki dan Kenriki berusaha untuk tersenyum arif mendengarnya meskipun sekarang hatinya justru gelisah."Tidak apa-apa, katakan sekarang saja, insya Allah, aku akan kuat mendengarnya," pinta Kenriki perlahan."Riki....""Dokter, katakan saja, aku berjanji tidak akan patah semangat, aku akan berusaha untuk antisipasi kalau memang ada yang harus aku antisipasi, kalau aku tidak tahu hal yang sebenarnya, bukankah nanti aku