Saat tersungkur, Kenriki tidak bangun. Ia tetap pada posisinya hingga Pasha benar-benar tidak suka dengan apa yang ia lihat dari sosok suami Laura tersebut.Pria berdarah Aceh itu mendekati Kenriki, lalu berhenti tepat di hadapannya yang masih tersungkur seperti saat ia memukul tadi."Bangun, Riki! Kalau kau seperti ini bagaimana bisa kau melindungi Laura! Aku tahu persis apa yang kau rasakan, bagaimana sulitnya membuat sisi percaya diri kita muncul ketika melihat orang lain sangat sempurna, tapi kau harus tetap optimis, karena sikap optimis itu yang menjadi sumber kekuatan kamu untuk bisa bangkit dan melawan rasa takutmu itu!!" kata Pasha dengan nada suara yang tegas. Kenriki diam membatu mendengar apa yang diucapkan oleh Pasha, telapak tangannya mengepal, pertanda ia berusaha untuk melawan perasaannya sendiri yang sekarang sangat sulit ia kendalikan karena ucapan Pasha tepat menohok hatinya. Ia selalu tidak percaya diri, jika berhadapan dengan seorang pria yang ia nilai sempurna,
"Tentu saja tidak!" "Lalu?"Kenriki terdiam, seolah kehilangan kata, apa yang akan ia katakan sekarang, karena mendadak seluruh kalimat yang ada di otaknya jadi musnah entah ke mana."Ken, saya tahu saya lancang mengatakan rahasia kamu pada Pasha, tapi saya punya alasan, mengingat kamu dan Laura saling menyukai, saya merasa wajib mengatakan sesuatu agar sahabat saya tidak salah paham, tapi percayalah, saya melakukan itu bukan karena saya ingin meremehkan kondisi kamu, saya hanya ingin menyelamatkan sebuah pernikahan, karena pernikahan itu sakral...."Suara Mitha terdengar lagi meskipun Kenriki masih diam di tempatnya. Membuat Kenriki menghela napas panjang. Kemarahannya perlahan memudar setelah ia mencerna sedikit demi sedikit kata-kata yang diucapkan oleh penulis tersebut."Maaf, saya emosi ... Saya...""Tidak percaya diri bisa membahagiakan Laura karena kondisi kamu yang sekarang?""Iya....""Kamu bisa sembuh, kalau kamu tidak menyerah, banyak orang bisa sembuh karena dia tidak men
Fani menatap Kenriki dengan tatapan mata yang sangat tidak disukai Kenriki, hingga pria itu berusaha untuk menghindari Fani yang terus melangkah maju menghampirinya."Kamu gemetar, Riki, itu artinya kamu panik, aku bisa membuat kamu sembuh, jadi jangan anggap aku ini ancaman, kau harus bisa berpikir bahwa aku ini orang yang akan menolongmu, bukan membawa ancaman untukmu!"Mendengar apa yang diucapkan oleh Fani, Kenriki jadi ingat apa yang diucapkan oleh sang isteri bahwa sang istri bukan ancaman, namun saat mendengar kata-kata itu, Kenriki justru merasa tenang, tidak seperti sekarang yang semakin gemetar dan merasa terancam."Tolong, jangan memaksa saya untuk bertindak kasar, Anda harus ingat, Anda itu siapa, apakah ada seorang psikiater melakukan hal seperti ini untuk orang yang butuh penanganan, atau jangan-jangan Anda ini bukan psikiater asli? Kau hanya berakting untuk mencari mangsa!"GREPP!!Satu tangan Kenriki dipegang erat oleh Fani, seolah wanita itu ingin menyuarakan perasaan
"Apa yang akan lu lakukan?" tanya Sakti dengan nada yang serius. "Melakukan sesuatu yang akan membongkar kebohongan dia.""Kalo lu cuma mengarang cerita, lu tau apa akibatnya, kan?" "Aku itu satu kampus dengan dia, aku enggak mungkin mengarang cerita!""Pergi lu dari hadapan gue!""Kamu enggak mau kerjasama?""Kagak! Lu itu pasti bohong, lu berusaha untuk memfitnah Kenriki karena dia menolak lu, kan?""Enggak! Kamu tanya aja sama dia kalau kamu ketemu dia sih, kamu bilang kan kamu enggak tau Kenriki ada di mana sekarang, tapi aku yakin dia enggak akan mau jujur sama kamu, karena kamu itukan pria yang disukainya?"Satu tangan Sakti terangkat seolah ingin menampar Erna, hingga Erna mundur beberapa tindak terkejut dengan apa yang akan dilakukan oleh Sakti. "Kalau lu kagak pergi, gue akan menampar lu, Erna, meskipun lu cewek, kalo lu ngomong sembarangan, gue akan bikin lu nyesel karena udah berbuat itu!"Wajah Sakti terlihat sangat menahan kemarahan ketika mengucapkan kata-kata itu pa
Ibu pemilik kontrakan sudah berdiri di belakang mereka dan kini melangkah ke antara mereka sambil menatap Laura dan Lyoudra bergantian. "Laura, siapa dia?" tanya wanita itu pada Laura, dan buru-buru Lyoudra mendekati pemilik kontrakan Laura lalu mengulurkan telapak tangannya mengajak berkenalan. "Saya kakak Laura, Bu, selama ini saya mencari alamat adik saya ini, tapi baru kali ini saya menemukan, adik saya khawatir suaminya suka sama saya, maklum, suami dia itu dulunya pacar saya, jadi-""Kamu pelakor, Laura?" Sang pemilik kontrakan langsung menyimpulkan apa yang ia dengar dari Lyoudra seenaknya dan Laura terkejut mendengar hal itu. "Saya bukan pelakor, Bu, saya tidak merebut pria orang lain, suami saya-""Pantas, dari awal sudah curiga, dia yang seperti ini kenapa bisa mendapatkan suami keren seperti Mas Kenriki itu, ya? Ternyata pelakor." Beberapa tetangga Laura mulai bicara demikian menanggapi fitnah yang dikatakan oleh Lyoudra untuk Laura. Laura yang shock mendengar kesimp
Seiring kata hati Laura berakhir, jemari tangan Kenriki sudah menyentuh pundak sang istri, dan menarik pundak itu hingga kini Laura menjadi sangat dekat posisinya dengan sang suami.Laura menundukkan pandangannya ketika sadar wajahnya memanas karena matanya melihat dada dan perut suaminya yang membuat hatinya jadi tidak karuan. Sementara itu, Kenriki yang berusaha keras untuk membuat ia tidak kalah dengan perasaan takutnya ketika menyentuh istrinya perlahan semakin menarik pundak sang istri hingga kini Laura sudah berada di dalam pelukannya! Tentu saja ini membuat Laura semakin tidak karuan rasa. Aroma tubuh Kenriki menguasai indera penciumannya dan ini membuat jantungnya berdetak kencang begitu pula dengan jantung Kenriki yang juga sama-sama berdetak begitu kencang meskipun ia yang memulai menyentuh istrinya. Kenriki tidak bicara, tapi lewat bahasa tubuhnya, pria itu seolah meminta sang istri untuk diam saja di dalam pelukannya seolah ia berusaha untuk memerangi perasaan takutnya ya
Wajah Kenriki terlihat salah tingkah mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Ia mengalihkan pandangannya tidak mau bertatap muka dengan Laura, namun, Laura mengarahkan wajahnya kembali hingga mereka kembali bertatapan. "Kamu enggak mau ngomong?" tanya Laura sambil menatap suaminya dengan sorot mata yang serius."Aku ..."Baru saja Kenriki bicara untuk merespon apa yang dipertanyakan oleh sang istri, tiba-tiba saja, terdengar pintu depan diketuk dari luar. Spontan Laura melepaskan pelukannya di tubuh sang suami, dan beranjak ke arah pintu untuk membuka siapa gerangan yang ada di depan sana.Sepeninggal Laura, tubuh Kenriki merosot jatuh ke lantai. Setengah mati ia melawan perasaan takutnya saat berdekatan dan menyentuh istrinya, sekarang ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Akan tetapi pria itu bisa merasakan, ada kemajuan yang terjadi pada dirinya. Beberapa hal berkelebat kembali di otak Kenriki dan wajahnya merah betapa tadi ia begitu terseret birahi ketika Laura memancingnya
Kenriki tidak mampu bicara ketika mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya. Kedua telapak tangannya saling menggenggam, seolah berusaha untuk terlihat baik-baik saja ketika mendengar pertanyaan istrinya yang menyangkut rahasia besarnya tersebut.Perlahan, Laura meraih telapak tangan sang suami dan menggenggamnya dengan erat. "Belum bisa cerita? Enggak papa, jangan dipaksa, aku tunggu sampai kamu bisa cerita.""Aku merasa tidak punya wajah kalau orang lain tau apa yang sudah pernah aku lewati saat itu.""Aku bukan orang lain, aku istri kamu, bagaimanapun ceritanya, aku enggak merubah keputusanku untuk tetap bersama kamu, Ken."Kenriki diam kembali, seolah mengumpulkan kekuatan agar ia mampu terbuka dengan istrinya setelah sekian lama, ia tidak bisa melakukannya karena merasa orang lain tidak akan pernah bisa menerima itu dengan hati yang lapang. Ia khawatir dihujat, karena jika dihujat, kekuatannya untuk tetap melanjutkan hidup akan musnah padahal ia berusaha untuk mengumpulkan keku