"Apa yang akan lu lakukan?" tanya Sakti dengan nada yang serius. "Melakukan sesuatu yang akan membongkar kebohongan dia.""Kalo lu cuma mengarang cerita, lu tau apa akibatnya, kan?" "Aku itu satu kampus dengan dia, aku enggak mungkin mengarang cerita!""Pergi lu dari hadapan gue!""Kamu enggak mau kerjasama?""Kagak! Lu itu pasti bohong, lu berusaha untuk memfitnah Kenriki karena dia menolak lu, kan?""Enggak! Kamu tanya aja sama dia kalau kamu ketemu dia sih, kamu bilang kan kamu enggak tau Kenriki ada di mana sekarang, tapi aku yakin dia enggak akan mau jujur sama kamu, karena kamu itukan pria yang disukainya?"Satu tangan Sakti terangkat seolah ingin menampar Erna, hingga Erna mundur beberapa tindak terkejut dengan apa yang akan dilakukan oleh Sakti. "Kalau lu kagak pergi, gue akan menampar lu, Erna, meskipun lu cewek, kalo lu ngomong sembarangan, gue akan bikin lu nyesel karena udah berbuat itu!"Wajah Sakti terlihat sangat menahan kemarahan ketika mengucapkan kata-kata itu pa
Ibu pemilik kontrakan sudah berdiri di belakang mereka dan kini melangkah ke antara mereka sambil menatap Laura dan Lyoudra bergantian. "Laura, siapa dia?" tanya wanita itu pada Laura, dan buru-buru Lyoudra mendekati pemilik kontrakan Laura lalu mengulurkan telapak tangannya mengajak berkenalan. "Saya kakak Laura, Bu, selama ini saya mencari alamat adik saya ini, tapi baru kali ini saya menemukan, adik saya khawatir suaminya suka sama saya, maklum, suami dia itu dulunya pacar saya, jadi-""Kamu pelakor, Laura?" Sang pemilik kontrakan langsung menyimpulkan apa yang ia dengar dari Lyoudra seenaknya dan Laura terkejut mendengar hal itu. "Saya bukan pelakor, Bu, saya tidak merebut pria orang lain, suami saya-""Pantas, dari awal sudah curiga, dia yang seperti ini kenapa bisa mendapatkan suami keren seperti Mas Kenriki itu, ya? Ternyata pelakor." Beberapa tetangga Laura mulai bicara demikian menanggapi fitnah yang dikatakan oleh Lyoudra untuk Laura. Laura yang shock mendengar kesimp
Seiring kata hati Laura berakhir, jemari tangan Kenriki sudah menyentuh pundak sang istri, dan menarik pundak itu hingga kini Laura menjadi sangat dekat posisinya dengan sang suami.Laura menundukkan pandangannya ketika sadar wajahnya memanas karena matanya melihat dada dan perut suaminya yang membuat hatinya jadi tidak karuan. Sementara itu, Kenriki yang berusaha keras untuk membuat ia tidak kalah dengan perasaan takutnya ketika menyentuh istrinya perlahan semakin menarik pundak sang istri hingga kini Laura sudah berada di dalam pelukannya! Tentu saja ini membuat Laura semakin tidak karuan rasa. Aroma tubuh Kenriki menguasai indera penciumannya dan ini membuat jantungnya berdetak kencang begitu pula dengan jantung Kenriki yang juga sama-sama berdetak begitu kencang meskipun ia yang memulai menyentuh istrinya. Kenriki tidak bicara, tapi lewat bahasa tubuhnya, pria itu seolah meminta sang istri untuk diam saja di dalam pelukannya seolah ia berusaha untuk memerangi perasaan takutnya ya
Wajah Kenriki terlihat salah tingkah mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Ia mengalihkan pandangannya tidak mau bertatap muka dengan Laura, namun, Laura mengarahkan wajahnya kembali hingga mereka kembali bertatapan. "Kamu enggak mau ngomong?" tanya Laura sambil menatap suaminya dengan sorot mata yang serius."Aku ..."Baru saja Kenriki bicara untuk merespon apa yang dipertanyakan oleh sang istri, tiba-tiba saja, terdengar pintu depan diketuk dari luar. Spontan Laura melepaskan pelukannya di tubuh sang suami, dan beranjak ke arah pintu untuk membuka siapa gerangan yang ada di depan sana.Sepeninggal Laura, tubuh Kenriki merosot jatuh ke lantai. Setengah mati ia melawan perasaan takutnya saat berdekatan dan menyentuh istrinya, sekarang ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Akan tetapi pria itu bisa merasakan, ada kemajuan yang terjadi pada dirinya. Beberapa hal berkelebat kembali di otak Kenriki dan wajahnya merah betapa tadi ia begitu terseret birahi ketika Laura memancingnya
Kenriki tidak mampu bicara ketika mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya. Kedua telapak tangannya saling menggenggam, seolah berusaha untuk terlihat baik-baik saja ketika mendengar pertanyaan istrinya yang menyangkut rahasia besarnya tersebut.Perlahan, Laura meraih telapak tangan sang suami dan menggenggamnya dengan erat. "Belum bisa cerita? Enggak papa, jangan dipaksa, aku tunggu sampai kamu bisa cerita.""Aku merasa tidak punya wajah kalau orang lain tau apa yang sudah pernah aku lewati saat itu.""Aku bukan orang lain, aku istri kamu, bagaimanapun ceritanya, aku enggak merubah keputusanku untuk tetap bersama kamu, Ken."Kenriki diam kembali, seolah mengumpulkan kekuatan agar ia mampu terbuka dengan istrinya setelah sekian lama, ia tidak bisa melakukannya karena merasa orang lain tidak akan pernah bisa menerima itu dengan hati yang lapang. Ia khawatir dihujat, karena jika dihujat, kekuatannya untuk tetap melanjutkan hidup akan musnah padahal ia berusaha untuk mengumpulkan keku
"Maksud kamu, mereka memperkosa kamu?"Kenriki tertawa getir mendengar apa yang diucapkan oleh Laura. "Apakah kamu percaya ada seorang pria yang diperkosa?""Kenapa tidak? Mitha bilang kejadian seperti itu ada, tapi kebanyakan pria tidak mau mengatakannya karena orang beranggapan itu mustahil, padahal banyak juga pria yang mengalami hal itu.""Faktanya, tidak ada yang percaya tentang seorang pria yang diperkosa, kebanyakan masyarakat menilai, pria adalah pelaku, bukan korban.""Memang, tapi aku percaya karena Mitha juga mengatakan hal itu padaku, jadi, apakah para istri pejabat itu memperkosa kamu?"Genggaman tangan Laura dilepaskan oleh Kenriki. Lalu pria tersebut menaikkan lututnya dan menyembunyikan wajah serta kepalanya di sana, sementara dua tangannya menutup kepalanya seolah-olah tidak mau kejadian itu berkelebat di otaknya. Melihat kondisi suaminya demikian, Laura maju dan memeluk sang suami dengan erat, telapak tangannya mengusap punggung suaminya berusaha untuk membuat pera
"Apa maksudmu?" Wajah ayahnya Lyoudra dan Laura terlihat sangat terkejut ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh anak buah rentenir itu. Lyoudra segera menyeret pria bertubuh besar tersebut keluar setelah sebelumnya mengatakan akan mengusir pria itu pada ayah dan ibunya.Awalnya, pria bertubuh besar itu tidak mau menuruti apa yang diinginkan oleh Lyoudra. Namun, ketika melihat kode yang diberikan oleh Lyoudra, pria itu jadi patuh. "Aku punya tawaran bagus untuk kamu dan bos kamu, tapi kita tidak bisa bicara di sini karena orang tuaku nanti akan mendengar, ikuti aku, tapi jangan terlihat orang tuaku kalau kamu mengikuti aku, paham?" katanya pada pria tersebut, setelah ada di luar rumah, dan anak buah rentenir itu hanya mengiyakan.Mereka segera bergerak menjauhi rumah Lyoudra dan kedua orang tuanya, sampai akhirnya berhenti tepat di depan tikungan karena sudah merasa aman."Bos kami tidak tertarik pada wanita yang pernah sakit parah, jadi kamu tidak perlu menukar tempat La
Sekujur tubuh Laura membeku menerima perlakuan suaminya yang tidak pernah ia kira sebelumnya. Kenriki menciumnya! Kali ini bukan karena ingin berakting seperti sebelumnya, atau karena ia yang memancing, tapi suaminya berinisiatif sendiri melakukan hal itu, bagaimana tidak membuat Laura panas dingin?Wajah Laura merah merona, tapi wanita tersebut balik mencium pipi Kenriki untuk menyamarkan rasa salah tingkahnya di hadapan sang suami, ini membuat Kenriki tersenyum."Hati-hati, jangan pikirkan aku, aku baik-baik saja, kamu sudah mengurus aku dengan sangat baik, aku pasti akan cepat sembuh."Laura mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami. Wanita itu masih merasakan hatinya dipenuhi bunga hingga ia menjadi seseorang yang benar-benar bahagia sekarang ini. Suaminya yang sulit disentuh dan menyentuh sekarang justru berinisiatif untuk mencium lebih dulu, Laura benar-benar tidak bisa berhenti tersenyum sekarang.Dengan wajah riang, Laura pamit berangkat bekerja sambil mengingatk
"Iya, kamu benar, aku juga berharap seperti itu, lagipula apa yang bisa kita takutkan? Anak ini anak kita, dites berapa kali juga tetap saja anak kita."Kenriki menarik napas lega mendengar ucapan sang istri, artinya istrinya tidak lagi merasa tertekan karena situasi yang baru saja mereka alami. Genggaman tangannya di telapak tangan istrinya semakin erat seolah menegaskan, ia tidak akan meninggalkan istrinya apapun keadaannya nanti di masa depan. "Aku tadi sedikit terkejut mendengar kata-kata kamu tadi pada Kak Lyoudra, seperti bukan kamu, tapi aku tahu kamu melakukan itu karena kamu ingin membuat kakakmu sadar sudah terlalu berlebihan pada kita."Kenriki bicara, dan Laura tersenyum tipis mendengarnya."Kamu juga, enggak seperti biasanya, merespon perkataan dia yang tadi, aku cuma mengimbangi, karena kurasa kamu sedang merencanakan sesuatu jadi aku hanya ikut saja meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu rencanakan.""Istri cerdas. Terima kasih, dan semoga saja itu membuat K
Telapak tangan Laura mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak, jika tadi ia berniat untuk diam saja tanpa ingin ikut campur apa yang mungkin menjadi rencana Kenriki, sekarang, Laura sudah hilang kesabaran. Mungkin Kenriki yang merespon cemoohan kakaknya itu benar kakaknya memang harus sekali-kali dijawab dengan sombong agar perempuan itu juga bisa menghargai ia dan suaminya mulai sekarang."Untuk Kenriki, aku memang menanggalkan semua perasaan malu atau pasifku selama ini, Kak! Kalau aku tidak berinisiatif untuk menyentuhnya, dengan berbagai cara, aku tidak akan membuat dia bisa disentuh, mungkin selamanya dia tetap menjadi suami tak tersentuh, jadi untuk sebuah hal yang mendesak, aku memang tidak seperti Laura yang biasanya, tapi bukankah itu baik? Aku agresif pada suamiku sendiri!"Kenriki dan juga Lyoudra dibuat kaget ketika tiba-tiba saja, Laura bicara seperti itu pada Lyoudra. Apalagi Lyoudra, ia terlihat tidak hanya kaget, tapi juga merasa marah karena wajahnya jadi
"Kamu serius?" tanya Kenriki saat usai mendengar harapan sang istri.Laura mengangguk, dan Kenriki tersenyum melihat anggukan kepala istrinya."Kau tidak malu kalau ada yang bilang aku aneh karena aku yang seperti itu?" Kembali Kenriki melontarkan pertanyaan, dan Laura memeluk tubuh Kenriki yang masih polos seolah meyakinkan apa yang ia putuskan benar -benar sebuah harapan yang ia inginkan."Tapi, kalau aku ingin kamu seperti itu, aku pasti akan membuat kamu tersiksa, jadi semua aku kembalikan sama kamu, di luar dari pada itu tentu saja kamu yang sehat adalah sebuah harapan untukku, keinginan aku itu hanya sebuah keinginan bahwa aku tidak rela ada perempuan lain yang merebut kamu dariku."Laura bicara sambil memeluk suaminya, dan Kenriki balas memeluk sang istri sambil sesekali mengecup kening istrinya seolah menegaskan bahwa ia senang dengan apa yang diucapkan oleh Laura padanya."Sebenarnya, apa yang kamu harapkan itu pernah aku pikirkan sebelumnya....""Benarkah? Kau juga berharap
Kenriki gugup, hingga hal itu membuat dirinya langsung menangkap tangan istrinya lalu ia membalikkan tubuhnya ke arah sang istri. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya seperti orang bodoh dengan jantung yang berdebar kencang. Padahal, mereka sudah sering melakukan hal yang sangat intim namun tetap saja Kenriki seperti baru berdekatan dengan sang istri dengan perasaan dan hati yang tidak tenang, disertai debaran jantung yang juga tidak bisa membuat dirinya rileks."Melakukan tugas yang harus aku lakukan...."Laura menjawab dengan wajah yang merona, dan Kenriki geleng-geleng kepala mendengar hal itu. "Tidak perlu memaksakan diri, kamu tertekan dengan situasi sekarang yang tidak memungkinkan kita untuk -""Riki! Laura! Kalian di dalam?"Tiba-tiba saja, suara Tante Keisya terdengar, memotong ucapan Kenriki yang tadi sudah separuh kalimat. "Ya! Ada apa, Mi!" sahut Kenriki dengan suara sedikit terbata lantaran terkejut ibunya tiba-tiba berteriak. "Mami mau nyusul Papi dulu, ada yang harus k
"Soal apa itu?" tanya Kenriki dengan wajah yang terlihat tegang. Tidak ingin melihat istrinya khawatir seperti itu.Mendengar pertanyaan Kenriki, Laura bukannya langsung menjawab, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan mata suaminya yang sedang menatapnya dengan sorot mata yang tajam karena khawatir dengan apa yang diucapkannya tadi."Sayang, kenapa tidak bicara? Kamu khawatir soal apa? Apakah karena obat itu, Erna menekan kamu?" tanya Kenriki lagi dan pertanyaan keduanya kini membuat Laura menatapnya sesaat dengan wajah yang terlihat sedikit salah tingkah. Membuat Kenriki semakin penasaran."Wajahmu merah, apakah yang kau khawatirkan itu bukan hal yang berbahaya tapi.....""Ah! Tidak! Aduh, gimana ya, ngomongnya, aku enggak tahu, apakah aku harus percaya atau tidak, tapi mungkin untuk masalah ini, kita bisa konsultasikan pada Dokter Linda kalau kita sudah punya uang.""Sampai harus konsultasi? Memangnya ada apa? Apa yang dikatakan Erna padamu?" Kenr
"Ya.""Kamu serius?""Serius, tapi, bukannya kamu sekarang enggak suka lagi sama aku? Percuma aja, kan? Lupakan aja.""Aku selalu suka sama kamu, Erna, meskipun kamu tidak menyukaiku karena di hatimu hanya ada Riki, tapi buat aku kamu tetap seseorang yang aku sukai.""Kenapa? Aku sudah banyak membuat kesalahan, aku bikin hidup Kenriki rusak, aku juga membuat perusahaan orang tuanya bangkrut, aku, ah! Kamu akan malu kalau kamu bersama dengan aku.""Asalkan kamu berubah, aku tidak akan malu, kamu sudah menyerahkan obat penawar itu pada Riki, artinya, kamu sudah berubah dan sadar kesalahan, sekarang, tiba waktunya kamu belajar melupakan dia, karena masih ada seseorang yang tulus untuk kamu."Erna bungkam. Perasaan dan hatinya bergejolak, rasanya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, sampai akhirnya...."Kalau begitu, apakah sekarang kita jadian?" tanya Erna sambil berpaling dan menatap wajah Sakti dengan sorot mata penuh arti."Asalkan kamu berjanji untuk merelakan Riki dengan Laura.
Keterkejutan Sakti membuat pria itu mendorong spontan Erna. Dan itu membuat tubuh Erna tersentak ke belakang. Ini membuat Erna memalingkan wajahnya sendiri karena merasa wajahnya memanas, dan ia khawatir wajahnya menjadi merah dan Sakti melihat hal itu.Erna tidak tahu, bahwa, kondisi wajahnya itu juga dialami oleh Sakti. Wajah Sakti juga merah dan saat ini pria itu juga sedang memalingkan wajahnya ke arah samping seperti halnya Erna. Untuk beberapa saat, mereka saling diam, sampai akhirnya, Sakti yang berdehem beberapa kali agar situasi canggung mereka bisa musnah."Kenapa kau melakukan itu?" Cara bicara Sakti berubah kembali menjadi memakai aku dan kamu meskipun tadi sudah tidak lagi walaupun Erna meminta hal itu dilakukannya. Erna berpaling mendengar pertanyaan tersebut, terutama karena Sakti jadi merubah cara bicaranya seperti yang tadi diinginkannya."Ternyata benar...."Jawaban yang diberikan oleh Erna tidak membuat Sakti puas, bahkan bingung apa yang sebenarnya dimaksud oleh
Sebuah mobil nyaris menabrak Erna hingga pemilik mobil itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Bunyi decit ban beradu keras dengan aspal jalan terdengar memekakkan telinga tatkala mobil itu berusaha untuk mencegah kecelakaan terjadi. Mobil itu memang tidak menabrak Erna, namun cukup membuat pengemudi mobil shock karena insiden tersebut lalu ia segera keluar dari mobilnya untuk mendamprat Erna, karena berjalan tanpa melihat situasi kondisi.Akan tetapi, ketika ia keluar dan menghampiri Erna yang berdiri mematung seperti orang bodoh di tempatnya, pemilik mobil itu terkejut saat melihat siapa yang baru saja ingin ditabraknya."Erna!" katanya, sambil menarik tangan perempuan itu untuk menyingkir dari depan mobilnya.Erna mengangkat wajahnya, dan menatap pemilik mobil yang tidak lain adalah Sakti itu dengan senyum kecut terukir di bibirnya. "Kenapa enggak ditabrak sekalian? Aku nunggu, lho...."Mendengar apa yang diucapkan oleh Erna, Sakti semakin terkejut karena terlihat sekali Erna
Erna tersenyum kecut mendengar ancaman yang diucapkan oleh Laura padanya. Wajahnya tidak berubah sama sekali ekspresinya, meskipun sebenarnya wanita itu tidak suka mendengar apa yang diucapkan oleh Laura tadi padanya."Jadi, kau tetap kukuh mendukung Riki untuk tidak mau memilih salah satu tawaran yang aku berikan padanya?" tanya Erna beberapa saat kemudian."Ya.""Bagaimana kalau nanti resiko dari apa yang diputuskan Kenriki terjadi padanya, kau tidak bisa puas dengan dia secara batin karena dia sudah hilang keperkasaan, apakah kau akan meninggalkan dia?""Tidak, karena aku mencintai dia dengan tulus tanpa mengharapkan balasan apapun, meskipun keadaan dia tidak lagi sempurna sebagai seorang pria, aku tetap tidak akan meninggalkannya.""Kau bisa bicara seperti itu karena belum merasakan berpuasa tanpa melakukan hubungan intim, Laura, aku yakin setelah itu juga kau tidak akan kuat menjalani semuanya, dan pernikahan kalian akan berantakan hingga membuat Kenriki terpuruk semakin dalam."