"Dijebak?""Apakah menurutmu, Kenriki orang yang mudah terjebak pergaulan bebas?""Apa bedanya?""Sedikit berbeda, terjebak, artinya Kenriki terbawa arus pergaulan bebas, dijebak, artinya Kenriki terpaksa melakukan sesuatu di bawah ancaman karena beberapa alasan....""Astaga, iya juga, kenapa aku nggak mikir sampe ke sana? Karena aku yakin Kenriki bukan tipe orang yang mudah terbawa arus, tapi apakah itu benar? Penyebab dia menjadi sakit secara psikis seperti itu?""Begini, aku punya teman yang juga kenal dengan Kenriki dan mungkin sedikit tahu tentang kasus suami kamu saat di luar negeri, tapi aku merasa apa yang dikatakannya itu tidak seratus persen benar meskipun dia bukan orang yang bisa berbohong, kurasa dia cuma tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, jadi mungkin cara satu-satunya adalah, kamu harus bisa membuat Kenriki bercerita sama kamu tentang kejadian yang pernah ia alami saat di luar negeri.""Apa yang dikatakan teman kamu itu?""Kenriki terlibat kasus prostitusi di sana
"Apa? Kenriki memiliki sindrom trauma?" ulang Pasha, tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya."Iya, dia tidak bisa menyentuh dan disentuh wanita, itu karena ia trauma bukan karena ia tidak normal, apakah menurutmu seseorang yang memiliki trauma seperti itu pernah terjebak pergaulan bebas? Menurutku dijebak hal yang masuk akal dibandingkan terjebak.""Kamu tau dari Laura, kah?""Iya, dan sebenarnya aku dilarang ngomong soal ini sama siapapun, tapi karena aku enggak mau kamu salah jalan, aku terpaksa ngomong sama kamu tentang ini, maaf ya, bukan aku enggak mendukung kamu, aku justru senang teman bahagia, tapi rasanya merusak rumah tangga orang lain itu enggak baik, dan emangnya kamu mau jadi seorang pebinor?"Pasha terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha padanya. Tidak menyangka hal seperti itu bisa ia dengar dan sekarang ia jadi merasa bersalah karena sudah bicara macam-macam di hadapan Kenriki pada saat itu. "Aku enggak ada niat untuk mengganggu rumah tangga mereka, y
"Laura? Siapa dia?" tanya sang ibu mertua sambil menatap Laura dan kemudian beralih pada Pasha. Pasha yang gugup membungkukkan tubuhnya ke arah Tante Keisya, yang ditanggapi sekenanya oleh perempuan itu karena bingung mengapa ada seorang pria di rumahnya. Setahunya, Laura bukan perempuan yang gemar bergaul seperti Lyoudra, itu sebabnya, ketika ada seseorang laki-laki yang datang menemui Laura, ibunya Kenriki jadi heran dan mencium ada yang tidak beres sedang terjadi."Saya teman Laura, Tante, teman SMA!" kata Pasha dengan nada yang sopan, mendahului Laura yang ditanya seperti itu oleh sang ibu mertua tapi belum bisa menjawab. "Oh, teman Laura, mau ketemu dia?"Pertanyaan Tante Keisya masih seperti sedang curiga hingga Pasha dan Laura makin merasa tidak nyaman."Mau ketemu Laura dan suaminya, saya kebetulan tidak datang saat acara pernikahan karena memang sedang bertugas di laut, jadi ke sini untuk bertemu dengan mereka, tapi saya tidak tahu kalau Kenriki tidak ada di rumah jadi say
"Apa yang kau katakan, lepaskan...."Kenriki berusaha untuk mengatasi perasaannya ketika Laura justru semakin erat memeluknya. Jantungnya yang berdegup kencang membuat kedua lutut Kenriki gemetar. Apalagi, saat telapak tangan sang istri mengusap permukaan kulit perut dan dadanya yang sekarang sudah tidak terhalang kemeja lantaran kemejanya sudah ia lepaskan kancingnya. Membuat darah Kenriki seketika memanas dan otak Kenriki mendadak tidak bisa berpikir.Setengah mati Kenriki melepaskan pelukan Laura, meskipun ada perasaan menikmati yang ia rasakan saat perempuan tersebut melakukan hal itu padanya.Ketika pelukan hangat sang istri terlepas, Kenriki mundur dengan langkah tersendat.Wajahnya merah merona, dan itu tertangkap mata Laura hingga Laura yakin sang suami salah tingkah saat ia memeluk pria itu tersebut meskipun mulutnya mengatakan bahwa ia tidak suka dipeluk.Laura maju, tapi Kenriki mengacungkan tangannya ke arah sang istri sembari mundur dengan napas yang tersengal."Jangan me
"Karena aku menyukai kamu, aku memang pernah menyukai Pasha, tapi itu dulu, sekarang, aku cuma menganggapnya teman, dulu aku pernah mengalah karena Kak Lyoudra juga suka padanya, sekarang, aku enggak mau mengalah lagi, kalau seandainya kamu memang menyukai aku sedikit aja...." Laura bicara dengan nada suara yang gemetar. Rasanya, ia benar-benar sudah melupakan bagaimana pasifnya ia dahulu, saat ini tidak bisa ia duga sekarang justru ia bertindak jauh untuk membuat sang suami bisa berjuang melawan sindrom trauma yang diderita suaminya. Perkataan Laura cukup membuat Kenriki merasa semakin terkesima. Ada perasaan sejuk yang ia rasakan mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri tentang Laura yang tidak mau mengalah tersebut. Kenriki sangat menyukai kata-kata itu hingga ia menatap mata istrinya yang juga melakukan hal yang sama, dan ia menemukan kesungguhan di mata perempuan tersebut."Ken, apakah kamu menyukai aku? Kamu mau aku pergi karena kamu ingin mengakhiri perjanjian kita, apaka
Kenriki mengangkat wajahnya setelah mendengar ucapan sang istri. Matanya mengarah pada bibir Laura, dan wajahnya merah seketika saat mengingat betapa tadi ia begitu bernafsu mencium bibir itu meskipun Laura tidak mengimbangi ciumannya dengan sangat baik."Kamu tidak menjijikkan, keadaanku yang seperti ini yang menjijikan, lihatlah tubuhku, penuh dengan keringat, aku selalu seperti ini kalau ada wanita yang menyentuhku, apa kamu masih mau menghabiskan waktu denganku? Tidak dengan Pasha saja?"Tangan Laura mengusap bagian permukaan dada dan perut sang suami yang memang basah oleh keringat, hingga Kenriki menangkap tangan itu, tidak mau terpancing birahi kembali ketika Laura menyentuhnya seperti itu. "Kamu pasti sembuh, ketika kamu bisa mengalahkan rasa takut kamu, keringat itu tidak akan keluar berlebihan lagi, kata Mitha, itu wajar, dulu juga dia-""Kamu menceritakan masalahku pada orang lain?" potong Kenriki dengan wajah yang terlihat sangat terkejut."Maaf, tapi itu karena aku ingi
"Pi, aku bisa menjelaskan, tolong jangan salah paham, aku-""Jawab Papi! Apakah kau benar-benar menikah dengan Laura karena kamu mencintainya seperti pengakuan kamu dulu pada kami?" potong sang ayah tidak peduli dengan niat Kenriki yang ingin menjelaskan perihal pernikahannya tersebut pada sang ayah."Aku-""Tidak, kan? Kamu bahkan tidak mau menyentuhnya hingga sampai sekarang Laura tidak hamil! Kau juga Laura! Aku dan istriku tidak pernah mempermasalahkan latar belakang orang yang masuk dalam keluarga kami, asalkan anakku cinta dan orang itu cinta, itu sudah cukup, tapi kenapa kamu justru mengecewakan kami? Kamu setuju menikah dengan Kenriki karena Kenriki membiayai semua pengobatan kakak kamu, sekarang, kakak kamu sudah sembuh, kalian akan bercerai, iya, kan?"Laura tergugu di tempatnya dibentak sedemikian rupa oleh ayah mertuanya hingga ia bicara saja tidak bisa, sementara Kenriki berusaha untuk menguasai dirinya sendiri agar ia bisa mengatasi kemarahan ayahnya namun ia bingung har
"Enggak boleh mendahului takdir Tuhan, selama belum berusaha, kita enggak boleh bilang enggak bisa.""Jadi?""Aku ikuti kamu ke manapun Ken, karena kamu suami aku, aku akan ikut ke manapun kamu pergi."Mendengar apa yang diucapkan oleh Laura, Kenriki tidak bisa lagi berkata-kata, tapi ia membalas genggaman tangan Laura hingga Laura yakin, sang suami paham apa yang ia sampaikan tadi. Detik berikutnya, mereka akhirnya berkemas. Meskipun perasaan mereka hancur harus keluar dari rumah, tapi apa mau dikata, ayah Kenriki tidak akan menarik ucapannya kembali karena pria itu bukan tipe orang yang mudah mengeluarkan kata-kata jika kata-kata itu tidak dari dasar hatinya. Itu sebabnya, walau memohon untuk tidak diusir pun, akan percuma, Kenriki sangat tahu, keputusan sang ayah tidak bisa lagi diubah.Melihat anak dan menantunya pamit setelah berkemas, Tante Keisya tidak bisa menahan air matanya. Berulang kali perempuan itu berusaha untuk membujuk suaminya agar jangan mengusir Kenriki dan Laura,