Share

5. Kesal

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 22:13:51

Part 5

“Arrgghh! Sungguh menyebalkan! Kenapa tiba-tiba Mbak Dewi nikah sama Mas Aksara sih?!” gerutu Geni dengan sangat kesal.

“Malah dikasih barang-barang hadiah dan seserahan yang lengkap pula! Harusnya kan dia menderita bukan malah bahagia kayak gini!”

Geni berjalan mondar-mandir di ruang tamu, perasaannya begitu gelisah. Karena yang terjadi tak sesuai dengan rencananya. Kedua tangannya mengepal erat, amarahnya meluap-luap.

“Kalau kayak gini Mbak Dewi makin besar kepala! Dia pasti akan menghinaku kembali, ckk!”

Geni memanyunkan wajahnya, bibirnya terkatup rapat. Ia merasa tak habis pikir kenapa keberuntungan selalu berpihak pada kakak sepupunya itu.

Perempuan itu menghempaskan tubuhnya duduk di sofa. Ia mengambil ponsel ingin menghubungi Gala, dan segera membuka aplikasi whattsapp.

Namun matanya terpaku pada status WA Dewi yang baru saja muncul. Karena rasa penasaran, ia mengklik status WA kakak sepupunya itu

"Terima kasih, Mas Aksara. Aku gak nyangka kamu malah ngasih kejutan sebanyak ini." Tulis Dewi di status WA-nya dengan emoticon berkaca-kaca.

Lalu disertai foto-foto hadiah perabotan yang disusun rapi seolah tengah mengejeknya, begitu juga dengan foto pernikahan Dewi yang tampak begitu bahagia, seolah tak ada insiden buruk yang terjadi sebelumnya.

Geni mendengus kesal, entah kenapa hatinya perih bagai ditusuk ribuan jarum. Dadanya pun terasa begitu sesak.

"Itu seharusnya untuk aku!" gumamnya dengan penuh iri.

"Dia tidak layak mendapatkan kebahagiaan itu!" desis Geni sambil meninju bantal sofa dengan keras.

Beberapa bulan lalu, ia ingat betul saat terusir dari desanya sendiri gegara telah mengganggu Damay dan keluarganya. Bukannya Dewi membela, tapi justru memakinya.

“Emangnya kenapa kok bisa para warga ngejar kamu?” tanya Dewi sesaat setelah Geni datang ke rumahnya.

“Aku gak ngapa-ngapain, Mbak.”

“Gak mungkin kan kalau gak ngapa-ngapain! Kamu pasti sudah melakukan kesalahan! Ngaku saja deh!" tukas Dewi lagi.

"Jangan-jangan kamu ngehancurin hubungan orang lagi, iya? Astaga, Geni! Kamu itu masih muda kenapa harus jadi pelakor sih! Apa cuma itu keahlianmu?"

Geni hanya diam seribu bahasa, takut salah menjawab. Untunglah, saat ibu budhe-nya ikut membela, hingga tak

“Dewi, jangan bertanya-tanya terus, kasihan Geni, biar dia istirahat dulu,” ucap ibundanya menyela.

“Jadi untuk beberapa hari ke depan bulik kamu menitipkan Geni di sini. Dia akan tinggal bersama kita selama beberapa waktu sampai urusan rumah selesai,” jelas sang ibunda Dewi.

Kening Dewi mengernyit. “Urusan rumah, maksud ibu apa?”

“Ya, bulik kamu sama Geni mau jual rumah yang di sana, sambil cari rumah baru di lingkungan kita. Mereka mau pindah ke sini."

Dewi melongo mendengar ucapan sang ibunda.

Namun tak sampai disitu, yang membuat Geni muak, Dewi begitu bawel padanya, sering menyuruhnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang sangat membosankan.

“Kamu kan bisa kerja juga jangan malas-malasan terus seperti ini! Manfaatin masa mudamu jangan begini terus, kasihan ibumu, Geni!”

“Halaah, apaan sih kamu Mbak! Sok bijak! Baru juga jadi kasir toko, belum jadi staff kantor, sombong banget kamu, Mbak!”

“Dih, dinasehatin malah ngeyel.”

***

“Gen … Geniiii!!” sebuah teriakan membuyarkan lamunannya. Sang Ibunda berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya. Nafasnya tampak terengah-engah.

“Ada apa, Bu?”

“Haduh, Gen, kenapa kamu malah pulang duluan sih, tadi ibu cari kamu di sana! Kamu tau gak kata sopirnya, barang-barang yang dibeliin si Aksara nominalnya mencapai 50 juta lebih!”

“Hah? 50 juta? Serius, Bu?”

Ibu mengangguk cepat.

Geni makin lemas saat mendengar nominal yang disebutkan oleh ibunya. Itu tidak mungkin kan?

“Sepertinya kamu juga harus minta seserahan yang lebih sama Gala, biar kita gak dipermalukan, Gen!”

“Iya, Bu, kemarin aku sudah diskusi kok. Lihat saja nanti, Bu. Aku yakin Mas Gala pasti mampu memberikan apa yang aku mau. Dia juga kan orang kaya."

Bu Wanda tersenyum dan manggut-manggut. "Hmmm, memang pinter anak ibu. Pokoknya kali ini jangan sampai gagal lagi ya!"

Geni mengangguk. Ia meraih ponselnya kembali dan langsung mengirimkan pesan pada Gala.

[Mas, nanti kalau kita nikah nanti seserahannya yang lengkap ya! Aku pengen springbed, meja rias, sofa, lemari pokoknya semua isi rumah. Biar gak kalah sama Mbak Dewi]

Tak berselang lama, Gala justru menghubunginya via video call.

"Hallo, Mas ..."

"Hallo, Geni, maksudmu apa tadi? Dewi dapat dari mana hadiah itu?"

"Dari suaminyalah."

"Suami?"

Geni tersenyum sinis saat melihat ekspresi bingung di wajah Gala di layar ponselnya.

“Iya, orang yang menggantikan posisimu dalam pernikahan Dewi."

Gala terlihat semakin bingung.

"Pokoknya, aku mau barang seserahannya yang banyak ya, Mas. Jangan sampai kalah dari Mbak Dewi."

"Hmmm ... kita lihat saja nanti," sahut Gala. Ia menghela napas panjang dan menutup video callnya.

Geni memandang sekeliling ruangannya dengan puas. “Ini akan menjadi permainan yang menarik. Dan aku tidak akan berhenti sampai semua orang tahu siapa yang sebenarnya lebih beruntung di sini,” bisiknya pada dirinya sendiri sambil tertawa kecil.

***

Dewi berjalan menghampiri Aksara yang turun dari motornya. Lelaki itu baru saja pulang dari toko. Ia memberikan paper bag berisi cake yang ada di toko.

"Aku bawakan kue untukmu."

Dewi tersenyum dan menyambut uluran tangan Aksara meski masih dengan perasaan canggung.

"Wah makasih ya, Mas."

"Hmmm ... ada untuk bapak dan ibu juga."

Dewi mengangguk. Ia berjalan berdampingan dengan suaminya masuk ke dalam rumah. Menghampiri bapak ibu dan berbicara dengan ramah.

Di dalam kamar ....

"Mas ..."

"Ya?"

"Terima kasih."

"Untuk apa?"

"Hadiahnya, Mas. Kenapa kamu beli perabotan banyak sekali? Itu untukku semua?"

Aksara tersenyum. "Iya, bukankah udah semestinya begitu? Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk istriku," ucapnya sembari mengusap kepala sang istri.

Dewi mengulum senyum.

Ting! Sebuah notifikasi pesan WA membuyarkan kebersamaan mereka. Dewi segera meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Raut wajahnya seketika berubah saat mendapati pesan dari Geni.

[Mbak Dewi, jangan gak tau malu ya, cepat balikin uang mahar dan seserahan yang diberikan Mas Gala! Pernikahan kalian kan udah batal! Jangan makan hak orang lain!]

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   6. Perhitungan

    Part 6[Mbak Dewi, jangan gak tau malu ya, cepat balikin uang mahar dan seserahan yang diberikan Mas Gala! Pernikahan kalian kan udah batal! Jangan makan hak orang lain!][Jangan khawatir, akan kukembalikan semua yang bukan menjadi hakku.] Balas Dewi dengan perasaan kesal.[Baguslah kalau Mbak tahu diri.][Tentu saja, aku tidak seperti kamu!][Apa maksudmu, Mbak?]Dewi mengusap wajahnya sembari menghela napas panjang. Seolah melepaskan beban penat di hatinya. Bagaimana mungkin ia mengembalikan uang seserahan itu sementara uangnya sudah terpakai untuk keperluan hajatan kemarin. Ia menggelengkan kepalanya pelan.Melihat raut wajah sang istri yang berubah, Aksara berjalan mendekat."Kenapa? Ada apa, Dewi?" tanya Aksara. Karena Dewi tak kunjung menjawabnya, Aksaraa mengambil ponsel dari tangan istrinya lalu membaca pesan yang dikirimkan oleh Geni."Berapa?"Dewi menatap Aksara dengan tatapan berkaca-kaca. Ingin berbicara tapi rasanya sungkan."Berapa uang mahar dan seserahan yang laki-lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   7. Terlambat

    Part 7Gala mengepalkan tangannya sembari menggeram kesal.“Gal, ini dibawa masuk semua, lumayan lho buat ngasih ke Geni jadi gak perlu beli lagi. Perawakan mereka kan sama, jadi cocoklah ukurannya,” ujar Tante Rahayu.Gala menoleh dengan ekspresi datar kemudian pergi begitu saja. “Kamu mau kemana?” “Aku keluar dulu, Tante saja yang urus semua ini!” tukasnya. Ia langsung menuju motornya dan melajukan kendaraan roda dua itu berusaha mengejar mobil Aksara.“Apa aku gak salah dengar, dia memanggil Dewi sayang? Cih, sebenarnya sudah berapa lama mereka berhubungan?!” Pikiran Gala terus berputar-putar saat terbayang Dewi diperlakukan baik oleh lelaki itu.Gala menghentikan motornya saat mobil itu berhenti di depan toko kue Aksara. Ia mengamatinya dari jauh. Namun hatinya makin panas saat melihat Aksara dan Dewi tampak tertawa bersama.“Sial!” umpatnya. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya pada diri sendiri. Dia turun dari motornya dan melangkah mendekat, bersembunyi di balik mobil yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   8. Gosip

    Part 8“Siapa yang mengirim foto-foto itu? Lu harus usut sih,” tukas Riko lagi.“Entahlah. Gue dapat dari nomor asing.”“Nomor asing lu percaya gitu aja? E buseeet, gak ada hati ya lu, gak dipikir dulu, main batal aja, gimana perasaan dia coba! Dasar sengklek lu!”Gala membuang napasnya dengan kasar. “Gue tahu, tapi itu semua bikin gue parno! Dia bilang dia enggak pernah melakukan hal itu, tapi foto-foto itu... bisa bikin siapa aja ragu.”Gala tampak bingung, entah kenapa dada rasanya sesak saat mengetahui situasi yang sebenarnya. Itu sungguh menyakitkan.“Gue pengen tahu lebih dalam soal ini, tapi rasanya udah telat. Dia udah nikah sama pria lain,” ujarnya penuh sesal. “Iya, resiko Gal. Lo yang nuduh dan ninggalin dia. Walaupun berat, lo harus bisa melepaskan. Tapi kalau lo merasa ada yang nggak beres, nggak ada salahnya untuk cari tahu kebenarannya.”Gala mengacak rambutnya frustasi. Bayangan Dewi yang menangis saat itu muncul dalam benaknya. "Pasti ada yang iri dengan kalian dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   9. Tolong Lepasin Aku

    Part 9"Hallo, Mas, kenapa baru diangkat sih? Aku hubungi dari tadi lho! Cepat pulang, kami kangen!" sahut suara manja di seberang telepon."Ada apa, Bel?""Ih Mas Aksara mah selalu gitu! Ketus banget kalau ditelepon!"Aksara menghela napas dalam. "Iya ada apa?" "Mas disuruh pulang sama Papa," Bella melanjutkan.Aksara mengerutkan dahi. "Kenapa? Ada masalah apa?""Papa bilang ada sesuatu yang penting. Dia tidak mau membahasnya lewat telepon," jawab Bella, nada suaranya semakin tegang.“Penting bagaimana?” tanya Aksara.“Entahlah. Dia hanya bilang kamu harus segera pulang. Kita disuruh kumpul semua termasuk Mas Arjuna juga, Mas.” Bella mengeluh.Aksara terdiam sejenak sembari menatap Dewi dengan cemas. "Mas?! Mas Aksa bisa pulang 'kan?" Suara manja Bella kembali terdengar di telinganya."Hmmm ....""Jangan hmm hmmm doang, nanti Papa marah lagi sama aku.""Kamu bikin kesalahan lagi?""Enggak kok! Aku gak berani. Masa hukumanku aja belum selesai." Terdengar ia membuang napas panjangnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   10. Kurang Ajar!

    Part 10"Uhuk-uhuk!! Mas, tolong lepasin aku!"Gala menggenggam leher Geni dengan kuat. Otot-otot tangannya menegang, urat-uratnya menonjol menandakan lelaki itu benar-benar marahGadis itu meronta, tangannya mencoba mendorong Gala namun sia-sia."Uhuk-uhuk!!""Mas, tolong lepasin. Aku minta maaf... aku benar-benar minta maaf," suara Geni tercekat, matanya memandang Gala dengan penuh ketakutan.Geni merasakan sakit di lehernya dan juga sulit bernapas. Di dalam hati Geni, ia merasa menyesal. Sekaligus tak percaya Gala akan membvnuhnya dengan cara seperti ini. Tiba-tiba, suara keras dari arah pintu mengalihkan perhatian mereka. Ibu Geni, yang baru pulang dari kondangan, melihat anaknya terdesak. Buugghhtt!Dengan cepat, Bu Wanda melangkah maju dan memukul Gala dengan tas belanjaan yang penuh. “Lepaskan anak saya!” teriaknya, suaranya penuh ketegasan."Toloooong .... tolooooong!" teriak Bu Wanda berharap para tetangga segera datang.Gala, terkejut, segera melepaskan cengkramannya. Geni

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   11. Pulang

    Aksara dan Dewi masuk ke dalam mobil setelah selesai membereskan semuanya. "Kita pulang dulu, izin sama bapak dan ibu, kemungkinan kita akan menginap di rumah papaku," ujar Aksara sembari mengemudikan mobil dengan pelan."Baik, Mas."Kendaraan roda empat itu melaju santai di jalanan yang cukup ramai. Alunan musik klasik mengiringi perjalanan mereka. Tanpa sadar, Dewi tertidur di mobil. Aksara menoleh, menatap istrinya sambil tersenyum. "Kamu pasti lelah ya?" lirihnya. Lelaki itu membiarkan Dewi terlelap.Mobil mulai melaju pelan saat sampai di jalan gang rumahnya. "Wi, Dewi, bangun ... kita sudah sampai," ujar aksara sembari membelai lengan istrinya dengan lembut.Dewi terkesiap, ia langsung mengerjapkan matanya pelan dan melihat ke luar jendela mobil. Ia menoleh melihat sang suami yang menatapnya."Mas, maaf aku ketiduran, tau-tau dah sampai aja di rumah.""Iya, tidak apa-apa. Kamu pasti capek banget habis bantuin aku. Ayo turun!"Dewi mengangguk. Aksara memarkirkan mobil di dep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   12. Debat

    "Aku datang tidak untuk berdebat denganmu, Bel. Dimana Papa?"Bella mendengus. "Jadi, Mas menikah tanpa memberi tahu keluarga? Yang benar saja, Mas!""Aku akan menjelaskannya nanti."“Tidak bisa!” teriak Bella, terlihat kesal. “Kamu tidak bisa membawa orang asing ke sini, Mas!”"Dia bukan orang asing, Bel. Aku sudah menikahinya. Tolong bersikaplah dengan sopan! Dia kakak iparmu!"Bella berdecih, wajahnya tampak begitu sinis."Bella, dimana Papa?"Bella yang tak puas dengan kakaknya memilih menjauh, seolah mengabaikan pertanyaan Aksara. "Papa ada di belakang," ujarnya kemudian setengah berteriak.Aksara menghela napas, lalu menatap Dewi. "Maafkan adikku ya, Wi. Dia gak sopan sama kamu, sifatnya memang jutek kalau ketemu orang baru."Dewi mengangguk. "Iya, Mas, aku bisa maklum kok, dia pasti kaget lihat kamu pulang bersama seorang wanita."Aksara tersenyum kecil. "Iya. Ya sudah, Ayo, kita temui Papa! Mungkin Papa sudah menunggu."Dewi mengangguk, meski masih ragu, terlebih adik suaminya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   13. Menentang

    Aksara dan Dewi masih berjalan pelan di koridor. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat dan Ayah Aksara muncul dari ujung ruangan dengan ekspresi terkejut."Aksara, kau sudah pulang rupanya," sambut Pak Arif. Dia melirik ke arah Dewi. Keningnya mengernyit penuh pertanyaan."Siapa wanita yang kamu bawa pulang ini?" tanyanya, suaranya menggema namun penuh arti. Sebelah alisnya terangkat.Dewi terpaku sejenak. Ada rasa takut saat melihat pria paruh baya yang terlihat tegas di hadapannya itu.Aksara maju satu langkah. "Ini, Dewi, Pa. Dia istriku.""Istri?""Ya.""Sejak kapan kamu menikah?""Kemarin.""Kemarin? Kenapa kalian menikah diam-diam? Apa kalian tidak memikirkan kami?" suara Pak Arif menggema keras di ruangan itu, setiap kata yang diucapkannya bagai hantaman yang membuat Dewi semakin tertekan."Maafkan aku, Pa.""Apa di matamu keluarga sudah tidak berarti lagi?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   32. Kelakuan Geni

    Part 21aDewi mendongak. "Geni? Kau sudah bebas?"Geni tersenyum sinis. "Kenapa? Mbak berharap aku terus di penjara?"Dewi menatap Geni dengan sorot mata terkejut. Kalung di tangannya nyaris terjatuh, tapi ia segera menggenggamnya erat. Ia menghela napas, mencoba menguasai diri."Bukan begitu, tapi siapa---""Hahaha, Mbak gak usah kepo tentang siapa yang menjaminku keluar, yang jelas aku udah ada di sini sekarang."Geni terus mendekat. Langkahnya yang percaya diri menciptakan suara yang memecah keheningan ruangan. Ia menyapu pandangannya ke sekitar rumah, lalu tertawa kecil—tertawa yang terdengar lebih seperti ejekan.Dewi bangkit berdiri, menghadapi Geni. Matanya menyipit, menyembunyikan kebingungannya."Lalu mau apa kamu kesini, Geni?"Geni mengangkat bahu. "Sepertinya aku akan sering main ke sini. Aku suka melihat ekspresi Mbak yang seperti ini—bingung, takut, tapi berpura-pura tegar."Senyumnya melebar, dan ia melangkah lebih dekat hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa inci.

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   31. Tak Sengaja Bertemu

    Part 20b“Kamu baik-baik aja kan?” Arjuna bertanya dengan nada khawatir.Dewi mengangguk. “Iya, terima kasih banyak, Mas! Aku hampir—” Dewi mulai menjelaskan, tapi Aksara tiba-tiba muncul, ia berlari tergopoh-gopoh menghampirinya.“Dewi! Apa yang terjadi?” Aksara melihat ke arah mereka berdua dan terkejut. “Kamu di sini, Arjuna?”“Aku cuma bantuin istrimu, dia hampir tertabrak,” jawab Arjuna, terlihat sedikit canggung.Aksara menghela napas, merasa lega melihat Dewi baik-baik saja. "Terima kasih, Arjuna."“Gak masalah. Yang penting dia selamat,” jawab Arjuna datar. Ia segera bangkit berdiri dan melangkah pergi meninggalkan mereka.Aksara menatap saudara kembarnya, yang saat ini hanya memakai kaos oblong, dan beberapa noda bekas oli di celana jeansnya."Tunggu!" Aksara mencegat langkahnya. "Kenapa kamu selalu pergi sebelum aku selesai bicara?" Arjuna menghentikan langkahnya. "Aku harus kembali kerja."

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   30. Hampir Tertabrak

    Part 20Aksara dan Dewi duduk santai di teras belakang sambil menikmati secangkir kopi. Mereka menanti kue yang dibuat Aksara untuk sampel produksi besok pagi. Suasana malam itu tenang, dengan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.“Maaf ya, Wi, aku belum bisa memberikan rumah yang nyaman untukmu. Kita masih sempit-sempitan tinggal di sini,” ucap Aksara, matanya menerawang jauh ke depan, merenungkan keadaan mereka.“Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang. Di sini terasa lebih hangat. Apalagi ada aroma kue yang manis,” Dewi menjawab dengan lembut, matanya berbinar saat merasakan kehangatan dalam situasi sederhana itu.Aksara tersenyum, merasa lega mendengar jawaban Dewi. “Aku sengaja tidak memperpanjang sewa di perumahan, karena tadinya ingin pulang saja dan tinggal di rumah, tapi kenyataannya berkata lain.”“Mas, kamu sudah memberikan banyak untukku. Kalau kamu rindu suasana rumah, kita bisa pulang ke rumah orang tuaku. Kita kan sudah menjadi

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   29. Curi Kesempatan

    Part 19b.Bella terdiam, pertanyaan ayahnya mengusik pikirannya. “Aku cuma gak mau Mas Aksara seperti Mas Arjun, ia benar-benar pergi dan bahkan gak peduli lagi dengan kita!”Pak Arif menatap Bella lebih dalam setelah mendengar nama Arjuna disebut. Wajahnya mengeras sejenak, mengingat putranya yang lebih memilih pergi menjauh dari keluarga dan tidak pernah kembali. Suasana makan malam itu tiba-tiba terasa semakin tegang, seolah beban masa lalu ikut hadir di antara mereka.“Arjuna berbeda, Bella. Jangan bandingkan Aksara dengan Arjun,” ujar Pak Arif dengan nada dingin, jelas menunjukkan bahwa topik Arjuna bukanlah sesuatu yang ingin ia bahas lebih jauh.“Tapi Pa, Mas Aksa bisa aja mengikuti jejak Mas Arjun kalau Papa terus membiarkan ini terjadi. Dewi bisa mempengaruhinya, dan dia akan meninggalkan kita juga!” Bella mengucapkannya dengan nada getir dan penuh kekhawatiran.Pak Arif meletakkan kedua tangannya di meja, menatap putri

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   28. Minta Maaf

    Part 19Bella terdiam sejenak, matanya menatap tajam ke arah Aksara. “Minta maaf? Serius, Mas? Kamu suruh aku minta maaf sama dia?”Aksara mengangguk tegas. “Iya, Bella. Dewi gak bersalah, dan video itu sudah terbukti palsu. Polisi sudah menangkap orang yang menyebarkan dan mengeditnya. Jadi, gak ada alasan lagi untuk kamu menuduh Dewi.”Bella menghela napas panjang, lalu memutar bola matanya dengan kesal. “Mas, aku cuma khawatir sama kamu. Gak mungkin aku sengaja nyakitin perasaan kalian. Tapi aku gak bisa langsung percaya begitu aja!”“Percaya atau nggak, fakta sudah berbicara, Bella. Dewi sudah difitnah, dan kita harus berdiri di sampingnya, bukan malah menambah bebannya,” tegas Aksara.Dewi yang mendengar pembicaraan itu dari balik kasir, merasa hatinya kacau. Di satu sisi, ia senang karena Aksara begitu membelanya, tapi di sisi lain, ia juga merasa terluka oleh cara Bella menilainya.“Bella,” Dewi akhirnya angkat bicara, sua

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   27. Penyelidikan

    Part 18b “Istri Aksara, awasi dia juga apa yang dia lakukan selama ini.” “Baik, Bos.” “Laporkan apapun yang mereka lakukan.” “Siap, Bos!” Panggilan itupun berakhir. Satu jam kemudian, teleponnya berdering. Nama Gito tertera dalam layar ponselnya. Ia adalah asisten pribadinya yang melaporkan hasil penyelidikan awal soal Dewi. “Pak Arif, saya sudah mencari informasi soal Dewi. Data tentang Dewi saya kirim ke email bapak ya!” “Hmmm …” “Ternyata, dia tidak punya catatan buruk ataupun riwayat pekerjaan yang mencurigakan. Dia juga tidak pernah bekerja di tempat-tempat yang seperti dugaan Bapak. Justru dia bekerja di tempat Mas Aksara." Pak Arif terdiam sejenak, lalu mendengus kasar. “Itu tidak mungkin! Tapi bagaimana dengan video itu? Video itu jelas-jelas menunjukkan dia melakukan sesuat

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   26. Fitnah

    Part 18 Dewi terdiam, terkejut dengan permintaan buliknya. "Tapi, Bulik, Geni sudah melakukan kesalahan. Dia harus menghadapi konsekuensinya." "Dia tidak bersalah, Dewi! Bulik yakin dia tidak bersalah. Dia hanya terjebak dalam situasi yang tidak adil. Tolong, pikirkan lagi, Nak. Bulik mohon," ujar Bu Wanda dengan nada penuh harap. Dewi menatap buliknya yang berlutut, rasa cemas dan bingung menyelimuti pikirannya. Belum lagi para pembeli yang menatap ke arah mereka sambil saling berbisik. "Bulik, bangunlah. Kita bicara di belakang saja," ujar Dewi. Bu Wanda menggeleng pelan. "Bulik gak akan bangun sebelum kamu mau membantu Geni. Kamu tahu kan, Geni itu satu-satunya putri Bulik, dia kehidupan Bulik, Bulik gak bisa hidup tanpa dia." "Aku tidak tahu apakah aku bisa membantu. Itu bukan keputusan yang bisa diambil secara sembarangan." "Jadi, kamu benar-benar gak mau membantu Bulik, De

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   25. Tolong Bulik, Wi!

    Part 17bLho terus, apa yang lu lakuin di sana.""Itu dia, ceritanya cukup rumit ...." Arjuna mulai menceritakan kejadian yang baru saja di alami olehnya di toko saudara kembar."Jadi dia salah paham dikira lu yang berantakin toko dan nyakitin istri lu?""Hmmm begitulah. Suasananya gak enak banget tadi. Bener-bener bikin gue panas. Pengin marah tapi gak bisa."Rudi mengulum senyum lalu menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. "Lain kali saja kau coba lagi untuk bicara sama dia.""Halaaah males gue! Mungkin memang seharusnya putus hubungan saja dengan mereka. Biar bebas ...""Hei, itu tidak adil sama diri lu sendiri. Mungkin sekarang lu masih butuh waktu, gue paham itu. Tapi percaya sama gue, seiring berjalannya waktu lu akan berdamai dengan keadaan itu. Pokoknya lu jangan nyerah, Sob. Masih ada banyak jalan menuju roma.""Huuu sok iyee lu!""Hahaha, Sob, gue lagi jadi motivaror lho, harusnya lu dukung. Ud

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   24. Dua Kemungkinan

    Part 17"Ada dua kemungkinan, Mas."Aksara mengerutkan keningnya. "Apa?""Kemungkinan pertama mungkin memang hanya kebetulan, dan ini cara Allah mempertemukan kalian lagi."Aksara mengangguk. "Terus?""Kemungkinan kedua, mungkin saja dia sengaja datang dan ada sesuatu yang ingin dia bicarakan denganmu, hanya saja situasi tak mendukung. Jadi dia belum"Kamu benar, Dewi. Harusnya tadi aku tak bersikap gegabah. Tapi sekarang aku tidak tahu dimana dia tinggal."Dewi meraih tangan Aksara. "Mas, kita sholat dulu yuk. Biar pikiran kita fresh. Yang lainnya kita pikirkan nanti."Aksara mengangguk, merasakan ketenangan saat Dewi mengajaknya sholat. Setelah selesai, mereka duduk sejenak, mencoba merenungkan apa yang terjadi."Bagaimana kalau kita mencari tahu Mas Arjuna dari teman-temannya?" saran Dewi. "Mungkin mereka bisa memberi tahu di mana dia tinggal.""Ya, itu ide yang bagus," jawab Aksar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status