Share

7. Terlambat

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2024-11-22 08:51:03

Part 7

Gala mengepalkan tangannya sembari menggeram kesal.

“Gal, ini dibawa masuk semua, lumayan lho buat ngasih ke Geni jadi gak perlu beli lagi. Perawakan mereka kan sama, jadi cocoklah ukurannya,” ujar Tante Rahayu.

Gala menoleh dengan ekspresi datar kemudian pergi begitu saja.

“Kamu mau kemana?”

“Aku keluar dulu, Tante saja yang urus semua ini!” tukasnya. Ia langsung menuju motornya dan melajukan kendaraan roda dua itu berusaha mengejar mobil Aksara.

“Apa aku gak salah dengar, dia memanggil Dewi sayang? Cih, sebenarnya sudah berapa lama mereka berhubungan?!” Pikiran Gala terus berputar-putar saat terbayang Dewi diperlakukan baik oleh lelaki itu.

Gala menghentikan motornya saat mobil itu berhenti di depan toko kue Aksara. Ia mengamatinya dari jauh. Namun hatinya makin panas saat melihat Aksara dan Dewi tampak tertawa bersama.

“Sial!” umpatnya.

“Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya pada diri sendiri. Dia turun dari motornya dan melangkah mendekat, bersembunyi di balik mobil yang terparkir. Dari sana, ia melihat Aksara memberikan kue kepada Dewi, senyuman mereka begitu hangat, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

"Ini tidak bisa dibiarkan," gumam Gala, hatinya bergejolak. Ia mengeluarkan ponsel, berencana menghubungi seseorang. "Aku butuh bantuanmu."

***

“Makanlah yang manis-manis, biar harimu ikut manis,” ucap Aksara sembari menyodorkan cake strawberry pada Dewi.

Ia juga memberikan air putih hangat untuk istrinya.

Dewi meneguk air putih itu perlahan.

"Makasih ya, Mas.”

“Hmm, gimana perasaanmu sekarang?”

“Sudah jauh lebih baik dan satu persatu beban terlepas dari hatiku, Mas. Aku gak ada sangkut paut lagi sama Mas Gala.”

Aksara mengangguk. “Syukurlah, moga makin ke sana makin membaik ya!”

“Aamiin …”

“Kamu lihat ekspresi wajah mereka tadi?”

“Iya, Mas, kayaknya shock banget. Pasti mereka gak nyangka.”

Aksara menghela napas panjang. “Ya begitulah manusia."

Dewi terdiam sejenak sembari melihat cake strawberry itu. Tatapannya berkaca-kaca mengingat perlakuan Gala dan keluarganya.

“Kenapa cuma dilihat doang? Ayo dimakan!” tegur Aksara membuyarkan pikiran Dewi.

Dewi mengangguk lagi.

“Jangan bersedih—”

“Aku gak sedih, Mas. Aku hanya sedang berpikir, selama ini waktu yang kuhabiskan bersamanya itu sia-sia, aku tulus tanpa melihat kekurangannya, tetapi dia membuatku seperti tidak punya harga diri.”

“Itu namanya belum berjodoh. Tidak usah disesali. Sekarang kita fokus sama hari ini dan masa depan. Perihal jodoh itu unik ya, kamu gak nyangka kan akan menikah denganku?”

“iya, Mas, sama sekali gak ada dalam bayanganku.”

Aksara tertawa lirih.

“Mas, kok yang lain belum pada dateng?” tanya Dewi bingung karena suasana toko masih sepi.

“Aku liburkan tokonya. Kita kan masih dalam suasana pengantin baru, jadi kita bisa menikmati waktu berdua,” jawab Aksara.

Dewi tersenyum, hatinya menghangat. “Tapi, bagaimana dengan para pelanggan?”

“Biarkan saja, mereka bisa menunggu. Hari ini hanya untuk kita,” kata Aksara, menatap Dewi dengan penuh kasih.

Dewi tersipu malu.

"Tadi aku udah merekam saat ngembaliin maharmu pakai spy camera."

"Benarkah?"

Aksara mengangguk. Ia mengambil spy camera yang berbentuk seperti kancing baju dan menunjukkannya pada Dewi.

"Ayo ikut aku!"

Lelaki itu berjalan menuju ruang kerjanya, menyalakan laptop dan juga spy camera.

"Aku sengaja pakai spy camera ini agar tidak ketahuan tadi. Pasti mereka akan mencak-mencak kalau kita merekam pake HP."

Dewi tertegun mendengarnya. Ia bahkan tidak kepikiran sampai di situ.

"Nah, kamu bisa kirim video ini ke Geni. Biar dia puas. Aku kirim filenya ke nomor WA kamu ya!"

Dewi mengangguk, hatinya berdebar. Dia tidak menyangka Aksara begitu cerdik.

Aksara segera mengirimkan file video itu melalui W******p. "Ini dia. Pastikan Geni melihatnya."

Dewi membuka video tersebut dan melihat momen ketika mereka mengembalikan mahar dengan tegas.

"Iya, Mas, aku akan mengirimnya ke Geni."

“Sekarang kita tunggu responsnya. Apapun yang terjadi, kita hadapi bersama,” ucap Aksara sembari meraih tangan Dewi.

***

Geni berdiri di depan cermin, memandangi bayangannya dengan tatapan penuh ambisi.

"Cermin cermin coba katakan siapa yang paling cantik?" Geni berbicara sendiri dengan pantulan dirinya di cermin.

"Tentu saja Nona Geni yang paling cantik bukan Damay maupun Dewi, hahaha ...." jawabnya sendiri sambil tertawa.

Ia kembali mengoles wajahnya dengan make up.

Tring ....! Sebuah notifikasi pesan masuk ke aplikasi WA-nya.

Geni menoleh. "Ah, itu pasti dari Ayang Gala," ujarnya kemudian tersenyum. Gadis itu meraih ponsel yang tergeletak di meja.

Dahinya berkerut saat melihat video yang dikirimkan oleh Dewi.

"Oh jadi Mbak Dewi beneran sudah ngembaliin mahar dan seserahan itu. Bagus deh," gumamnya lagi. Namun ia tak berniat untuk merespon ataupun membalasnya.

Geni justru mengirimkan pesan ke nomor Gala.

[Mas, lagi dimana? Aku kangen ...]

Pesan itu terkirim tapi tak kunjung dibaca. "Aah, Mas Gala lagi kemana sih? Tumben-tumbenan dia cuekin chat aku!"

[Mas, nanti datang ke rumah ya! Aku tunggu lho!]

Sementara itu di tempat lain ...

“Jadi foto-foto sebanyak ini cuma editan?” tanya Gala pada temannya itu. Lelaki yang tengah menghadap layar computer itu mengangguk.

“Iya, ini jelas banget editannya. Gue pun bisa ngedit wajah lu ke sini!”

“Astaga!”

“Teknologi sekarang udah canggih, Bro, bahkan dua buah foto pun bisa digabung dijadikan satu video berpelukan ataupun yang lainnya,” sahut Riko.

Mulut Gala menganga mendengar penjelasan temannya yang memang mahir di dunia digital.

“Kenapa, Gal? Tunggu-tunggu, jangan bilang kalau lu terpengaruh karena foto-foto editan ini? Dia cewek lu kan?”

Gala mengangguk lemas. “Sayangnya hubungan kami udah berakhir, ya semua gara-gara ini. Gue sampai membatalkan pernikahan itu.”

“Jahat banget! Ini gak adil buat mantan cewek lu.”

“Aarggghh!” Gala menggeram kesal. Seketika kepalanya terasa berdenyut nyeri.

“Siapa yang mengirim foto-foto itu? Lu harus usut sih!"

Related chapters

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   8. Gosip

    Part 8“Siapa yang mengirim foto-foto itu? Lu harus usut sih,” tukas Riko lagi.“Entahlah. Gue dapat dari nomor asing.”“Nomor asing lu percaya gitu aja? E buseeet, gak ada hati ya lu, gak dipikir dulu, main batal aja, gimana perasaan dia coba! Dasar sengklek lu!”Gala membuang napasnya dengan kasar. “Gue tahu, tapi itu semua bikin gue parno! Dia bilang dia enggak pernah melakukan hal itu, tapi foto-foto itu... bisa bikin siapa aja ragu.”Gala tampak bingung, entah kenapa dada rasanya sesak saat mengetahui situasi yang sebenarnya. Itu sungguh menyakitkan.“Gue pengen tahu lebih dalam soal ini, tapi rasanya udah telat. Dia udah nikah sama pria lain,” ujarnya penuh sesal. “Iya, resiko Gal. Lo yang nuduh dan ninggalin dia. Walaupun berat, lo harus bisa melepaskan. Tapi kalau lo merasa ada yang nggak beres, nggak ada salahnya untuk cari tahu kebenarannya.”Gala mengacak rambutnya frustasi. Bayangan Dewi yang menangis saat itu muncul dalam benaknya. "Pasti ada yang iri dengan kalian dan

    Last Updated : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   9. Tolong Lepasin Aku

    Part 9"Hallo, Mas, kenapa baru diangkat sih? Aku hubungi dari tadi lho! Cepat pulang, kami kangen!" sahut suara manja di seberang telepon."Ada apa, Bel?""Ih Mas Aksara mah selalu gitu! Ketus banget kalau ditelepon!"Aksara menghela napas dalam. "Iya ada apa?" "Mas disuruh pulang sama Papa," Bella melanjutkan.Aksara mengerutkan dahi. "Kenapa? Ada masalah apa?""Papa bilang ada sesuatu yang penting. Dia tidak mau membahasnya lewat telepon," jawab Bella, nada suaranya semakin tegang.“Penting bagaimana?” tanya Aksara.“Entahlah. Dia hanya bilang kamu harus segera pulang. Kita disuruh kumpul semua termasuk Mas Arjuna juga, Mas.” Bella mengeluh.Aksara terdiam sejenak sembari menatap Dewi dengan cemas. "Mas?! Mas Aksa bisa pulang 'kan?" Suara manja Bella kembali terdengar di telinganya."Hmmm ....""Jangan hmm hmmm doang, nanti Papa marah lagi sama aku.""Kamu bikin kesalahan lagi?""Enggak kok! Aku gak berani. Masa hukumanku aja belum selesai." Terdengar ia membuang napas panjangnya

    Last Updated : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   10. Kurang Ajar!

    Part 10"Uhuk-uhuk!! Mas, tolong lepasin aku!"Gala menggenggam leher Geni dengan kuat. Otot-otot tangannya menegang, urat-uratnya menonjol menandakan lelaki itu benar-benar marahGadis itu meronta, tangannya mencoba mendorong Gala namun sia-sia."Uhuk-uhuk!!""Mas, tolong lepasin. Aku minta maaf... aku benar-benar minta maaf," suara Geni tercekat, matanya memandang Gala dengan penuh ketakutan.Geni merasakan sakit di lehernya dan juga sulit bernapas. Di dalam hati Geni, ia merasa menyesal. Sekaligus tak percaya Gala akan membvnuhnya dengan cara seperti ini. Tiba-tiba, suara keras dari arah pintu mengalihkan perhatian mereka. Ibu Geni, yang baru pulang dari kondangan, melihat anaknya terdesak. Buugghhtt!Dengan cepat, Bu Wanda melangkah maju dan memukul Gala dengan tas belanjaan yang penuh. “Lepaskan anak saya!” teriaknya, suaranya penuh ketegasan."Toloooong .... tolooooong!" teriak Bu Wanda berharap para tetangga segera datang.Gala, terkejut, segera melepaskan cengkramannya. Geni

    Last Updated : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   11. Pulang

    Aksara dan Dewi masuk ke dalam mobil setelah selesai membereskan semuanya. "Kita pulang dulu, izin sama bapak dan ibu, kemungkinan kita akan menginap di rumah papaku," ujar Aksara sembari mengemudikan mobil dengan pelan."Baik, Mas."Kendaraan roda empat itu melaju santai di jalanan yang cukup ramai. Alunan musik klasik mengiringi perjalanan mereka. Tanpa sadar, Dewi tertidur di mobil. Aksara menoleh, menatap istrinya sambil tersenyum. "Kamu pasti lelah ya?" lirihnya. Lelaki itu membiarkan Dewi terlelap.Mobil mulai melaju pelan saat sampai di jalan gang rumahnya. "Wi, Dewi, bangun ... kita sudah sampai," ujar aksara sembari membelai lengan istrinya dengan lembut.Dewi terkesiap, ia langsung mengerjapkan matanya pelan dan melihat ke luar jendela mobil. Ia menoleh melihat sang suami yang menatapnya."Mas, maaf aku ketiduran, tau-tau dah sampai aja di rumah.""Iya, tidak apa-apa. Kamu pasti capek banget habis bantuin aku. Ayo turun!"Dewi mengangguk. Aksara memarkirkan mobil di dep

    Last Updated : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   12. Debat

    "Aku datang tidak untuk berdebat denganmu, Bel. Dimana Papa?"Bella mendengus. "Jadi, Mas menikah tanpa memberi tahu keluarga? Yang benar saja, Mas!""Aku akan menjelaskannya nanti."“Tidak bisa!” teriak Bella, terlihat kesal. “Kamu tidak bisa membawa orang asing ke sini, Mas!”"Dia bukan orang asing, Bel. Aku sudah menikahinya. Tolong bersikaplah dengan sopan! Dia kakak iparmu!"Bella berdecih, wajahnya tampak begitu sinis."Bella, dimana Papa?"Bella yang tak puas dengan kakaknya memilih menjauh, seolah mengabaikan pertanyaan Aksara. "Papa ada di belakang," ujarnya kemudian setengah berteriak.Aksara menghela napas, lalu menatap Dewi. "Maafkan adikku ya, Wi. Dia gak sopan sama kamu, sifatnya memang jutek kalau ketemu orang baru."Dewi mengangguk. "Iya, Mas, aku bisa maklum kok, dia pasti kaget lihat kamu pulang bersama seorang wanita."Aksara tersenyum kecil. "Iya. Ya sudah, Ayo, kita temui Papa! Mungkin Papa sudah menunggu."Dewi mengangguk, meski masih ragu, terlebih adik suaminya

    Last Updated : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   13. Menentang

    Aksara dan Dewi masih berjalan pelan di koridor. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat dan Ayah Aksara muncul dari ujung ruangan dengan ekspresi terkejut."Aksara, kau sudah pulang rupanya," sambut Pak Arif. Dia melirik ke arah Dewi. Keningnya mengernyit penuh pertanyaan."Siapa wanita yang kamu bawa pulang ini?" tanyanya, suaranya menggema namun penuh arti. Sebelah alisnya terangkat.Dewi terpaku sejenak. Ada rasa takut saat melihat pria paruh baya yang terlihat tegas di hadapannya itu.Aksara maju satu langkah. "Ini, Dewi, Pa. Dia istriku.""Istri?""Ya.""Sejak kapan kamu menikah?""Kemarin.""Kemarin? Kenapa kalian menikah diam-diam? Apa kalian tidak memikirkan kami?" suara Pak Arif menggema keras di ruangan itu, setiap kata yang diucapkannya bagai hantaman yang membuat Dewi semakin tertekan."Maafkan aku, Pa.""Apa di matamu keluarga sudah tidak berarti lagi?

    Last Updated : 2024-11-23
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   14. Tidak Layak

    Part 12a"Aksara, jangan berani mengangkat suara padaku!” Aksara membungkukkan tubuhnya tanda memberi hormat. “Aku minta maaf, Pa. Aku pamit pulang dulu,” ujarnya dengan nada suara lebih rendah, ia tak ingin ayahnya lebih murka. Lelaki muda itu langsung beranjak hendak meninggalkan ruang kerja sang ayah.“Aksara, tunggu! Papa belum selesai bicara!”Aksara berhenti sejenak, “Aku akan bicara lagi dengan Papa setelah Papa merestui pernikahan kami. Aku tahu, Papa pasti butuh waktu untuk mencerna semua ini. Jangan terlalu menaruh harapan lebih pada anakmu yang tak berguna ini, Pa. Aku dan Dewi pamit dulu.”Tak ingin berlama-lama, pria itu lekas keluar ruangan meninggalkan ayahnya yang termangu akan ucapannya.Sementara itu ... "Oh, gadis pinggiran rupanya lagi bersantai di sini? Senang ya, gak ada beban," celetuk Bella dengan kata-kata pedasnya. Mendadak gadis itu datang mengejutkannya.Dewi menoleh melihat ke

    Last Updated : 2024-11-24
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   15. Kami Pamit

    Part 12bSang ibunda menggeleng pelan.“Aksa menyayangi Dewi, Aksa juga menyayangi Mama, Aksa datang kesini karena ingin meminta restu pada Mama dan Papa, maaf ya, Ma kalau terlambat. Bukan karena kami tak menghormati kalian tapi ada suatu hal kenapa bisa begini. Tolong jangan salah memahami.”Kali ini sang ibunda mengangguk, ia menatap Dewi dengan mata berkaca-kaca seolah ingin mengucapkan sesuatu.Aksara meraih tangan ibundanya lalu diciuminya dengan lembut. “Maaf belum bisa membahagiakan Mama. Insyaallah, nanti Aksa dan Dewi akan sering datang menjenguk Mama. Tolong tetap bertahan ya, Ma. Semoga Mama bisa sembuh.”Wanita paruh baya itu Kembali mengangguk. Kali ini bibirnya terukir sebuah senyuman tipis.“Aksa dan Dewi pamit pulang dulu ya, Ma. Mama jangan lupa minum obatnya yang teratur,” ucap Aksara Kembali yang dijawab anggukkan kepala ibunya. Sebagai anak lelaki, Aksara termasuk anak yang lembut pada sang ibunda.

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   32. Kelakuan Geni

    Part 21aDewi mendongak. "Geni? Kau sudah bebas?"Geni tersenyum sinis. "Kenapa? Mbak berharap aku terus di penjara?"Dewi menatap Geni dengan sorot mata terkejut. Kalung di tangannya nyaris terjatuh, tapi ia segera menggenggamnya erat. Ia menghela napas, mencoba menguasai diri."Bukan begitu, tapi siapa---""Hahaha, Mbak gak usah kepo tentang siapa yang menjaminku keluar, yang jelas aku udah ada di sini sekarang."Geni terus mendekat. Langkahnya yang percaya diri menciptakan suara yang memecah keheningan ruangan. Ia menyapu pandangannya ke sekitar rumah, lalu tertawa kecil—tertawa yang terdengar lebih seperti ejekan.Dewi bangkit berdiri, menghadapi Geni. Matanya menyipit, menyembunyikan kebingungannya."Lalu mau apa kamu kesini, Geni?"Geni mengangkat bahu. "Sepertinya aku akan sering main ke sini. Aku suka melihat ekspresi Mbak yang seperti ini—bingung, takut, tapi berpura-pura tegar."Senyumnya melebar, dan ia melangkah lebih dekat hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa inci.

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   31. Tak Sengaja Bertemu

    Part 20b“Kamu baik-baik aja kan?” Arjuna bertanya dengan nada khawatir.Dewi mengangguk. “Iya, terima kasih banyak, Mas! Aku hampir—” Dewi mulai menjelaskan, tapi Aksara tiba-tiba muncul, ia berlari tergopoh-gopoh menghampirinya.“Dewi! Apa yang terjadi?” Aksara melihat ke arah mereka berdua dan terkejut. “Kamu di sini, Arjuna?”“Aku cuma bantuin istrimu, dia hampir tertabrak,” jawab Arjuna, terlihat sedikit canggung.Aksara menghela napas, merasa lega melihat Dewi baik-baik saja. "Terima kasih, Arjuna."“Gak masalah. Yang penting dia selamat,” jawab Arjuna datar. Ia segera bangkit berdiri dan melangkah pergi meninggalkan mereka.Aksara menatap saudara kembarnya, yang saat ini hanya memakai kaos oblong, dan beberapa noda bekas oli di celana jeansnya."Tunggu!" Aksara mencegat langkahnya. "Kenapa kamu selalu pergi sebelum aku selesai bicara?" Arjuna menghentikan langkahnya. "Aku harus kembali kerja."

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   30. Hampir Tertabrak

    Part 20Aksara dan Dewi duduk santai di teras belakang sambil menikmati secangkir kopi. Mereka menanti kue yang dibuat Aksara untuk sampel produksi besok pagi. Suasana malam itu tenang, dengan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.“Maaf ya, Wi, aku belum bisa memberikan rumah yang nyaman untukmu. Kita masih sempit-sempitan tinggal di sini,” ucap Aksara, matanya menerawang jauh ke depan, merenungkan keadaan mereka.“Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang. Di sini terasa lebih hangat. Apalagi ada aroma kue yang manis,” Dewi menjawab dengan lembut, matanya berbinar saat merasakan kehangatan dalam situasi sederhana itu.Aksara tersenyum, merasa lega mendengar jawaban Dewi. “Aku sengaja tidak memperpanjang sewa di perumahan, karena tadinya ingin pulang saja dan tinggal di rumah, tapi kenyataannya berkata lain.”“Mas, kamu sudah memberikan banyak untukku. Kalau kamu rindu suasana rumah, kita bisa pulang ke rumah orang tuaku. Kita kan sudah menjadi

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   29. Curi Kesempatan

    Part 19b.Bella terdiam, pertanyaan ayahnya mengusik pikirannya. “Aku cuma gak mau Mas Aksara seperti Mas Arjun, ia benar-benar pergi dan bahkan gak peduli lagi dengan kita!”Pak Arif menatap Bella lebih dalam setelah mendengar nama Arjuna disebut. Wajahnya mengeras sejenak, mengingat putranya yang lebih memilih pergi menjauh dari keluarga dan tidak pernah kembali. Suasana makan malam itu tiba-tiba terasa semakin tegang, seolah beban masa lalu ikut hadir di antara mereka.“Arjuna berbeda, Bella. Jangan bandingkan Aksara dengan Arjun,” ujar Pak Arif dengan nada dingin, jelas menunjukkan bahwa topik Arjuna bukanlah sesuatu yang ingin ia bahas lebih jauh.“Tapi Pa, Mas Aksa bisa aja mengikuti jejak Mas Arjun kalau Papa terus membiarkan ini terjadi. Dewi bisa mempengaruhinya, dan dia akan meninggalkan kita juga!” Bella mengucapkannya dengan nada getir dan penuh kekhawatiran.Pak Arif meletakkan kedua tangannya di meja, menatap putri

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   28. Minta Maaf

    Part 19Bella terdiam sejenak, matanya menatap tajam ke arah Aksara. “Minta maaf? Serius, Mas? Kamu suruh aku minta maaf sama dia?”Aksara mengangguk tegas. “Iya, Bella. Dewi gak bersalah, dan video itu sudah terbukti palsu. Polisi sudah menangkap orang yang menyebarkan dan mengeditnya. Jadi, gak ada alasan lagi untuk kamu menuduh Dewi.”Bella menghela napas panjang, lalu memutar bola matanya dengan kesal. “Mas, aku cuma khawatir sama kamu. Gak mungkin aku sengaja nyakitin perasaan kalian. Tapi aku gak bisa langsung percaya begitu aja!”“Percaya atau nggak, fakta sudah berbicara, Bella. Dewi sudah difitnah, dan kita harus berdiri di sampingnya, bukan malah menambah bebannya,” tegas Aksara.Dewi yang mendengar pembicaraan itu dari balik kasir, merasa hatinya kacau. Di satu sisi, ia senang karena Aksara begitu membelanya, tapi di sisi lain, ia juga merasa terluka oleh cara Bella menilainya.“Bella,” Dewi akhirnya angkat bicara, sua

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   27. Penyelidikan

    Part 18b “Istri Aksara, awasi dia juga apa yang dia lakukan selama ini.” “Baik, Bos.” “Laporkan apapun yang mereka lakukan.” “Siap, Bos!” Panggilan itupun berakhir. Satu jam kemudian, teleponnya berdering. Nama Gito tertera dalam layar ponselnya. Ia adalah asisten pribadinya yang melaporkan hasil penyelidikan awal soal Dewi. “Pak Arif, saya sudah mencari informasi soal Dewi. Data tentang Dewi saya kirim ke email bapak ya!” “Hmmm …” “Ternyata, dia tidak punya catatan buruk ataupun riwayat pekerjaan yang mencurigakan. Dia juga tidak pernah bekerja di tempat-tempat yang seperti dugaan Bapak. Justru dia bekerja di tempat Mas Aksara." Pak Arif terdiam sejenak, lalu mendengus kasar. “Itu tidak mungkin! Tapi bagaimana dengan video itu? Video itu jelas-jelas menunjukkan dia melakukan sesuat

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   26. Fitnah

    Part 18 Dewi terdiam, terkejut dengan permintaan buliknya. "Tapi, Bulik, Geni sudah melakukan kesalahan. Dia harus menghadapi konsekuensinya." "Dia tidak bersalah, Dewi! Bulik yakin dia tidak bersalah. Dia hanya terjebak dalam situasi yang tidak adil. Tolong, pikirkan lagi, Nak. Bulik mohon," ujar Bu Wanda dengan nada penuh harap. Dewi menatap buliknya yang berlutut, rasa cemas dan bingung menyelimuti pikirannya. Belum lagi para pembeli yang menatap ke arah mereka sambil saling berbisik. "Bulik, bangunlah. Kita bicara di belakang saja," ujar Dewi. Bu Wanda menggeleng pelan. "Bulik gak akan bangun sebelum kamu mau membantu Geni. Kamu tahu kan, Geni itu satu-satunya putri Bulik, dia kehidupan Bulik, Bulik gak bisa hidup tanpa dia." "Aku tidak tahu apakah aku bisa membantu. Itu bukan keputusan yang bisa diambil secara sembarangan." "Jadi, kamu benar-benar gak mau membantu Bulik, De

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   25. Tolong Bulik, Wi!

    Part 17bLho terus, apa yang lu lakuin di sana.""Itu dia, ceritanya cukup rumit ...." Arjuna mulai menceritakan kejadian yang baru saja di alami olehnya di toko saudara kembar."Jadi dia salah paham dikira lu yang berantakin toko dan nyakitin istri lu?""Hmmm begitulah. Suasananya gak enak banget tadi. Bener-bener bikin gue panas. Pengin marah tapi gak bisa."Rudi mengulum senyum lalu menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. "Lain kali saja kau coba lagi untuk bicara sama dia.""Halaaah males gue! Mungkin memang seharusnya putus hubungan saja dengan mereka. Biar bebas ...""Hei, itu tidak adil sama diri lu sendiri. Mungkin sekarang lu masih butuh waktu, gue paham itu. Tapi percaya sama gue, seiring berjalannya waktu lu akan berdamai dengan keadaan itu. Pokoknya lu jangan nyerah, Sob. Masih ada banyak jalan menuju roma.""Huuu sok iyee lu!""Hahaha, Sob, gue lagi jadi motivaror lho, harusnya lu dukung. Ud

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   24. Dua Kemungkinan

    Part 17"Ada dua kemungkinan, Mas."Aksara mengerutkan keningnya. "Apa?""Kemungkinan pertama mungkin memang hanya kebetulan, dan ini cara Allah mempertemukan kalian lagi."Aksara mengangguk. "Terus?""Kemungkinan kedua, mungkin saja dia sengaja datang dan ada sesuatu yang ingin dia bicarakan denganmu, hanya saja situasi tak mendukung. Jadi dia belum"Kamu benar, Dewi. Harusnya tadi aku tak bersikap gegabah. Tapi sekarang aku tidak tahu dimana dia tinggal."Dewi meraih tangan Aksara. "Mas, kita sholat dulu yuk. Biar pikiran kita fresh. Yang lainnya kita pikirkan nanti."Aksara mengangguk, merasakan ketenangan saat Dewi mengajaknya sholat. Setelah selesai, mereka duduk sejenak, mencoba merenungkan apa yang terjadi."Bagaimana kalau kita mencari tahu Mas Arjuna dari teman-temannya?" saran Dewi. "Mungkin mereka bisa memberi tahu di mana dia tinggal.""Ya, itu ide yang bagus," jawab Aksar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status