Kenriki mengangkat wajahnya setelah mendengar ucapan sang istri. Matanya mengarah pada bibir Laura, dan wajahnya merah seketika saat mengingat betapa tadi ia begitu bernafsu mencium bibir itu meskipun Laura tidak mengimbangi ciumannya dengan sangat baik."Kamu tidak menjijikkan, keadaanku yang seperti ini yang menjijikan, lihatlah tubuhku, penuh dengan keringat, aku selalu seperti ini kalau ada wanita yang menyentuhku, apa kamu masih mau menghabiskan waktu denganku? Tidak dengan Pasha saja?"Tangan Laura mengusap bagian permukaan dada dan perut sang suami yang memang basah oleh keringat, hingga Kenriki menangkap tangan itu, tidak mau terpancing birahi kembali ketika Laura menyentuhnya seperti itu. "Kamu pasti sembuh, ketika kamu bisa mengalahkan rasa takut kamu, keringat itu tidak akan keluar berlebihan lagi, kata Mitha, itu wajar, dulu juga dia-""Kamu menceritakan masalahku pada orang lain?" potong Kenriki dengan wajah yang terlihat sangat terkejut."Maaf, tapi itu karena aku ingi
"Pi, aku bisa menjelaskan, tolong jangan salah paham, aku-""Jawab Papi! Apakah kau benar-benar menikah dengan Laura karena kamu mencintainya seperti pengakuan kamu dulu pada kami?" potong sang ayah tidak peduli dengan niat Kenriki yang ingin menjelaskan perihal pernikahannya tersebut pada sang ayah."Aku-""Tidak, kan? Kamu bahkan tidak mau menyentuhnya hingga sampai sekarang Laura tidak hamil! Kau juga Laura! Aku dan istriku tidak pernah mempermasalahkan latar belakang orang yang masuk dalam keluarga kami, asalkan anakku cinta dan orang itu cinta, itu sudah cukup, tapi kenapa kamu justru mengecewakan kami? Kamu setuju menikah dengan Kenriki karena Kenriki membiayai semua pengobatan kakak kamu, sekarang, kakak kamu sudah sembuh, kalian akan bercerai, iya, kan?"Laura tergugu di tempatnya dibentak sedemikian rupa oleh ayah mertuanya hingga ia bicara saja tidak bisa, sementara Kenriki berusaha untuk menguasai dirinya sendiri agar ia bisa mengatasi kemarahan ayahnya namun ia bingung har
"Enggak boleh mendahului takdir Tuhan, selama belum berusaha, kita enggak boleh bilang enggak bisa.""Jadi?""Aku ikuti kamu ke manapun Ken, karena kamu suami aku, aku akan ikut ke manapun kamu pergi."Mendengar apa yang diucapkan oleh Laura, Kenriki tidak bisa lagi berkata-kata, tapi ia membalas genggaman tangan Laura hingga Laura yakin, sang suami paham apa yang ia sampaikan tadi. Detik berikutnya, mereka akhirnya berkemas. Meskipun perasaan mereka hancur harus keluar dari rumah, tapi apa mau dikata, ayah Kenriki tidak akan menarik ucapannya kembali karena pria itu bukan tipe orang yang mudah mengeluarkan kata-kata jika kata-kata itu tidak dari dasar hatinya. Itu sebabnya, walau memohon untuk tidak diusir pun, akan percuma, Kenriki sangat tahu, keputusan sang ayah tidak bisa lagi diubah.Melihat anak dan menantunya pamit setelah berkemas, Tante Keisya tidak bisa menahan air matanya. Berulang kali perempuan itu berusaha untuk membujuk suaminya agar jangan mengusir Kenriki dan Laura,
Saat tersungkur, Kenriki tidak bangun. Ia tetap pada posisinya hingga Pasha benar-benar tidak suka dengan apa yang ia lihat dari sosok suami Laura tersebut.Pria berdarah Aceh itu mendekati Kenriki, lalu berhenti tepat di hadapannya yang masih tersungkur seperti saat ia memukul tadi."Bangun, Riki! Kalau kau seperti ini bagaimana bisa kau melindungi Laura! Aku tahu persis apa yang kau rasakan, bagaimana sulitnya membuat sisi percaya diri kita muncul ketika melihat orang lain sangat sempurna, tapi kau harus tetap optimis, karena sikap optimis itu yang menjadi sumber kekuatan kamu untuk bisa bangkit dan melawan rasa takutmu itu!!" kata Pasha dengan nada suara yang tegas. Kenriki diam membatu mendengar apa yang diucapkan oleh Pasha, telapak tangannya mengepal, pertanda ia berusaha untuk melawan perasaannya sendiri yang sekarang sangat sulit ia kendalikan karena ucapan Pasha tepat menohok hatinya. Ia selalu tidak percaya diri, jika berhadapan dengan seorang pria yang ia nilai sempurna,
"Tentu saja tidak!" "Lalu?"Kenriki terdiam, seolah kehilangan kata, apa yang akan ia katakan sekarang, karena mendadak seluruh kalimat yang ada di otaknya jadi musnah entah ke mana."Ken, saya tahu saya lancang mengatakan rahasia kamu pada Pasha, tapi saya punya alasan, mengingat kamu dan Laura saling menyukai, saya merasa wajib mengatakan sesuatu agar sahabat saya tidak salah paham, tapi percayalah, saya melakukan itu bukan karena saya ingin meremehkan kondisi kamu, saya hanya ingin menyelamatkan sebuah pernikahan, karena pernikahan itu sakral...."Suara Mitha terdengar lagi meskipun Kenriki masih diam di tempatnya. Membuat Kenriki menghela napas panjang. Kemarahannya perlahan memudar setelah ia mencerna sedikit demi sedikit kata-kata yang diucapkan oleh penulis tersebut."Maaf, saya emosi ... Saya...""Tidak percaya diri bisa membahagiakan Laura karena kondisi kamu yang sekarang?""Iya....""Kamu bisa sembuh, kalau kamu tidak menyerah, banyak orang bisa sembuh karena dia tidak men
Fani menatap Kenriki dengan tatapan mata yang sangat tidak disukai Kenriki, hingga pria itu berusaha untuk menghindari Fani yang terus melangkah maju menghampirinya."Kamu gemetar, Riki, itu artinya kamu panik, aku bisa membuat kamu sembuh, jadi jangan anggap aku ini ancaman, kau harus bisa berpikir bahwa aku ini orang yang akan menolongmu, bukan membawa ancaman untukmu!"Mendengar apa yang diucapkan oleh Fani, Kenriki jadi ingat apa yang diucapkan oleh sang isteri bahwa sang istri bukan ancaman, namun saat mendengar kata-kata itu, Kenriki justru merasa tenang, tidak seperti sekarang yang semakin gemetar dan merasa terancam."Tolong, jangan memaksa saya untuk bertindak kasar, Anda harus ingat, Anda itu siapa, apakah ada seorang psikiater melakukan hal seperti ini untuk orang yang butuh penanganan, atau jangan-jangan Anda ini bukan psikiater asli? Kau hanya berakting untuk mencari mangsa!"GREPP!!Satu tangan Kenriki dipegang erat oleh Fani, seolah wanita itu ingin menyuarakan perasaan
"Apa yang akan lu lakukan?" tanya Sakti dengan nada yang serius. "Melakukan sesuatu yang akan membongkar kebohongan dia.""Kalo lu cuma mengarang cerita, lu tau apa akibatnya, kan?" "Aku itu satu kampus dengan dia, aku enggak mungkin mengarang cerita!""Pergi lu dari hadapan gue!""Kamu enggak mau kerjasama?""Kagak! Lu itu pasti bohong, lu berusaha untuk memfitnah Kenriki karena dia menolak lu, kan?""Enggak! Kamu tanya aja sama dia kalau kamu ketemu dia sih, kamu bilang kan kamu enggak tau Kenriki ada di mana sekarang, tapi aku yakin dia enggak akan mau jujur sama kamu, karena kamu itukan pria yang disukainya?"Satu tangan Sakti terangkat seolah ingin menampar Erna, hingga Erna mundur beberapa tindak terkejut dengan apa yang akan dilakukan oleh Sakti. "Kalau lu kagak pergi, gue akan menampar lu, Erna, meskipun lu cewek, kalo lu ngomong sembarangan, gue akan bikin lu nyesel karena udah berbuat itu!"Wajah Sakti terlihat sangat menahan kemarahan ketika mengucapkan kata-kata itu pa
Ibu pemilik kontrakan sudah berdiri di belakang mereka dan kini melangkah ke antara mereka sambil menatap Laura dan Lyoudra bergantian. "Laura, siapa dia?" tanya wanita itu pada Laura, dan buru-buru Lyoudra mendekati pemilik kontrakan Laura lalu mengulurkan telapak tangannya mengajak berkenalan. "Saya kakak Laura, Bu, selama ini saya mencari alamat adik saya ini, tapi baru kali ini saya menemukan, adik saya khawatir suaminya suka sama saya, maklum, suami dia itu dulunya pacar saya, jadi-""Kamu pelakor, Laura?" Sang pemilik kontrakan langsung menyimpulkan apa yang ia dengar dari Lyoudra seenaknya dan Laura terkejut mendengar hal itu. "Saya bukan pelakor, Bu, saya tidak merebut pria orang lain, suami saya-""Pantas, dari awal sudah curiga, dia yang seperti ini kenapa bisa mendapatkan suami keren seperti Mas Kenriki itu, ya? Ternyata pelakor." Beberapa tetangga Laura mulai bicara demikian menanggapi fitnah yang dikatakan oleh Lyoudra untuk Laura. Laura yang shock mendengar kesimp